Wawan Susetya
716081072
ISBN: 978-602-02-8794-2
Pengantar Penulis ix
vi
Daftar Isi
vii
Bagian 1
1
Meneladani Kepemimpinan
Kanjeng Panembahan Senapati
Bagi orang Jawa, mencari figur seorang pemimpin sejati tidaklah su-
lit. Sebab, para leluhur Jawa telah banyak memberikan teladan atau
contoh yang baik mengenai kepemimpinan. Salah satunya adalah
sebagaimana yang dicontohkan Kanjeng Panembahan Senapati ing
Mataram; Danang Sutawijaya. Sebagai seorang Raja Mataram—raja
besar di Tanah Jawa—ia bukan saja dikenal sebagai raja yang adil
dan bijaksana, tetapi juga memberikan contoh dalam hal pengenda-
lian diri; yakni mengendalikan hawa nafsunya siang dan malam.
Lelalu tirakat atau keprihatinan Kanjeng Panembahan Senapati
ing Mataram tersebut diilustrasikan dengan apik oleh Sri Mang-
kunegara IV dalam bukunya Serat Wedhatama; “Nuladha laku
utama; tumraping wong tanah Jawi, wong agung ing Ngeksi ganda,
Panembahan Senapati, kapati amarsudi, sudaning hawa lan nafsu,
pinesu tapa brata tanapi ing siyang ratri, amamangun karyenak
tyasing sesama.”
Artinya: “Teladanilah lelaku utama (tindakan baik), bagi orang
(masyarakat) Jawa, orang agung di Ngeksi Ganda (Mataram),
Pemimpin Masa Kini dan Budaya Jawa
4
1. Meneladani Kepemimpinan Kanjeng Panembahan Senapati
5
Pemimpin Masa Kini dan Budaya Jawa
6
1. Meneladani Kepemimpinan Kanjeng Panembahan Senapati
a. Tarak Brata
Tarak brata adalah lelaku (ekspresi keprihatinan) yang maksud-
nya ‘cegah dhahar lawan guling’ (mencegah atau mengurangi ma-
kan dan tidur) sebagaimana yang dijalankan Kanjeng Panembah-
an Senapati ing Mataram.
b. Mesu Brata
Mesu brata adalah lelaku (ekspresi keprihatinan) yang secara kua-
litas lebih meningkat dari lelaku tarak brata. Dalam mesu brata
7
Pemimpin Masa Kini dan Budaya Jawa
c. Tapa Brata
Tapa brata adalah lelaku (ekspresi keprihatinan) yang sudah ter-
fokus pada tujuan hidup; ‘sangkan-paraning dumadi’ (darimana
asalnya dan akan menuju ke mana) atau menuju pada Tuhan se-
bagaimana konsep “Inalillahi wainailaihi roji’uun” (artinya, kami
berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada-Nya jua). Atau
identik pula dengan manunggaling kawula-Gusti (melebur ber-
sama Tuhan), sehingga hatinya menjadi hati sanubari dan rasa
hatinya menjadi bersih. Pada strata tapa brata ini, seseorang yang
melakukannya sudah mencapai pada pengenalan terhadap sub-
stansi, esensial, dan hakikat lantaran ‘makarti’ (perbuatan) jiwa.
d. Pati Brata
Pati Brata adalah lelaku (ekspresi keprihatinan) yang bertujuan
mencapai tahapan tertinggi; yakni sudah sampai pada pengenalan
kepada Allah yang haq. Jika ditinjau dari sudut pandang ilmul
yaqin (keyakinan berdasarkan ilmu), ainul yaqin (keyakinan ber-
dasarkan penglihatan) dan haqqul yaqin (keyakinan yang haq atau
sejati) maka tahapan pati brata ini sudah mencapai tahap haqqul
yaqin (keyakinan yang haq, benar yang sejati). Atau dapat dikata-
kan keyakinan yang tak terbantahkan. Pada perspektif pati brata
ini, seseorang sudah berhasil mencapai strata tapa brata yang ter-
tinggi; yakni mengenal Tuhannya.
8
Tentang Penulis