Anda di halaman 1dari 37

Analisa Pemahaman Mahasiswa Universitas Negeri Malang angkatan 2011-

2014 terhadap Gerakan Nasional Non Tunai

LAPORAN

Laporan ini disusun sebagai

syarat kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL)

Disusun Oleh:

Agista Saraswati 120422425877

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Universitas Negeri Malang
Fakultas Ekonomi
Akuntansi
2015
ABSTRAK
Saraswati, Agista Rully. 2015. Analisa Pemahaman Mahasiswa Universitas Negeri Malang
angkatan 2011-2014 terhadap Gerakan Nasional Non Tunai. Laporan Praktik Kerja Lapangan
Program Studi Akuntansi, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi. Pembimbing Bety Nur Achadi-
yah, S.Pd, M. Sc.

Kata kunci: Gerakan Nasional Non Tunai, e-Money, Universitas Negeri Malang
Penggunaan uang tunai di era digital seperti saat ini memang sebuah keniscayaan, sebuah
proyeksi bagi Indonesia untuk menghadapi persaingan secara global. Langkah untuk memuluskan
uang nontunai ini pun telah dituangkan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor. 11/12/PBI/2009
Uang Elektronik (Electronic Money). Meski memiliki manfaat beragam, pada kenyataannya
masyarakat Indonesia masih belum memahami pentingnya penggunaan transaksi nontunai.
Mahasiswa Universitas Negeri Malang angkatan 2014 sendiri telah memiliki fasilitas e-money
(Brizzi) yang terintegrasi dalam Kartu Tanda Mahasiswa mereka. Penelitian ini dimaksudkan
untuk menilai kesiapan mahasiswa Universitas Negeri Malang untuk menjadi pionir Less Cash
Society di Malang dan tentunya modern.
Sistem Pembayaran merupakan sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang
dari satu pihak ke pihak lain. BI mengacu pada empat prinsip kebijakan sistem pembayaran, yakni
keamanan, efisiensi, kesetaraan akses dan perlindungan konsumen. Gerakan Nasional Nontunai
(GNNT) merupakan program dari Bank Indonesia dalam upaya untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat, pelaku bisnis dan juga lembaga-lembaga pemerintah untuk menggunakan sarana pem-
bayaran nontunai dalam melakukan transaksi keuangan, yang tentunya mudah, aman dan efisien.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mahasiswa Universitas Negeri Malang berpotensi untuk
mengimplementasikan GNNT dalam kehidupan sehari-hari mereka. Diramalkan geliat
penggunaan transaksi nontunai akan semakin berkembang di masa mendatang. Tidak terdapat
perbedaan pemahaman GNNT bagi mahasiswa angkatan 2014 maupun sebelumnya. Masing-mas-
ing angkatan sama-sama kurang memahami gerakan non tunai dan kurang memiki kesadaran un-
tuk senantiasa melakukan gerakan non tunai.
Sosialisasi pencanangan Gerakan Nasional Non-Tunai dilakukan di kalangan mahasiswa, da-
lam hal ini adalah mahasiswa Universitas Negeri Malang. Dan sosialisasi lebih baik menggunakan
media elektronik yang dapat membantu mahasiswa lebih memahami transaksi non tunai. Sehingga
tujuan GNNT untuk membentuk less cash society dapat segera terwujud.
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, tanpa rahmat dan hidayahNya karya tulis
ini tidak akan dapat disusun dengan baik. Karya tulis ini disusun untuk memenuhi tugas penu-
lisan laporan yang disyaratkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang serta untuk me-
menuhi syarat kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Universitas Negeri Malang.

Ucapan terima kasih penulis haturkan pada Bapak Dudi Herawadi selaku Pimpinan KPwBI
Malang yang telah mengijinkan penulis melaksanakan kegiatan PKL di institusi yang ber-
sangkutan. Terima kasih pula kepada Bapak Jaka Setyawan, Bapak Arif Budi Laksono serta
Ibu Wahyu Ratnawati yang telah berkontribusi dalam penyusunan karya tulis ini. Semoga karya
tulis ini dapat memberi manfaat bagi pembaca yang budiman.

Malang, 25 Mei 2015

Penulis

i
Daftar Isi
Kata Pengantar ................................................................................................................... i
Daftar Isi ........................................................................................................................... ii
Daftar Gambar ................................................................................................................. iii
Daftar Tabel ..................................................................................................................... iv
Bab I
Pendahuluan ........................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 4
Bab II
Kajian Teori ........................................................................................................................ 5
2.1 Sistem Pembayaran ................................................................................................. 5
2.2 GNNT ..................................................................................................................... 10
Bab III
Penyajian Data dan Analisis Pemecahan Masalah.............................................................. 12
3.1 Profil Perusahaan .................................................................................................... 12
3.2 Penyajian Data ........................................................................................................ 18
3.3 Analisis Pemecahan Masalah .................................................................................. 19
Bab IV
Penutup ............................................................................................................................... 26
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 26
4.2 Keterbatasan Penelitian ........................................................................................... 26
4.3 Saran ....................................................................................................................... 27
Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 28
Lampiran ............................................................................................................................. 29

ii
Daftar Gambar

Gambar Struktur Organisasi KPwBI Malang ................................................................. 17

Diagram jumlah responden berdasarkan angkatan ......................................................... 19

Diagram responden berdasarkan tempat tinggal ............................................................. 20

Grafik Perbandingan Presentase transaksi tunai dan non tunai ...................................... 20

Grafik frekuensi penggunaan APMK ............................................................................. 22

iii
Daftar Tabel

Tabel Perhitungan Uji Perbedaan Pemahaman GNNT ................................................... 23

iv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan uang tunai di era digital seperti saat ini memang sebuah keniscayaan, sebuah
proyeksi bagi Indonesia untuk menghadapi persaingan secara global, karena di negara negara
maju, transaksi keuangan nontunai adalah kelaziman sehari hari, dengan transaksi nontunai
maka keamanan lebih terjamin dan tentunya jauh lebih efisien dibanding menggunakan mata
uang konvensional. Sebelumnya Bank Indonesia pun melakukan nota kesepakatan dengan
Otoritas Jasa Keuangan, Menteri Ketenagakerjaan dan juga Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNPTKI).
Langkah untuk memuluskan uang nontunai ini pun telah dituangkan dalam Peraturan Bank
Indonesia Nomor. 11/12/PBI/2009 Uang Elektronik (Electronic Money).
Salah satu poin penting dalam peraturan ini adalah poin nomor 7 yang menyatakan “Uang
Elektronik yang diterbitkan /digunakan di wilayah Republik Indonesia wajib menggunakan
uang rupiah.”
Semakin meluasnya penggunaan uang nontunai maka peluang peluang gratifikasi akan me-
nyempit, inilah salah satu peluang bagi bangsa Indonesia untuk melawan musuh utama bangsa
Indonesia yaitu korupsi, sebuah harapan yang sangat mungkin terjadi di masa depan.
Keuntungan lain dalam transaksi nontunai adalah kepraktisan dalam penggunaan sehari-
hari. Dapat dianalogikan sebagai berikut, untuk membawa uang misalnya sejumlah 5 juta
tunai, maka dipastikan dompet yang dipergunakan untuk menyimpan uang akan terasa penuh
sesak, dan ini membuka peluang tindakan kejahatan di tempat umum, bandingkan jika dengan
menggunakan transaksi nontunai, dengan bentuk fisik berupa kartu kredit,kartu ATM ataupun
kartu debet, maka dompet pun terlihat ’langsing’ sehingga tak mengundang tindak kejahatan
semisalnya pencopetan.
Dan untuk saat ini tren uang nontunai memang memiliki momentum yang tepat, beberapa
perbankan nasional pun telah memiliki uang elektronik yang bisa dipergunakan multifungsi
mulai dari belanja keperluan sehari hari, alat pembayaran transportasi.
Selain ada manfaat, tentu saja ada peluang peluang yang menjanjikan dakam penggunaan
transaksi nontunai, seperti pembayaran antar perorangan yang jauh lebih efektif dan tentu saja
1
jauh lebih aman dibanding dengan uang kertas, apa lagi logam, dan contoh lain adalah pem-
bayaran perorangan kepada perusahaan atau bisnis, dan ini telah dibuktikan saat kita mem-
bayar busway ataupun tiket kereta api, selain cepat dan tentu saja menihilkan peran calo yang
selama beberapa tahun terakhir mulai tiarap dengan proses transaksi nontunai.
Manfaat lain yang bisa kita rasakan dengan pembayaran nontunai adalah membayar
kewajiban warga negara yaitu membayar pajak pun bisa dilakukan dengan transaksi masa
depan berupa pembayaran nontunai, selain lebih efektif, tentu saja akan menghindari bentuk
bentuk yang akan menjurus ke tindakan manipulatif dan ini tentu akan menekan angka
korupsi.
Transaksi nontunai, mampu memutus mata rantai agar tidak terjadi tindak korupsi, tran-
skasi nontunai memiliki data pencatatan yang sangat valid dan tercatat secara rinci, sehingga
bila ada terjadi penyimpangan penyimpangan maka akan mudah terdeteksi, dengan adanya
transaksi nontunai, otomatis akan memperkecil pintu pintu penyimpangan yang bermuara
pada tindak korupsi, ini adalah masa depan yang baik bagi bangsa Indonesia yang terus mene-
rus melawan sebuah tindakan bernama korupsi.
Dengan transaksi nontunai, kelemahan uang konvensional akan semakin terlihat. Untuk
selembar uang kertas yang berada di dompet, terdapat proses panjang yang dilalui, mulai dari
perencanaan, pencetakan, peredarannya, serta bila uang itu ditarik dari peredaran maka dibu-
tuhkan waktu yang cukup lama, belum lagi nantinya uang tersebut akan dimusnahkan serta
dibutuhkan biaya besar baik dalam pembuatan maupun pemusnahannya. Gerakan nasional
non-tunai ini bermanfaat untuk menghemat anggaran negara dari segi efisiensi anggaran pem-
buatan uang kartal.
Meski memiliki manfaat beragam, pada kenyataannya masyarakat Indonesia masih belum
memahami pentingnya penggunaan transaksi nontunai. Sebagian besar masyarakat lebih
banyak menggunakan transaksi tunai dengan dalih transaksi tunai dapat digunakan untuk
transaksi yang bernilai kecil serta tidak dikenakan biaya tambahan, seperti biaya administrasi
yang dikenakan ketika melakukan transaksi nontunai.
Selain itu, tingkat kesadaran masyarakat akan penggunaan transaksi nontunai yang begitu
terbatas disebabkan juga oleh kurangnya sosialisasi dan himbauan oleh lembaga berwenang.
Keterbatasan edukasi inilah menjadi salah satu penyebab masih maraknya masyarakat yang
menggunakan transaksi tunai dalam kegiatan sehari-hari. Rendahnya edukasi, biaya

2
tambahan, serta ketidakmampuan alat pembayaran nontunai dalam transaksi bernilai kecil
menjadi penyebab transaksi tunai tetap menjadi primadona.
Menurut stabilitas.co.id, transaksi nontunai di Indonesia memang masih rendah bila
dibandingkan negara lain di ASEAN. Jumlah transaksi di sektor ritel sudah mencapai Rp7.500
triliun, namun baru 31 persen pembayarannya menggunakan nontunai. Padahal, persentase
transaksi nontunai di beberapa negara tetangga sudah di atas 50 persen. Data BI menunjukkan
potensi pengembangan uang elektronik untuk sektor transportasi di Jakarta saja sudah bisa
mencapai Rp23,4 triliun per tahun. Ini menjadi indikasi potensi transaksi nontunai di Indone-
sia sangat besar.
Sementara itu di beberapa Universitas ternama di Indonesia seperti Universitas Ngurah Rai,
Universitas Udayana, Universitas Airlangga, serta Universitas Gajah Mada mulai
membudayakan Gerakan Nasional Nontunai seperti yang dilansir oleh finansial.bisnis.com.
Mahasiswa termasuk dalam kelompok masyarakat yang sering melakukan transaksi finansial.
Mahasiswa juga termasuk konsumen online shop terbesar dengan presentase lebih dari 50%
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=18056&val=1129). Sehingga perlu
dilakukan penelitian terhadap kelompok mahasiswa untuk mengetahui pemahaman serta
kesiapan mereka dalam menyambut GNNT.
Penelitian ini dilakukan pada Mahasiswa Universitas Negeri Malang angkatan 2014 serta
angkatan sebelum 2014 untuk mengetahui perbandingan penggunaan transaksi nontunai.
Mahasiswa Universitas Negeri Malang angkatan 2014 sendiri telah memiliki fasilitas e-money
(Brizzi) yang terintegrasi dalam Kartu Tanda Mahasiswa mereka. Tidak seperti angkatan
sebelum 2014, KTM mereka tidak dibekali dengan e-money. Penelitian ini dimaksudkan
untuk menilai kesiapan mahasiswa Universitas Negeri Malang untuk menjadi pionir Less
Cash Society di Malang dan tentunya modern.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana gambaran umum penggunaan transaksi nontunai pada Mahasiswa
Universitas Negeri Malang angkatan 2014 dibandingkan dengan angkatan
sebelumnya?

1.2.2 Bagaimana prospek implementasi Gerakan Nasional Nontunai di kalangan


Mahasiswa Universitas Negeri Malang?

3
1.3 Tujuan Penulisan
3.3.1 Bagi Penulis

Karya tulis ini dapat digunakan sebagai pertanggungjawaban penulis atas kegiatan
Praktik Kerja Lapangan yang dilakukan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Malang. Laporan ini dapat menjadi bukti kegiatan serta penjelasan ilmu yang
didapatkan penulis dari instansi terkait.

3.3.2 Bagi Instansi Kuliah Kerja Nyata Pengganti (Praktik Kerja Lapangan)

Karya tulis ini dapat digunakan sebagai alat pembantu instansi dalam memotret
kondisi kesiapan kalangan Mahasiswa dalam penggunaan transaksi nontunai,
mengingat instansi terkait adalah pencetus utama Gerakan Nasional Non-tunai.

3.3.3 Bagi Pembaca

Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan baru bagi pembaca
serta dapat menjadi pendorong motivasi pembaca untuk ikut serta dalam
mewujudkan gerakan transaksi nontunai.

4
BAB II

KAJIAN TEORI
2.1 Sistem Pembayaran
Sistem Pembayaran merupakan sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai
uang dari satu pihak ke pihak lain. Media yang digunakan untuk pemindahan nilai uang ter-
sebut sangat beragam, mulai dari penggunaan alat pembayaran yang sederhana sampai pada
penggunaan sistem yang kompleks dan melibatkan berbagai lembaga berikut aturan mainnya.
Kewenangan mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran di Indonesia dilaksanakan
oleh Bank Indonesia yang dituangkan dalam Undang Undang Bank Indonesia.
Pengertian sistem pembayaran yang lebih lengkap sebagaimana definisi sistem pem-
bayaran menurut UU No.23/1999 tentang Bank Indonesia pasal 1 angka 6:
“Sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan untuk
melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu
kegiatan ekonomi”.
Dalam menjalankan mandat tersebut, BI mengacu pada empat prinsip kebijakan sistem
pembayaran, yakni keamanan, efisiensi, kesetaraan akses dan perlindungan konsumen. Aman
berarti segala risiko dalam sistem pembayaran seperti risiko likuiditas, risiko kredit, risiko
fraud harus dapat dikelola dan dimitigasi dengan baik oleh setiap penyelenggaraan sistem
pembayaran.
Prinsip efisiensi menekankan bahwa penyelenggaran sistem pembayaran harus dapat
digunakan secara luas sehingga biaya yang ditanggung masyarakat akan lebih murah karena
meningkatnya skala ekonomi. Kemudian prinsip kesetaraan akses yang mengandung arti
bahwa BI tidak menginginkan adanya praktek monopoli pada penyelenggaraan suatu sistem
yang dapat menghambat pemain lain untuk masuk. Terakhir adalah kewajiban seluruh penye-
lenggara sistem pembayaran untuk memperhatikan aspek-aspek perlindungan konsumen. Se-
mentara itu dalam kaitannya sebagai lembaga yang melakukan pengedaran uang, kelancaran
sistem pembayaran diejawantahkan dengan terjaganya jumlah uang tunai yang beredar di
masyarakat dan dalam kondisi yang layak edar atau biasa disebut clean money policy.

2.1.1 Pembayaran Tunai

5
Pembayaran tunai atau yang biasa disebut dengan pembayaran cash, merupakan pem-
bayaran atas harga barang atau jasa secara tunai, dimana pihak pembeli menyerahkan uang
sebagai bukti pembayaran sebesar harga barang yang dibeli bersamaan dengan surat pesanan.
Pembayaran tunai ini biasanya dilakukan dengan menggunakan uang tunai. Instrumen pem-
bayaran tunai adalah uang kartal yang terdiri dari uang kertas dan uang logam.
Alat pembayaran tunai lebih banyak memakai uang kartal (uang kertas dan logam). Uang
kartal masih memainkan peran penting khususnya untuk transaksi bernilai kecil. Dalam
masyarakat moderen seperti sekarang ini, pemakaian alat pembayaran tunai seperti uang kartal
memang cenderung lebih kecil dibanding uang giral. Pada tahun 2005, perbandingan uang
kartal terhadap jumlah uang beredar sebesar 43,3 persen (http://www.bi.go.id/id/sistem-
pembayaran/di-indonesia/Contents/Default.aspx).
Namun patut diketahui bahwa pemakaian uang kartal memiliki kendala dalam hal efisiensi.
Hal itu bisa terjadi karena biaya pengadaan dan pengelolaan (cash handling) terbilang mahal.
Hal itu belum lagi memperhitungkan inefisiensi dalam waktu pembayaran. Misalnya, ketika
Anda menunggu melakukan pembayaran di loket pembayaran yang relatif memakan waktu
cukup lama karena antrian yang panjang. Sementara itu, bila melakukan transaksi dalam
jumlah besar juga mengundang risiko seperti pencurian, perampokan dan pemalsuan uang.
2.1.2 Pembayaran Non-tunai
Sedangkan yang dimaksud dengan pembayaran nontunai adalah pembayaran yang dil-
akukan dengan cara:
 Bayar dimuka yaitu pembayaran harga sebelum barang diterima atau sebelum ba-
rang ada.
 Bayar dibelakang, yaitu pembayaran yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu
setelah barang diterima.
 COD (cash on delivery), dimana pembayaran dilakukan pada waktu barang dis-
erahkan pada pembeli, dan ada pula yang pembayaran dilakukan pada waktu doku-
men tiba.
Instrumen pembayaran nontunai dapat dibagi atas alat pembayaran nontunai dengan media
kertas, seperti cek, bilyet giro, wesel, dll, serta alat pembayaran nontunai dengan media kartu
(plastic money) seperti: kartu kredit, kartu debit, kartu ATM, dll. Ada beberapa media yang
dapat digunakan sebagai alat pembayaran

6
(http://kamarulintangsakti.blogspot.com/2014/02/sistem-pembayaran-dan-alat-
pembayaran.html), yaitu:
a. Uang kartal
Uang kartal adalah mata uang resmi yang dipergunakan sebagai alat pembayaran yang sah
di suatu negara. Uang kartal dibedakan menjasi dua, yaitu:
1. Uang tunai domestik, yaitu mata uang negara tertentu yang berupa uang kertas dan
logam, yang diterima sebagai alat pembayaran yang sah di negara tersebut (diter-
bitkan oleh Bank Sentral negara yang bersangkutan).
2. Uang asing (valuta asing = valas), yaitu mata uang asing berupa uang kertas dan
logam yang diterima sebagai alat pembayaran internasional
b. Uang giral
Yaitu alat pembayaran yang bukan berupa uang, biasanya berupa format perintah menge-
luarkan uang. Jenis-jenis uang giral antara lain:
1. Cek (check/cheque).
Cek merupakan surat berharga yang banyak digunakan dalam lalu lintas
perdagangan. Cek digunakan sebagai pengganti uang tunai atau sebagai alat pem-
bayaran. Biasanya Bank yang melakukan pembayaran itu adalah bank yang mem-
berikan buku cek kepada orang yang menandatangani cek tsb.
2. Bilyet giro.
Didalam lalu lintas perdagangan, orang lebih suka menggunakan bilyet giro, karena
ditinjau dari segi keamanannya lebih terjamin. Apabila bilyet giro itu hilang atau
dicuri oleh pihak lain, maka orang tersebut tidak dapat mencairkan atau mengambil
uangnya di bank, mengingat bilyet itu hanya berfungsi untuk pemindahbukuan saja.
3. Bank draft.
Bank draft atau banker’s draft adalah surat berharga yang berisi perintah tak ber-
syarat dari bank penerbit draft tersebut kepada pihak lainnya (tertarik), untuk mem-
bayar sejumlah uang kepada seseorang tertentu atau orang yang ditunjuknya pada
waktu yang telah ditentukan. Bank draft ini merupakan cek, namun sumber dana
pembayarannya adalah berasal dari rekening bank penerbit, bukan dari nasabah per-
orangan
4. Instrumen pembayaran khusus

7
Instrumen pembayaran khusus atau media pembayaran khusus merupakan alat pembayaran
yang berbentuk kartu dan sering disebut sebagai APMK (Alat Pembayaran Menggunakan
Kartu). Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia No. 14/2/PBI/2012, meliputi:
1. Kartu kredit (credit card)
Kredit adalah kepercayaan, mendapat kredit berarti mendapat kepercayaan. dalam
dunia bisnis kredit adalah fasilitas yang disediakan oleh bank dimana seseorang atau
badan usaha meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya kembali dalam
jangka waktu yang ditentukan. Jika seseorang menggunakan jasa kredit, maka ia akan
dikenakan bunga tagihan.
Prinsip kartu kredit adalah ”buy now pay later”, artinya pada saat transaksi
kewajiban membayar pemegang kartu ditalangi terlebih dahulu oleh penerbit Kartu
Kredit, sedangkan pelunasannya dilakukan setelah jatuh tempo.
2. Kartu debit (debit card)
Salah satu instrumen pembayaran berbasis kartu yang penting dalam sistem pem-
bayaran adalah kartu Debet dan Kartu ATM yang transaksinya dilakukan melalui mesin
ATM. Mesin ATM ini merupakan mesin yang dapat melayani kebutuhan nasabah secara
otomatis setiap saat (24 jam) selama tujuh hari dalam seminggu termasuk hari libur.
Lokasi ATM biasanya tersebar di tempat-tempai strategis.
Menurut leaflet Bank Indonesia yang disebarkan sebagai bagian dari program
edukasi masyarakat dalam rangka lmplementasi arsitektur Perbankan Indonesia. Kartu
Debet dan kartu ATM adalah kartu khusus yang diberikan oleh bank kepada pemilik
rekening, yang dapat digunakan untuk bertransaksi secara elektronis atas rekening ter-
sebut. Pada saat kartu digunakan bertransaksi akan langsung mengurangi dana yang
tersedia pada rekening.
3. Voucher pembayaran (payment voucher) atau e-money
Uang elektronik didefinisikan sebagai alat pembayaran dalam bentuk elektronik di-
mana nilai uangnya disimpan dalam media elektronik tertentu. Penggunanya harus me-
nyetorkan uangnya terlebih dahulu kepada penerbit dan disimpan dalam media el-
ektronik sebelum menggunakannya untuk keperluan bertransaksi. Ketika digunakan,
nilai uang elektronik yang tersimpan dalam media elektronik akan berkurang sebesar
nilai transaksi dan setelahnya dapat mengisi kembali (top-up).

8
Media elektronik untuk menyimpan nilai uang elektronik dapat berupa chip atau
server. Penggunaan uang elektronik ini sebagai alat pembayaran yang inovatif dan prak-
tis diharapkan dapat membantu kelancaran pembayaran kegiatan ekonomi yang bersifat
massal, cepat dan mikro, sehingga perkembangannya dapat membantu kelancaran
transaksi di jalan tol, di bidang transportasi seperti kereta api maupun angkutan umum
lainnya atau transaksi di minimarket, food court, atau parkir.
2.1.3 BI Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)
BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap transaksinya dil-
akukan dalam waktu seketika. Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia pada tanggal 17 No-
vember 2000, BI-RTGS berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran,
khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk High Value Payment Sys-
tem (HVPS) atau transaksi bernilai besar yaitu transaksi Rp.100 juta ke atas dan bersifat segera
(urgent). Transaksi HPVS saat ini mencapai 90% dari seluruh transaksi pembayaran di Indo-
nesia sehingga dapat dikategorikan sebagai sistem pembayaran nasional yang memiliki
peranan signifikan (Systemically Important Payment System).
Sistem BI-RTGS memberikan banyak manfaat, selain berfungsi meningkatkan kepastian
penyelesaian akhir (settlement finality) setiap transaksi pembayaran, yang berarti mengurangi
risiko penyelesaian akhir (minimizing settlement risk) , BI RTGS juga menjadi sarana transfer
dana antar-bank yang praktis, cepat, efisien, aman dan handal. Disamping itu BI-RTGS yang
dilengkapi dengan mekanisme sentralisasi rekening giro menjadi sarana yang dapat diandal-
kan untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan dana (management fund) baik bagi peserta
maupun pihak otoritas moneter dan perbankan. Bagi otoritas informasi mengenai pengelolaan
dana perbankan menjadi informasi pendukung dalam menjalankan kegiatan operasi moneter
dan early warning system pengawasan bank.
2.1.4 Bank Indonesia Scriptless Securities Settlement System (BI-SSSS)
BI-SSSS merupakan sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya
dan penatausahaan Surat Berharga secara elektronik dan terhubung langsung antara Peserta,
Penyelenggara dan Sistem Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement (Sistem BI-RTGS).
BI-SSSS menggabungkan sistem transaksi Bank Indonesia dengan sistem penatausahaan Su-
rat Berharga. Kegiatan transaksi Bank Indonesia, mencakup (i) pelaksanaan Operasi Pasar
Terbuka (OPT), (ii) pemberian fasilitas pendanaan Bank Indonesia kepada Bank, dan (iii)

9
pelaksanaan transaksi Surat Berharga Negara (SBN) untuk dan atas nama Pemerintah. Se-
mentara kegiatan penatausahaan Surat Berharga mencakup kegiatan (i) setelmen, (ii) regis-
trasi kepemilikan, dan (iii) pembayaran kupon/pelunasan Surat Berharga. Kegiatan transaksi
dan penatausahaan dilakukan dalam satu sistem yang terintegrasi dan terhubung langsung (on-
line) antara Bank Indonesia dengan para pelaku pasar. Selain itu, BI-SSSS mencakup juga
sistem informasi antar peserta dan penyelenggara BI-SSSS, sistem setelmen surat berharga
dan sistem penatausahaan surat berharga.
2.2 GNNT
Gerakan Nasional Nontunai (GNNT) merupakan program dari Bank Indonesia dalam
upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, pelaku bisnis dan juga lembaga-lembaga
pemerintah untuk menggunakan sarana pembayaran nontunai dalam melakukan transaksi keu-
angan, yang tentunya mudah, aman dan efisien. GNNT ditujukan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap penggunaan instrumen nontunai, sehingga berangsur-angsur
terbentuk suatu komunitas atau masyarakat yang lebih menggunakan instrumen nontunai
(Less Cash Society/LCS) khususnya dalam melakukan transaksi atas kegiatan ekonominya,
menurut Agus D.W. Martowardojo Gubernur Bank Indonesia.
GNNT dalam jangka pendek bertujuan untuk mengurangi penggunaan uang tunai sehingga
akan mengurangi biaya mencetak, mendistribusikan, dan mengelola uang yang mencapai Rp
3 triliun per tahun, meningkatkan efisiensi usaha, mengurangi peredaran uang palsu, dan men-
dukung transparansi dalam arus perputaran uang yang pada akhirnya akan mengurangi ke-
bocoran-kebocoran anggaran atau tindakan korupsi lainnya yang biasanya dilakukan secara
tunai. Pada akhirnya, GNNT dalam jangka panjang dapat berpengaruh positif pada pergerakan
laju inflasi karena berkurangnya ‘uang hasil korupsi’ yang memicu gejolak inflasi yang ber-
lebihan.
Dalam GNNT, kampanye difokuskan tidak hanya pada uang elektronik namun juga pada
transaksi nontunai lainnya seperti menggunakan kartu kredit, kartu ATM, kartu ATM/debet,
melalui kliring dan RTGS. Namun karena alat dan sarana transaksi nontunai tersebut sudah
lebih dahulu ada maka uang elektronik menjadi salah satu produk baru yang diperkenalkan
sebagai alat dan sarana transaksi nontunai. Dengan uang elektronik, masyarakat atau pun ma-
hasiswa dapat bertransaksi nontunai tanpa perlu memiliki rekening di bank, tanpa biaya ad-
ministrasi, tanpa minimum transaksi, dan tanpa minimum saldo. Bahkan uang elektronik dapat

10
digunakan bertransaksi pada wilayah-wilayah yang belum terjangkau jaringan perbankan ka-
rena memungkinkan dapat bertransaksi (top up, membayar tagihan, dan tarik tunai) pada agen-
agen individu.

11
BAB III

PENYAJIAN DATA DAN ANALISA PEMECAHAN MASALAH


3.1 Profil Perusahaan
3.3.1 Status dan Kedudukan Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral yang independen dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya sesuai dengan undang-undang, yaitu UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia,
dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Republik Indonesia No. 6/ 2009. Undang-undang ini memberikan status dan
kedudukan sebagai suatu lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya, bebas dari campur tangan Pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-
hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang tersebut.
Bank Indonesia memiliki otonomi penuh dalam merumuskan dan melaksanakan setiap tu-
gas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam undang-undang tersebut. Pihak luar
tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia juga
berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari pihak
manapun juga. Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia
dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih efektif dan
efisien.
Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun badan hukum perdata
ditetapkan dengan undang-undang. Bank Indonesia sebagai badan hukum publik berwenang
menetapkan peraturan-peraturan hukum yang merupakan pelaksanaan dari undang-undang
yang mengikat seluruh masyarakat luas sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Bank Indo-
nesia sebagai badan hukum perdata dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di dalam
maupun di luar pengadilan.

12
3.3.2 Visi, Misi dan Sasaran Strategis Bank Indonesia

1) Visi
Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan
nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang
stabil

2) Misi
 Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

 Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu ber-
tahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber penda-
naan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian na-
sional.

 Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi ter-
hadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memper-
hatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.

 Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung
tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance)
yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

3) Nilai-Nilai Strategis

 Trust and Integrity : Membangun kondisi saling menghormati dan mempercayai secara
internal dan eksternal melalui keterbukaan, kehandalan dan konsistensi antara pikiran,
ucapan & tindakan yang didasari oleh nilai nilai moral dan etika

1. Jujur , rendah hati, dan dapat dipercaya


2. Berdisiplin, taat azas, dan konsisten
3. Berprasangka baik, beritikad baik, dan menghindari benturan kepentingan
4. Memegang teguh rahasia jabatan
5. Menjunjung tinggi nilai – nilai kebenaran dan keadilan

13
 Professionalism : Bekerja dengan tuntas dan bertanggung jawab atas dasar kompetensi ter-
baik yang dilakukan secara independen, antisipatif, rasional dan obyektif

1. Bekerja secara efektif dan efisien berdasarkan data / informasi yang akurat dan ana-
lisis yang komprehensif
2. Selalu meningkatkan kompetensi
3. Mengacu pada praktek – praktek terbaik
4. Mengemukakan dan menerima pendapat secara konstruktif serta mengambil kepu-
tusan yang bertanggung jawab
5. Selalu tepat waktu & tepat kualitas
 Excellence : Senantiasa melakukan yang terbaik dengan mengedepankan penciptaan nilai
tambah yang prima untuk mencapai keunggulan yang berkelanjutan menuju kesempurnaan

1. Memanfaatkan waktu dan sumber daya untuk mencapai hasil dan nilai tambah yang
terbaik
2. Membangun, memelihara ,dan meningkatkan keungggulan
3. Melihat ke depan, proaktif, dan cepat tanggap
4. Inovatif dan kreatif
5. Melakukan perbaikan secara berkesinambungan
 Public Interest : Senantiasa mengutamakan dan melindungi kepentingan bangsa dan
negara diatas kepentingan pribadi dan golongan dalam melaksanakan mandat dengan
penuh dedikasi, adil dan bertanggung-jawab

1. Mengutamakan kepentingan bangsa dan negara


2. Bijaksana dalam menjalankan mandat dengan menyeimbangkan kepentingan publik
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang
3. Mengelola sumber daya secara bertanggungjawab
4. Memberikan pelayanan terbaik serta peka dan peduli terhadap aspirasi publik
5. Menjaga kepercayaan publik kepada institusi
 Coordination and Teamwork : Membangun sinergi yang berkesinambungan secara internal
dan eksternal melalui kolaborasi dan komunikasi yang menghasilkan komitmen yang mem-
berikan nilai tambah dengan dasar saling percaya, saling menghargai dan semangat inter-
dependensi.

14
1. Memahami dan menyadari tujuan bersama yang akan dicapai
2. Melaksanakan komitmen yang telah disepakati
3. Mencari solusi terbaik secara bersama – sama
4. Bersedia untuk saling memberi dan menerima masukan dan pendapat
5. Saling menghargai , tulus, terbuka, dan komunikatif
4) Sasaran Strategis

Untuk mewujudkan Visi, Misi dan Nilai-nilai Strategis tersebut, Bank Indonesia menetapkan
sasaran strategis jangka menengah panjang, yaitu :

 Memperkuat pengendalian inflasi dari sisi permintaan dan penawaran


 Menjaga stabilitas nilai tukar
 Mendorong pasar keuangan yang dalam dan efisien
 Menjaga SSK yang didukung dengan penguatan surveillance SP
 Mewujudkan keuangan inklusif yang terarah, efisien, dan sinergis
 Memelihara SP yang aman, efisien, dan lancar
 Memperkuat pengelolaan keuangan BI yang akuntabel
 Mewujudkan proses kerja efektif dan efisien dengan dukungan SI, kultur, dan govern-
ance
 Mempercepat ketersediaan SDM yang kompeten
 Memperkuat aliansi strategis dan meningkatkan persepsi positif BI
 Memantapkan kelancaran transisi pengalihan fungsi pengawasan bank ke OJK
3.3.3 Tujuan dan Tugas Bank Indonesia

Kapasitas Bank Indonesia sebagai bank sentral, Bank Indonesia memilik satu tujuan tung-
gal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestablian nilai rupiah ini
mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kesta-
bilan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain.

Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi, sementara aspek kedua tercer-
min pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Perumusah tujuan
tunggal ini dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang harus dicapai Bank Indonesia serta
batas-batas tanggung jawabnya. Dengan demikian, tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indo-
nesia ini kelak dapat diukur dengan mudah.

15
3.3.4 Sejarah Singkat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang

Bank Indonesia yang kita kenal sekarang merupakan hasil nasionalisasi dari sebuah bank
milik Hindia Belanda bernama De Javasche Bank NV yang didirikan pada tanggal 24 Januari
1828. Oleh pemerintah Hindia Belanda De Javasche Bank NV didirikan sebagai bank sirkulasi
yang bertugas untuk mencetak dan mengedarkan uang. Pada 1953 ditetapkan Undang-Undang
Pokok Bank Indonesia yang menetapkan pendirian Bank Indonesia untuk menggantikan peran
De Javasche Bank NV sebagai bank sentral. Secara de yure, Bank Indonesia Malang lahir
bersama-sama dengan kelahiran Bank Indonesia secara nasional, yakni sejak berlakunya Un-
dang-Undang Pokok Bank Indonesia.

Cikal bakal Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang adalah De Javasche Bank Malang
yang berdiri pada tanggal 1 Desember 1916. De Javasche Bank pada waktu itu sebenarnya
berfungsi sebagai bank sirkulasi. Namun dalam prakteknya De Javasche Bank juga bergerak
di bidang komersial yaitu menerima deposito, memberikan kredit, melakukan jual beli emas
dan perak batangan. Fungsi ganda ini menyebabkan De Javasche Bank selalu mempertim-
bangkan prospek usaha di wilayah yang akan dimasuki dalam mengembangkan wilayah
operasi dan organisasinya, termasuk pada waktu akan membuka kantor cabangnya di kota
Malang.

Data jumlah dan luas perkebunan sekitar Malang seperti Kabupaten Probolinggo, Luma-
jang pada saat ini di mana daerah tersebut merupakan wilayah kerja KPw BI Malang menjadi
bukti kuat bahwa dibukanya kantor cabang De Javasche Bank di Kota Malang adalah pertim-
bangan prospek daerah yang sesuai dengan bidang usaha pemberian kredit De Javasche Bank
di sektor perkebunan.

Pada masa penjajahan Jepang semua kantor De Javasche Bank ditutup dan fungsinya se-
bagai bank sirkulasi digantikan oleh Nanpo Kaihatsu Ginko. Pada tanggal 19 September 1945
Dewan Menteri Keuangan RI mengambil keputusan mendirikan Bank Negara Indonesia yang
fungsinya merupakan penjelmaan dari Jajaran Pusat Bank Indonesia adalah sebagai bank sir-
kulasi untuk Indonesia. Namun dalam prakteknya fungsi tersebut tidak berjalan karena BNI
terlalu banyak bergerak di bidang kredit komersial dan sebagai bank umum. Bedasarkan kepu-
tusan KMB Den Haag tahun 1949 sebenarnya yang berfungsi sebagai bank sentral adalah De

16
Javasche Bank sedangkan BNI sebagai Bank Pembangunan Daerah (BPD). Akhirnya ber-
dasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1951 pada tanggal 15 Desember 1951 De Javasche
Bank di nasionalisasi seperti dimuat pada Lembaran Negara Tahun 1951 No. 120.

3.3.5 Struktur Organisasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang

Menunjuk pada Peraturan Dewan Gubernur Bank Indonesia Nomor 9/4/PDG/2007 tanggal
26 Maret 2007, yang kemudian diatur pelaksanaannya dalam Surat Edaran Bank Indonesia
No. 9/12/INTERN/2007 bahwa Struktur organisasi masing-masing KPw BI merupakan
cerminan dari fungsi dan beban tugas seluruh kegiatan yang dilakukan KPw BI dengan mem-
pertimbangkan prinsip-prinsip yang diatur dalam ketentuan tentang Pedoman Penyempurnaan
Organisasi Bank Indonesia.

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Kantor Perwakilan BI Malang

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang memiliki dua tim besar yakni Tim Ekonomi
dan Keuangan yang membawahi tiga unit. Tiga unit dalam Tim Ekonomi dan Keuangan ialah:
Unit asesmen, statistik, survei, dan Liaison; Unit Akses keuangan dan UMKM; serta unit
komunikasi dan koordinasi kebijakan. Sementara itu, tim lain yakni tim sistem pembayaran
dan manajemen intern (SPMI) membawahi tiga unit di dalamnya. Adapun unit yang termasuk
dalam SPMI adalah Unit operasional kas, Unit layanan nasabah, kliring, perizinan dan
pengawasan SP serta Unit sumber daya.

17
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang dipimpin oleh seorang Pimpinan Bank yang
dibantu oleh dua orang Asisten Direktur yang disebut pula sebagai Deputi Gubernur Kantor
Perwakilan. Masing-masing Asisten Direktur mengepalai dua tim besar yang telah disebutkan
sebelumnya.

3.2 Penyajian Data


3.2.1 Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa Universitas Negeri Malang angkatan
2014 serta angkatan 2011, 2012, 2013 yang termasuk dalam kelompok angkatan sebelum
2014. Hal ini dimaksudkan untuk melakukan perbandingan kesadaran serta pemahaman akan
penggunaan transaksi nontunai dalam keseharian mahasiswa Universitas Negeri Malang.
Mahasiswa Universitas Negeri Malang angkatan 2014 mendapatkan fasilitas lebih yakni
terdapatnya e-money yang terintegrasi dalam Kartu Tanda Mahasiswa mereka. Berbeda
dengan angkatan sebelumnya yang tidak mendapatkan fasilitas yang sama. Oleh sebab itu,
mahasiswa Universitas Negeri Malang 2014 dianggap lebih siap terhadap implementasi
Gerakan Nasional Nontunai.

Sementara itu sampel dari penelitian ini adalah Mahasiswa Universitas Negeri Malang dari
berbagai fakultas angkatan 2011 hingga 2014. Sampel diambil dengan metode purposive
sampling agar didapatkan gambaran kesadaran penggunaan transaksi nontunai di setiap
fakultas dan angkatan. Dengan purposive sampling, penelitian diharapkan dapat memetakan
keadaan penggunaan transaksi nontunai di kampus secara utuh. Sampling tidak diambil
berdasarkan bobot jumlah mahasiswa per fakultas. Responden yang didapatkan berjumlah 100
orang dari berbagai fakultas.

3.2.2 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang disebarkan secara online,
yakni lewat kuesioner yang dibuat di Google docs. Kuesioner berisi 22 butir pertanyaan
dengan model pertanyaan tertutup serta isian.

3.2.3 Uji Statistik yang Digunakan

18
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif untuk
mengetahui sebaran data serta ukuran pemusatan data. Serta uji t berpasangan (paired sample
t-test) untuk menganalisa perbedaan pemahaman mahasiswa Universitas Negeri Malang
angkatan 2014 dengan sebelumnya. Uji ini digunakan karena pada angkatan 2014 diberikan
fasilitas khusus yang terintegrasi dalam Kartu Tanda Mahasiswa mereka (Brizzi) sementara
tidak pada angkatan sebelumnya.

3.3 Analisa Pemecahan Masalah


3.3.1 Gambaran Umum Responden

Diagram Jumlah Responden Berdasarkan


Angkatan (orang)

30
50

13

2011 2012 2013 2014

Gambar 3.2 Diagram Jumlah Responden Berdasarkan Angkatan


(sumber: data yang diolah)
Dalam diagram yang tersaji di atas terdapat angka responden yang didapat menurut kate-
gori angkatan mahasiswa. Sampel yang diambil sejumlah 100 orang terdiri atas 13 orang
angkatan 2013, 30 orang angkatan 2012, 7 orang angkatan 2011 serta separuh sisanya
angkatan 2014. Responden terbanyak berasal dari Fakultas Ekonomi dengan kisaran 24% dari
total responden, sementara itu responden dengan jumlah terendah berasal dari Fakultas Ilmu
Keolahragaan dengan presentase 8%. Responden perempuan berjumlah lebih besar yakni 67
orang dibandingkan responden pria yang hanya berjumlah 33 orang.

19
Diagram Jumlah Responden berdasarkan
Tempat Tinggal (orang)
Indekos
5
Tinggal bersama
44 51 orang tua
Lainnya

Gambar 3.3 Diagram Jumlah Responden Berdasarkan Tempat Tinggal


(sumber: data yang diolah)
Berdasarkan grafik yang disajikan di atas, 51 orang responden tinggal indekos. Sementara
44 orang tinggal bersama orang tua dan 5 sisanya tinggal di pondok pesantren atau men-
gontrak rumah. Dengan demikian, diasumsikan bahwa 51 responden indekos lebih banyak
melakukan transaksi nontunai sehubungan dengan jarak responden dengan kedua orang tua
(sumber dana).

Dari data yang diperoleh peneliti, pengeluaran mahasiswa Universitas Negeri Malang dari
angkatan 2011-2014 berkisar antara Rp 500.000 – Rp 999.000 yang ditunjukkan oleh 50 orang
responden lintas angkatan. Angkatan 2014 sebanyak 24 orang juga mengakui bahwa penge-
luaran rata-rata per bulan mereka berada di kisaran Rp 500.000 – Rp 999.000. Sementara itu
pengeluaran di atas Rp 1.500.000 ditunjukkan oleh 5 responden, masing-masing 2 responden
angkatan 2014, serta 3 responden angkatan 2011 dan 2013. Dari 5 responden dengan tingkat
pengeluaran tertinggi tersebut, terdapat seorang responden yang menyatakan bahwa
penggunaan nilai transaksi nontunainya mencapai 70% dengan frekuensi penggunaan
transaksi nontunai sebesar 20%.

3.3.2 Penggunaan Transaksi Non-tunai

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis sebanyak 68.34% responden indekos


melakukan transaksi tunai dalam kegiatan sehari-hari. Dengan rata-rata besar nilai transaksi
tunai per bulan mencapai 68.8%. Sementara itu untuk jumlah keseluruhan, transaksi tunai
memang lebih banyak digunakan oleh responden baik secara frekuensi (70.53%) maupun

20
menurut besar nilai yang dikeluarkan (65.70%) seperti dalam grafik yang disajikan di bawah
ini.
Grafik Perbandingan Presentase Transaksi
Tunai dan Non Tunai Mahasiswa UM
Rata-rata Penggunaan 80
70
60
dalam Persen

50
40
30
20
10
0
Frekuensi Transaksi Besar Nilai Transaksi

Tunai Non Tunai

Gambar 3.4 Grafik Perbandingan Presentase Transaksi Tunai dan Non Tunai Maha-
siswa Universitas Negeri Malang angkatan 2011-2014
(sumber: data yang diolah)
Adapun yang penyebab sedikitnya transaksi nontunai yang dilakukan oleh responden
adalah : Transaksi nontunai dikenakan biaya tambahan (mis: biaya administrasi) menjadi
alasan utama responden enggan melakukan transaksi nontunai. Sebanyak 66 responden
mengakui hal tersebut. Penyebab kedua sedikitnya penggunaan transaksi nontunai adalah
ketidakmampuan transaksi nontunai untuk transaksi bernilai kecil (33.3%). Tentu saja hal ini
berpengaruh terhadap penggunaan transaksi nontunai di kalangan mahasiswa yang lebih suka
membeli makanan atau minuman yang bernilai kecil dan lebih mudah dilakukan dengan
transaksi tunai.

Adapun penghambat berkembangnya budaya transaksi nontunai terbesar di kalangan


mahasiswa adalah Infrastruktur (misalnya mesin ATM atau mesin EDC) yang diakui oleh 55
orang responden. Penghambat kedua adalah tambahan biaya (yang dikenakan oleh pedagang),
kemudian jaringan internet juga menyebabkan transaksi nontunai tidak dapat berlangsung
dengan lancar. Ada pula responden yang mengaku tidak memahami cara kerja atau
penggunaan transaksi nontunai itu sendiri.

21
Sementara itu, sebanyak 69.56% responden memiliki Alat Pembayaran Menggunakan
Kartu (APMK) berupa ATM, 7.24% memiliki kartu kredit dan sisanya yakni 8.70% memiliki
voucher elektrik atau e-money. Dari hasil ini, rupanya responden yang berasal dari angkatan
2014 masih belum menyadari keberadaan e-money (Brizzi) yang terintegrasi dalam Kartu
Tanda Mahasiswa mereka. Apabila responden angkatan 2014 mengaku mengerti jenis-jenis
APMK, maka presentase kepemilikan APMK berupa e-money mencapai angka 50%.

Meski begitu, responden mengaku mengenali jenis-jenis APMK dengan data sebagai beri-
kut: 41% responden memahami APMK jenis ATM, 20.92% responden memahami APMK
jenis kartu debet, 25.52% responden mengerti APMK jenis kartu kredit, serta sisanya yakni
12.55% mengetahui APMK jenis e-money. Temuan ini sejalan dengan tingkat kepemilikan
APMK responden. Tingkat pemahaman yang cukup kecil, kurang dari 20% terhadap APMK
jenis e-money menyebabkan responden yang mengaku memiliki e-money hanya berjumlah 12
orang atau 8.70%. Jadi, responden sebenarnya memiliki e-money akan tetapi tidak memahami
atau mengenal baik fungsi maupun fisik e-money yang mereka miliki, khususnya bagi re-
sponden angkatan 2014.

Grafik Jumlah Pengguna APMK Mahasiswa UM 2011-


2014

e-Money 2

Kartu Kredit 1

Kartu Debet 13

ATM 93

0 20 40 60 80 100
Pengguna

ATM Kartu Debet Kartu Kredit e-Money

Gambar 3.5 Grafik Frekuensi Penggunaan APMK Mahasiswa Universitas Negeri Ma-
lang angkatan 2011-2014
(sumber: data yang diolah)

22
Dalam diagram yang disajikan di atas, dapat diketahui bahwa lebih banyak responden
memilih menggunakan APMK jenis ATM dengan presentase 85.32% atau sejumlah 93 orang
pengguna. Meski terdapat beberapa kartu ATM yang berfungsi sebagai kartu debet sekaligus,
nyatanya hanya 50 orang atau 11.92% responden yang sering menggunakan APMK jenis kartu
debet. Sempat disinggung sebelumnya bahwa terdapat 7.24% pengguna kartu kredit akan
tetapi dalam frekuensi penggunaannya, kartu kredit merupakan alat yang paling jarang
digunakan dengan presentase frekuensi penggunaan sebesar 0.91%.

Banyaknya responden yang menggunakan APMK jenis ATM mengakui bahwa APMK
unggul dalam kepraktisan penggunaan (31.10%), cepat (24.03%), aman (19.43%), dapat
digunakan untuk transaksi bernilai besar (14,48%) serta modern (11%). Oleh sebab itu, meski
frekuensi dan nilai transaksi masih kurang dari transaksi tunai, dengan kelebihan tersebut
transaksi nontunai masih berpotensi untuk selalu digunakan di masa mendatang.

Bagi angkatan 2014 sendiri kepemilikan APMK jenis e-money yang terintegrasi dalam
KTM mereka seolah tidak ada artinya. Hanya 4 (8%) responden yang mengaku menggunakan
e-money (Brizzi) yang terintegrasi dalam KTM mereka. 3 orang (6%) responden menyatakan
mereka diwajibkan mengisi ulang Brizzi yang terintegrasi dalam KTM mereka. Meski begitu,
50% responden angkatan 2014 mengaku memahami kegunaan e-money (Brizzi) yang terin-
tegrasi dalam Kartu Tanda Mahasiswa mereka. Kurangnya sosialisasi fungsi e-money serta
regulasi penggunaan e-money dari Universitas sendiri disinyalir sebagai pemicu kurangnya
kesadaran penggunaan e-money itu sendiri.

3.3.3 Analisa Pemahaman GNNT

Hipotesis0 dalam penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan pemahaman mengenai
GNNT bagi mahasiswa Universitas Negeri Malang angkatan 2014 maupun angkatan 2011-
2013. Sementara itu, disebabkan adanya e-money yang terintegrasi dalam KTM mahasiswa
angkatan 2014 maka Hipotesisa dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan pemahaman
mengenai GNNT bagi mahasiswa Universitas Negeri Malang angkatan 2014 maupun
angkatan 2011-2013.

23
Tabel 3.1 Hasil Perhitungan Uji T terhadap Perbedaan Pemahaman GNNT mahasiswa
Universitas Negeri Malang angkatan 2014 dengan angkatan sebelumnya
(sumber: data yang diolah)

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Inter-

Std. Devi- Std. Error val of the Difference Sig. (2-


Mean ation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair Angkatan 2014 - -9.000 11.930 4.509 -20.034 2.034 -1.996 6 .093
1 Angkatan 2014+

Dari hasil uji Paired Sample t-test yang dilakukan peneliti yang disajikan dalam tabel di
atas, terdapat hasil signifikansi sebesar 0.01 dari kolom Sig. (2-tailed). Angka 0.93 > 0.05
yang menunjukkan bahwa H0 tidak ditolak dan Ha tidak diterima. Oleh sebab itu, terbukti
bahwa tidak terdapat perbedaan pemahaman mengenai GNNT antara mahasiswa Universitas
Negeri Malang angkatan 2014 dengan angkatan 2011-2013.

3.3.4 Pemecahan Masalah


Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, 92% responden menyatakan perlu
diadakan sosialisasi lebih lanjut mengenai GNNT. Meski GNNT telah dicanangkan sejak
tahun 2014 lalu dan telah merambah ranah Universitas, pada faktanya pemahaman GNNT di
kalangan mahasiswa Universitas Negeri Malang masih begitu sedikit. Dari 100 orang
responden, 92 responden terbuka menerima sosialisasi GNNT di kampus Universitas Negeri
Malang untuk mewujudkan less cash society.

Adapun cara sosialisasi yang paling diminati oleh mahasiswa Universitas Negeri Malang
adalah sosialisasi berupa iklan di media elektronik (27.45%). Sosialisasi melalui sosial media
juga dirasa cukup perlu dilakukan. Sebanyak 62 responden (25.40%) menyatakan sosialisasi
perlu dilakukan melalui media sosial, mengingat media sosial merupakan sumber informasi
utama di kalangan mahasiswa. Sementara itu, sosialisasi berupa seminar di Universitas
diminati oleh 22.54% responden. Seminar ini sehubungan dengan kepemilikan e-money yang
terintegrasi dalam Kartu Tanda Mahasiswa milik angkatan 2014. Menariknya lagi, salah

24
seorang responden berpendapat sosialisasi dapat dikemas dalam bentuk pemilihan duta GNNT
untuk mendongkrak kesadaran penggunaan transaksi nontunai di kalangan mahasiswa.

Sosialisasi yang dilakukan juga tidak dititikberatkan pada kalangan mahasiswa saja.
Sebanyak 37.9% responden mengungkapkan bahwa sosialisasi perlu dilakukan bagi
masyarakat umum. Setelah itu kalangan mahasiswa dengan responden sebanyak 29.7%.
Sementara untuk kalangan pedangang, 28.8% responden menyatakan juga perlu diberikan
sosialisasi.

Tujuan sosialisasi GNNT ini sendiri ialah untuk merangsang kesadaran masyarakat agar
lebih suka menggunakan transaksi nontunai daripada transaksi tunai. Sehingga tercipta suatu
masyarakat yang tidak lagi menggunakan uang kertas terlalu banyak dalam kegiatan sehari-
hari. Pada akhirnya akan mewujudkan cita-cita negeri bebas korupsi dan gratifikasi.

25
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mahasiswa Universitas Negeri Malang berpotensi
untuk mengimplementasikan GNNT dalam kehidupan sehari-hari mereka. Untuk saat ini,
transaksi tunai memang lebih banyak digunakan oleh mahasiswa Universitas Negeri Malang
baik secara frekuensi (70.53%) maupun menurut besar nilai yang dikeluarkan (65.70%). Akan
tetapi berdasarkan kepemilikan (69.56%) dan penggunaan APMK (85.32%) berupa ATM,
diramalkan geliat penggunaan transaksi nontunai akan semakin berkembang di masa
mendatang.

Tidak terdapat perbedaan pemahaman GNNT bagi mahasiswa angkatan 2014 maupun
sebelumnya. Masing-masing angkatan sama-sama kurang memahami gerakan non tunai dan
kurang memiki kesadaran untuk senantiasa melakukan gerakan non tunai. Oleh sebab itu,
dibutuhkan sosialisasi yang menarik, mudah dipahami, mudah diakses serta bersifat
menyeluruh yang berarti sosialisasi dilakukan bagi seluruh kalangan baik itu masyarakat,
mahasiswa, maupun pedagang untuk mewujudkan less cash society.

4.2 Keterbatasan Penelitian


Adapun hambatan serta keterbatasan yang dialami oleh penulis antara lain sebagai berikut:
1) Dalam penelitian ini tidak dicantumkan pembahasan lebih lanjut mengenai sistem serta
proses transaksi nontunai, 2) Terdapat beberapa pertanyaan yang dirasa ambigu dan kurang
reliabel dalam butir pertanyaan dalam kuesioner yang disusun oleh peneliti sehingga
responden tidak menangkap maksud pertanyaan yang diajukan dan jawaban responden
cenderung bias, 3) Diperlukan pengembangan lebih lanjut mengenai ranah penelitian yang
diteliti seperti tingkat konsumsi responden dalam bisnis online, 4) Untuk penelitian lebih
lanjut dapat dilakukan dengan populasi yang jauh lebih luas, tidak hanya bagi Mahasiswa saja,
5) Respon dari responden yang didapatkan peneliti juga terbilang lambat serta tidak
terdistribusi dengan baik dan merata.

26
4.3 Saran
Berdasarkan uraian penulis yang dipaparkan sebelumnya, maka penulis memberikan be-
berapa saran yang dapat menjadi pertimbangan dalam melakukan pengembangan GNNT :
Sosialisasi pencanangan Gerakan Nasional Non-Tunai dilakukan di kalangan mahasiswa, da-
lam hal ini adalah mahasiswa Universitas Negeri Malang. Dan sosialisasi lebih baik
menggunakan media elektronik yang dapat membantu mahasiswa lebih memahami transaksi
non tunai. Sehingga tujuan GNNT untuk membentuk less cash society dapat segera terwujud.

27
Daftar Pustaka

_____________. Upaya Bank Indonesia Gulirkan Gerakan Nasional Non Tunai. Online.
(http://swa.co.id/business-strategy/upaya-bank-indonesia-gulirkan-gerakan-na-
sional-non-tunai-gnnt) Diakses 11 Mei 2015.

_____________. Financial Inclusion Banchless Banking. Online. (http://moh-ang-


scorp2.blogspot.com/2014/08/financial-inclusion-banchless-banking.html) Diakses
18 Mei 2015.

_____________. Sistem Pembayaran di Indonesia. Online (http://www.bi.go.id/id/sistem-


pembayaran/di-indonesia/Contents/Default.aspx) Diakses 18 Mei 2015.

Sakti, Kamaru Lintang. Sistem Pembayaran dan Alat Pembayaran. Online. (http://kamarulin-
tangsakti.blogspot.com/2014/02/sistem-pembayaran-dan-alat-pembayaran.html) Di-
akses 18 Mei 2015.

_____________. Bank Indonesia Mencanangkan Gerakan Nasional Non Tunai. Online


(http://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran-pers/Pages/sp_165814.aspx) Diakses 14
Mei 2015.

28
Lampiran

Gambar 1.1 Kunjungan Dosen Pembimbing ke KPwBI Malang

Gambar 1.2 Foto Bersama dengan Staf KPwBI Malang

29
Gambar 1.3 Kegiatan Senam Rutin di KPwBI Malang

Gambar 1.4 Kegiatan di Unit Sistem Pembayaran (Kliring)


(a)Agista (b) Tryas

30
Gambar 1.5 Staf Melakukan Verifikasi Kliring di Komputer Penyelenggara Kliring

Gambar 1.6 Foto Bersama dengan Staf KPwBI Malang

31

Anda mungkin juga menyukai