Evaluasi Kelompok 4
Evaluasi Kelompok 4
Makalah ini disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi dan Supervisi
Bimbingan Konseling
Dosen Pengampu : Ahmad Yudiar, M.Pd
Disusun oleh :
Puji (2215055)
Jihan Fatia (2215039)
Shilvi (2215059)
Azizah (2215055)
Safarina (2215050)
Rosilawati
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada teman yang telah mendukung
saat pengerjaan makalah ini. Adapun tema dari makalah ini adalah “ Perspektif
Historis Supervisi Bimbingan Dan Konseling”. Penulis sangat berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan
kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam
kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penulis merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb
penulis
ii
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................
C. Tujuan Masalah..................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. Perspektif Histories Supervisi Bimbingan dan Konseling................................................
1. Permulaan Perspektif Supervise Binmbingan dan Konseling Awal...................................
2. Bimbingan Pada Biro, Sekolah dan Militer........................................................................
3. Model Bimbingan Konseling Pertama...............................................................................
4. Diversifikasi Bimbingan dan konseling.............................................................................
5. Akuntabilitas, Kode Etik, dan Standarisasi Bimbingan dan Konseling.............................
6. Akuntabilitas, Aturan Konflik, dan Standardisasi Bimbingan dan Konseling...................
7. Bimbingan dan Konseling Profesi (PPG)...........................................................................
8. Sejarah Pandang Konstruksionisme Sosial......................................................................
9. Pendekatan Sistem, Kolaborasi Bahasa............................................................................
BAB III PENUTUP...............................................................................................14
A. Kesimpulan......................................................................................................................
B. Saran................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan dan Konseling merupakan gagasan yang istimewa bagi negara
modern. Kerangka ilmu bimbingan dan konseling didasarkan kepada pengetahuan
filosofis, pengetahuan psikologis, dan pengetahuan sosiologis. pengetahuan
filosofis yang digunakan dalam bimbingan untuk menemukan atau merasakan
pendekatan yang sesuai.Profesi Bimbingan dan Konseling memiliki historis dalam
karangan rentetan waktu yang melibatkan dinamika masalah pada setiap dekade
generasi terakhir pada beberapa literatur.1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perspektif histories supervisi bimbingan dan konseling ?
C. Tujuan Masalah
1. Mengertahui perspektif histories supervisi bimbingan dan konseling.
1
Hendra Pribadi, ‘Historis Bimbingan Dan Konseling (Dekade Pergerakan Profesi
Bimbingan Dan Konseling)’, Jurnal Bimbingan Dan Konseling Borneo, 2.1 (2020), 19–28
<https://doi.org/10.35334/jbkb.v2i1.1468>.
2
Saiful Hartoyo, Nur Hidayah, and Fitri Wahyuni, ‘Perspektif Histories Bimbingan Dan
Konseling Global ’, Prosiding Seminar & Lokakarya Nasional Bimbingan Dan Konseling 2022 PD
ABKIN JATIM & UNIPA SBY, 2022, 133–47.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perspektif Histories Supervisi Bimbingan dan Konseling
Sebagai guru BK masih banyak menghadapi kendala dan permasalahan,
penyebab permasalahan tersebut bisa berasal dari beberapa faktor, sehingga hanya
sedikit sekolah yang mampu mengelola urusan pribadinya dengan baik. Tidak
semua guru dan Instruktur mempunyai masalah, namun beberapa guru dan
instruktur mempunyai satu atau lebih masalah. Apabila permasalahan tersebut
tidak segera diselesaikan secara positif, maka kepercayaan diri guru bimbingan dan
konseling dalam menjalankan tugasnya di sekolah pasti akan terganggu.3
Pada saat yang sama, profesi guru dan konseling perlu tumbuh dan
berkembang untuk mampu memberikan layanan konsultasi yang baik. Setiap
instruktur dan konsultan harus memahami bahwa pertumbuhan dan pengembangan
profesional sangat penting untuk mencapai kinerja dan layanan berkualitas.
Perasaan positif konselor terhadap guru atau tenaga kependidikan membantu
menciptakan suasana saling ketergantungan yang kohersif dan positif. Sebaliknya,
konselor yang mengalami emosi negatif akan berdampak buruk pada hubungan
interpersonal dengan guru atau tenaga kependidikan, yang pada akhirnya juga
menimbulkan perilaku negatif.4
3
Muhammad Eka Prasetia, ‘Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Kinerja Guru
Bimbingan Dan Konseling’, Islamic Counseling : Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 5.2 (2021),
165 <https://doi.org/10.29240/jbk.v5i2.3035>.
4
Eni, ‘済無 No Title No Title No Title’, Angewandte Chemie International Edition, 6(11),
951–952., Mi, 1967, 5–24.hlm.4-7
5
Hartoyo, Hidayah, and Wahyuni.
2
Profesi Bimbingan dan Konseling memiliki historis dalam karangan
rentetan waktu yang melibatkan dinamika masalah pada setiap dekade generasi
terakhir pada beberapa literatur, seperti buku John M. Brewer (1942) berjudul
"History of Vocational Guidance". Disertasi Barry dan Wolf (1955) yang berjudul
"A History of The Guidance Personal Movement in Jesse Buttrick Davis (1871-3
November 1955) merupakan konselor pertama yang melaksanakan program
bimbingan secara sistematis pada lingkungan sekolah di Detroit dari tahun 1897
hingga 1907. Pada tahun 1907, Davis menjabat kepala sekolah pada sekolah
menengah, kemudian Davis mendorong para guru bahasa inggris di sekolah untuk
menggunakan susunan pelajaran mengarah pada minat karier, pengembangkan
karakter, dan komunikasi interpersonal. Selama kunan waktu itu, program
bimbingan ini menekankan pada jabatan, seleksi, dan penempatan.
Clifford Whittingham Beers (30 Maret 1876-9 Juli 1943) kenal sebagai
penggerak kesehatan mental di Amerika Serikat. Pada tahun 1908, Beers telah
menulis buku yang berjudul "A Mind That Found Itself" yang berisi tentang
riwayat perawatan dan perlakuan yang telah dialami dalam tekanan psikologis
pada lembaga kesehatan mental selama masa anak-anak. Buku otobiografi ini
sudah menjadi buku penjualan yang terlaris dan masih dicetak. Pergerakan
kesehatan mental ini digunakan sebagai pengobatan emosional dan kebutuhan
perkembangan dalam metode klinis, sebagaimana ilmu bimbingan menjalankan
fungsinya. Eli Witwer Weaver (5 Agustus 1862-1 November 1922) dikenal sebagai
edukator terbaik dan guru matematika di Sekolah Menengah Umum, Weaver diberi
julukan "Bapak Bimbingan Vokasi pada Sekolah Umum.menyusun pula bimbingan
pada kurikulum sekolah “. Reed membangun layanan bimbingan pada sekolah di
Seattle. Reed meyakini bahwa layanan bimbingan penting sebagaimana
pengembangan hasil dari pendidikan. Dalam persaingan yang ketat, orang-orang
memerlukan usaha terbaik pada beberapa tugas dalam melihat diri.
3
bimbingan kepada publik. Biro bimbingan juga membangun pelatihan guru sebagai
konselor. Pada proposal awal layanan bimbingan dinamakan instruksional bagi
siswa dalam informasi jabatan, pengembangan layanan penempatan, dan
menemukan tindak lanjut informasi. Komite bir bimbingan melaksanakan
konferensi nasional bimbingan vokasional pertama pada 15-16 November 1910 di
Boston. Konferensi ini didelegasikan pada spektrum tenaga kerja, industri, bisnis,
pekerja sosial.6
Buletin pertama dipublikasikan oleh NVGA dari tahun 1915 hingga 1918
"The Vocational Guidance Buletin" yang berisi medium komunikasi tentang
bimbingan vokasional. Tahun 1918 hingga 1921, Buletin berubah "Vocational
Guidance Association Buletin" seiring perubahan pada struktur organisasi NVGA.
Pada tahun 1924, nama diubah "National Vocational Guidance Magazone". Saat
ini, publikasi ini yang diterbitkan berjudul "Journal of Counselling and
Development".
4
ini presiden Roosevelt meminta dan memperoleh dari kongres legislatif tentang
mendirikan lembaga "Federal Emergency Relief Act" dalam membangun sistem
bantuan federal. Menurut Harry L. Hopkinn, Solusi ini memandang bahwa
"bantuan pekerjaan lebih baik daripada memberikan uang". Kemudian didirikan
pula "The Civilian Conversation”.
7
Hariko, R. (2020). Pengembangan Model Bimbingan Kelompok Agentik untuk
Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa Sekolah Menengah Pertama (Doctoral dissertation,
Universitas Negeri Malang).
8
Syaifullah Nur, ‘PENGEMBANGAN WEBSITE SEBAGAI MEDIA
PENGUNGKAPAN MASALAH SISWA KEPADA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING
Syaifullah Nur Universitas Muhammadiyah Makassar Email : Syaifullahnur.Edu@gmail.Com
PENDAHULUAN Era Globalisasi Hasil Dilihat Dalam Undang-Undang RI No . Te’, Jurnal J-
BKPI, 01.01 (2021), 48–59.
5
Isu keberagaman dan multikultural semakin meningkat, permasalahan spiritual
mulai bermunculan.
6
sekolah. Konselor dianggap polisi sekolah, BP dianggap sebagai konselor siswa
saja, BP terbatas pada siswa tertentu, BP melayani yang sakit dan/atau luar biasa,
BP bekerja sendiri, wali siswa berwarna n tidak ramah terhadap BP. Mereka
beranggapan bahwa anak yang berobat ke BP adalah anak bermasalah. Setelah
model 17 dan 17 plus, lahirlah model baru yang disebut orientasi global, yaitu
layanan bimbingan dan konseling menyeluruh bagi semua siswa, yang di dalamnya
semua siswa diorientasikan. dan layanan konsultasi. Penekanan pada layanan
bimbingan dan konseling yang komprehensif adalah untuk membantu peserta didik
mencegah berbagai masalah yang menghambat perkembangannya. Pelayanan
konseling dan bimbingan komprehensif mempunyai empat komponen, yaitu:
a. program orientasi,
b. perencanaan individual,
c. pelayanan responsif, dan
d. dukungan sistem. (Zamroni dan Raharjo, 2015)
Pada tahun 2003, UUSPN (UU No. 20/2003) menyatakan dalam Pasal 1
(Ayat 6) UU Pendidikan Nasional bahwa “Bimbingan adalah salah satu sifat
seorang pendidik”. Pengakuan akan adanya hukum bagi dengan adanya penasihat
di Pendidikan Nasional adalah kondisi terbaik. prestasi dalam sejarah BK di
Indonesia. Sebagai sebuah perkumpulan profesi, ABKIN (Asosiasi Pemandu
Konseling Indonesia) menyatakan bahwa “konselor adalah pendidik dan layanan
profesional yang diberikan konselor adalah bimbingan dan nasehat”.
7
membantu mereka mencapai perkembangan yang baik, memperoleh keterampilan
dasar dan mempunyai pola pikir yang sehat. Layanan perencanaan pribadi
merupakan layanan pendukung yang dapat membantu individu merencanakan dan
mewujudkan masa depannya. Layanan Respon adalah layanan dukungan bagi
siswa yang mempunyai masalah mendesak atau mungkin memerlukan bantuan
dengan cepat. Dukungan sistematis adalah kegiatan yang meningkatkan dan
meningkatkan keseluruhan program bimbingan dan konseling melalui
pengembangan profesional, hubungan staf dan masyarakat, konseling guru,
program, penelitian, penelitian dan pengembangan. Program ini memberikan
dukungan kepada instruktur dan konselor (konselor). Dalam upaya percepatan
implementasi kurikulum dalam proses belajar mengajar, guru tidak hanya
berperan sebagai penyampai ilmu pengetahuan.10
Guru yang profesional bukan lagi sekedar guru yang mampu mengajar
dengan baik, namun guru yang mampu menjadi pembelajar dan agen perubahan di
sekolah. Guru profesional juga dapat menjalin dan mengembangkan hubungan
untuk meningkatkan pembelajaran di sekolahnya. Oleh karena itu, guru
profesional pada umumnya dan instruktur serta konsultan pada khususnya selalu
beradaptasi dengan perkembangan zaman. Saat ini, di era Industri 4.0, sesuai
peraturan yang berlaku saat ini, guru wajib memiliki 4 keterampilan:
a. kapasitas pedagogi,
b. kapasitas profesional,
c. kompetensi sosial,
10
Nurrahmi, H. (2015). Kompetensi profesional guru bimbingan dan konseling. Jurnal
Dakwah Alhikmah, 9(1), 45-55.
8
d. kapasitas personal. Jadi, BK gunu perlu mengembangkan empat
keterampilan lagi, yaitu:
1. kapasitas kritis,
2. kapasitas kreatif,
3. kapasitas komunikasi, dan
4. kapasitas kolaboratif untuk menghadapi tantangan era disruptif industri
4.0.
9
Untuk beberapa constructionists sosial proses "mengetahui" temasuk sebuah
ketidak percayaan dari posisi yang dominan menyerap budaya keluarga dan
masyarakat hari ini dan perubahan dimulai dengan dekonstruksi kekuatan narasi
budaya dan kemudian dilanjutkan dengan co-konstruksi kehidupan makna baru.11
11
IM Hambali, ‘Perspektif “Family System Intervency” Untuk Proteksi Karakter
Kebajikan Siswa Sma’, Jurnal Kajian Bimbingan Dan Konseling, 1.2 (2016), 12–18
<https://doi.org/10.17977/um001v1i12016p012>.
10
Suatu cerita adalah representasi pengalaman; “itu membangun sejarah di
masa sekarang". Percakapan berkembang menjadi dialog makna baru, constructing
kemungkinan naratif baru Therapis telah menanamkan sebagai kedua konsep
kunci: yang berfokus pada solusi dan pendekatan terapi naratif Solutions Focused
Brief Therapy (SFBT) (TempiSingkat Solusi Terfokus) Key Concepts De Shazer
(1988, 1991) menunjukkan bahwa tidak perlu mengetahui penyebab masalah untuk
menyelesaikannya, dan bahwa tidak ada hubungan antara masalah dan solusi
mereka. Mengumpulkan informasi tentang problem tidak diperlukan untuk
perubahan, kecuali: Jika mengetahui problem dan memahami problem tidak
penting, jadi mencari solusi yang "benar". Setiap orang mungkin
mempertimbangkan beberapa solusi, dan apa yang benar bagi satu orang mungkin
tidak cocok untuk orang lain.12
Orientasi positif, Solusi yang berfokus pada terapi singkat SFBT didasarkan
pada asumsi bahwa orang-orang yang sehat dan berkompeten, memiliki
kemampuan untuk membangun solusi yang dapat meningkatkan kehidupan mereka
Proses tempeutik menyediakan suatu konteks dimana individu fokus pada
pemulihan dan menciptakan solusinya. bukan membicarakan masalah mereka.
O'Hanlon (1994) menggambarkan orientasi positif ini: "mengembangkan solusi-
meningkatkan kehidupan bagian dari kehidupan manusia daripada berfokus pada
masalah dan perubahan luar biasa dapat terjadi sangat cepat" Terapis dapat
berperan dalam membantu orang dalam membuat suatu pergeseran dari masalah
dengan kemungkinan-kemungkinan baru, dapat mendorong dan menantang klien
untuk menulis cerita yang berbeda dan berakhir pada sesuatu yang baru.
12
Wahyu Nanda Eka Saputra, ‘Evaluasi Program Konseling Di Smp Kota Malang:
Discrepancy Model’, Jurnal Psikologi Pendidikan Dan Konseling: Jurnal Kajian Psikologi
Pendidikan Dan Bimbingan Konseling, 1.2 (2015), 180 <https://doi.org/10.26858/jpkk.v1i2.1815>.
11
membantu mereka dalam menerapkan budaya untuk menghilangkan masalah
dalam jumlah waktu yang sesingkat mungkin O'Hanlon (1999) menyatakan "in
mendorong orang untuk pindah dari sifat menganalisis masalah yang muncul dan
sebagai gantinya mulai mencari solusi dan mengambil tindakan pemecahannya".
Ada berbagai cara untuk membantu klien dalam berpikir entang apa yang
telah mereka kerjakan. De Shazer (1991) lebih memilih untuk melibatkan klien
dalam percakapan yang mengurah. Menurut Hill (2012), itu adalah penting untuk
menekankan strategi yang diprakarsai konsdor untuk perguruan tinggi dan
kesiapan karir, sesuatu kelompok konselor sekolah ini menemukan tantangan.
Salah satu dari beberapa layanan BK yang dapat digunakan sesuai dengan
perkembangan zaman dan dapat dilakukan untuk berbagai macam masalah adalah
hyanan konseling berorientasi postmodern. Pendekatan postmodern merupakan
pendekatan yang berjalan singkat yang berfokus pada pemecahan masalah yang
menekankan pada potensi konseli, bukan berfokus pada penyebab atau problem.
Sementara itu, para guru yang berasal dari era pra-digital mengalami
kesulitan dalam membangun komunikasi yang efektif dengan anak-anak atau siswa
13
Yasmini, N. W. S. (2020). Integrasi satua bali dalam konseling postmodern untuk
meminimalisasi perilaku bullying siswa. Indonesian Journal of Educational Development
(IJED), 1(2), 190-198.
12
dari era digital, Kebiasaan dan cara mereka belajar tentu sangat berbeda dengan
kebiasaan dan cara guru dan orang tua belajar di masa lalu. Hal ini sering membuat
kedua belah pihak, siswa di satu sisi dan para guru dan orang tua di sisi lain,
menjadi frustrasi karena kurangnya pemahaman yang baik antara murid dan guru.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada tingkat formatif, pemulaan perspektif historis mengenai bimbingan
dan konseling didorong. Oleh para prionir berdasarkan gagasan atau pemikiran
sosialisme keadaan efolusi di setiap dekadenya, telah memberikan konstribusi yang
besar terhadap perkembangan profesi pengajar dan historis perspektif of global
13
guidance and consulting Indonesia di terbirkan modern dan refolusioner. Program
bimbingan dan konseling tercantum dengan nomr kementrian Pendidikan dan
kebudayaan 111 tahun 2014 adalah program tahunan dan program semester. Selain
itu, seseorang guru BK mendampingi 150 siswa dengan memberikan layanan. Pada
dasarnya permendikbut 2014 nomor 111 melalui bimbingan dan konsultasi
komprehensif sebagai referensi utama.
Jadi tantangan untuk guru BK di era disrupsi ini merupakan guru BK yang
perlu memperbarui keterampilannya antara lain pembaruan pastoral, melalui dari
pola piker hingga strategi pelayanan. Sebab, propesor BK membawa
mahasiswanya untuk mengembangkan potensinya, untuk sementara waktu
dinamika, pemikiran, dan perilaku mahasiswa pun ikut berubah di era disruptip ini.
Salah satu dari sekian banyak layanan BK dapat digunakan tergantung pada
berkali-kali dan dapat dilakukan untuk berbagai jenis masalah sebaagai layanan
orientasi postmodernis.
B. Saran
Setiap instruktur dan konsultan harus memahami bahwa pertumbuhan dan
pengembangan profesional sangat penting untuk mencapai kinerja dan layanan
14
berkualitas. Perasaan positif konselor terhadap guru atau tenaga kependidikan
membantu menciptakan suasana saling ketergantungan yang kohersif dan positif.
Sebaliknya, konselor yang mengalami emosi negatif akan berdampak buruk pada
hubungan interpersonal dengan guru atau tenaga kependidikan, yang pada akhirnya
juga menimbulkan perilaku negatif
15
DAFTAR PUSTAKA
Eni, ‘済無 No Title No Title No Title’, Angewandte Chemie International Edition,
6(11), 951–952., Mi, 1967, 5–24
Hartoyo, Saiful, Nur Hidayah, and Fitri Wahyuni, ‘Perspektif Histories Bimbingan
Dan Konseling Global ’, Prosiding Seminar & Lokakarya Nasional
Bimbingan Dan Konseling 2022 PD ABKIN JATIM & UNIPA SBY, 2022,
133–47
Saputra, Wahyu Nanda Eka, ‘Evaluasi Program Konseling Di Smp Kota Malang:
Discrepancy Model’, Jurnal Psikologi Pendidikan Dan Konseling: Jurnal
Kajian Psikologi Pendidikan Dan Bimbingan Konseling, 1.2 (2015), 180
<https://doi.org/10.26858/jpkk.v1i2.1815>
16
17