Anda di halaman 1dari 61

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA TINGKAT NASIONAL

MAHASISWA BERPRESTASI (MAWAPRES)


2015

MOBIL BALING : MOBIL PELAYANAN BPJS KESEHATAN KELILING


SEBAGAI TEROBOSAN INOVASI DAN SOLUSI DALAM
MENJANGKAU KELOMPOK MOBILE DAN MIGRAN INTERNAL

OLEH

Komang Leo Krisnahari (NIM.1202005076/2012)

PEMBIMBING
dr. I Nyoman Sutarsa, MPH

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR, BALI
2015
/-
I

LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah-Gagasan Tertulis yang Berjudul:

MOBIL BATING : MOBIL PELAYANAN BPJS KESEHATAN KELITING


SEBAGAI TEROBOSAN INOVASI DAN SOLUSI DALAM MENJANGKAU
KELOMPOK MOBILE DAN MIGRAN INTERNAL

OLEH
Komang Leo Krisnahari (NrM. 1 202 00s07 6/2012)

Disampaikan dalam Lomba Karya Tulis Ikniah Mahasiswa Tingkat Nasional


Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) 20 1 5

Telah disahkan pada tanggal 21 Mei 2015

Mengetahui dan Mengesahkan

Fgmbantu Rektor III Dosen Pembimbi

NIP.19590923 198601 I 001 rlIP. 19840412 2AA8t2 I 002


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan karya tulis mahasiswa untuk perlombaan
dalam mahasiswa berprestasi tingkat nasional (Mawapres) tahun 2015 yang
berjudul mobil Baling : mobil pelayanan BPJS kesehatan keliling sebagai terobosan
inovasi dan solusi dalam menjangkau kelompok mobile dan migran internal.
Harapan saya semoga karya tulis ini dapat meraih hasil maksimal serta menjadi
bahan pendidikan terbaru untuk masyarakat dan pemerintah. Saya menyadari
bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya membuka
saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan karya tulis ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung
dalam penyusunan karya tulis mahasiswa ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor, Pembantu Rektor III, dan staf sub-bagian kemahasiswaan Universitas


Udayana atas bantuan moral dan material yang diberikan.
2. dr. I Nyoman Sutarsa, MPH selaku pembimbing dalam penyusunan karya
tulis ini.
3. Orang tua, rekan-rekan mahasiswa yang penulis banggakan, dan pihak-pihak
yang turut mendukung baik secara moral maupun material, yang tidak dapat
saya sebutkan satu persatu.

Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
dunia pendidikan dan pengetahuan secara luas.

Denpasar, 21 Mei 2015

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.....................................................................................................i
Lembar Pengesahan ............................................................................................ii
Kata Pengantar ....................................................................................................iii
Daftar Isi..............................................................................................................iv
Daftar Tabel ........................................................................................................vi
Daftar Gambar.....................................................................................................vii
Daftar Lampiran ..................................................................................................viii
Daftar Singkatan..................................................................................................ix
Ringkasan............................................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan ...............................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan Umum Mengenai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan (BPJS Kesehatan)..............................................................6
2.2 Tinjauan Umum Mengenai Kelompok Mobile dan Kelompok Migran
Internal................................................................................................8
2.3 Tinjauan Umum Mengenai Mobil Pelayanan BPJS Kesehatan Keliling
(Mobil Baling) ......................................................................................9

BAB III METODE PENULISAN


3.1 Sumber dan Jenis Data........................................................................11
3.2 Pengumpulan Data..............................................................................11
3.3. Analisis Data.......................................................................................11
3.4 Penarikan Kesimpulan ........................................................................11

iv
BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS
4.1 Kesenjangan atau Ketimpangan antara Kepesertaan BPJS yang Bersifat
Mobile atau Migran Internal ...............................................................12
4.2 Strategi BPJS Keliling untuk Meningkatkan Coverage dan
Keberlanjutan Kepesertaan bagi Kelompok Mobile dan Kelompok
Migran Internal................................................................................... 14
4.2.1 Mekanisme Alokasi Pendanaan BPJS Keliling ......................14
4.2.2 Mekanisme Pendataan Kelompok Mobile atau Kelompok
Migran Internal oleh BPJS Keliling ......................................15

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan ...........................................................................................20
5.2 Saran .................................................................................................20

Lampiran
Daftar Pustaka
Lembar Orisinalitas Karya
Daftar Riwayat Hidup

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Peserta BPJS Kesehatan per 30 Juni 2014 ........................12

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peserta BPJS Kesehatan.................................................................7


Gambar 2. Kelompok Mobile atau Kelompok Migran Internal yang Terdiri
dari Buruh Migran Internal, Pekerja Seks Komersial, serta
Kelompok Gelandangan atau Pengemis ........................................9
Gambar 3. Gambaran Umum dan Rencana Pelaksanaan Mobil Baling ..........19

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1:
Tabel 1. Total Iuran yang Diterima oleh BPJS Kesehatan per 30 Juni 2014
Lampiran 2:
Gambar 1. Peran Masing-Masing Stakeholder dalam Pelayanan BPJS Keliling
Lampiran 3:
Mekanisme Pengawasan BPJS Keliling
Lampiran 4:
Analisis Manfaat Mobil Pelayanan BPJS Kesehatan Keliling (Mobil Baling)
sebagai Terobosan Inovasi dan Solusi dalam Menjangkau Kelompok Mobile dan
Migran Internal

viii
DAFTAR SINGKATAN

APBN = Anggaran pendapatan belanja negara


ATM = Anjungan tunai mandiri
BPJS Kesehatan = Badan penyelenggara jaminan sosial kesehatan
DKI Jakarta = Daerah khusus ibukota Jakarta
JKBM = Jaminan kesehatan Bali Mandara
JKN = Jaminan kesehatan nasional
KK = Kartu keluarga
KTP = Kartu tanda penduduk
PBI = Penerima bantuan iuran
PMS = Penyakit menular seksual
PNS = Pegawai negeri sipil
POLRI = Kepolisian negara Republik Indonesia
PSK = Pekerja seks komersial
RSUP = Rumah sakit umum pusat
TKI = Tenaga kerja Indonesia
TKW = Tenaga kerja wanita
TNI = Tentara nasional Indonesia
UU SJSN = Undang-Undang sistem jaminan sosial nasional

ix
Mobil Baling : Mobil Pelayanan BPJS Kesehatan Keliling sebagai Terobosan
Inovasi dan Solusi dalam Menjangkau Kelompok Mobile dan Migran
Internal
*****
Komang Leo Krisnahari1
1 th
Undergraduate 6 semester Faculty of Medicine, Udayana University,
Denpasar, Bali, Indonesia, 80232
May 21st, 2015
Ringkasan
Pendahuluan : BPJS kesehatan adalah badan hukum publik yang berfungsi
menyelenggarakan program jaminan kesehatan dan mulai beroperasi sejak 1
Januari 2014. Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan
agar masyarakat memperoleh manfaat dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan. Di dalam BPJS, setiap anggota dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu
kelompok penerima bantuan iuran (PBI) yang iurannya dibayarkan oleh pemerintah
dan kelompok bukan PBI. Namun, penyaluran BPJS kesehatan baik bagi kelompok
PBI maupun non PBI masih memiliki beberapa masalah khususnya bagi kelompok
migran internal, mobile, atau kelompok yang tidak memiliki tempat tinggal tetap,
seperti fakir miskin, buruh migran, dan pekerja seks komersial (PSK). Kelompok
masyarakat tersebut umumnya tidak memiliki kartu tanda identitas, seperti kartu
tanda penduduk (KTP) dan kartu keluarga (KK) yang merupakan syarat utama agar
seseorang mampu menjadi anggota BPJS. Permasalahan kedua yang timbul adalah
kelompok tersebut juga tidak mampu dalam menikmati pelayanan kesehatan daerah
seperti jaminan kesehatan Bali Mandara (JKBM) mengingat kelompok masyarakat
tersebut tidak memiliki KTP yang berdomisili di daerah Bali. Padahal, kelompok-
kelompok tersebut merupakan kelompok yang sangat rentan untuk terkena suatu
penyakit khususnya penyakit infeksi atau penyakit menular seksual (PMS)
mengingat kelompok tersebut umumnya memiliki tingkat edukasi dan kesadaran
terhadap kesehatan yang masih sangat rendah.
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui kesenjangan atau
ketimpangan pada kepesertaan BPJS yang bersifat mobile atau migran internal serta
untuk mengetahui strategi mobil Baling dalam meningkatkan coverage dan
keberlanjutan kepesertaan bagi kelompok mobile atau kelompok migran internal.
Metode : Penulisan menggunakan metode studi pustaka yang didasarkan atas hasil
studi terhadap berbagai literatur yang telah teruji validitasnya, berhubungan satu
sama lain, relevan dengan kajian tulisan, serta mendukung uraian atau analisis
pembahasan. Kemudian, data dianalisis dan ditarik kesimpulan yang bersifat umum
sebagai upaya transfer gagasan. Pengumpulan data dilakukan dari 20 Maret 2015
hingga 21 Mei 2015.
Pembahasan : Mobil Baling merupakan bagian dari BPJS yang terdiri atas campur
tangan dinas kesehatan, pemerintah, tim BPJS pusat, dinas kependudukan, dan
dinas sosial pada suatu daerah. Tim BPJS berfungsi dalam mengklasifikasikan
kelompok PBI dan non PBI, mencetak kartu kepesertaan BPJS, memungut premi
BPJS, serta melakukan sosialisasi partisipatoris mengenai BPJS. Pemerintah daerah
berfungsi dalam mengalokasikan tambahan dana. Sementara, dinas kesehatan
berfungsi dalam melakukan pendataan mengenai riwayat penyakit serta dinas sosial

x
dan dinas kependudukan yang berfungsi dalam melakukan pendataan terhadap
kelompok mobile atau kelompok migran internal tersebut dan
mengklasifikasikannya sebagai kelompok yang bersifat mampu atau tidak mampu.
Salah satu syarat utama kepesertaan BPJS yaitu penggunaan KTP dan KK dapat
dihapuskan serta dapat diganti dengan formulir BPJS dan kuesioner yang terdiri
dari kuesioner dinas sosial dan dinas kesehatan. Kuesioner yang akan diberikan
kepada kelompok mobile dan migran internal tersebut telah mengalami
penyederhanaan, tetapi tetap mengandung data-data utama yang dibutuhkan dalam
sistem kependudukan. Mekanisme pendataan bagi kelompok-kelompok tersebut
menggunakan sebuah mobil yang akan berintegrasi dengan banjar atau kelurahan
daerah setempat yang dilakukan setiap satu minggu sekali. Integrasi dengan banjar
dan kelurahan menyebabkan tim mobil Baling mampu mengetahui kantong-
kantong yang menjadi tempat tinggal dan tempat bekerja kelompok tersebut pada
pagi atau siang hari.
Mobil Baling tidak hanya menangani mekanisme pendataan, namun juga mencetak
kartu kepesertaan BPJS yang memiliki fleksibilitas yang tinggi serta menangani
mekanisme pembayaran premi bagi kelompok non PBI untuk setiap bulannya.
Mobil Baling juga akan mendata riwayat penyakit kelompok mobile dan migran
internal baik riwayat penyakit terdahulu dan sekarang, sehingga nantinya ketika
pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit umum pusat (RSUP), maka RSUP telah
memiliki data yang cukup lengkap dalam menangani kelompok tersebut dan lebih
mudah dalam melakukan diagnosis dan memberikan terapi. Selain dapat membantu
proses perujukan, mekanisme kerja mobil Baling tersebut juga mampu untuk
mengetahui faktor risiko utama terjadinya penyakit pada kelompok tersebut,
sehingga nantinya pemerintah dapat melakukan kerjasama dengan dinas kesehatan
untuk melakukan upaya promotif dan preventif. Upaya promotif dan preventif
merupakan suatu metode yang lebih ditekankan oleh sistem BPJS karena memiliki
biaya yang lebih terjangkau jika dibandingkan dengan metode kuratif.
Simpulan : Dengan terlibatnya masing-masing stakeholder, maka pendataan dapat
dilakukan secara adekuat dan permasalahan bagi kelompok mobile atau migran
internal tetap dapat tertangani. Keseluruhan potensi tersebut memberikan prospek
cerah terkait konsep yang ditawarkan untuk diaplikasikan sebagai terobosan inovasi
dan solusi dalam menjangkau kelompok mobile dan migran internal.
Kata kunci : BPJS kesehatan, mobil Baling, kelompok mobile dan migran internal

xi
Mobil Baling : Mobil Pelayanan BPJS Kesehatan Keliling as Breakthrough
Innovation and Solution in Reaching Mobile and Internal Migrant Group
*****
Komang Leo Krisnahari1
1
Undergraduate 6th semester Faculty of Medicine, Udayana University,
Denpasar, Bali, Indonesia, 80232
May 21st, 2015
Summary
Introduction : Health BPJS is a national public service which offers health
insurance program that has operated since January 1st, 2014. Health insurance is
health protection guarantee in order for society to get benefit in fulfilling the basic
needs of health. In BPJS, members are divided into 2 in groups, in which the first
group receives supportive premium (PBI) where the fee was paid by the government
and the second group is non PBI group. However, health BPJS distribution for both
PBI and non PBI group still have some problems, especially for internal migrant
group, mobile group, or groups that does not have permanent residence, such as
beggar, migrant worker, and commercial sex worker. Communities as such
generally does not have identity card, such as ID card (KTP) and family card (KK)
which are the main requirement for a person to become a member of BPJS. The
second problem is that internal migrant and mobile group can’t be served by the
province health care insurance (JKBM) because they do not have ID card with Bali
as their domicile. In addition, these groups are vulnerable to be exposed to some
diseases especially infectious diseases and sexually transmitted diseases because of
low education and health awareness level.
The aim of this scientific paper is to know about the gaps in mobile or internal
migrant BPJS membership and to explore mobil Baling strategies to improve
membership coverage and sustainability for the mobile or internal migrants group.
Methods : The writing of this paper uses literature review methods based on the
results of study that has high validity, high relevance to the study, and could support
description and analysis of the discussion. The data is then analyzed and concluded
as an effort to transfer ideas. Data collection was conducted from March 20th, 2015
to May 21st, 2015.
Discussion : Mobil Baling is a part of BPJS that consists of national health
department, government, central BPJS team, national citizenship department, and
national social department intervention. BPJS team will classify participants into
PBI and non PBI group, create BPJS membership cards, collect BPJS fees, and
socialize BPJS membership. The local government’s role is to allocate additional
funds. On the other part, the national health department collects medical history
data, as well as the national social and residence departments where they collect
mobile or internal migrant groups data and classify them into capable or incapable
group in terms of economic welfare. One of the main requirements which are the
ID card and family card can be eliminated and will be replaced with BPJS form and
questionnaire. The questionnaire consists of simplified social questionnaires and
health questionnaires, but still contain the data required by citizenship system.
Mobil Baling will use a car to find internal migrant and mobile group every single
week. Mobil Baling will also integrate with the banjar and villages because

xii
integration helps mobil Baling to find out about mobile and internal migrant group
workplace and residence in the morning or afternoon.
Mobil Baling does not only handle the data collection mechanism, but also create
BPJS membership cards which has high flexibility and handle the premium
payment mechanism for non PBI group for each month. Mobil Baling will also
record both past and present history of diseases of the mobile and internal migrant
group, so when the patient is referred to public hospital center (RSUP), the RSUP
has complete data about that group and can help making diagnosis and providing
therapy process easier. Not only that it can help with reference process, the
mechanism of mobil Baling is also able to determine the main risk factors of
diseases in this group, so that the government can work together with the national
health department to conduct promotive and preventive efforts. Promotive and
preventive is a method that is emphasized by the BPJS system because it is more
affordable compared with curative methods.
Conclusion : With each stakeholder involvement, the data collection can be done
adequately and mobile or internal migrant groups membership issues can be
handled. All of the potentials stated above bring bright prospects for mobil Baling
to be applied as breakthrough innovation and solution in reaching mobile and
internal migrant group.
Keywords : Health BPJS, mobil Baling, mobile and internal migrant group

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak seluruh umat manusia di dunia,
tidak terkecuali perseorangan, keluarga, kelompok dan bahkan oleh seluruh anggota
masyarakat. Adapun yang dimaksudkan dengan sehat pada konsep ini adalah
keadaan sejahtera baik badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Untuk mewujudkan keadaan
sehat tersebut banyak upaya yang harus dilaksanakan. Salah satu diantaranya yang
dipandang memiliki peranan cukup penting adalah penyelenggaraan sistem dan
pelayanan kesehatan. Jika sistem dan pelayanan kesehatan tidak tersedia
(affordable), tidak berkesinambungan (continue), tidak menyeluruh
(comprehensive), tidak terpadu (integrated), atau tidak bermutu (quality) tentu
sangat sulit untuk mengharapkan keadaan sehat pada tatanan kehidupan berbangsa
dan bernegara (Prasetyawati, 2010; Setkab, 2013).
Sistem kesehatan harus menjamin bahwa orang sehat mensubsidi orang yang sakit,
tetapi juga bahwa beban pembiayaan disebar secara merata dengan mengupayakan
orang yang mampu akan memberikan subsidi kepada orang yang tidak mampu.
Melalui mekanisme subsidi silang tersebut maka salah satu kepribadian khas
bangsa Indonesia berupa sifat gotong royong dan bahu-membahu akan tumbuh
kembali secara tidak langsung mengingat peserta yang mampu akan membantu
peserta yang kurang mampu, peserta yang berisiko rendah akan membantu peserta
yang berisiko tinggi, dan peserta yang sehat akan membantu peserta yang sakit.
Selain itu, beberapa karakter positif yang dapat tumbuh melalui mekanisme tersebut
adalah karakter nirlaba, keterbukaan, transparansi, kehati-hatian dan akuntabilitas.
Badan penyelenggara jaminan sosial tidak diperbolehkan untuk mencari
keuntungan (nirlaba). Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana
amanat, sehingga hasil pengembangannya harus dimanfaatkan untuk kepentingan
peserta. Penyelenggaraan asuransi kesehatan juga harus diterapkan seksama,
khususnya mengenai pemungutan iuran peserta. Pemanfaatan iuran peserta harus
terus dievaluasi untuk dapat dipertanggungjawabkan sebagai pertimbangan dalam
2

menetapkan nilai iuran peserta pada periode berikutnya (Setneg, 2013). Suatu
sistem kesehatan yang baik juga mampu dalam menciptakan kemandirian suatu
bangsa. Jika seluruh masyarakat Indonesia memiliki akses yang cukup mudah
dalam bidang kesehatan dan seluruh masyarakat mampu dijangkau oleh sistem
kesehatan (universal coverage) maka bangsa Indonesia akan semakin produktif dan
akan menciptakan perekonomian bangsa yang semakin kuat (KSPI, 2015). Oleh
sebab itu, merupakan sebuah kegagalan besar suatu sistem dan pelayanan kesehatan
jika sistem tersebut ternyata tidak dapat melakukan intervensi-intervensi kesehatan
yang efektif dan terjangkau bagi masyarakat yang seharusnya dapat untuk
menikmatinya (Damarjati, 2010; Kemenkes, 2011; Panu, 2010).
Pelayanan kesehatan merupakan milik semua orang dan tidak memandang suku,
agama, gender, dan strata sosial. Kesehatan merupakan hak yang wajib untuk
didapatkan oleh setiap orang tanpa terkecuali. Berdasarkan pemikiran tersebut,
maka pemerintah Indonesia mengeluarkan suatu kebijakan berupa jaminan
kesehatan nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh BPJS kesehatan agar nantinya
kesehatan mampu didapatkan oleh seluruh masyarakat di Indonesia. BPJS
kesehatan adalah badan hukum publik yang berfungsi menyelenggarakan program
jaminan kesehatan agar masyarakat memperoleh manfaat pemeliharaan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Di dalam BPJS, setiap
anggota dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok penerima bantuan iuran
(PBI) dan kelompok bukan PBI. Kelompok PBI terdiri dari fakir miskin, orang
tidak mampu, dan masyarakat cacat total tetap baik cacat fisik maupun mental yang
iurannya dibayarkan oleh pemerintah. Sementara kelompok non PBI terdiri atas
pekerja penerima upah, pekerja bukan penerima upah, serta bukan pekerja yang
sanggup untuk membayar iuran BPJS (BPJS kesehatan, 2013).
Namun penyaluran BPJS kesehatan baik bagi kelompok PBI maupun non PBI
masih memiliki beberapa masalah khususnya bagi kelompok migran internal,
mobile, atau kelompok yang tidak memiliki tempat tinggal tetap, seperti fakir
miskin, buruh migran, dan pekerja seks komersial (PSK). Kelompok mobile adalah
suatu kelompok yang tidak memiliki tempat tinggal yang tetap dan umumnya
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Sementara, kelompok
migran internal adalah kelompok yang bermigrasi dalam kawasan satu negara,
3

seperti urbanisasi dan transmigrasi untuk keperluan bekerja dalam kurun waktu
tertentu. Kelompok masyarakat tersebut umumnya tidak memiliki kartu tanda
identitas seperti kartu tanda penduduk (KTP) dan kartu keluarga (KK) yang
merupakan syarat utama agar seseorang mampu menjadi anggota BPJS.
Permasalahan kedua yang timbul adalah kelompok tersebut juga tidak mampu
dalam menikmati pelayanan kesehatan daerah seperti jaminan kesehatan Bali
Mandara (JKBM) mengingat kelompok masyarakat tersebut tidak memiliki KTP
yang berdomisili di daerah Bali. Padahal, kelompok-kelompok tersebut merupakan
kelompok yang sangat rentan untuk terkena suatu penyakit khususnya penyakit
infeksi atau penyakit menular seksual (PMS) mengingat kelompok tersebut
umumnya memiliki tingkat edukasi dan kesadaran terhadap kesehatan yang masih
sangat rendah (Mariana, 2009; Suaryawan, 2008).
Menilik berbagai permasalahan yang dimiliki oleh penyaluran BPJS kesehatan
khususnya kepada kelompok mobile dan migran internal maka diperlukan sebuah
terobosan inovasi dan solusi bagi permasalahan tersebut. Salah satu solusi yang
dapat diaplikasikan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah mekanisme
pendataan yang dilakukan oleh tim BPJS pusat yang bekerja sama dengan dinas
kesehatan, dinas sosial, dinas kependudukan, dan pemerintah daerah.
Mekanisme pendataan merupakan satu-satunya solusi pemecahan bagi penyaluran
BPJS kesehatan kepada kelompok mobile, migran, dan kelompok masyarakat yang
tidak memiliki tempat tinggal tetap. Tetapi, mekanisme pendataan bagi kelompok-
kelompok tersebut masih memiliki beberapa kendala seperti permasalahan dana dan
permasalahan sistem mengingat hingga saat ini belum terdapat suatu sistem yang
secara jelas mengatur mengenai mekanisme pendanaan dan mekanisme pendataan
bagi kelompok-kelompok tersebut, sehingga tidak mampu dalam melakukan
pendataan kepada kelompok tersebut secara adekuat untuk masuk ke dalam anggota
BPJS (Kompas, 2010). Oleh karena itu, diperlukan suatu regulasi yang dapat
menangani permasalahan tersebut yang diberi nama mobil Baling. Mobil Baling
merupakan bagian dari BPJS yang terdiri atas campur tangan dinas kesehatan,
pemerintah, tim BPJS pusat, dinas kependudukan, dan dinas sosial pada suatu
daerah. Tim BPJS berfungsi dalam mengklasifikasikan kelompok PBI dan non PBI,
mencetak kartu kepesertaan BPJS, memungut premi BPJS, serta melakukan
4

sosialisasi partisipatoris mengenai BPJS. Pemerintah daerah berfungsi dalam


mengalokasikan tambahan dana. Sementara, dinas kesehatan berfungsi dalam
melakukan pendataan mengenai riwayat penyakit serta dinas sosial dan dinas
kependudukan yang berfungsi dalam melakukan pendataan terhadap kelompok
mobile atau kelompok migran internal tersebut dan mengklasifikasikannya sebagai
kelompok yang bersifat mampu atau tidak mampu. Mekanisme pendataan bagi
kelompok-kelompok tersebut akan menggunakan sebuah mobil yang akan
berintegrasi dengan banjar atau kelurahan daerah setempat yang dilakukan setiap
satu minggu sekali. Dengan terlibatnya masing-masing stakeholder, maka
pendataan dapat dilakukan secara adekuat dan permasalahan bagi kelompok
mobile, migran internal, atau kelompok yang tidak memiliki tempat tinggal tetap
dapat tertangani (Panu, 2010; Suaryawan, 2008).
Mobil Baling tidak hanya menangani mekanisme pendataan, namun juga
menangani mekanisme pembayaran premi khususnya bagi kelompok non PBI yang
tidak memiliki tempat tinggal tetap atau kelompok mobile dan bagi masyarakat
umum untuk setiap bulannya. Mobil Baling tidak diperuntukkan bagi pembayaran
premi kelompok PBI seperti fakir miskin dan kelompok masyarakat cacat total
karena seluruh premi pada kelompok PBI telah ditanggung oleh pemerintah. Mobil
Baling juga akan mendata riwayat penyakit kelompok mobile dan migran internal
tersebut baik riwayat penyakit terdahulu dan sekarang, sehingga nantinya ketika
pasien tersebut dirujuk ke RSUP, maka RSUP telah memiliki data yang cukup
lengkap dalam menangani kelompok tersebut dan lebih mudah dalam melakukan
diagnosis dan memberikan terapi. Selain dapat membantu proses perujukan,
mekanisme mobil Baling juga mampu mengetahui faktor risiko utama terjadinya
penyakit pada kelompok tersebut, sehingga nantinya pemerintah dapat melakukan
kerjasama dengan dinas kesehatan untuk melakukan upaya promotif dan preventif.
Upaya promotif dan preventif merupakan upaya pencegahan suatu penyakit dengan
cara memberikan edukasi sederhana untuk menghindari faktor risiko utama
terjadinya suatu penyakit. Upaya promotif dan preventif merupakan suatu metode
yang lebih ditekankan oleh sistem BPJS karena merupakan lini pertama dan lebih
efektif dalam mengatasi suatu penyakit serta memiliki biaya yang lebih terjangkau
jika dibandingkan dengan metode kuratif (BPJS kesehatan, 2013; Sunarto, 2005).
5

Menilik potensi yang dimiliki mobil Baling sebagai suatu inovasi dan terobosan
terbaru dalam mengatasi permasalahan kelompok mobile, migran internal, dan
kelompok yang tidak memiliki tempat tinggal tetap, maka akan sangat menarik
untuk membahas lebih lanjut mengenai kesenjangan atau ketimpangan antara
kepesertaan BPJS yang bersifat mobile atau migran internal serta strategi mobil
Baling untuk meningkatkan coverage dan keberlanjutan kepesertaan bagi
kelompok mobile atau kelompok migran internal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah kesenjangan atau ketimpangan pada kepesertaan BPJS yang
bersifat mobile atau migran internal ?
2. Bagaimanakah strategi mobil Baling dalam meningkatkan coverage dan
keberlanjutan kepesertaan bagi kelompok mobile dan kelompok migran
internal ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui kesenjangan atau ketimpangan pada kepesertaan BPJS yang
bersifat mobile atau migran internal.
2. Untuk mengetahui strategi mobil Baling dalam meningkatkan coverage dan
keberlanjutan kepesertaan bagi kelompok mobile dan kelompok migran
internal.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Memberikan sumbangan pemikiran dan solusi yang bersifat kritis dan teoritis
mengenai pembaharuan penyaluran sistem BPJS yaitu mobil Baling yang dapat
diaplikasikan kepada kelompok mobile dan migran internal.
2. Memberikan edukasi kepada masyarakat tentang esensi BPJS khususnya mobil
Baling yang sangat tinggi dalam perkembangan dunia kesehatan.
3. Memberikan informasi kepada pemerintah mengenai pendekatan inovatif dan
terstruktur untuk mengatasi permasalahan kesehatan pada kelompok yang
bersifat mobile atau migran internal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Mengenai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan


(BPJS Kesehatan)
Badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) adalah badan hukum publik yang
dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial dan terdiri dari BPJS
kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan. BPJS terbentuk atas dasar Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional (UU SJSN) dan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang badan penyelenggara jaminan
sosial (UU BPJS). Dengan terbitnya kedua undang-undang tersebut, pemerintah
diwajibkan untuk memberikan lima jaminan dasar bagi seluruh masyarakat
Indonesia yaitu jaminan kesehatan, kecelakaan kerja, kematian, pensiun, dan
tunjangan hari tua (BPJS, 2014).
BPJS kesehatan adalah badan hukum publik yang berfungsi menyelenggarakan
program jaminan kesehatan yang mulai beroperasi sejak 1 Januari 2014 dan
diharapkan paling lambat tahun 2019 seluruh penduduk Indonesia telah masuk
menjadi peserta BPJS kesehatan melalui mekanisme yang bertahap. Jaminan
kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar masyarakat
memperoleh manfaat pemeliharaan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan. Seluruh penduduk Indonesia wajib menjadi peserta BPJS
kesehatan termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat enam bulan di
Indonesia, meskipun masyarakat telah memiliki jaminan kesehatan atau jenis
asuransi kesehatan yang lainnya (BPJS kesehatan, 2013). Di dalam BPJS, setiap
anggota dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok penerima bantuan iuran
(PBI) dan kelompok bukan PBI. Kelompok PBI terdiri dari fakir miskin, orang
tidak mampu, dan masyarakat cacat total tetap baik cacat fisik maupun mental yang
iurannya dibayarkan oleh pemerintah. Cacat total tetap merupakan kecacatan fisik
dan/atau mental yang mengakibatkan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan
pekerjaan dan ditetapkan oleh dokter yang berwenang. Sementara, kelompok non
PBI terdiri atas pekerja penerima upah beserta anggota keluarganya, pekerja bukan
penerima upah beserta anggota keluarganya, dan bukan pekerja yang sanggup untuk
7

membayar iuran BPJS beserta anggota keluarganya. Pekerja penerima upah adalah
setiap orang yang bekerja pada pemberi kerja dengan menerima gaji atau upah,
seperti pegawai negeri sipil, anggota TNI, anggota POLRI, pejabat negara, pegawai
pemerintah non pegawai negeri, dan pegawai swasta. Pekerja bukan penerima upah
adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri, seperti pekerja
diluar hubungan kerja atau pekerja mandiri. Bukan pekerja adalah setiap orang yang
tidak bekerja tetapi mampu membayar iuran jaminan kesehatan, seperti penerima
pensiun, veteran, dan perintis kemerdekaan. Anggota keluarga yang dimaksud
dalam konteks BPJS meliputi satu orang istri atau suami yang sah dari peserta, anak
kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari peserta dengan jumlah
peserta dan anggota keluarga yang ditanggung oleh BPJS paling banyak 5 orang
(BPJS, 2013).

Gambar 1. Peserta BPJS Kesehatan (BPJS, 2013)

Peserta yang pindah tempat kerja atau tempat tinggal masih menjadi peserta
jaminan kesehatan selama memenuhi kewajiban membayar iuran. Peserta yang
pindah kerja wajib melaporkan perubahan status kepesertaannya dan identitas
pemberi kerja yang baru kepada BPJS kesehatan dengan menunjukkan identitas
peserta. luran jaminan kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh
peserta, pemberi kerja dan/atau pemerintah untuk jaminan kesehatan. luran jaminan
kesehatan bagi anggota keluarga tambahan dari peserta pekerja bukan penerima
upah dan peserta bukan pekerja yang memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari
5 (lima) orang termasuk peserta dibayar oleh peserta dengan ketentuan: sebesar Rp
8

25.500,00 per orang per bulan bagi peserta yang menghendaki pelayanan di ruang
perawatan Kelas III, sebesar Rp 42.500,00 per orang per bulan bagi peserta yang
menghendaki pelayanan di ruang perawatan Kelas II, dan sebesar Rp 59.500,00 per
orang per bulan bagi peserta yang menghendaki pelayanan di ruang perawatan
Kelas I (BPJS kesehatan, 2014; Detik, 2015).
2.2 Tinjauan Umum Mengenai Kelompok Mobile dan Kelompok Migran Internal
Migrasi merupakan perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu
tempat ke tempat lain melalui batas politik/negara ataupun batas administrasi/batas
bagian dari suatu negara. Konsep migrasi yang digunakan dalam sensus 1971 dan
sensus 1980 adalah perpindahan seseorang yang melewati batas provinsi menuju ke
provinsi lain dalam jangka waktu 6 bulan atau lebih. Menurut Mantra, mobilitas
suatu penduduk dapat dibagi menjadi 2 bentuk yaitu mobilitas permanen atau
migrasi dan mobilitas non permanen. Migrasi adalah perpindahan penduduk dari
suatu wilayah dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan. Sedangkan,
mobilitas non permanen ialah gerakan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain
yang tidak memiliki keinginan untuk menetap di daerah tujuan (Eridiana, 2010).
Berdasarkan definisi tersebut, kelompok migran atau kelompok buruh migran
adalah suatu kelompok yang bermigrasi atau berpindah dari wilayah kelahiran atau
lokasi tinggal yang bersifat tetap untuk keperluan bekerja (Farbenblum, 2013).
Guna keperluan bekerja tersebut maka pekerja migran akan menetap di tempat
bekerja tersebut dalam kurun waktu tertentu. Terdapat dua tipe pekerja migran,
yaitu pekerja migran internal dan pekerja migran internasional. Pekerja migran
internal adalah pekerja yang bermigrasi dalam kawasan satu negara, seperti
urbanisasi dan transmigrasi. Pekerja migran internasional adalah perseorangan
yang bermigrasi ke luar negeri untuk keperluan bekerja, seperti TKI atau TKW
(Buruh Migran, 2012). Namun, konteks mobil Baling hanya mengkaji mengenai
ruang lingkup pekerja migran internal. Sementara, kelompok mobile adalah suatu
kelompok yang tidak memiliki tempat tinggal yang tetap dan umumnya berpindah-
pindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya atau yang disebut sebagai
tunawisma. Kelompok tunawisma umumnya tinggal di taman umum, di bawah
kolong jembatan, pinggir sungai, pinggir jalan, stasiun kereta api, atau berbagai
fasilitas umum lain yang dapat digunakan untuk tidur dan menjalankan kehidupan
9

sehari-hari. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seringkali hidup dari


belas kasihan orang lain atau bekerja sebagai pengemis, pengamen, atau pemulung.
Baik kelompok yang bersifat mobile ataupun yang bersifat migran internal
umumnya tidak memiliki kartu tanda identitas seperti kartu tanda penduduk (KTP)
dan kartu keluarga (KK) yang merupakan syarat utama agar seseorang mampu
menjadi anggota BPJS. Permasalahan kedua yang timbul adalah kelompok tersebut
juga tidak mampu dalam menikmati pelayanan kesehatan daerah seperti jaminan
kesehatan Bali Mandara (JKBM) mengingat kelompok masyarakat tersebut tidak
memiliki KTP yang berdomisili di daerah Bali. Padahal kelompok-kelompok
tersebut merupakan kelompok yang sangat rentan untuk terkena suatu penyakit
khususnya penyakit infeksi atau penyakit menular seksual (PMS) mengingat
kelompok tersebut umumnya memiliki tingkat edukasi dan kesadaran terhadap
kesehatan yang masih sangat rendah (Mariana, 2009; Suaryawan, 2008).

Gambar 2. Kelompok mobile atau kelompok migran internal yang terdiri dari (a) buruh
migran internal, (b) pekerja seks komersial, serta (c dan d) kelompok gelandangan dan
pengemis (Mariana, 2009; Suaryawan, 2008)
2.3 Tinjauan Umum Mengenai Mobil Pelayanan BPJS Kesehatan Keliling (Mobil
Baling)
Mobil Baling merupakan bagian dari BPJS yang terdiri atas campur tangan dinas
kesehatan, pemerintah, tim BPJS pusat, dinas kependudukan, dan dinas sosial pada
suatu daerah. Tim BPJS pusat berfungsi dalam mengklasifikasikan kelompok PBI
dan non PBI, memungut premi BPJS, mencetak kartu kepesertaan, serta melakukan
sosialisasi partisipatoris mengenai BPJS. Pemerintah daerah berfungsi dalam
10

mengalokasikan tambahan dana. Sementara, dinas kesehatan berfungsi dalam


melakukan pendataan mengenai riwayat penyakit serta dinas sosial dan dinas
kependudukan yang berfungsi dalam melakukan pendataan terhadap kelompok
mobile atau kelompok migran internal tersebut dan mengklasifikasikannya sebagai
kelompok yang bersifat mampu atau tidak mampu. Dengan terlibatnya masing-
masing stakeholder, maka pendataan dapat dilakukan secara adekuat dan
permasalahan bagi kelompok mobile, migran internal, atau kelompok yang tidak
memiliki tempat tinggal tetap dapat tertangani (BKKBN, 2014; Panu, 2010;
Suaryawan, 2008).
Mobil Baling tidak hanya menangani mekanisme pendataan, namun juga
menangani mekanisme pembayaran premi khususnya bagi kelompok non PBI yang
tidak memiliki tempat tinggal tetap atau kelompok mobile dan bagi masyarakat
umum untuk setiap bulannya. Mobil Baling tidak diperuntukkan bagi pembayaran
premi kelompok PBI seperti fakir miskin dan kelompok masyarakat cacat total
karena seluruh premi pada kelompok PBI telah ditanggung oleh pemerintah. Selain
berfungsi dalam memungut premi, mobil Baling juga berfungsi dalam mencetak
kartu kepesertaan BPJS yang bersifat fleksibel karena dapat digunakan di seluruh
wilayah Indonesia. Hal ini sesuai dengan sifat kelompok tersebut yang memiliki
mobilitas yang tinggi, sehingga nantinya tidak akan menggangu aktivitas
kelompok tersebut yang umumnya berpindah-pindah untuk keperluan bekerja.
Mobil Baling juga akan mendata riwayat penyakit kelompok tersebut baik riwayat
penyakit terdahulu dan sekarang, sehingga nantinya ketika pasien tersebut dirujuk
ke rumah sakit umum pusat (RSUP) maka RSUP telah memiliki data yang cukup
lengkap dalam menangani kelompok tersebut dan lebih mudah dalam melakukan
diagnosis dan memberikan terapi. Selain dapat membantu proses perujukan,
mekanisme mobil Baling juga mampu mengetahui faktor risiko utama terjadinya
penyakit pada kelompok tersebut, sehingga nantinya pemerintah dapat melakukan
kerjasama dengan dinas kesehatan untuk melakukan upaya promotif dan preventif.
Upaya promotif dan preventif merupakan suatu metode yang lebih ditekankan oleh
sistem BPJS karena merupakan lini pertama dan lebih efektif dalam mengatasi
suatu penyakit serta memiliki biaya yang lebih terjangkau. jika dibandingkan
dengan metode kuratif (BPJS kesehatan, 2013; Sunarto, 2005).
9

BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Sumber dan Jenis Data


Data-data yang dipergunakan dalam karya tulis ini bersumber dari referensi dan
eksperimen yang relevan dengan topik permasalahan yang dibahas. Jenis data
yang diperoleh berupa data sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.

3.2 Pengumpulan Data


Penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode studi pustaka yang didasarkan
atas hasil studi terhadap berbagai literatur yang telah teruji validitasnya,
berhubungan satu sama lain, relevan dengan kajian tulisan serta mendukung
uraian atau analisis pembahasan. Pengumpulan data dilakukan dari 20 Maret
2015 hingga 21 Mei 2015.

3.3 Analisis Data


Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan data secara sistematis dan logis
menggunakan teknik analisis deskriptif argumentatif dengan tulisan bersifat
deskriptif, menggambarkan serta menganalisis potensi mobil pelayanan BPJS
kesehatan keliling sebagai terobosan inovasi dan solusi dalam menjangkau
kelompok mobile dan migran internal.

3.4 Penarikan Kesimpulan


Setelah proses analisis, dilakukan proses sintesis dengan menghimpun dan
menghubungkan rumusan masalah, tujuan penulisan, serta pembahasan yang
dilakukan. Berikutnya ditarik kesimpulan yang bersifat umum kemudian
direkomendasikan beberapa hal sebagai upaya transfer gagasan.
BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS

4.1 Kesenjangan atau Ketimpangan pada Kepesertaan BPJS yang Bersifat Mobile
atau Migran Internal
BPJS kesehatan merupakan badan hukum publik yang berfungsi menyelenggarakan
program jaminan kesehatan dan telah mulai beroperasi sejak 1 Januari 2014 (BPJS,
2013). Karena kepesertaan BPJS yang bersifat wajib, maka BPJS kesehatan
menargetkan seluruh penduduk Indonesia yang berjumlah 257,5 juta jiwa dapat
terdaftar sebagai peserta jaminan kesehatan sosial hingga paling lambat pada
tanggal 1 Januari 2019 mendatang melalui mekanisme yang bertahap dengan
tingkat kepuasan diharapkan mencapai 75% (Keuangan Kontan, 2015). Menurut
data per 30 Juni 2014, jumlah masyarakat yang terdaftar sebagai peserta BPJS
Kesehatan adalah 124.553.040 jiwa dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 1. Jumlah peserta BPJS kesehatan per 30 Juni 2014 (BPJS, 2014)

No Uraian Jumlah Peserta


A Penerima Bantuan Iuran 86.400.000
B Bukan Penerima Bantuan Iuran
1 Pekerja penerima upah (PPU)
a. PNS 11.390.402
b. TNI/POLRI/PNS 2.486.424
c. Pejabat negara 8.749
d. Pegawai pemerintah non PNS 68.170
e. Pegawai swasta/BUMN/lainnya 9.807.882
f. Pekerja penerima upah selain a) hingga e) -
g. Warga asing yang bekerja lebih dari 6 bulan -
Subtotal 1 23.761.627
2 Pekerja bukan penerima upah (PBPU)
a. Pekerja mandiri (PM) 3.565.240
b. PBPU selain PM -
Subtotal 2 3.565.240
3 Bukan pekerja (BP)
a. Investor 52
b. Pemberi kerja 931
c. Penerima pensiun (PP) Eks Askes Sosial 4.459.306
d. Veteran 444.702
13

e. Perintis kemerdekaan (PK) 2.746


f. BP yang mampu untuk membayar selain a)
14.384
hingga e)
Subtotal 3 4.922.121
Total B 32.248.988
C Jamkesda dan PJKMU (transisi) 5.904.052
Total 124.553.040
Penerimaan iuran peserta BPJS kesehatan selama satu semester per 30 Juni 2014
yang diterima adalah 18,412 triliun rupiah (Lampiran 1, Tabel 1). Sementara,
BPJS Kesehatan telah mendapatkan total iuran sebesar Rp 40 triliun hingga akhir
tahun 2014. Iuran BPJS tersebut dibagi menjadi dua buah kelompok yaitu sebesar
Rp 19,9 triliun berasal dari kelompok PBI atau APBN dan 20,1 triliun berasal
dari iuran per bulan kelompok non PBI. Namun, data BPJS kesehatan mencatat
telah terjadi defisit pada laporan tahun 2014. Total iuran yang dikumpulkan BPJS
kesehatan sebesar Rp 41,06 triliun. Sedangkan, total manfaat dan klaim yang harus
dibayar sebesar Rp 42,6 triliun pada akhir tahun 2014, sehingga rasio klaim tembus
hingga mencapai 103,8% (Kemenkeu, 2014; Republika, 2015).
Berdasarkan data pada tabel 1, maka data kepesertaan kelompok mobile atau
kelompok migran internal yang dimanifestasikan oleh kelompok f pada sub pekerja
penerima upah (PPU) masih sangatlah minimal. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat kesenjangan dan belum terciptanya universal coverage dalam bidang
kesehatan padahal kelompok-kelompok tersebut umumnya merupakan kelompok
yang sangat rentan untuk terkena penyakit khususnya penyakit infeksi dan penyakit
menular seksual. Hal tersebut berbeda dengan beberapa kelompok PPU lainnya
seperti PNS, TNI, dan POLRI yang cakupannya telah sangat luas. Padahal, jika
cakupan BPJS kesehatan diperluas hingga menjangkau kelompok mobile dan
kelompok migran internal yang hingga saat ini masih belum dapat dijangkau oleh
tim BPJS pusat, maka jumlah iuran premi yang diterima oleh BPJS dapat lebih
besar dan defisit anggaran yang dialami oleh BPJS pada akhir tahun 2014 dapat
dicegah. Selain itu, proses multidimensi yang melibatkan perubahan-perubahan
besar dalam struktur sosial, sikap mental dan kelembagaan, termasuk percepatan
atau akselerasi pertumbuhan ekonomi, dan pemberantasan kemiskinan dapat
ditingkatkan. Jika seluruh masyarakat Indonesia memiliki akses yang cukup mudah
14

dalam bidang kesehatan dan seluruh masyarakat mampu dijangkau oleh sistem
kesehatan (universal coverage) maka bangsa Indonesia akan semakin produktif dan
akan menciptakan perekonomian bangsa yang akan semakin kuat (Sasana, 2009).
4.2 Strategi Mobil Baling dalam Meningkatkan Coverage dan Keberlanjutan
Kepesertaan bagi Kelompok Mobile dan Kelompok Migran Internal
Mobil Baling adalah regulasi yang merupakan bagian dari BPJS dan integrasi tim
BPJS pusat, dinas kesehatan, pemerintah, dinas kependudukan, dan dinas sosial
pada suatu daerah. Tim BPJS berfungsi dalam mengklasifikasikan kelompok PBI
dan non PBI, mencetak kartu kepesertaan BPJS, memungut premi PBJS setiap
bulannya, serta melakukan sosialisasi mengenai BPJS. Pemerintah daerah berfungsi
dalam mengalokasikan tambahan dana. Sementara, dinas kesehatan berfungsi
dalam melakukan pendataan mengenai riwayat penyakit serta dinas sosial dan dinas
kependudukan yang berfungsi dalam melakukan pendataan terhadap kelompok
mobile atau kelompok migran internal tersebut dan mengklasifikasikannya sebagai
kelompok yang bersifat mampu atau tidak mampu (Lampiran 2, Gambar 1).
Dengan terlibatnya masing-masing stakeholder, maka pendataan dapat dilakukan
secara adekuat dan permasalahan bagi kelompok mobile, migran internal, atau
kelompok yang tidak memiliki tempat tinggal tetap dapat tertangani.
4.2.1 Mekanisme Alokasi Pendanaan Mobil Baling
Mekanisme pertama dalam pembentukan mobil Baling adalah alokasi dana.
Pemerintah sebenarnya telah mengalokasikan sejumlah besar dana untuk
menangani BPJS kesehatan. BPJS kesehatan telah mendapatkan total iuran
sebesar Rp 40 triliun hingga akhir tahun 2014. Iuran BPJS tersebut dibagi
menjadi dua buah kelompok yaitu sebesar Rp 19,9 triliun berasal dari kelompok
PBI atau APBN dan 20,1 triliun berasal dari iuran per bulan kelompok non PBI.
Namun, data BPJS kesehatan mencatat telah terjadi defisit pada laporan tahun
2014. Total iuran yang dikumpulkan BPJS kesehatan sebesar Rp 41,06 triliun.
Sedangkan, total manfaat dan klaim yang harus dibayar sebesar Rp 42,6 triliun,
sehingga rasio klaim tembus hingga mencapai 103,8%. Hal ini menyebabkan dana
mobil Baling tidak dapat dialokasikan dari dana APBN BPJS kesehatan.
Dana untuk mobil Baling dapat dialokasikan dari dana cadangan teknis yang
dimiliki oleh BPJS sebesar 8,2 triliun setiap tahunnya dan dapat ditambahkan
15

dengan dana yang dimiliki oleh dinas sosial dan APBD milik pemerintah daerah
(BPJS, 2013). Dana ini termasuk dana pembelian mobil yang akan digunakan
untuk melakukan program mobil Baling beserta dengan dana untuk administrasi
yang lainnya seperti komputer dan printer untuk pembuatan kartu BPJS.
Sejak awal peluncurannya pada awal tahun 2014, BPJS telah menyiapkan sebuah
mobil pelayanan konsumen dan informasi beserta dengan kelengkapan
administrasi seperti komputer dan printer di dalam mobil tersebut. Mobil tersebut
umumnya berlokasi di setiap kantor cabang BPJS untuk provinsi DKI Jakarta.
Namun, untuk wilayah provinsi lainnya maka mobil tersebut hanya terdapat di
kantor BPJS provinsi dan hanya tersedia 1 unit per provinsi. Mobil-mobil
tersebut dapat dialihfungsikan untuk menjalankan program mobil Baling karena
hingga saat ini mobil-mobil tersebut hanya memiliki fungsi sebagai mobil
pelayanan konsumen dan informasi. Berdasarkan hal tersebut, maka biaya untuk
menjalankan program mobil Baling dapat diturunkan secara signifikan
mengingat instrumen utama untuk menjalankan program mobil Baling berupa
mobil, komputer, dan printer telah tersedia di masing-masing provinsi atau
kantor cabang BPJS (Liputan 6, 2014).
Sebagai gambaran, terdapat metode yang akan digunakan sebagai perbandingan
dalam hal pendataan BPJS keliling yaitu dengan menggunakan sensus. Seluruh
masyarakat Indonesia harus terdaftar di dalam BPJS pada tahun 2019, sementara
program sensus baru diadakan pada tahun 2020. Oleh karena itu, jika program
BPJS keliling berintegrasi dengan program sensus maka sensus wajib berdiri
sendiri tanpa harus menunggu sensus pemerintah yang diadakan setiap 10 tahun
sekali. Namun hal ini dirasa kurang aplikatif karena dapat menghabiskan dana
hingga mencapai Rp 1,4 triliun seperti sensus pertanian dan bersifat sangat rumit
(Pemprov Riau, 2013). Oleh karena itulah program BPJS keliling hanya akan
menggunakan konsep mobil keliling sebagai metode untuk melakukan pendataan
terhadap kelompok-kelompok tersebut serta tidak menggunakan metode sensus.
4.2.2 Mekanisme Pendataan Kelompok Mobile atau Kelompok Migran Internal oleh
Mobil Baling
Mekanisme kedua yang dimiliki oleh mobil Baling adalah mekanisme pendataan
dan mekanisme sosialisasi. Mekanisme pendataan bagi kelompok mobile atau
16

kelompok migran internal baik bagi kelompok PBI ataupun kelompok non PBI
bersifat lebih sederhana. Salah satu syarat utama kepesertaan BPJS yaitu
penggunaan KTP dan KK dapat dihapuskan dan dapat diganti dengan formulir
BPJS serta kuesioner sensus. Identitas KTP dan KK dapat dihilangkan karena kedua
syarat ini umumnya menyebabkan kelompok mobile atau kelompok migran internal
tidak dapat menjadi peserta BPJS. Mekanisme pendataan bagi kelompok-kelompok
tersebut akan menggunakan sebuah mobil yang akan berintegrasi dengan banjar
atau kelurahan daerah setempat. Integrasi dengan banjar dan kelurahan
menyebabkan tim mobil Baling mampu mengetahui kantong-kantong yang menjadi
tempat tinggal dan tempat bekerja kelompok tersebut pada pagi atau siang hari.
Dengan mekanisme pendaftaran yang bersifat on the spot dan tidak bersifat rumit,
maka diharapkan mampu dalam meningkatkan universal coverage dalam sistem
kesehatan (Panu, 2010; Suaryawan, 2008).
Pendataan yang dilakukan oleh mobil Baling khususnya yang ditujukan terhadap
kelompok mobile dan kelompok migran internal dilakukan setiap satu minggu
sekali. Pendataan setiap satu minggu sekali dipilih mengingat kelompok mobile
tidak memiliki tempat tinggal tetap dan umumnya berpindah-pindah dari satu
tempat ke tempat yang lainnya atau yang disebut sebagai tunawisma. Jika
pendataan dilakukan cukup sering atau setiap hari maka kelompok-kelompok yang
didapatkan pada proses penjaringan mobil Baling umumnya terdiri dari orang yang
sama, sehingga dapat menimbulkan pencatatan ganda (Kompas, 2010).
Jenis kuesioner pertanyaan yang akan diberikan kepada kelompok mobile atau
kelompok migran internal terdiri dari dua bagian utama yaitu kuesioner yang
berasal dari dinas sosial dan kuesioner yang berasal dari dinas kesehatan. Kuesioner
pertanyaan yang berasal dari dinas sosial merupakan jenis kuesioner yang telah
mengalami penyederhanaan namun tetap berisi data-data utama dalam sistem
sensus, seperti nama, gender, dan tempat tinggal utama mengingat pada kelompok
mobile atau kelompok migran internal umumnya memiliki tingkat edukasi yang
tidak memadai untuk mampu mencerna pertanyaan kuesioner yang cukup rumit
(Kompas, 2010). Sementara, kuesioner yang berasal dari dinas kesehatan
merupakan jenis kuesioner yang tidak hanya berfokus pada jenis penyakit namun
juga berfokus pada riwayat penyakit pada kelompok mobile dan kelompok migran
17

internal. Kuesioner yang berasal dari dinas kesehatan memiliki 13 pertanyaan


utama yang terdiri dari metode anamnesis sacred seven dan basic four yaitu riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat keluarga, riwayat
lingkungan sosial, onset, lokasi atau organ terjadinya penyakit, kualitas, kuantitas,
gejala penyerta, serta faktor yang memperburuk dan memperingan. Kuesioner yang
berasal dari dinas kesehatan merupakan jenis kuesioner yang menggunakan bahasa
sederhana dan tidak menggunakan istilah-istilah kedokteran, sehingga nantinya
dapat mudah dimengerti oleh kelompok mobile atau kelompok migran internal yang
menerima pertanyaan. Kuesioner dinas kesehatan tersebut diharapkan dapat
membantu dokter layanan primer atau RSUP ketika pasien tersebut dirujuk ke
tempat pelayanan kesehatan karena sistem pelayanan kesehatan telah memiliki data
yang cukup lengkap dalam menangani kelompok tersebut dan lebih mudah dalam
melakukan diagnosis dan memberikan terapi. Selain itu, kuesioner yang berasal dari
dinas kesehatan tersebut juga berfungsi agar pemerintah dapat mengetahui jenis
penyakit yang umumnya paling banyak diderita oleh kelompok migran internal atau
kelompok mobile tersebut serta mampu mengetahui faktor risiko utama terjadinya
penyakit pada kelompok tersebut, sehingga nantinya pemerintah dapat melakukan
kerjasama dengan dinas kesehatan untuk melakukan upaya promotif dan preventif.
Upaya promotif dan preventif merupakan upaya pencegahan suatu penyakit dengan
cara memberikan edukasi sederhana untuk menghindari faktor risiko utama
terjadinya suatu penyakit. Upaya promotif dan preventif merupakan suatu metode
yang lebih ditekankan oleh sistem BPJS karena merupakan lini pertama dan lebih
efektif dalam mengatasi suatu penyakit serta memiliki biaya yang lebih terjangkau
jika dibandingkan dengan metode kuratif (Panu, 2010; Suaryawan, 2008).
Setelah didapatkan pendataan yang cukup adekuat terhadap kelompok mobile
atau kelompok migran internal tersebut maka kelompok-kelompok tersebut dapat
diklasifikasikan lebih lanjut ke dalam kelompok PBI atau kelompok non PBI.
Untuk kategori PBI yang terdiri atas kelompok fakir miskin dan kelompok tidak
mampu, maka klasifikasi ditentukan oleh dinas sosial terkait. Setelah didapatkan
klasifikasi mengenai kelompok tidak mampu dan kelompok yang bersifat mampu
maka selanjutnya kelompok-kelompok tersebut akan dipisahkan menjadi dua
kategori utama yaitu kelompok PBI dimana pemerintah akan menanggung premi
18

secara penuh dengan menggunakan dana APBN dan kelompok non PBI dimana
premi dibayarkan secara mandiri sesuai dengan kesepakatan peserta BPJS.
Selain berfungsi dalam melakukan pendataan, mobil Baling juga berfungsi dalam
mencetak kartu BPJS yang akan diberikan kepada kelompok tersebut dan
memungut premi BPJS untuk setiap bulannya. Kartu BPJS merupakan kartu yang
bersifat fleksibel karena dapat digunakan di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini
sesuai dengan sifat kelompok tersebut yang memiliki mobilitas yang tinggi,
sehingga nantinya tidak akan menggangu aktivitas kelompok tersebut yang
umumnya berpindah-pindah untuk keperluan bekerja (BPJS, 2014).
Pada saat proses pendataan, maka dapat diselipkan suatu proses sosialisasi
khususnya untuk meningkatkan kesadaran kelompok mobile atau kelompok migran
internal untuk membayar premi secara rutin setiap bulannya. Sosialisasi ini
menekankan bahwa pembayaran premi BPJS untuk setiap bulannya dapat
dilakukan di ATM, kantor pos, bank, dan dapat dilakukan secara langsung di mobil
Baling sebelum tanggal 10 (tanggal jatuh tempo pembayaran BPJS). Pembayaran
di kantor pos, ATM, atau bank tidak terbatas pada satu wilayah dan dapat dilakukan
di seluruh wilayah Indonesia, sehingga nantinya tidak akan menggangu aktivitas
khususnya aktivitas kelompok mobile dan kelompok migran internal yang
umumnya berpindah-pindah untuk keperluan bekerja. Namun, terdapat sebuah
permasalahan kompleks mengenai proses pembayaran premi BPJS setiap bulannya
oleh masyarakat khususnya mengenai mekanisme pembayaran di bank, ATM, dan
kantor pos. Berdasarkan data pada BPJS kesehatan, salah satu faktor yang
menyebabkan kerugian BPJS pada akhir tahun 2014 adalah tingginya klaim yang
harus dibayar oleh BPJS dan rendahnya premi yang diterima oleh BPJS karena
kesadaran masyarakat untuk membayar premi BPJS masih sangatlah rendah.
Mayoritas masyarakat hanya mendaftar BPJS dan membayar premi di saat sakit,
sedangkan di saat masyarakat telah dalam kondisi sehat maka masyarakat
melupakan kewajibannya untuk membayar premi BPJS. Berdasarkan fakta
tersebut, maka mobil Baling dapat disisipkan fungsi dan tugas tambahan yaitu
mengenai mekanisme pambayaran premi setiap bulannya baik bagi kelompok
mobile, migran internal, maupun bagi masyarakat umum. Prinsip mobil Baling yang
bersifat sangat mobile menyebabkan mobil Baling mampu menjangkau seluruh
19

lapisan masyarakat baik kalangan borjuis maupun kalangan proletar, sehingga


diharapkan nantinya probabilitas ketidakpatuhan pembayaran premi dapat ditekan.
Sosialisasi yang diberikan merupakan sosialisasi yang bersifat formal dan
partisipatoris. Sosialisasi bersifat formal karena sosialisasi secara langsung
diberikan oleh lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam
negara, yaitu tim BPJS. Sosialisasi yang diberikan bersifat partisipatoris karena
komunikasi yang diberikan bersifat sebagai interaksi dan bukan sebagai perintah
serta bersifat dua arah (Industri Bisnis, 2015; Republika, 2015; Sunarto, 2005)
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya mengenai mekanisme
pembayaran setiap bulannya, maka dapat diberikan sosialisasi tambahan melalui
media elektronik serta media internet. Media elektronik dan media internet dipilih
mengingat memiliki jangkauan yang sangat luas dan memiliki efisiensi dana yang
lebih signifikan jika dibandingkan dengan media sosialisasi seperti spanduk dan
baliho. Selain itu, media internet umumnya telah dimiliki oleh kelompok mobile
dan migran internal yang dianggap mampu membayar premi BPJS, sehingga
memiliki jangkauan yang sangat luas. Media sosialisasi sebenarnya juga dapat
dilakukan melalui media spanduk dan baliho jika ditujukan untuk kelompok mobile
dan kelompok migran internal yang dikategorikan sebagai kelompok tidak mampu
atau kelompok PBI karena media sosialisasi berbasis internet dan elektronik tidak
dimiliki oleh kelompok yang tidak mampu. Namun, kelompok PBI merupakan
kelompok yang tidak perlu untuk membayar iuran BPJS karena premi telah
sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah (Sunarto, 2005).

Gambar 3. Gambaran dan rencana pelaksanaan mobil BPJS keliling (Mobil Baling)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis dan sintesis atas permasalahan yang dikaji, dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Data kepesertaan kelompok mobile atau kelompok migran internal masih sangatlah
minimal. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan dan belum terciptanya
universal coverage dalam bidang kesehatan padahal kelompok-kelompok tersebut
umumnya merupakan kelompok yang sangat rentan untuk terkena penyakit
khususnya penyakit infeksi dan penyakit menular seksual serta sangat berpotensi
untuk menularkannya kepada kelompok masyarakat yang lainnya. Padahal, jika
cakupan BPJS diperluas hingga menjangkau kelompok-kelompok tersebut, maka
proses multidimensi yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur
sosial, termasuk percepatan atau akselerasi pertumbuhan ekonomi, dan
pemberantasan kemiskinan dapat ditingkatkan.
2. Mobil Baling merupakan bagian dari BPJS yang terdiri atas campur tangan dinas
kesehatan, pemerintah, tim BPJS pusat, dinas kependudukan, dan dinas sosial pada
suatu daerah. Tim BPJS berfungsi dalam mengklasifikasikan kelompok PBI dan
non PBI, memungut premi BPJS, serta melakukan sosialisasi mengenai BPJS.
Pemerintah daerah berfungsi dalam mengalokasikan dana. Sementara, dinas
kesehatan berfungsi dalam melakukan pendataan mengenai riwayat penyakit serta
dinas sosial dan dinas kependudukan yang berfungsi dalam melakukan pendataan
terhadap kelompok mobile atau migran tersebut dan mengklasifikasikannya sebagai
kelompok yang bersifat mampu atau tidak mampu. Dengan terlibatnya masing-
masing stakeholder, maka pendataan dapat dilakukan secara adekuat.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan melalui karya tulis ini antara lain:
1. Perlunya sosialisasi secara menyeluruh, sistematis, serta terstruktur khususnya
kepada masyarakat terkait mobil Baling sebagai terobosan inovasi dan solusi dalam
menjangkau kelompok mobile dan migran internal, sehingga nantinya diharapkan
dapat memaksimalkan kinerja dan potensi yang dimiliki oleh mobil Baling.
Lampiran 1

Tabel 1. Total iuran yang diterima oleh BPJS kesehatan per 30 Juni 2014 (BPJS, 2014)

Jumlah (dalam juta rupiah)


No Jenis Iuran per 30 Juni 2014
A Penerima bantuan iuran 9.966.240
B Eks Askes sosial
1 Premi peserta
a. Iuran wajib PNS dan TNI/POLRI
1.689.657
(PFK)
b. Iuran penerima pensiun 572.955
Subtotal 1 2.262.612
2. Premi pemerintah
a. Iuran pemerintah daerah (PFK) 1.563.460
b. Iuran pemerintah pusat (DIPA) 1.564.648
Subtotal 2 3.128.108
3 Iuran veteran non tuvet (DIPA) 380.500
Sub total eks Askes (1+2+3) 5.77.220
C Eks TNI/POLRI
Iuran Pempus TNI/POLRI (DIPA) 349.181
Subtotal Eks TNI/POLRI 349.181
D Formal atau Badan Usaha 1.567.135
Warga asing bekerja yang lebih dari 6
E -
bulan
F Pekerja bukan penerima upah (PBPU) 324.642
Jamkesda dan PJKMU Askes
G 433.837
(transisi)
Total 18.412.255
Lampiran 2

Gambar 1. Peran masing-masing stakeholder dalam pelayanan mobil Baling (Panu,


2010; Suaryawan, 2008)
Lampiran 3
- Mekanisme Pengawasan BPJS Keliling
Karena tujuan pokok suatu sistem kesehatan adalah meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, maka fungsi utama dari sistem kesehatan adalah
memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat efektif dan efisien. Oleh sebab itu,
merupakan sebuah kegagalan besar suatu sistem kesehatan apabila sistem tersebut
ternyata tidak dapat melakukan intervensi-intervensi kesehatan yang efektif dan
terjangkau bagi masyarakat yang seharusnya dapat menikmatinya. Kadangkala
kegagalan disebabkan oleh kurangnya keterampilan petugas kesehatan, kurang
tersedianya peralatan, kekeliruan dalam penetapan tarif, atau karena
pengorganisasian sistem kesehatan yang keliru. Kekeliruan pengorganisasian dapat
disebabkan oleh kekeliruan dalam menata hubungan antar berbagai stakeholder
yang mengarah kepada terjadinya kekeliruan dalam menetapkan pelayanan apa
yang harus diberikan serta kepada siapa pelayanan diberikan (Prasetyawati, 2010).
Konsep pengawasan dan pengarahan harus dipegang oleh aparat pemerintah yang
bertanggung jawab di bidang kesehatan. Pengawasan dan pengarahan pada
hakikatnya terdiri atas penetapan kebijakan kesehatan, pengaturan, penilaian
kinerja, dan penyediaan informasi kesehatan (Prasetyawati, 2010; Setkab; 2013).
Pada saat BPJS keliling dibentuk yang merupakan campuran berbagai stakeholder,
maka sistem kesehatan menghadapi ancaman berupa terfragmentasinya pelayanan
BPJS keliling. Fragmentasi tersebut dapat menimbulkan dampak negatif baik
terhadap efisiensi maupun pemerataan dalam pelayanan kecuali jika terdapat
kebijakan tertentu yang secara jelas untuk mengupayakan integrasi di antara para
stakeholder yang terlibat di dalam BPJS keliling. Tetapi, kebijakan tersebut dapat
mengakibatkan BPJS keliling bersifat semiotonom bukan otonom penuh.
Salah satu cara untuk menjaga otonomi tanpa menimbulkan fragmentasi adalah
dengan menciptakan integrasi maya atau integrasi virtual dan bukan integrasi
tradisional yang bersifat vertikal. Dalam integrasi vertikal, BPJS keliling akan
dikomando oleh campur tangan dinas kesehatan, dinas sosial, dinas kependudukan,
pemerintah daerah, dan BPJS pusat. Hal tersebut akan menurunkan kepedulian
BPJS keliling terhadap kebutuhan masyarakat setempat. Dalam integrasi virtual
maka tidak terdapat garis komando. Integrasi virtual berarti mendayagunakan
sistem komunikasi modern untuk tukar-menukar informasi secara cepat tanpa
diganggu oleh perasaan dikendalikan. Di negara maju seperti Amerika Serikat,
integrasi vertikal dalam pemeliharaan kesehatan telah bergeser dan berubah
menjadi integrasi virtual. Namun demikian, upaya menciptakan integrasi virtual
biasanya menghadapi dua masalah yang berkaitan dengan desentralisasi dan
pengenaan tarif (Prasetyawati, 2010).
Masalah yang berkaitan dengan desentralisasi adalah kenyataan bahwa
desentralisasi atau pemberian otonomi tidak otomatis menghilangkan masalah
internal yang dimiliki oleh BPJS keliling. Di beberapa negara, pemberian otonomi
ternyata tidak otomatis mengubah masalah kekurangan dana yang dialami oleh
unit-unit pelayanan kesehatan dan mengatasi masalah kelemahan manajemen. Unit-
unit pelayanan kesehatan seperti BPJS keliling harus siap melakukan upaya-upaya
yang bersifat mandiri untuk mengatasi masalah-masalah tersebut dan berhak untuk
mendapatkan bantuan dari dinas sosial, dinas kesehatan, dinas kependudukan,
pemerintah daerah, dan BPJS pusat jika terdapat suatu permasalahan yang bersifat
sangat kompleks dan tidak mampu untuk ditangani secara mandiri (Damarjati,
2010; Prasetyawati, 2010).
Pengenaan tarif juga dapat menimbulkan masalah atau pertentangan antara sistem
pembayaran di muka (praupaya) dengan pembayaran mengikuti pasar. Hal ini
terutama dialami pada masa krisis dimana kondisi keuangan rakyat dan negara
menurun drastis. Sistem pembayaran praupaya tidak dapat memberikan jaminan
akibat nilai uang yang menurun. Sedangkan, pembayaran mengikuti pasar akan
menciptakan kesenjangan dalam pembebanan biaya kesehatan kepada masyarakat.
Dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang baik, kepedulian yang
tinggi, dan kontribusi finansial yang adil maka sistem kesehatan dapat menetapkan
prioritas dan menyusun mekanisme yang akan menggiring para penyedia pelayanan
kesehatan untuk mengutamakan beberapa prioritas seperti pelayanan kesehatan
untuk kelompok masyarakat mobile dan kelompok migran internal melalui sistem
BPJS keliling. Untuk membuat suatu prioritas bersifat efektif maka diperlukan
mekanisme rasionalisasi, strukturisasi organisasi, serta penataan peraturan
perundang-undangan, dan insentif bagi para penyedia pelayanan kesehatan.
Keseluruhan hal tersebut harus bersifat konsisten satu sama lain dan selaras dengan
tujuan sistem kesehatan (Prasetyawati, 2010).
Lampiran 4
- Analisis Manfaat Mobil Pelayanan BPJS Kesehatan Keliling (Mobil Baling)
sebagai Terobosan Inovasi dan Solusi dalam Menjangkau Kelompok Mobile
dan Migran Internal
Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak seluruh umat manusia di dunia,
tidak terkecuali perseorangan, keluarga, kelompok dan bahkan oleh seluruh anggota
masyarakat. Untuk mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak upaya yang harus
dilaksanakan. Salah satu diantaranya yang dipandang memiliki peranan cukup
penting adalah penyelenggaraan sistem dan pelayanan kesehatan. Jika sistem dan
pelayanan kesehatan tidak tersedia (affordable), tidak berkesinambungan
(continue), tidak menyeluruh (comprehensive), tidak terpadu (integrated), atau
tidak bermutu (quality), tentu sangat sulit untuk mengharapkan keadaan sehat pada
tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara (Setkab, 2013).
Pada hakikatnya, kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam sistem kesehatan dapat
dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu pemberian pelayanan kesehatan dan
pembiayaan upaya kesehatan. Dalam hal ini sistem kesehatan di suatu wilayah
sebenarnya bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat wilayah
tersebut melalui pemberian pelayanan kesehatan dan melindungi masyarakat dari
kerugian akibat mengeluarkan banyak biaya karena sakit yang dideritanya. Atau
dengan kata lain, sistem kesehatan suatu wilayah memiliki tiga tujuan pokok, yaitu
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat wilayah yang bersangkutan, merespon
harapan-harapan atau kebutuhan masyarakat wilayah yang bersangkutan sesuai
dengan hak asasi manusia, dan memberikan perlindungan terhadap kemungkinan
dikeluarkannya biaya akibat penyakit yang diderita oleh masyarakat yang
bersangkutan (Prasetyawati, 2010).
Sistem kesehatan memiliki tiga fungsi yaitu pelayanan kesehatan, pembiayaan
kesehatan, dan pengembangan sumber daya kesehatan. Pelayanan kesehatan
merupakan proses memberikan dan mengelola masukan di dalam kegiatan produksi
serta jasa kesehatan yang terjadi di dalam suatu tatanan organisasi tertentu.
Keseluruhan hal tersebut akan mengarah kepada dilakukannnya serangkaian
intervensi terhadap masalah-masalah kesehatan yang ada. Dalam hal tersebut, unsur
penting yang perlu diperhatikan adalah hubungan antara pemberi pelayanan dan
pengguna pelayanan, akuntabilitas pemberi pelayanan, manajemen yang
dipraktikkan oleh masing-masing pemberi pelayanan, dan hubungan antara
berbagai macam pemberi pelayanan yang ada. Pembiayaan kesehatan adalah proses
penarikan dana dari sumber dana (primer yaitu rumah tangga atau perusahaan,
ataupun sekunder, yaitu pemerintah dan lembaga-lembaga donor), penghimpunan
dana tersebut di badan-badan tertentu, dan pengalokasian dana untuk kegiatan para
pemberi pelayanan (Damarjati, 2010; Prasetyawati, 2010).
Sumber daya kesehatan tidak hanya berupa dana, tetapi juga tenaga kesehatan, obat,
peralatan kesehatan, prasarana dan sarana kesehatan, serta ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan. Pengembangan sumber daya kesehatan melibatkan berbagai
organisasi yang menghasilkan sumber daya tersebut, seperti lembaga pendidikan
tenaga kesehatan, industri farmasi, lembaga penelitian kesehatan, dan lain-lain.
Manusia juga berperan sebagai penyumbang atau kontributor dalam pembiayaan
kesehatan. Di banyak sistem kesehatan, berpuluh ribu atau bahkan berjuta-juta
masyarakat miskin harus membayar seluruh pelayanan kesehatan yang didapatnya
di kala sakit. Di sistem kesehatan yang memiliki pengaturan pembiayaan kesehatan
yang adil, masyarakat yang tidak sakit membantu membiayai sistem kesehatan,
yaitu melalui pembayaran pajak atau kepesertaan dalam asuransi kesehatan.
Dengan demikian, yang berperan sebagai penyumbang atau kontributor tidak harus
pasien atau konsumen (Damarjati, 2010; Prasetyawati, 2010).
Sistem kesehatan harus menjamin bahwa orang sehat mensubsidi orang yang sakit,
tetapi juga bahwa beban pembiayaan disebar secara merata dengan mengupayakan
orang yang mampu akan memberikan subsidi kepada orang yang tidak mampu.
Melalui mekanisme subsidi silang tersebut maka salah satu kepribadian khas
bangsa Indonesia berupa sifat gotong royong dan bahu-membahu akan tumbuh
kembali secara tidak langsung mengingat peserta yang mampu akan membantu
peserta yang kurang mampu, peserta yang berisiko rendah akan membantu peserta
yang berisiko tinggi, dan peserta yang sehat akan membantu peserta yang sakit.
Selain itu, beberapa karakter positif yang dapat tumbuh melalui mekanisme tersebut
adalah karakter nirlaba, keterbukaan, transparansi, kehati-hatian dan akuntabilitas.
badan penyelenggara jaminan sosial tidak diperbolehkan untuk mencari
keuntungan. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat,
sehingga hasil pengembangannya harus dimanfaatkan untuk kepentingan peserta.
Penyelenggaraan asuransi kesehatan juga harus diterapkan seksama, khususnya
mengenai pemungutan iuran peserta. Pemanfaatan harus dievaluasi untuk dapat
dipertanggungjawabkan sebagai pertimbangan dalam menetapkan nilai iuran
peserta pada periode berikutnya. Suatu sistem kesehatan yang baik juga mampu
dalam menciptakan kemandirian suatu bangsa. Jika seluruh masyarakat Indonesia
memiliki akses yang cukup mudah dalam bidang kesehatan dan seluruh masyarakat
mampu dijangkau oleh sistem kesehatan (universal coverage) maka bangsa
Indonesia akan semakin produktif dan akan menciptakan perekonomian bangsa
yang semakin kuat. Oleh sebab itu, merupakan sebuah kegagalan besar suatu sistem
dan pelayanan kesehatan jika sistem tersebut ternyata tidak dapat melakukan
intervensi-intervensi kesehatan yang efektif dan terjangkau bagi masyarakat yang
seharusnya dapat untuk menikmatinya (Damarjati, 2010; Kemenkes, 2011; Panu,
2010).
Pelayanan kesehatan merupakan milik semua orang dan tidak memandang suku,
agama, gender, dan strata sosial. Kesehatan merupakan hak yang wajib untuk
didapatkan setiap orang tanpa terkecuali. Berdasarkan pemikiran tersebut,
pemerintah Indonesia mengeluarkan suatu kebijakan berupa jaminan kesehatan
nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh BPJS kesehatan agar nantinya kesehatan
mampu didapatkan oleh seluruh masyarakat di Indonesia. BPJS kesehatan adalah
badan hukum publik yang berfungsi menyelenggarakan program jaminan
kesehatan. Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
masyarakat memperoleh manfaat pemeliharaan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan. Seluruh penduduk Indonesia wajib menjadi peserta
BPJS kesehatan termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat enam bulan
di Indonesia meskipun masyarakat telah memiliki jaminan kesehatan atau jenis
asuransi kesehatan yang lainnya. Di dalam BPJS, setiap anggota dibedakan menjadi
2 kelompok yaitu kelompok penerima bantuan iuran (PBI) dan kelompok bukan
PBI. Kelompok PBI terdiri dari fakir miskin, orang tidak mampu, dan masyarakat
cacat total tetap baik cacat fisik maupun mental yang iurannya dibayarkan oleh
pemerintah. Sementara kelompok non PBI terdiri atas pekerja penerima upah,
pekerja bukan penerima upah, serta bukan pekerja yang sanggup untuk membayar
iuran BPJS (BPJS kesehatan, 2013).
Namun, penyaluran BPJS kesehatan baik bagi kelompok PBI maupun non PBI
masih memiliki beberapa masalah masalah khususnya bagi kelompok migran
internal, mobile, atau kelompok yang tidak memiliki tempat tinggal tetap, seperti
fakir miskin, buruh migran, dan pekerja seks komersial (PSK) yang jumlahnya di
Indonesia mencapai 2 juta jiwa. Kelompok mobile adalah suatu kelompok yang
tidak memiliki tempat tinggal yang tetap dan umumnya berpindah-pindah dari satu
tempat ke tempat yang lainnya. Sementara, kelompok migran internal adalah
kelompok yang bermigrasi dalam kawasan satu negara, seperti urbanisasi dan
transmigrasi untuk keperluan bekerja dalam kurun waktu tertentu. Kelompok
masyarakat tersebut umumnya tidak memiliki kartu tanda identitas seperti kartu
tanda penduduk (KTP) dan kartu keluarga (KK) yang merupakan syarat utama agar
seseorang mampu menjadi anggota BPJS. Permasalahan kedua yang timbul adalah
kelompok tersebut juga tidak mampu dalam menikmati pelayanan kesehatan daerah
seperti jaminan kesehatan Bali Mandara (JKBM) mengingat kelompok masyarakat
tersebut tidak memiliki KTP yang berdomisili di daerah Bali. Padahal kelompok-
kelompok tersebut merupakan kelompok yang sangat rentan untuk terkena suatu
penyakit khususnya penyakit infeksi atau penyakit menular seksual (PMS)
mengingat kelompok tersebut umumnya memiliki tingkat edukasi dan kesadaran
terhadap kesehatan yang masih sangat rendah. Selain itu, terdapat juga perbedaan
nyata dalam pola penyakit di antara berbagai daerah dan di antara berbagai
kelompok masyarakat. Pada umumnya, kelompok masyarakat miskin lebih banyak
menderita penyakit-penyakit infeksi dibanding mereka yang berkecukupan. Akan
tetapi, dua puluh tahun mendatang, masyarakat miskin pun rentan terhadap
penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah yang berkaitan dengan kebiasaan
merokok (Mariana, 2009; Suaryawan, 2008).
Menilik berbagai permasalahan yang dimiliki oleh penyaluran BPJS kesehatan
khususnya kepada kelompok mobile dan migran internal maka diperlukan sebuah
terobosan inovasi dan solusi bagi permasalahan tersebut. Salah satu solusi yang
dapat diaplikasikan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah mekanisme
pendataan kelompok-kelompok tersebut yang dilakukan oleh tim mobil Baling.
Mobil Baling merupakan integrasi dari dinas sosial, dinas kesehatan, dinas
kependudukan, pemerintah daerah, dan tim BPJS pusat.
Mekanisme pendataan merupakan satu-satunya solusi pemecahan bagi penyaluran
BPJS kepada kelompok mobile, migran internal, dan kelompok masyarakat yang
tidak memiliki tempat tinggal tetap. Tetapi, mekanisme pendataan bagi kelompok-
kelompok tersebut masih memiliki beberapa kendala seperti permasalahan dana dan
permasalahan sistem, mengingat hingga saat ini belum terdapat suatu sistem yang
secara jelas mengatur mengenai mekanisme pendanaan dan mekanisme pendataan
bagi kelompok-kelompok tersebut, sehingga tidak mampu dalam melakukan
pendataan kepada kelompok tersebut secara adekuat untuk masuk ke dalam anggota
BPJS. Oleh karena itu, diperlukan suatu regulasi yang dapat menangani
permasalahan tersebut yang diberi nama mobil Baling. Mobil Baling merupakan
bagian dari BPJS yang terdiri atas campur tangan dinas kesehatan, pemerintah, tim
BPJS pusat, dinas kependudukan, dan dinas sosial pada suatu daerah. Tim BPJS
berfungsi dalam mengklasifikasikan kelompok PBI dan non PBI, mencetak kartu
kepesertaan BPJS, memungut premi BPJS, serta melakukan sosialisasi mengenai
BPJS. Pemerintah daerah berfungsi dalam mengalokasikan tambahan dana.
Sementara, dinas kesehatan berfungsi dalam melakukan pendataan mengenai
riwayat penyakit serta dinas sosial dan dinas kependudukan yang berfungsi dalam
melakukan pendataan terhadap kelompok mobile atau kelompok migran tersebut
dan mengklasifikasikannya sebagai kelompok yang bersifat mampu atau tidak
mampu. Dengan terlibatnya masing-masing stakeholder, maka pendataan dapat
dilakukan secara adekuat dan permasalahan bagi kelompok mobile, migran internal,
atau kelompok yang tidak memiliki tempat tinggal tetap dapat tertangani (Panu,
2010; Suaryawan, 2008).
Salah satu syarat utama peserta BPJS yaitu penggunaan KTP dan KK dapat
dihapuskan dan dapat diganti dengan formulir BPJS serta kuesioner sensus.
Identitas KTP dan KK dapat dihilangkan karena kedua syarat ini umumnya
menyebabkan kelompok mobile atau kolompok migran internal tidak dapat menjadi
peserta BPJS. Mekanisme pendataan bagi kelompok-kelompok tersebut akan
menggunakan sebuah mobil yang akan berintegrasi dengan banjar atau kelurahan
daerah setempat. Integrasi dengan banjar dan kelurahan menyebabkan tim BPJS
keliling mampu mengetahui kantong-kantong yang menjadi tempat tinggal dan
tempat bekerja kelompok tersebut pada pagi atau siang hari. Dengan mekanisme
pendaftaran yang bersifat on the spot dan tidak bersifat rumit, maka diharapkan
mampu dalam meningkatkan universal coverage dalam sistem kesehatan.
Mobil Baling tidak hanya menangani mekanisme pendataan, namun juga
menangani mekanisme pembayaran premi khususnya bagi kelompok non PBI yang
tidak memiliki tempat tinggal tetap atau kelompok mobile dan bagi masyarakat
umum untuk setiap bulannya. Mobil Baling tidak diperuntukkan bagi pembayaran
premi kelompok PBI seperti fakir miskin dan kelompok masyarakat cacat total
karena seluruh premi pada kelompok PBI telah ditanggung oleh pemerintah. Mobil
Baling juga akan mendata riwayat penyakit kelompok tersebut baik riwayat
penyakit terdahulu dan sekarang, sehingga nantinya ketika pasien tersebut dirujuk
ke rumah sakit umum pusat (RSUP) maka RSUP telah memiliki data yang cukup
lengkap dalam menangani kelompok tersebut dan lebih mudah dalam melakukan
diagnosis dan memberikan terapi. Selain dapat membantu proses perujukan,
mekanisme mobil Baling juga mampu mengetahui faktor risiko utama terjadinya
penyakit pada kelompok tersebut, sehingga nantinya pemerintah dapat melakukan
kerjasama dengan dinas kesehatan untuk melakukan upaya promotif dan preventif.
Upaya promotif dan preventif merupakan upaya pencegahan suatu penyakit dengan
cara memberikan edukasi sederhana untuk menghindari faktor risiko utama
terjadinya suatu penyakit. Upaya promotif dan preventif merupakan suatu metode
yang lebih ditekankan oleh sistem BPJS karena merupakan lini pertama dan lebih
efektif dalam mengatasi suatu penyakit serta memiliki biaya yang lebih terjangkau.
jika dibandingkan dengan metode kuratif (BPJS kesehatan, 2013; Sunarto, 2005).
Salah satu kelemahan pada sistem mobil Baling adalah akan ada masyarakat
kelompok mobile atau kelompok migran internal yang akan terlewatkan dalam
proses pendataan. Namun, hal ini dapat diminimalisir jika seluruh wilayah
menerapkan metode mobil Baling. Jika seluruh wilayah menerapkan metode mobil
Baling, maka risiko terlewatkannya pendataan bagi kelompok-kelompok tersebut
akan menjadi lebih kecil.
Mekanisme pengawasan mobil Baling dilakukan melalui metode integrasi virtual
atau integrasi maya dan bukan melalui integrasi tradisional yang bersifat vertikal.
Dalam integrasi vertikal, mobil Baling akan dikomando oleh campur tangan dinas
kesehatan, dinas sosial, dinas kependudukan, pemerintah daerah, dan BPJS pusat.
Hal tersebut akan menurunkan kepedulian mobil Baling terhadap kebutuhan
masyarakat setempat. Dalam integrasi virtual maka tidak terdapat garis komando.
Integrasi virtual berarti mendayagunakan sistem komunikasi modern untuk tukar-
menukar informasi secara cepat tanpa diganggu oleh perasaan dikendalikan. Di
negara maju seperti Amerika, integrasi vertikal dalam pemeliharaan kesehatan telah
bergeser dan berubah menjadi integrasi virtual. Namun demikian, upaya
menciptakan integrasi virtual biasanya menghadapi tiga masalah yang berkaitan
dengen desentralisasi dan pengenaan tarif (Prasetyawati, 2010).
Mekanisme pengawasan mobil Baling juga sangat mempertimbangkan efektivitas
biaya. Biaya mobil Baling dapat bervariasi menurut daerah dan generalisasi yang
dilakukan secara tidak akurat akan mengakibatkan kesalahan yang serius dalam
perencanaan dan pelaksanaan. Kesalahan pengunaan analisis efektivitas biaya juga
dapat menyebabkan rendahnya estimasi terhadap biaya nyata dari program mobil
Baling yaitu jika estimasi tersebut berdasarkan biaya dan efektivitas dari satu jenis
pendekatan yang sebenarnya terdiri atas banyak program. Oleh karena itu,
meskipun dalam cakupan yang kecil, analisis di tiap daerah perlu dilakukan untuk
menghindari kesalahan tersebut. Seluruh kendala tersebut menunjukkan bahwa
meskipun hanya didasarkan pada satu kriteria yaitu efektivitas biaya, tetapi analisis
terhadap sistem kesehatan dapat berjalan secara menyeluruh, yaitu dimulai dengan
analisis terhadap kondisi saat ini dalam hal kemampuan, kegiatan, dan hasil-hasil
yang dicapai untuk kemudian dapat mempertimbangkan langkah-langkah yang
dapat diambil dari titik awal tersebut untuk menambah, mengubah, atau
mengurangi program yang dijalankan oleh mobil Baling (Prasetyawati, 2010).
Namun, setiap kebijakan dan tindakan tentunya akan menghasilkan sejumlah
implikasi dan konsekuensi. Implikasi dari kebijakan mobil Baling adalah
terciptanya universal coverage atau seluruh masyarakat telah mampu dijangkau
oleh sistem kesehatan. Selain itu, target BPJS bahwa seluruh penduduk Indonesia
telah menjadi peserta BPJS tahun 2019 dapat tercapai mengingat kelompok mobile
dan migran internal umumnya merupakan kelompok yang sangat sulit untuk
dijangkau oleh BPJS bahkan hingga saat ini jumlah kelompok mobile dan migran
internal yang berhasil dijangkau oleh BPJS masih sangat minimal karena
kelompok-kelompok tersebut umumnya tidak memiliki kartu tanda identitas seperti
KTP dan KK yang merupakan syarat utama agar seseorang mampu menjadi
anggota BPJS. Padahal, kelompok-kelompok tersebut merupakan kelompok yang
sangat rentan untuk terkena suatu penyakit khususnya penyakit infeksi atau
penyakit menular seksual (PMS). Sementara, konsekuensi dari kebijakan mobil
Baling adalah harus dialokasikannya sejumlah dana tambahan yang akan digunakan
untuk membeli instrumen utama dalam pelaksanaan mobil Baling berupa komputer,
printer, dan mobil. Selain itu, integrasi mobil Baling juga harus melatih para staf di
dalamnya khususnya pada staf yang akan terjun secara langsung untuk menjangkau
kelompok mobile atau migran internal mengingat kegagalan sebuah kebijakan
kesehatan seringkali tidak hanya ditentukan oleh mekanisme pelayanan kesehatan
yang tidak bersifat komprehensif, namun juga ditentukan oleh pembiayaan
kesehatan yang tidak akurat dan pengembangan sumber daya kesehatan yang
bersifat tidak adekuat.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2014.


Panduan Praktis Administrasi Klaim Fasilitas Kesehatan. [Online] Jakarta,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Available from :
http://www.bkkbn.go.id/Documents/JKN/14Panduan%20Praktis%20Admi
ninstrasi%20Klaim%20Faskes%20BPJS%20Kesehatan.pdf (Accessed 23
Maret 2015).
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). 2013. Program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN). [Online] Available from : http://bpjs-kesehatan.go.id
(Accessed 27 Maret 2015)
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). 2014. Paham BPJS. [Online] Jakarta,
Komunitas Pejaten Mediatama. Available from : www.fes.de/cgi-
bin/gbv.cgi?id=11024&ty=pdf (Accessed 21 Maret 2015)
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan). 2013. Buku
Saku BPJS Kesehatan. [Online] Jakarta, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Available from : www.depkes.go.id/resources/download/jkn
/buku-saku-faq.pdf (Accessed 22 Maret 2015).
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan). 2014. Panduan
Praktis Pelayanan Kesehatan. [Online] Jakarta, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Available from : http://www.ropeg.kkp.go.id
/upload_file/Panduan%20Praktis%20Pelayanan%20BPJS%20Kesehatan.p
df (Accessed 22 Maret 2015).
Buruh Migran. 2012. Apa Definisi Buruh Migran. [Online] Available from :
http://buruhmigran.or.id/2012/09/20/apa-definisi-buruh-migran/ (Accessed
: 29 Maret 2015)
Damarjati A.G. 2010. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesenjangan
Pendapatan di Propinsi Jawa Tengah” (disertasi). Semarang: Universitas
Diponegoro
Detik. 2015. Agar BPJS Tak Defisit, DSJN Sebut Iuran PBI Seharusnya Jadi Rp
40-50 Ribu. [Online] Available from : http://health.detik.com/read/2015
/04/02/173348/2877302/763/agar-bpjs-tak-defisit-dsjn-sebut-iuran-pbi-
seharusnya-jadi-rp-40-50-ribu (Accessed 24 Maret 2015)
Eridiana W. 2010. “Migrasi” disertasi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Farbenblum B., Eleanor T.N., Sarah P. 2013. Aksi Buruh Migran Terhadap
Keadilan di Negara Asal: Studi Kasus Indonesia. [Online] New York, Open
Society Foundations. Available from : http://www.opensocietyfoundations.
org/sites/default/files/migrant-worker-justice-indonesia-bahasa 20131015.
pdf (Accessed 26 Maret 2015)
Industri Bisnis. 2015. BPJS Kesehatan: Pemerintah Harus Tambah Dana PBI Dari
APBN. [Online] Available from : http://industri.bisnis.
com/read/20150208/12/400167/bpjs-kesehatan-peme rintah-harus-tambah-
dana-pbi-dari-apbn (Accessed 26 Maret 2015)
Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes). 2011. Kebijakan Kementerian Kesehatan
dalam Sinergitas Implementasi Jamkesmas dengan Program Keluarga
Harapan (PKH). [Online] Available from: http://www.slideshare.net/
MbahJunior/jamkesmas-pkh-kemenkes [Accessed 24 Maret 2014]
Kementrian Keuangan (Kemenkeu). 2014. BPJS Kesehatan, Supply, dan Demand
Terhadap Layanan Kesehatan. [Online] Available from : www.kemenkeu
.go.id/sites/default/files/2014_kajian_pprf_BPJS.pdf (Accessed 24 Maret
2015).
Keuangan Kontan. 2015. Tahun lalu, BPJS Kesehatan kantongi iuran Rp 40 T. [Online]
Available from : http://keuangan.kontan.co.id/news/tahun-lalu-bpjs-kesehatan-
kantongi-iuran-rp-40-t (Accessed 01 April 2015]
Kompas. 2010. Sensus Serentak Tengah Malam. [Online] Available from :
http://nasional.kompas.com/read/2010/04/07/15462078/Sensus.Serentak.T
engah.Malam (Accessed 28 Maret 2015)
Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI). 2015. KSPI : Kami Menolak
Kenaikan Iuran Bpjs Kesehatan dan Desak Pemerintah Sahkan RPP
Pensiun. [Online] Available from : http://www.kspi.or.id/kspi-kami-
menolak-kenaikan-iuran-bpjs-kesehatan-dan-desak-pemerintah-sahkan-
rpp-pensiun.html (Accessed 23 Maret 2015)
Liputan 6. 2014. Ayo Serbu Mobil BPJS, Daftar JKN! Cukup 10 Menit. [Online]
Available from : http://health.liputan6.com/read/789345/ayo-serbu-mobil-
bpjs-daftar-jkn-cukup-10-menit (Accessed 28 Maret 2015)
Mariana N. 2009. “Pola Pencarian Pengobatan Pemilik Kartu Jamkesmas di
Kabupaten Tanah Laut Propinsi Kalimantan Selatan” (disertasi).
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Panu N.E. 2010. “Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Peserta Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di Kota Gorontalo” (disertasi).
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Pemerintah Provinsi Riau (Pemprov Riau). 2013. Riau Siap Sukseskan Sensus
Pertanian 2013. [Online] Available from :
http://www.riau.go.id/home/content/2013/04/25/28-riau-siap-sukseskan-
sensus-pertanian-2013 (Accessed 28 Maret 2015)
Prasetyawati A.E. 2010. Kedokteran Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.
Republika. 2015. 2016, Iuran Peserta PBI BPJS Kesehatan Naik. [Online]
Available from : http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum
/15/03/04/nkofp8-2016-iuran-peserta-pbi-bpjs-kesehatan-naik (Accessed
25 Maret 2015)
Sasana H. 2009. Analisis Dampak Pertumbuhan Ekonomi, Kesenjangan Antar
Daerah dan Tenaga Kerja Terserap Terhadap Kesejahteraan di
Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah dalam Era Desentralisasi Fiskal.
Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), 16(1), 50-69.
Sekretariat Kabinet RI (Setkab). 2013 Jamkesmas dan Jamkesda : Tingkatkan
Kesehatan Warga. [Online] Available from: http://www.setkab.go.id/pro-
rakyat-10957-jamkesmas-dan-jamkesda-tingkatkan-kesehatan-warga.html
[Accessed 22 Maret 2015]
Sekretariat Negara (Setneg). 2013. Transkripsi Sambutan Presiden RI Pada
Peresmian Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Dan
BPJS Ketenagakerjaan Serta Peluncuran Program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN). [Online] Available from : http://www.presidenri.
go.id/index.php/pidato/2013/12/31/2228.html (Accessed 24 Maret 2015)
Suaryawan I.G. 2008. “Hambatan Dalam Utilisasi Pelayanan Kesehatan Puskesmas
Buleleng I Oleh Peserta Askeskin” (disertasi). Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada
Sunarto K. 2005. Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi). Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
SURAT PERNYATAAN

Saya bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Komang Leo Krisnahari


Tempat/Tanggal Lahir : Denpasar, 06 Januari 1994
Program Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Kedokteran
Perguruan Tinggi : Universitas Udayana
Judul Karya Ilmiah : Mobil Baling : mobil pelayanan BPJS kesehatan
keliling sebagai terobosan inovasi dan solusi dalam menjangkau kelompok mobile
dan migran internal

Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya sampaikan pada
kegiatan Pemilihan Mawapres ini adalah benar karya saya sendiri atau bukan
merupakan plagiasi.

Apabila di kemudian hari ditemukan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya
sampaikan bukan karya saya sendiri/plagiasi, saya bersedia menerima sanksi dalam
bentuk pembatalan predikat Mawapres.

Denpasar , 21 Mei 2015


Yang menyatakan

(Komang Leo Krisnahari)


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Komang Leo Krisnahari


NIM : 1202005076
Tempat, Tanggal lahir : Denpasar, 06 Januari 1994
Jenis Kelamin : Laki-laki
Telepon : 08174736390
Email : leokrisnahari@gmail.com
Alamat : Jalan Kuruksetra, Gang Mayapada No. 5, Nusa Dua,
Badung, Bali.
Status : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,
Program Studi Pendidikan Dokter, Semester VI
Fakultas/Prodi : Kedokteran/Kedokteran Umum
Alamat Fakultas : Jl. P.B. Sudirman Denpasar, Bali 80232, Telp. (0361)
222510

Riwayat Organisasi :
1. Anggota Inti Badan Semi Otonom (BSO) Kelompok Ilmiah Hippocrates (KIH)
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
2. Anggota Inti Badan Semi Otonom (BSO) Komunitas Mahasiswa Peduli Kanker
(KOMPAK) Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
3. Anggota Komisi I (Kajian dan Advokasi) Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM)
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2012-2013

Riwayat Pelatihan :
1. Pelatihan Dasar (Latdas) Kelompok Ilmiah Hippocrates (KIH) Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana 2012/2013.
2. Basic Lessons on Mastering Management and Leadership (BLMML) Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana 2012.
3. Pelatihan Biostatistika dan Pembuatan Program Kreativitas Mahasiswa Kelompok
Ilmiah Hippocrates (KIH) Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2013.
4. Pelatihan Penyuntingan Artikel Ilmiah Kelompok Ilmiah Hippocrates (KIH)
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2013.
5. Pelatihan Dasar (Latdas) Komunitas Mahasiswa Peduli Kanker (KOMPAK)
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2012.
6. Upgrading Komunitas Mahasiswa Peduli Kanker (KOMPAK) Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana 2012/2013.
7. Basic Training and Legislative (BATTLE) Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM)
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2012

Karya ilmiah yang pernah dibuat :


1. Upaya Menjernihkan Minyak Jelantah dengan Menggunakan Arang Aktif dalam
Ampas Tebu
2. Potensi Imunoliposom Spesifik Antibodi CEA Berbasis Senyawa Acetogenin pada
Daun Annona Muricata sebagai Modalitas Penatalaksanaan Kanker Kolorektal
Stadium III.
3. Potensi dan Peranan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dalam Efisiensi Dana
sebagai Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Sosial serta Pengentasan Kemiskinan
Masyarakat Bali
4. Potensi Imunoliposom Spesifik Antibodi Th-1 dan Th-2 Berbasis Senyawa
Kurkumin sebagai Modalitas Penatalaksanaan Penyakit Lepra dengan Gangguan
Saraf dan Inflamasi
5. Potensi Endothelial Progenitor Cell (EPC) dan Imunoliposom Spesifik ICAM-1
dan PECAM-1 Berbasis Peptida Nuclear Transport Modulation (NTM) CSN50.1
sebagai Modalitas Penatalaksanaan Aterosklerosis
6. Potensi microRNA (miRNA) sebagai Modalitas Multifungsi dan Mutakhir dalam
Deteksi dan Penatalaksanaan Stroke Iskemik
7. Potensi microRNA (miRNA) dan Senyawa Panduratin A pada Rimpang
Boesenbergia rotunda sebagai Modalitas dalam Deteksi dan Penatalaksanaan
Sirosis Hati
8. Potensi Transmembran 25 (TMEM25) dan Senyawa Inositol Heksafosfat pada
Dedak Padi sebagai Modalitas dalam Deteksi dan Penatalaksanaan Kanker
Kolorektal
9. Potensi MicroRNA (miRNA) dan Nanopartikel Besi Aspergillus oryzae Berbasis
Senyawa Girinimbine sebagai Modalitas dalam Deteksi dan Penatalaksanaan
Kanker Paru
10. Angka Kejadian Underweight dan Anemia pada Siswa Sekolah Dasar Penderita
Cacing Usus di Kecamatan Abiansemal.
11. Potensi Ekstrak Etanol pada Rimpang Temu Kunci (Boesenbergia rotunda) sebagai
Modalitas Terapi Sirosis Hati.
12. Potensi Nanopartikel Hydrolizable Dye Spesifik ICAM-1 Berbasis Senyawa
Antosianin pada Jagung Ungu sebagai Modalitas Pencegahan dan Terapi Mutakhir
Katarak Diabetik.
13. Potensi Peptida Salusin-α sebagai Modalitas dalam Deteksi dan Terapi
Aterosklerosis
14. Potensi Teknologi Nanopartikel Selenium Guar Gum (NSGG) Spesifik VCAM-1
Berbasis Peptida Cecropin pada Larva Lalat Musca domestica sebagai Terapi
Komprehensif dalam Penatalaksanaan Aterosklerosis.
15. Kipas Jaring : Kitosan Trypolyphosphate Spesifik VCAM-1 Berbasis Senyawa 6-
Shogaol pada Rimpang Jahe Kering sebagai Modalitas Mutakhir dalam
Penatalaksanaan Aterosklerosis.
16. Potensi Vektor Mini-Intronic Plasmid (MIP) Berbasis Teknologi Small Interfering
RNA Spesifik Gen Bfl-1 (siRNA-Bfl-1) Coupled Nanobubble Via Inhalasi sebagai
Modalitas Terapi Mutakhir dalam Penatalaksanaan Non Small Cell Lung Cancer
(NSCLC).
17. Potensi Nanopartikel Polimerik Poly Ester Amine (PEA)-Poly Amido Amine (PAA)
Spesifik Mucin-1 Berbasis Depsipeptide Destruxin B pada Jamur Metarhizium
anisopliae yang Diadministrasikan melalui Inhalasi sebagai Terapi Komprehensif
dan Mutakhir dalam Penatalaksanaan Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC).
18. Potensi microRNA (miRNA) sebagai Modalitas Multifungsi dan Mutakhir dalam
Deteksi Cepat, Pencegahan, dan Terapi Komprehensif Demam Berdarah Dengue
(DBD) Pasca Bencana Alam.
19. Potensi Teknologi Nanopartikel Kitosan-Polyethylene Glycol (PEG) Berbasis
Hemiselulosa MGN-3 pada Dedak Padi sebagai Terapi Mutakhir Human
Immunodeficiency Virus Tipe 1 (HIV-1) dalam Upaya Mewujudkan Target
Millenium Development Goals (MDGs) pada Tahun 2015.
20. Potensi Vektor Minicircle Plasmid (MCP) Berbasis Teknologi Short Hairpin RNA
Silencing CXCR-4 dan CCR-5 (shRNA-CXCR-4-CCR-5) Coupled Cyclodextrin-
LFA-1 sebagai Modalitas Terapi Mutakhir dalam Penatalaksanaan Human
Immunodeficiency Virus Tipe 1 (HIV-1).
21. Potensi Nanopartikel Polimerik [Poly(Lactide-Co-Glycolide)-Poly(Ethylene
Glycol) (PLGA-PEG)] Spesifik KS14 Berbasis Interferon Stimulated Gene-15
(ISG15) sebagai Modalitas Terapi Komprehensif dan Mutakhir dalam
Penatalaksanaan Demam Berdarah Ebola.
22. Polistem SJS : Potensi Nanosfer Polimerik Poly(3-Hydroxybutyrate-Co-3-
Hydroxyvalerate-Co-3-Hydroxyhexanoate) (PHBVHHX) berbasis Umbilical Cord
Mesenchymal Stem Cell (UCMSC) Termodifikasi Gen Notch, Sonic Hedgehog, dan
β-Catenin sebagai Modalitas Terapi Mutakhir dalam Penatalaksanaan
Kegawatdaruratan Dermatologi Steven Johnson Syndrome (SJS).
23. Micelle Peptide CLEC-5A : Potensi Immunomicelle Polimerik Poly(E-
Caprolactone)-Poly(N-Vinylpyrrolidone) (PCL-PNVP) Spesifik CLEC-5A
Berbasis Peptida Protegrin-1 Coupled MAP30 dan Plectasin (PG-1-MAP30-
PLSN) sebagai Modalitas Terapi Mutakhir dalam Penatalaksanaan Demam
Berdarah Dengue (DBD).
24. Miniplasmid Gen5A : Potensi Vektor Minicircle Plasmid (MCP) Berbasis Peptide
Nucleic Acid (PNA) Coupled Atellocolagen-CLEC-5A sebagai Modalitas Terapi
Mutakhir dalam Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue.
25. Poli siRNA LFA-1 : Potensi Nanopartikel Triblok Kopolimer Poly(Lactic Acid)-
Poly(Ethylene Glycol)-Poly(L Lysine) (PLA-PEG-PLL) Spesifik LFA-1 Berbasis
Teknologi Small Interfering RNA Silencing Gen CXCR-4 dan CCR-5 sebagai
Modalitas Pencegahan dan Terapi Mutakhir dalam Penalatalaksanaan Human
Immunodeficiency Virus Tipe 1(HIV-1).
26. Potensi Nanopartikel Kitosan-Polyethylene Glycol (PEG) Spesifik LFA-1 Berbasis
Hemiselulosa MGN-3 pada Dedak Padi sebagai Modalitas Pencegahan dan Terapi
Mutakhir Human Immunodeficiency Virus Tipe 1 (HIV-1).
27. Pap Smear RNA : Potensi Muco Inert Penetrating Nanoparticle [Poly(Lactide-Co-
Glycolide)-Avidin Palmitate-Poly(Ethylene Glycol) (PLGA-Avid-PEG)] Spesifik
Ki-67 Berbasis Teknologi Short Hairpin RNA Silencing Gen Metadherin
(SHRNA-MTDH) Via Intravaginal sebagai Modalitas Terapi Komprehensif dan
Mutakhir dalam Penatalaksanaan Kanker Serviks.
28. Pap Smear C22 : Potensi Muco Inert Penetrating Nanoparticle (MPP)
[Poly(Lactide-Co-Glycolide)-Avidin Palmitate-Poly(Ethylene Glycol) (PLGA-
AVID-PEG)] Spesifik Ki-67 Berbasis TGF-β Stimulated Clone 22 (TSC-22) Via
Intravaginal sebagai Modalitas Terapi Komprehensif dan Mutakhir dalam
Penatalaksanaan Kanker Serviks.
29. Human Umbilical Cord Blood Mononuclear Cells (HUCB-MNC) as Regenerative
Comprehensive Therapy for Diabetes Mellitus Type 1 (T1DM).
30. PCP-mir-29a : Potensi Imunonanosfer Polimerik [Poly(Lactide-Co-Glycolide)-
Chitosan-Poly(Ethylene Glycol) (PLGA-CS-PEG)] Spesifik LFA-1 Berbasis
Teknologi microRNA-29a (miRNA-29a) sebagai Modalitas Pencegahan dan
Terapi Mutakhir dalam Penatalaksanaan Human Immunodeficiency Virus Tipe 1
(HIV-1).
31. Micelle Melt-LFA-1 : Potensi Teknologi Immunomicelle Polimerik Poly(Lactic
Acid)-Poly(Ethylene Glycol) (PLA-PEG) Spesifik LFA-1 Berbasis Peptida Melittin
pada Racun Lebah sebagai Modalitas Pencegahan dan Terapi Komprehensif dalam
Penatalaksanaan Human Immunodeficiency Virus Tipe 1 (HIV-1).

Prestasi :
1. Juara 1 Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) Universitas Udayana
2. Poster Presentation Indonesia International Bio(Medical) Students’ Congress
(INAMSC) Faculty of Medicine Indonesia University Jakarta 2015
3. Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional Muhammadiyah
Jakarta Scientific Competition (Majesty) Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta 2015
4. Juara 1 Lomba Esai Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional Muhammadiyah Jakarta
Scientific Competition (Majesty) Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta 2015
5. Finalis Lomba Poster Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional Muhammadiyah Jakarta
Scientific Competition (Majesty) Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta 2015
6. Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional Medical Student
Fair and Tracing Creativity II (Mesentrica II) Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung 2015
7. Juara 2 Lomba Esai Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional Medical Student Fair and
Tracing Creativity II (Mesentrica II) Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2015
8. Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional Scripta Research
Festival (SRF) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan 2015
9. Juara 3 Lomba Esai Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional Scripta Research Festival
(SRF) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan 2015
10. Juara 2 Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional Medical Sebelas
Maret Scientific Competition (MEDSMOTION) Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta 2014
11. Finalis Poster Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional Medical Sebelas Maret
Scientific Competition (MEDSMOTION) Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta 2014
12. Juara 1 Lomba Esai Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional Magna Festival Fakultas
Kedokteran Universitas Mataram 2014
13. Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional Indonesian
Medical Scientific Competition (IDENTIC) Fakultas Kedokteran Universitas
Lambung Mangkurat Banjarmasin 2014
14. Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional Scientific Vaganza
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri
Semarang 2014
15. Juara 2 Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Temu Ilmiah Nasional (Temilnas)
ke-8 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya 2014 oleh BAPIN
ISMKI
16. Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional Scientific Project
and Olympiad of Sriwijaya (SPORA) Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Palembang 2014
17. Finalis Lomba Poster Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional Scientific Project and
Olympiad of Sriwijaya (SPORA) Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Palembang 2014
18. Juara 1 Lomba Esai Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional Scientific Project and
Olympiad of Sriwijaya (SPORA) Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Palembang 2014
19. Juara 1 Lomba Esai Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional Scientific Fair Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang 2014
20. Finalis Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional Scientific Fair
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang 2014
21. Juara 2 Poster Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional Yarsi Medical Fair Fakultas
Kedokteran Universitas Yarsi Jakarta 2014
22. Peserta Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional Scientific
Atmosphere 7 Fakultas Kedokteran Universitas Denpasar
23. Peserta Lomba Poster Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional Scientific Atmosphere
7 Fakultas Kedokteran Universitas Denpasar
24. Peserta Lomba Esai Ilmiah Populer Mahasiswa Tingkat Nasional Scientific
Atmosphere 7 Fakultas Kedokteran Universitas Denpasar
25. Finalis Lomba Poster Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional Atma Cordis Fakultas
Kedokteran Universitas Katholik Atmajaya Jakarta 2014
26. Juara 3 Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional Atma Cordis
Fakultas Kedokteran Universitas Katholik Atmajaya Jakarta 2014
27. Juara 3 Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional Scripta Research
Festival Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan 2014
28. Finalis Lomba Poster Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional Muhammadiyah Jakarta
Scientific Competition (Majesty) Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta 2014
29. Finalis Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional Muhammadiyah
Jakarta Scientific Competition (Majesty) Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta 2014
30. Poster Ilmiah Favorit Mahasiswa Tingkat Nasional Medical Fiesta Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya Malang 2013
31. Juara 3 Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional Medical Fiesta
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang 2013
32. Finalis Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional Scientific Project
and Olympiad of Sriwijaya (SPORA) Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Palembang 2013
33. Finalis Lomba Poster Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional Scientific Atmosphere
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2013
34. Peserta Lomba Esai Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional Scientific Atmosphere
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2013
35. Peserta Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional Scientific
Atmosphere Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2013

Riwayat Publikasi
1. Konsep Ayurveda dalam Penatalaksanaan Jantung Koroner (Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kedokteran Indonesia (Jimki) Volume 3 Nomor 1)

Riwayat Seminar
1. Peserta Seminar Kesehatan Reproduksi dan Pencegahan Infeksi Menular Seksual
oleh BEM FK UNUD
2. Peserta Seminar Penulisan Karya Tulis Ilmiah 2012 oleh KIH FK UNUD
3. Peserta Seminar Kanker Paru oleh KOMPAK FK UNUD
4. Peserta Seminar Kegawatdaruratan Medis oleh TBM FK UNUD
5. Seminar Penggalian Dana The Essence of Healthy Skin oleh KIH FK UNUD
6. Peserta Seminar dan Pelatihan Penyuntingan Artikel Ilmiah Mahasiswa 2013 oleh
KIH FK UNUD
7. Peserta Seminar Self Therapy and Powerful Mind oleh BEM FK UNUD
8. Peserta Seminar Ectopic Pregnancy oleh KIH FK UNUD
9. Peserta Simposium Internasional mengenai Diabetes Mellitus pada INAMSC
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
10. Peserta One Day National Symposium Actual Comprehensive Database, Invention,
Therapies, and Regulation of Dermatology Disease MEDSMOTION Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta 2014
11. Peserta Seminar Nasional Optimalisasi Derajat Kesehatan dalam Peningkatan
Wawasan dan Pengetahuan Triad KRR FSIM Fakultas Kedokteran Universitas
Lambung Mangkurat Banjarmasin 2014
12. Peserta Seminar Ilmiah Nasional Basic and Clinical Update on Vaccine and
Occupational Health for TB and MERSC Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya Palembang 2014
13. Peserta Seminar Nasional Update of Hepatic Cirrhosis Scientific Atmosphere 6
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar 2013
14. Peserta Seminar Nasional Integrative Approach on Acute Coronary Syndrome oleh
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang 2014
15. Peserta International Update on Emergency Neurology Medicine Symposium oleh
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang 2013
16. Peserta Seminar Internasional Reducing Mortality Rate by Understanding and
Preventing Coronary Heart Disease for Briliant Future of Indonesia oleh Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang 2013
17. Peserta National Symposium Clinical Updates and Current Management of
Infection Disease oleh Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2015
18. Peserta National Talkshow Appropriate Regulation for Useful Education oleh BEM
FK UNUD
19. Peserta Seminar Nasional Gizi dan Kebudayaan 2012 oleh HMKM FK UNUD
20. Peserta Seminar Nasional dan Gathering for Cancer Education and Prevention
2013 oleh KOMPAK FK UNUD

Riwayat Kepanitiaan
1. Koordinator Sie Ilmiah Scientific Atmosphere 8 KIH FK UNUD
2. Peserta Donor Darah Stand Sehat HMKU FK UNUD
3. Koordinator Sie Acara Penyebaran Kuesioner Mahasiswa oleh HMKU FK UNUD
4. Sie Ilmiah Penulisan Karya Tulis Ilmiah oleh KIH FK UNUD
5. Sie Konsumsi dan Rohani Grebeg Pasar 2014 oleh KOMPAK FK UNUD
6. Sie Ilmiah dan Fasilitator Seminar dan Pelatihan Penyuntingan Artikel Ilmiah 2014
oleh KIH FK UNUD
7. Koordinator Sie Konsumsi dan Rohani Sosialisasi dan Pelatihan Pra Dokter Muda
2013 oleh HMKU FK UNUD
8. Peserta Rangkaian Hari Kanker Sedunia 2013 oleh KOMPAK FK UNUD
9. Sie Kesehatan Porsehipp 2012 oleh BEM FK UNUD
10. Peserta Bali Clean and Grean Campus 2012 oleh TBM FK UNUD
11. Peserta Anggota Muda Outing Session KOMPAK FK UNUD
12. Peserta Malam Puncak HUT KOMPAK 2012
13. Peserta Pelatihan Penyuluhan KOMPAK KOMPAK FK UNUD
14. Peserta Diskusi Pancasila dari Rangkaian Acara Pekan Pancasila Udayana oleh
BEM PM UNUD
15. Peserta Grebeg Pasar 2013 oleh KOMPAK FK UNUD
16. Sie Konsumsi dan Rohani HUT KIH FK UNUD
17. Peserta Nonton Bareng HUT KIH FK UNUD
18. Sie Rohani Desa Binaan oleh BEM FK UNUD
19. Juri Poster Ilmiah PraLatdas dan Latdas KIH FK UNUD
20. Sie Ilmiah dan Fsilitator PraLatdas dan Latdas KIH FK UNUD
21. Peserta Sosialisasi PKM dan Sosialisasi Hasil Penelitian PKM oleh Universitas
Udayana
22. Peserta Gerakan Penghijauan Sejuta Pohon Menuju Bali Clean and Green oleh
Universitas Udayana
23. Peserta Upanayana X oleh Persaudaraan Mahasiswa Hindu Dharma
24. Koor Sie Perlengkapan Basic Training on Legislative 2013 oleh BPM FK UNUD
25. Sie Ilmiah dan Fasilitator Latdas KOMPAK FK UNUD
Denpasar, 21 Mei 2015

(Komang Leo Krisnahari)

Anda mungkin juga menyukai