Anda di halaman 1dari 9

Sejarah Pembentukan Gunung Api

1. Ilmu gunungapi telah dimulai sejak masa lampau yang sangat erat dengan

kisah-kisah mistis. Masyarakat di daerah Sisilia dimana Gunungapi Etna

berada yang merupakan salah satu gunungapi paling aktif di dunia,

menganggap bahwa gunungapi tersebut merupakan tempat dimana para

dewa mengubur seorang raksasa jahat.

2. Perkembangan ilmu gunungapi selanjutnya dapat dilihat pada masa

sebelum masehi dimana Aristoteles (384-322 SM) yang mengikuti Plato

(427-347 SM) membuat sebuah hipotesa bahwa angin putar merupakan

penyebab dari gempabumi dan akibat api yang ditimbulkan dari lapisan

sulfur dan batubara merupakan penyebab dari gunungapi.

3. Sejarah modern vulkanologi telah dimulai pada tahun 79 Masehi yang

ditandai dengan penjelasan letusan gunungapi Vesuvius di Italia oleh Plini.

Pada waktu yang hampir bersamaan, Gratet de Dolomieu ahli geologi

perancis (1750-1809) melakukan penelitian dan mempelajari hasil dari

erupsi yaitu lava dan material-material hasil letusan kemudian

membandingkannya dengan batuan-batuan lainnya.

4. Sekitar tahun 1768 sebelum Werner memulai pengajaran mineraloginya,

konsep asal-usul magma basaltik telah lebih dahulu ditemukan oleh

ilmuwan yang bernama Giovanni Arduino (1759) yang melakukan

penelitian di daerah Padua dan Verona Italia. Arduiono membagi basalt

menjadi beberapa kelompok yaitu primer, sekunder dan tersier dan


mengenali variasi dari batuan basalt yang berselingan dengan batuan

lainnya.

5. Berkembangnya konsep tektonik lempeng pada sekitar tahun 1920-an

membuat perkembangan ilmu gunungapi mengalami kemajuan yang

sangat cepat dan pesat

Erupsi Gunung Api

Erupsi gunung api terjadi ketika larutan magma yang bercampur dengan

batuan yang masih dalam wujud cair, debu, dan uap muncul ke atas permukaan

melalui suatu saluran yang disebut dengan vent. Proses ini terjadi disebabkan oleh

perpindahan energi dari bagian dapur magma menuju ke arah permukaan akibat

adanya tekanan. hasil erupsi gunung api secara eksplosif dapat dibagi menjadi 3:

endapan piroklastik jatuhan, endapan piroklastik aliran, dan endapan piroklastik

rayapan.
secara umum letusan gunungapi dibedakan menjadi letusan yang bersifat meledak

(explosive) dan letusan yang tidak meledak (effusive). Letusan yang bersifat

meledak akan menghasilkan bahan lepas gunungapi ( material piroklastik),

sedangkan untuk gunung api dengan tipe letusan yang effusif material nya berupa

lava.

Gambar: Sketsa proses terjadinya erupsi Gunung Api

Magma dapat dibedakan berdasarkan kandungan SiO2. Dikenal ada tiga

tipe magma, yaitu:

1. Magma Basaltik (Basaltic magma) — SiO2 45-55 % berat; kandungan Fe

dan Mg tinggi; kandungan K dan Na rendah.

2. Magma Andesitik (Andesitic magma) — SiO2 55-65 % berat, kandungan

Fe, Mg, Ca, Na dan K menengah (intermediate).


3. Magma Riolitik (Rhyolitic magma) — SiO2 65-75 % berat, kandungan Fe,

Mg dan Ca rendah; kandungan K dan Na tinggi.

Temperatur magma tidak diukur secara langsung, melainkan dilakukan di

laboratorium dan dari pengamatan lapangan. Magma mengandung gas-gas

terlarut.

Gas-gas yang terlarut di dalam cairan magma itu akan lepas dan membentuk fase

tersendiri ketika magma naik ke permukaan bumi. Analoginya sama seperti gas

yang terlarut di dalam minuman ringan berkarbonasi di dalam botol dengan

tekanan tinggi.

Ketika, tutup botol dibuka, tekanan turun dan gas terlepas membentuk fase

tersendiri yang kita lihat dalam bentuk gelembung-gelembung gas. Demikian pula

halnya dengan magma ketika keluar dari dalam bumi. Kandungan gas di dalam

magma ini akan mempengaruhi sifat erupsi dari magma bila keluar ke permukaan

bumi. Viskositas adalah kekentalan atau kecenderungan untuk tidak mengalir.

Cairan dengan viskositas tinggi akan lebih rendah kecenderungannya untuk

mengalir daripada cairan dengan viskositas rendah.

Demikian pula halnya dengan magma. Viskositas magma ditentukan oleh

kandungan SiO2 dan temperatur magma. Makin tinggi kandungan SiO2 maka

makin rendah viskositasnya atau makin kental. Sebaliknya, makin tinggi

temperaturnya, makin rendah viskositasnya. Jadi, magma basaltik lebih mudah

mengalir daripada magma andesitik atau riolitik. Demikian pula, magma andesitik

lebih mudah mengalir daripada magma riolitik.


Adapun Erupsi atau letusan gunungapi terjadi disebabakan oleh adanya batuan

cair dalam bentuk magma dan atau gas yang tertekan dari dalam kantung magma

yang mendesak keluar dimana batuan penutup tidak sanggup menahannya.

Kesetimbangan magma akan terganggu apabila terjadi hal-hal seperti dibawah

ini:

1. Magma yang akan mulai membeku telah kehilangan panas, dimana

reaksi gangguan kesetimbangan panas dipengaruhi oleh hilangnya gas di

dalam magma karena terus menurunnya suhu akibat tekanan gas/uap

setelah pembentukan kristal; yang akhirnya akan menyebabkan

terjadinya gerakan magma.

2. Adanya perbedaan suhu akibat pendinginan magma, dimana

pendinginan yang berlaku secara diferensial ini akan menyebabkan

ketidakteraturan dalam magma, yang akhirnya menghasilkan arus

konveksi. Kristal-kristal yang terbentuk lebih dahulu akan turun ke

bawah karena pengaruh arus konveksi, sehingga akan meninggikan

berat jenis magma bagian bawah. Tempat yang ditinggalkannya akan

diisi oleh bagian magma yang lebih ringan yang letaknya relatif diatas

magma yang lebih berat. Gangguan kesetimbangan hidrostatis terjadi

karena pemisahan gas dari magma, sehingga di dalam magma akan

terbentuk selubung gas dan menyebabkan terjadinya pemisahan

magma.

3. Epimagma yang miskin gas turun ke kedalaman tertentu dalam

keadaan tak setimbang. Kesetimbangan baru akan terbentuk apabila


terjadi difusi gas, sehingga epimagma akan berubah menjadi hipomagma

atau piromagma.

4. Adanya pergerakan gas dalam piromagma ke arah tekanan yang lebih

rendah (permukaan bumi) karena tekanan gas dalam piromagma

lebih besar dari tekanan beban luar.

Berdasarkan sumber kejadiannya, erupsi gunungapi dapat dibedakan

menjadi

erupsi piroklastik, erupsi hidrovulkanik, erupsi freatik, erupsi magmatik dan

eruspi freatomagmatik. Berdasarkan bentuk dan lokasi pusat kegiatan dibedakan

menjadi letusan celah (fissure linier eruption) dan letusan pusat (central eruption).

Berdasarkan ciri letusan dan rempah atau material yang dihasilkan jenis

letusan dibagi menjadi letusan yang bersifat meledak (explosive) dan letusan yang

bersifat meleler.

Berdasarkan lokasi pusat kegiatan Ritmann (1962) juga membuat klasifikasi

jenis letusan,yaitu :

a) Letusan Pusat (terminal eruption), dimana lubang kepundan

merupakan saluran utama bagi peletusan

b) Leleran samping (subterminal effusion) akan terbentuk apabila

magma yang membentuk sill sempat menerobos ke permukaan, pada

lereng gunungapi.

c) Korok melingkar (ring dike) dapat berfungsi pula sebagai saluran

magma ke permukaan, sehingga terjadi letusan lateral (lateral

eruption)
d) Letusan luar pusat (excentric erupstion) terjadi di bagian kaki

gunungapi, dengan sistem saluran magma tersendiri yang tak ada

kaitannya dengan lubang kepundan utama.

Secara umum letusan gunungapi dibedakan menjadi letusan yang bersifat

meledak (explosive) dan letusan yang tidak meledak atau hanya meleler saja

(effusive).Kedua jenis letusan ini akan menghasilkan batuan gunungapi

sendiri-sendiri, yang dapat dibedakan secara nyata. Letusan yang bersifat

meledak akan menghasilkan bahan lepas gunungapi (piroklastik), sedang yang

meleler akan menghasilkan lava.


Sumber:

Anda mungkin juga menyukai