Anda di halaman 1dari 4

Asta Brata, Amanat Galunggung, Adat Minangkabau, dan Adat

Bugis
yang merupakan ajaran filsafat Timur

PENDAHULUAN
Asta brata ialah perilaku atau perbuatan raja pemerintahan, khususnya pimpina serta
perangkat, dan pejabat pemerintah umumnya karena nsta brata diberikan oleh Raja Rama
kepada untuk Wibisana diminta ketika Wibisana menggantikan kakaknya yang bernama
Dasamuka yang disebut juga Rahkábr menjadi raja di negara Alengka (IPEM4430).
Selanjutnya, ilai-nilai etika masyarakat Minangkabau, terdapat tiga pokok, masyarakat
yaitu ketentuan dalam pergaulan Minang, nilai-nilai dasar adat Minangkabau, dan sifat
pribadi masyarakat Minang (PEM4430). Menurut Toriolo, yang menentukan manusia ialah
berfungsi dan berperannya sifat-sifat kemanusiaansehingga orang menjadi mmusin dan
begitu jugalah nilai-nilai kebudayaan Bugis. Adapun nilai-nilai kejujuran, kecendekiaan,
kepatutan, keteguhan, dan usaha sebagai nilai-nilai utama yang akan dibahas di sini harus
dilibat dari segi fungsinya. Keutamaannya secard tungsional dalam hubungannya dengan
diri sendiri, dengan makhluk, dengan cita-cita, dan denganTuhan(PEM4430).
PEMBAHASAN
Asta Brata
Pada dasarnya kekuasaan perlu memberikan manfaat kepada masyarakat yang dipimpinnya.
Kekuasaan oleh para pemimpin harus dipakai untuk memberikan kesejahteraan
umum (bonum publicum). Untuk itulah tidak semua orang berhasil ketika diberi kekuasaan.
Bahkan seringkali kekuasan itu hanya dinikmati untuk kepentingannya sendiri. Dengan
kekuasaan itu banyak orang yang lupa diri dan merasa menjadi orang yang tak tertandingi.
Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk mengarahkan bawahannya
untuk mencapai tujuan organisasi, sedangkan Kepemimpinan merupakan kemampuan
mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku
bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang
diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
ASTA BRATA merupakan  ajaran etika dan moral yang mengandung berbagai aspek
kehidupan, khususnya mengenai asas kepemimpinan yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin. Asta Brata terdiri atas kata “Asta” yang artinya delapan dan “Brata” yang
artinya pegangan atau pedoman.jadi Asta Brata adalah delapan pegangan atau pedoman
yang harus dimiliki seorang pemimpin, Ajaran Asta Brata ini terdapat dalam kekawin
Ramayana yang diubah oleh pujangga Walmiki dan terdiri atas 10 sloka. Ajaran Asta Brata
ini diturunkan oleh Prabu Rama kepada Wibhisana dalam rangka untuk melanjutkan proses
pemerintahan kerajaan Alengka setelah gugurnya Rahwana.
Seseorang pemimpin yang tidak mampu melaksanakan Asta Brata bagaikan raja tanpa
mahkota, sebaliknya rakyat jelata yang dalam hidupnya mampu melaksanakan Asta
Brata ,berarti ia adalah rakyat jelata yang bermahkota dialah yang luhur budi pekertinya.
Seiring dengan kondisi kehidupan saat ini, maka sangatlah dibutuhkan karakter pemimpin
yang sesuai dengan ajaran ASTA BRATA, untuk itu kedepan marilah kita semua dalam
memilih pemimpin harus orang yang dapat menjawab berbagai tantangan dengan kerja-
kerja yg cerdas, ikhlas, jujur, dan mendidik serta pantang menyerah.
Amanat Galunggung
Amanat Galunggung adalah nama yang diberikan untuk sekumpulan naskah yang
ditemukan di Kabuyutan Ciburuy,Desa Pamalayan, Kecamatan Bayongbong,
KabupatenGarut, dan merupakan salah satu naskah tertua diNusantara. Naskah ini ditulis
abad ke-15 pada daun lontardan nipah dengan menggunakan bahasa dan aksara
SundaKuno. Naskah yang terdiri dari 6 lembar dan 12 halaman ini sekarang tersimpan di
Perpustakaan Nasional Jakarta dengan kode Kropak No.632.Naskah lain yang tak dapat
dipisahkan dari naskah Amanat Galunggung adalah : NaskahSanghyang Siksakandang
Karesian (tersimpan dengan kode Kropak 630), dan Naskah Candrakirana (dengan kode
Kropak 631).
Amanat Galunggung berisi nasihat mengenai etika dan budi pekerti Sunda, yang
disampaikan Rakyan Darmasiksa (1175-1297 M), Raja Sunda ke-25 / Raja Galunggung ke-
3 kepada puteranya Prabu Ragasuci (1297 – 1303M) , Raja Galunggung ke-4 merangkap
Prabu Pakuan saat pusat pemerintahan dipindah ke Galunggung.
Nama ”Amanat Galunggung” berasal dari filolog Saleh Danasasmita, yang turut mengkaji
naskah tersebut. Nama lain dari Naskah Amanat Galunggung adalah “Naskah Ciburuy”,
“Naskah Galunggung” atau “Amanat Prabu Darmasiksa”.
Keberadaan Kabuyutan / Kebetaraan Galunggung sebagai tempat mengabisheka (merestui)
Raja-Raja Galuh dan sekaligus cikal bakal Kerajaan Sukapura (Tasikmalaya sekarang)
tertulis dalam sebuah batu prasasti yang ditemukan di lereng Gunung Galunggung, tepatnya
di bukit Geger Hanjuang / Kabuyutan Linggawangi (sekarang Desa Linggawangi,
Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya). Prasasti tersebut kemudian dikenal dengan
sebutan prasasti Geger Hanjuang.
Prasasti Geger Hanjuang merupakan prasasti ke 10 yang ditemukan di Jawa Barat. Ia
ditemukan oleh K.F. Holle kira-kira pada tahun 1877, kemudian dibawa dan disimpan oleh
Dr. Krom pada tahun 1914. Kini masih, terpelihara dan disimpan di Musium Pusat Jakarta
dengan nomor inventaris D.26, berukuran tinggi 80 sentimeter dan lebarnya 60 sentimeter.
Prasasti Geger Hanjuang di tulis dalam aksara dan bahasa Sunda buhun yang cukup terang
untuk di baca. Pembacaan yang pertama dilakukan oleh K.F.Holle kemudian dikoreksi
kembali sebanyak dua kali oleh C.M. Pleyte. Adapun filolog Indonesia yang ikut membaca
dan menafsirkan prasasti tersebut antara lain Drs.Atja, Drs.Saleh Danasasmita & Elis
Suryani N.S. Hasilnya kurang lebih sama, yakni (tafsirannya) : “Pada hari ke 13 bulan
Badra tahun 1033 Saka, Rumantak (selesai) disusuk oleh Batari Hyang”.

Yang dimaksud dengan Rumatak adalah nama sebuah tempat di Desa Linggawangi,
Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya dimana (tak jauh dari tempat tersebut)
terdapat sebuah tempat yang diberi nama Saung Gede yang dalam sejarah disebut Saung
Galah yang artinya Keraton.
Yang dimaksud dengan nyusuk menurut Pustaka Nagara Kertabumi adalah amegahing,
artinya membuat parit pertahanan di sekeliling pusat kerajaan. Istilah nyusuk terdapat pula
pada prasasti Batu Tulis Astana Gede Kawali ( Prabu Wastu Kencana marigi/nyusuk
sakuriling dayeuh) dan prasasti Batu Tulis Bogor (Sri Baduga Maharaja nyusuk na
Pakuan).
Yang dimaksud dengan Batari Hyang adalah Batari terakhir yang memerintah Kabuyutan
(Kebetaraan) Galunggung sebelum kemudian berubah menjadi Kerajaan. Batari Hyang
adalah batari ke-5 yang memerintah Kabuyutan Galunggung setelah Batara Wastuhayu,
Batara Kawindu, Batara Kuncung Putih dan Batara Sempak Waja yang merupakan Batara
pertama di Kabuyutan Galunggung. Batara Sempak Waja adalah anak pertama
Wrtikandayun, Raja Galuh (612 – 702 M).
Adat Minangkabau
Budaya dan sejarah Minangkabu memang mempunyai sisi yang menarik untuk dikaji dan
teliti. Budaya matrilinealnya yang sangat mengasyikkan untuk ditulis. Budaya matrilineal
merupakan simbol inspirasi bagi penulis untuk mengkaji Minangkabau.  Paradoks antara
matrilineal yang dipandang dari sisi budaya dan patrilineal disisi agama mencerminkan
suatu usaha survival masyarakat Minangkabau mengakomodir arus globalisasi masa itu.
Kita mengenal idiom yang sangat popular dan menjadi fasafah hidup masyarakat
Minangkabau untuk mengakomodir kedua pendekatan matrilineal dan patrilineal
yaitu Adat Basandi Syarak dan Syarak Basandikan Kitabullah Dalam tradisi lisan
Minangkabau. Simbiosis mutualisme antara sistem matrilineal dan sistem patrilineal
membuat banyak peneliti semakin tertarik mengkaji dan menganalisa kebudayaan
Minangkabau.

Ketika kita membicarakan filsafat Minangkabau kita tidak sedang membangun pemikiran,
tapi berusaha ‘membaca’ dan memahami pemikiran para filsuf di masa lampau yang sudah
berubah menjadi doktrin-doktrin dan aturan (adat). Berbeda dengan membicarakan filsafat
Yunani atau filsafat Islam, kita tidak dapat memastikan pemikiran siapa yang kita
bicarakan. Semuanya anonim. Kita pun tidak tahu kapan pemikir itu hidup, bagaimana
riwayat hidupnya, atau apa saja yang mempengaruhi pemikirannya. Dengan demikian
membicarakan filsafat Minangkabau menjadi terbatas kepada diskursus tentang ‘pemikiran
yang telah dijadikan doktrin sosial’ saja.

Metafisika Minangkabau berawal dari budi dan Kato Nan Ampek. Kedua domain ini


membawa orang Minangkabau kepada tata aturan hidup yang selaras dengan ajaran Islam.

Namun sekarang budi dan Kato Nan Ampek tidak lagi menjadi domain yang penting bagi
kebanyakan orang Minangkabau. Bahkan banyak yang tidak lagi memahami maknanya
secara mendalam. Gerusan yang dibuat budaya global telah berhasil menjauhkan orang
Minangkabau dari kearifan budayanya sendiri.

Adat Bugis
Falsafah hidup secara fundamental, dipahami sebagai nilai-nilai sosio kultural yang
dijadikan oleh masyarakat pendukungnya sebagai patron (pola) dalam melakukan aktivitas
keseharian. Mengenai nilai-nilai motivatif yang terkandung dalam falsafah hidup, pada
dasarnya telah dikenal oleh manusia sejak masa lampau. Tatkala zaman "ajaib" berlangsung
yakni lima hingga enam ratus tahun sebelum masehi, di seluruh belahan bumi muncul
orang-orang bijak yang mengajari manusia tentang cara hidup. Orang India memiliki tokoh
spiri-tual bernama Buddha, di Parsi bernama Zarasustra, di Athena ada Socrates, serta
dalam masa yang sama Lao-Tse dan Confucius juga mengajar cara hidup di Tiongkok.
Entah karena diilhami oleh petunjuk Yang Maha Kuasa atau alam mitologi maupun setting
ling-kungan tertentu (dominasi alam), tetapi yang pasti bahwa mereka telah menunjukkan
buah pikir yang sangat luar biasa di tengah keterbatasan sumber literatur.

Tak terkecuali orang Bugis, di masa lampau juga telah memiliki sederet nama orang bijak
yang banyak mengajari masyarakat tentang filsafat etika. Hal ini tercermin melalui catatan
sejarah bahwa perikehidupan manusia Bugis sejak dahulu, merupakan bagian integral dan
tidak dapat dipisahkan secara dikotomik dari pengamalan aplikatif pangaderrang. Makna
pangaderrang dalam konteks ini adalah keseluruhan norma yang meliputi bagaimana
seseorang harus bertingkah laku terhadap sesama manusia dan ter-hadap pranata sosialnya
yang membentuk pola tingkah laku serta pandangan hidup. Demikian melekat-kentalnya
nilai ini di kalangan orang Bugis, sehingga dianggap berdosa jika tidak melaksanakan.

Dalam konteks ini, inklusif di dalamnya ade' (ada', Makassar) atau adat istiadat, yang
berfungsi sebagai pandang-an hidup (way of life) dalam membentuk pola pikir dan
mengatur pola tingkah laku manusia dalam kehidupan ber-masyarakat dan bernegara.
Karena itu, dalam sistem sosial masyarakat Bugis, dikenal ade' (adat), rapang (undang-
undang), wari (perbedaan strata) dan bicara (bicara atau ucapan), serta sara' atau hukum
ber-landaskan ajaran agama.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa: (1) Asta brata merupakarn suatu traits
theory, yaitu teori sifat-sifat yang mengajarkan bahwa raja atau perangkat dan pejabat
pemerintah harus memiliki sifat-sifat delapan (asta) dewa. (2) naskah Galunggung
merupakan etika pemerintahan, karena terdiri atas wejangan bagi tentang bagaimana harus
Raja menyelenggarakan pemerintahan,mempertahankan wilayah, dan meningkatkan taraf
hidup rakyat. (3) Nilai-nilai etika masyarakat Minangkabau meliputi (a) Ketentuan dalam
Pergaulan Hidup, (b) Nilai-nilai DasarAdat Minangkabau, (o) Sifat Pribadi Minarng, (4)
Nilai-nilai kebudayaan Bugis meliputi: (a) kejujuran, (b) kecendekiaan, (c) kepatutan, dan
(d) keteguhan.

REFERENSI
Modul 1, 2 dan 3 BMP IPEM4430-Etika Pemerintahan

Anda mungkin juga menyukai