Anda di halaman 1dari 6

Hubungan Nagaratengah Sebagai Pusat Peradaban

Metode Penelitian :
Sumber Penelitian : Al-Qur’an, Hadist, Qiyas, Ijma, Literatur Modern

Pendahuluan

Dilematis dan keputusasaan penelitian terhadap situs kabuyutan garatengah yang


berlokasi di Gertengah (nama tempat sebutan penduduk) yang berada di wilayah Kedusunan
Tanjungsari (Dahulu, namanya Nyengkod) Desa Nagaratengah hingga detik ini masih
dianggap belum mampu memenuhi syarat dan rukun dari tanda-tanda yang sudah dimiliki
oleh tempat bertenggernya sebuah lokasi atau pusat pemerintahan setingkat provinsi dari
pecahan kerajaan sunda-galuh menuju kerajaan pajajaran pasca Sri Baduga Maharaja
Pamanah Rasa (Prabu Siliwangi). Sejarawan dan para peneliti yang berhubungan langsung
dengan bidang tersebut selalu terkontaminasi sejarah versi asing daripada pribumi sendiri.
Seandainya hanya dijadikan referansi penunjangnya saja hal tersebut tidak jadi masalah,
karena memang seharusnya dalam sebuah penelitian itu berlandaskan pada teori yang
sudah ada. Apabila teori yang sudah ada dianggap perlu direnovasi ulang, sebab daya
pendukungnya masih belum kuat, pemunculan teori baru pun tidak diharamkan
keberadaanya. Hal demikian itulah yang membuat teori sejarah selalu berubah-ubah setiap
waktunya. Demikian itu bukan untuk menghapus teori sebelumnya, tepatnya meningkatkan
dan menguatkan teori sebelumnya. Sebelum adanya ajaran Islam (rahmatan lil’alamin) y
pada tidak pernah menganggapberjalan berdampingan karena ada maksud dan tujuan yang
berbeda. Pencari benda pusaka misalnya, pasti sangat tidak akan memperdulikan sebuah
kajian literatur atau pada pedoman yang paling tinggi yaitu Al-Qur’an, hadist, qiyas, ijma
serta ijtihad. Mungkin, pada kategori ijtihad hal tersebut masih bisa dianggap proses
seandainya mereka mau melanjutkan pada ranah pedoman lainnya. Akan tetapi,
penggunaan indera pendengaran dan ilmu kaca masih dianggap kuat dan dipercaya secara
berlebihan pada tatanan kehidupan masyarakat yang sudah mayoritas memeluk
kepercayaan Islam di Desa Nagaratengah itu sendiri. Bukan berarti peniliti tidak percaya
dengan seseorang yang mempunyai suatu kelebihan pada bidang tersebut, sebab semua
orang berhak mengemukakan pendapat dan kemampuan dalam dirinya secara bebas dan
terbuka. Tanda-tanda Tuhan itu tidak selalu bersumber pada ranah konseptual yang
dipusatkan pada konteks sebuah huruf dan angka yang dibingkai dalam media kertas dan
tinta semata. Al-Qur’an merupakan sebuah petunjuk dari Allah SWT disampaikan melaui
malaikat jibril pada nabi dan Rosulnya. Nabi Muhammad yang juga sudah dikatakan secara
gamblang dan jelas ihwal ciri-ciri sifat tanda-tanda kebesaran Tuhan di
Studi Kasus
Desa Nagaratengah merupakan suatu wilayah yang mengandung banyak potensi, entah itu potensi
dalam bidang maritim, arsitek, kesenian, teknologi, pendidikan, agamawan, tabib, kesehatan,
pengajar dan sebagainya yang pasti dalam setiap lininya sudah ada serta sudah tercipta sedari tradisi
turun temurun. Hal ini terjadi, bukan karena orang biasa atau rakyat biasa tidak bisa menjadi
penerus bidang tersebut dan menutup cita-cita generasi selanjutnya. Tetapi, ini sebuah gamabaran
atau tanda-tanda yang ditemukan dalam penelitian ini sangat berindikasi adanya kemungkinan jika
resonansi dari peninggalan orangtua sedari dulu menggerayangi pola pikir, ikatan batiniyah secara
kuat kepada para generasinya entah itu kepada anak, cucu, ataupun tingkatan yang lainnya. Pola
pewarisan genetika pada manusia itu terjadi sama sekali tidak berpengaruh pada sebuah bibit yang
sama, semisal tidak semua anak dari guru bisa dan mampu menjadi guru atau tidak semua anak kyai
menjadi seorang kyai. Akan tetapi, yang diwariskan pada setiap generasi hanyalah berupa darah
semangat yang berkobar-kobar tanpa henti. Nilai seperti itulah yang ada di ruang lingkup Desa
Nagaratengah. Watak dan kepribadian seperti itu merupakan nilai yang dimiliki oleh leluhur Sunda –
Galuh. Manusia Sunda itu sebenarnya mempunyai watak yang lemah lembut, sopan, perangai,
apabila lingkungan yang dia hadapi demikian. Seandainya, lingkungan yang dia hadapi beringas dia
bisa menjadi harimau yang bisa menerkam. Ciri tersebut yang tersemat pada tokoh yang dimiliki
Prabu Siliwangi (Maharaja Pamanah Rasa). Dari namanya saja sudah mengindikasi pengelolaan jiwa
dan hati secara lemah lembut, tetapi dari riwayat beliau mengenai kepemimpinan tentunya sudah
sangat faham dan tahu jika beliau mampu mempersatukan kembali Kerajaan Sunda-Galuh pakuan
Pajajaran. Ihwal kisah dia jadi Harimau setelah dikejar-kejar oleh Kiansantang untuk memeluk Islam
itu adalah perspektif literatur modern yang sudah membuat keluhuran sejarah nenek moyang kita
hancur lebur tidak bermakna dan dianggap mitos. Jika seandainya Prabu Siliwangi itu menghilang
dan menjadi sosok binatang lantas percaya begitu saja dan tidak mau mencarinya?. Kalau menurut
saya pribadi, saya tidak pernah menilai keluhuran leluhur dari segi benda peninggalan. Pasalnya,
karena leluhur sunda yang berada di wilayah galuh tidak pernah meninggalkan segi macam itu. Dari
sejarah sendiri, Sunda-Galuh tidak pernah teridentifikasi kebudayaan peradaban Sumeria, melainkan
sentuhan segi ajaran. Dari kajian alur perjalanan leluhur sunda sendiri, pasca meletusnya gunung
Krakatau Purba (Riwayat ini serupa dengan banjir Nuh, subjeknya persamaannya dari anaknya yang
malah naik gunung, padahal firman Allah bahwa Gunung yang dia naiki tidak mampu
menyelamatkan umatnya, selain bahter yang dibuat Nabi Nuh atas perintah Allah) yang menjadi
bukti penyebaran leluhur Sunda diantaranya:

1. Sungai Gangga – Sungai Yamuna di India, Melahirkan peradaban Mahenjo Daro dan Harapa
– yang kemudian diklaim sebagai lahirnya agama Hindu (penyembah Dewa-dewa (Animisme
dan Dinamisme) kemudian yang saat ini di identikan dengan ajaran kesesatan para leluhur
sunda (Kerajaan Sunda) sebelum adanya Islam *penjelasan...
2. Sungai Yan Tze (Sungai Kuning di China yang melahirkan peradaban Tiongkok – Dinasti Ming
sampai kemudian penyebar
3. Sungai Amazon di Amerika Selatanmelahirkan peradaban Inca dan Maya
4. Sungai Nil di Mesir yang melahirkan peradaban Mesir
5. Sungai Eufrat – Sungai Tigris yang melahirkan peradaban Sumeria
6. Sungai Mekong melahirkan peradan Indo-Cina dan Anchor Wat
7. Sungai Cimanuk (Rawa Manuk) Sungai Citarum (Aki Tirem) melahirkan peradaban Sunda
Besar (Sunda Utama).
Lini Masa Pemerintahan
1. Salakanagara (130-362)

Cikal bakal Salakanagara merupakan bukti dari peninggalan sebuah peradaban leluhur
Sunda, yang berada dalam wilayah Sungai Cimanuk (Rawa Manuk) Sungai Citarum (Aki
Tirem). Kemungkinan dari tanda-tanda dari itu ada dua tempat yang dijadikan perlindungan
para leluhur Sunda untuk menyelamtkan diri dari peristiwa meletusnya Gunung Krakatau
(versi sejarah yang melahirkan peristiwa Banjir Nuh. Tahun 130 (Sasakala Nagara).
Perencanaan sebuah misi tatanan kengeraan (Salakanagara) berada di wilayah Sunda-
Kelapa (saat ini).

Perencanaan dan konsep tatanan negara saat itu berlangsung dari (130-362) atau selama
232 tahun. Kawasan kajian atau titik pusat wilayah dari Salakangara terbagi menjadi 4
kawasan yaitu :
a. Jampang Manggung, Madura saat ini (
yang Hingga kemudian melahirkan Tarumanagara sebagai bentuk negara yang menurunkan
sistem tatanannya berbentuk Kerajaan. Maka, Tarumanagara sendiri dikatakan sebagai
Kerajaan Tarumanagara. Kerajaan Tarumanagara sendiri dibagi menjadi 48 Wilayah

(sepeninggal Mataram),
Landasan Pengalaman Pribadi (Ngaji Diri)

Silsilah Keluarga

Kajian Sebuah Nama

Aenah Sudiarti, tidak banyak sumber yang bisa saya temukan dari beliau yang merupakan adalah Ibu
yang melahirkan saya.

Wawan Hermawan,

Ernawati, Ernawati merupakan nama pemberian almarhumah Mak Uwas (Sesepuh pihak Ibu) dari
yang dituakan oleh rengrengan orangtua dari nenek (Isoh) yang merupakan ibu dari ibu saya (Aenah
Sudiarti). Tidak punya alasan dan kesempatan bagi saya

Widi Ramdani, Widi adalah dalam bahasa adalah Suatu nama penyebutan untuk Sang Hyang
pencipta atau Sang Hyang Widhi. Sumber ini saya dapatkan dari orangtua. Sebelum nama Widi,
sesepuh dari orangtua menyarankan nama saya adalah Karto yang jelas katanya nama itu bagus,
tetapi orang tua saya mengatakan jika nama itu buhun dan sedikit kolot. Makanya nama saya
menjadi Widi. Ramdani merupakan penarikan kesimpulan ihwal bulan kelahiran saya pada bulan
Ramadhan, perhitungan Masehinya adalah bullan April. Jadi, Nama Widi Ramdani menurut orangtua
saya (nuhun gusti tos maparin izin ka abdi putra) merupakan suatu perlambang rasa syukur kepada
Sang pencipta telah diizinkan diberikan seorang putra yang berjenis kelamin laki-laki yang
merupakan sebagai bentuk harapan bagi orangtuanya.

Anda mungkin juga menyukai