Anda di halaman 1dari 9

Nama :Naftalie Jessica

NIM :2213041024
Kelas :2B Pendidikan Biologi
Mata Kuliah:Fisiologi Hewan

PEMBELAJARAN MANDIRI
BAB IV SISTEM PENCERNAAN PADA HEWAN
(Jawaban diunggah via WAG, paling lambat tanggal 2 Okt 2023, pukul 21.00 WITA dengan nama
file: Pemb.Mandiri_Nama Anda_Kelas…)

1. Sistem pencernaan pada hewan invertebrata umumnya secara intrasel, dengan alat khusus berupa
vakuola makanan, sel koanosit, dan rongga gastrovaskuler. Mengapa demikian ? Jelaskan !
Jawab: Sistem pencernaan pada hewan invertebrata umumnya bersifat intraseluler atau menggunakan alat
khusus seperti vakuola makanan, sel koanosit, dan rongga gastrovaskuler karena adaptasi ini sesuai
dengan kebutuhan dan kompleksitas organisme tersebut. Berikut adalah penjelasan mengapa beberapa
invertebrata menggunakan sistem pencernaan ini:

a. Kecil dan Sederhana: Beberapa hewan invertebrata, seperti spons (porifera) atau hewan berbentuk
kantong (coelenterata), memiliki struktur tubuh yang relatif sederhana dan tidak memiliki organ-organ
khusus seperti lambung atau usus. Oleh karena itu, mereka mengandalkan sel-sel spesifik atau rongga
pencernaan intraseluler untuk mencerna makanan.

b. Tidak Memerlukan Pencernaan Internal: Beberapa hewan invertebrata seperti spons memiliki
sistem filter-feeding yang memungkinkan mereka menangkap partikel makanan kecil dari air. Sel
koanosit dalam tubuh spons berperan dalam menyaring partikel makanan dari air yang mengalir melalui
tubuh mereka.

c. Efisiensi Energi: Sistem pencernaan intraseluler dapat menjadi lebih efisien dalam memproses
makanan dalam jumlah yang kecil atau tidak terlalu kompleks. Ini sesuai dengan pola makan beberapa
invertebrata yang makanan mereka terdiri dari partikel-partikel yang relatif kecil dan sederhana.

d. Penghematan Sumber Daya: Beberapa hewan invertebrata yang hidup dalam lingkungan dengan
pasokan makanan yang terbatas mungkin menggunakan sistem pencernaan intraseluler sebagai cara untuk
menghemat sumber daya. Dalam situasi di mana makanan langka, memiliki sistem pencernaan yang lebih
sederhana dapat menguntungkan.

e. Proses Pencernaan Langsung: Dalam sistem pencernaan intraseluler,

pencernaan makanan terjadi secara langsung di dalam sel-sel tubuh. Ini dapat mempercepat proses
pencernaan karena makanan tidak perlu melewati organ- organ internal.
Namun, perlu diingat bahwa tidak semua hewan invertebrata menggunakan sistem pencernaan intraseluler
atau alat-alat pencernaan seperti vakuola makanan. Ada berbagai tingkatan kompleksitas dalam sistem
pencernaan invertebrata, dan beberapa di antaranya telah mengembangkan organ-organ pencernaan
internal yang lebih kompleks seperti usus dan lambung.
Penyebab penggunaan sistem pencernaan tertentu pada invertebrata dapat bervariasi tergantung pada
lingkungan, jenis makanan yang mereka konsumsi, serta tingkat kompleksitas evolusi organisme tersebut.
2. Pada cacing parasit contohnya cacing pita, alat pencernaannya belum sempurna dan tidak
memiliki mulut dan anus. Mengapa demikian ? Jelaskan
!
Jawab: Cacing pita adalah contoh hewan parasit yang memiliki sistem pencernaan yang sangat sederhana
dan tidak memiliki mulut maupun anus yang terdapat pada hewan-hewan lain yang lebih kompleks. Hal
ini disebabkan oleh berbagai adaptasi yang berkaitan dengan gaya hidup dan lingkungan parasitisme
cacing pita. Berikut adalah beberapa penjelasan mengapa cacing pita memiliki sistem pencernaan yang
sangat sederhana:

a. Parasitisme Eksternal: Cacing pita adalah parasit yang hidup di dalam tubuh inangnya, yang bisa
berupa vertebrata seperti manusia atau hewan lain. Karena mereka hidup di dalam tubuh inang, cacing
pita tidak perlu berhubungan langsung dengan lingkungan eksternal yang mengandung makanan yang
harus dicerna. Inang adalah sumber makanan mereka, sehingga tidak perlu memiliki mulut atau sistem
pencernaan yang kompleks untuk mencerna makanan dari luar.

b. Penyerapan Nutrisi Langsung: Cacing pita memiliki struktur yang disebut "skoleks" yang mereka
gunakan untuk melekat pada dinding usus inang. Dengan melekat pada inang, cacing pita dapat menyerap
nutrisi langsung dari usus inang tanpa perlu mencerna makanan. Mereka menyerap nutrisi dalam bentuk
molekul-molekul yang sudah dicerna oleh inang.

c. Reduksi Metabolisme: Karena cacing pita tidak memerlukan sistem

pencernaan yang kompleks dan tidak memproses makanan secara aktif, mereka memiliki metabolisme
yang sangat sederhana. Ini memungkinkan mereka untuk hidup dengan efisien dalam tubuh inang tanpa
menghasilkan banyak limbah yang perlu dikeluarkan melalui anus.

d. Adaptasi Parasitisme: Evolusi telah membentuk cacing pita untuk menjadi parasit yang sangat
spesialis. Kehidupan parasit mereka bergantung pada hubungan yang erat dengan inang, dan mereka telah
mengembangkan adaptasi khusus untuk memaksimalkan keberhasilan sebagai parasit, termasuk struktur
tubuh yang sederhana.

Jadi, cacing pita tidak memiliki mulut atau anus karena mereka telah mengalami adaptasi khusus sebagai
parasit internal yang menyerap nutrisi langsung dari inangnya. Kehidupan mereka yang tergantung pada
inang dan struktur tubuh yang sederhana adalah hasil evolusi yang memungkinkan mereka untuk bertahan
dan berkembang dalam peran parasitisme mereka.
3. Bagian depan kerongkongan cacing tanah agak membesar yang disebut faring, berfungsi untuk
mengisap makanan dari mulut dan membasahinya dengan lendir serta di sekeliling kerongkongan ada tiga
pasang kelenjar yang menghasilkan zat kapur. Mengapa struktur anatomi cacing tanah seperti itu ?
Jelaskan fisiologisnya ?
Jawab: Struktur anatomi cacing tanah, termasuk faring yang membesar di bagian depan dan kelenjar yang
menghasilkan zat kapur di sekeliling kerongkongan, memiliki peran penting dalam proses pencernaan dan
adaptasi fisiologis cacing tanah. Berikut adalah penjelasan mengenai struktur ini dari segi fisiologis:

a. Faring yang Membesar:

- Mengisap Makanan: Faring yang membesar di bagian depan cacing tanah berfungsi sebagai alat
untuk mengisap makanan dari lingkungan sekitar. Cacing tanah adalah hewan detritivor, yang berarti
mereka memakan sisa-sisa organik, daun yang sudah mati, dan bahan-bahan organik lain yang ditemukan
di dalam tanah. Faring yang membesar memungkinkan mereka untuk mengambil dan menarik makanan
ke dalam sistem pencernaan mereka.

- Pemisahan Zat Organik dan Non-Organik: Faring juga berperan dalam pemisahan zat
organik dari non-organik. Sebagian besar makanan yang ditemukan di tanah terdiri dari campuran bahan
organik dan mineral. Dengan

mengisap makanan ke dalam faring, cacing tanah dapat memisahkan materi organik yang dapat dicerna
dari material non-organik yang kemudian dikeluarkan.

- Pelumasan dengan Lendir: Faring juga berfungsi dalam pelumasan makanan dengan
lendir. Lendir membantu dalam melindungi sel-sel membran mukosa faring dari kerusakan yang mungkin
disebabkan oleh partikel-partikel tajam yang terdapat di dalam makanan. Lendir juga membantu proses
pencernaan awal dengan memecah molekul-molekul yang lebih kompleks.

b. Kelenjar Kapur:

- Kelenjar Penghasil Kapur: Tiga pasang kelenjar yang menghasilkan zat kapur
mengelilingi kerongkongan cacing tanah. Kelenjar-kelenjar ini menghasilkan zat kapur atau kalsium
karbonat.

- Regulasi pH: Kalsium karbonat yang dihasilkan oleh kelenjar kapur berperan dalam mengatur pH
lingkungan dalam sistem pencernaan cacing tanah. Tanah yang sering kali bersifat asam dapat
memengaruhi fungsi enzim-enzim pencernaan. Kalsium karbonat bertindak sebagai penyangga atau
buffer yang membantu menjaga pH dalam kisaran yang cocok untuk pencernaan optimal.

- Pembentukan Kokon: Selain itu, kalsium karbonat juga digunakan oleh cacing tanah
untuk membentuk kokon saat melakukan reproduksi. Kokon adalah struktur tempat telur cacing tanah
diletakkan, dan kalsium karbonat berperan dalam membentuk dinding kokon yang kuat.

Jadi, struktur anatomi seperti faring yang membesar dan kelenjar penghasil kapur pada cacing tanah
adalah adaptasi fisiologis yang penting. Mereka membantu cacing tanah dalam proses pencernaan,
melindungi sel-sel membran mukosa, mengatur pH lingkungan pencernaan, dan bahkan berperan dalam
reproduksi. Semua ini membantu cacing tanah bertahan dan berfungsi dengan efisien dalam lingkungan
mereka yang unik di dalam tanah.
4. Struktur anatomi ikan adalah : (a) ada gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut,
(b) lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakkan, dan (c) lidah banyak menghasilkan lendir, tetapi
tidak menghasilkan ludah (enzim). Bagaimanakah proses fisiologis pada sistem pencernaan ikan dikaitkan
dengan struktur anatomi tersebut ? Jelaskan !
Jawab: Struktur anatomi pada sistem pencernaan ikan memiliki keterkaitan yang erat dengan proses
fisiologis pencernaan mereka. Berikut adalah penjelasan mengenai hubungan antara struktur anatomi dan
proses fisiologis dalam sistem pencernaan ikan:

a. Gigi-Gigi Kecil yang Berbentuk Kerucut:


- Fungsi: Gigi-gigi kecil berbentuk kerucut pada ikan berfungsi untuk merobek, memotong, dan
menggigit makanan. Ini terutama berguna untuk ikan karnivora yang memakan mangsa dalam bentuk
utuh atau berukuran besar seperti ikan kecil atau serangga air.

- Proses Fisiologis: Gigi-gigi ini membantu dalam pemecahan fisik makanan menjadi bagian yang
lebih kecil, sehingga mempermudah pencernaan dan penyerapan nutrisi. Proses fisik ini merupakan
langkah awal dalam pencernaan makanan.

b. Lidah pada Dasar Mulut yang Tidak Dapat Digerakkan:


- Fungsi: Lidah pada dasar mulut ikan umumnya tidak dapat digerakkan seperti pada manusia.
Fungsi utama lidah ikan adalah membantu dalam menahan dan mengarahkan makanan ke arah
kerongkongan.

- Proses Fisiologis: Meskipun lidah ikan tidak dapat digerakkan dengan cara yang sama seperti
pada manusia, peran utamanya adalah mengalihkan makanan ke kerongkongan. Setelah makanan dirobek
oleh gigi-gigi, lidah membantu mengarahkannya ke bagian berikutnya dari sistem pencernaan.

c. Lidah Banyak Menghasilkan Lendir, Tetapi Tidak Menghasilkan Ludah (Enzim):


- Fungsi: Lidah ikan banyak menghasilkan lendir yang berfungsi untuk melumasi makanan
dan melindungi selaput lendir dalam sistem pencernaan. Lendir membantu dalam melindungi sel-sel
pencernaan dari kerusakan yang disebabkan oleh gesekan makanan dan asam lambung.

- Proses Fisiologis: Meskipun lidah ikan menghasilkan lendir, ikan tidak menghasilkan
ludah yang mengandung enzim pencernaan seperti amilase (untuk pencernaan karbohidrat) atau lipase
(untuk pencernaan lemak) seperti yang terjadi pada beberapa hewan pemamah biak. Oleh karena itu,
proses pencernaan kimiawi pada ikan terutama terjadi dalam kerongkongan dan saluran pencernaan
selanjutnya.

Secara keseluruhan, struktur anatomi ikan yang terdiri dari gigi-gigi kecil, lidah yang tidak dapat
digerakkan, dan produksi lendir oleh lidah sesuai dengan pola makan ikan dan jenis makanan yang
mereka konsumsi. Proses fisik dan perlindungan lendir dari kerusakan penting dalam pencernaan
makanan mereka. Proses pencernaan kimiawi terutama terjadi setelah makanan mencapai kerongkongan
dan bagian saluran pencernaan lainnya, di mana enzim pencernaan spesifik berperan dalam menguraikan
nutrisi untuk penyerapan selanjutnya.

5. Esofagus pada sistem pencernaan ikan berbentuk kerucut, pendek, ada di belakang insang, dan
bila tidak dilalui makanan lumennya akan menyempit. Mengapa demikian ? Jelaskan !
Jawab: Struktur esofagus pada sistem pencernaan ikan yang berbentuk kerucut, pendek, terletak di
belakang insang, dan memiliki lumen yang menyempit jika tidak dilalui makanan memiliki hubungan erat
dengan kebutuhan dan adaptasi fisiologis ikan. Berikut adalah penjelasan mengenai hal ini:

a. Fungsi Transportasi Makanan: Esofagus adalah saluran yang menghubungkan mulut


dengan lambung dalam sistem pencernaan ikan. Fungsi utamanya adalah untuk mengangkut makanan dari
mulut ke lambung, di mana proses pencernaan sebenarnya akan dimulai. Dalam hal ini, esofagus
berfungsi sebagai saluran pengantar makanan.

b. Bentuk Kerucut dan Pendek: Bentuk kerucut dan pendek dari esofagus ikan disesuaikan dengan
jenis makanan yang biasanya mereka konsumsi. Banyak ikan, terutama yang karnivora atau pemakan
hewan kecil, seringkali memakan mangsa dalam bentuk utuh atau dalam potongan yang relatif besar.
Esofagus yang berbentuk kerucut dan pendek ini membantu dalam mengirimkan makanan tersebut
dengan efisien ke lambung.

c. Lokasi di Belakang Insang: Penempatan esofagus di belakang insang adalah penting karena hal
ini memungkinkan ikan untuk tetap dapat bernapas melalui insangnya tanpa terganggu oleh makanan
yang sedang mereka telan. Insang adalah organ pernapasan utama ikan, dan memastikan bahwa esofagus
berada di belakang insang membantu menjaga fungsi pernapasan yang tidak terganggu.

d. Lumen yang Menyempit: Faktor ini berkaitan dengan pengaturan aliran makanan. Lumen yang
menyempit pada esofagus dapat membantu mengontrol laju aliran makanan ke lambung. Ini
memungkinkan ikan untuk mengontrol proses pengiriman makanan ke lambung agar sesuai dengan
kapasitas dan kebutuhan pencernaan mereka.

Jadi, esofagus pada ikan memiliki struktur yang disesuaikan dengan pola makan dan kebutuhan fisiologis
mereka. Bentuk kerucut, lokasi di belakang insang, dan lumen yang menyempit semuanya membantu
dalam pengangkutan dan pengaturan makanan yang masuk ke sistem pencernaan ikan, sehingga
memungkinkan mereka untuk mencerna makanan mereka dengan efisien sambil tetap menjaga fungsi
pernapasan melalui insang.
6. Lambung pada sistem pencernaan Aves terdiri atas: (a) proventrikulus (lambung kelenjar) yang
banyak menghasilkan enzim pencernaan dan dilengkapi dengan dinding ototnya tipis dan (b) ventrikulus
(lambung pengunyah/empedal) dengan otot berdinding tebal, terdapat kerikil dan pasir

yang tertelan bersama makanan. Mengapa demikian ? Jelaskan !


Jawab: Struktur lambung pada sistem pencernaan burung (Aves) yang terdiri dari proventrikulus
(lambung kelenjar) dan ventrikulus (lambung pengunyah/empedal) memiliki peran yang sangat penting
dalam proses pencernaan makanan dan merupakan adaptasi fisiologis yang sesuai dengan jenis makanan
dan kebutuhan mereka. Berikut adalah penjelasan mengenai kedua bagian lambung ini dan alasan
mengapa mereka ada:

a. Proventrikulus (Lambung Kelenjar):


- Fungsi Enzim Pencernaan: Proventrikulus adalah bagian lambung yang memiliki fungsi
utama dalam pencernaan kimiawi. Di dalam proventrikulus, terdapat banyak kelenjar yang menghasilkan
enzim pencernaan, terutama enzim protease seperti pepsin. Enzim-enzim ini berperan dalam pemecahan
protein dalam makanan menjadi peptida-peptida yang lebih sederhana.

- Dinding Otot Tipis: Dinding otot proventrikulus relatif tipis karena fungsinya adalah
pencernaan kimiawi, bukan pencernaan fisik. Proses pencernaan kimiawi dapat terjadi dengan efisien
dengan adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar tersebut.

b. Ventrikulus (Lambung Pengunyah/Empedal):


-Fungsi Pengunyahan Fisik: Ventrikulus adalah bagian lambung yang berperan dalam pengunyahan fisik
makanan. Ikan seringkali menelan kerikil, pasir, atau benda-benda keras lainnya yang membantu dalam
menghancurkan makanan. Ini sangat penting terutama bagi burung yang memakan biji-bijian atau
makanan yang keras.

- Otot Berdinding Tebal: Dinding otot ventrikulus berdinding tebal karena fungsinya
adalah untuk menggerakkan dan menghancurkan makanan yang tertelan bersama kerikil dan pasir.
Otot-otot ini membantu memproses makanan dan menciptakan lingkungan yang cocok untuk pencernaan
lanjutan dalam lambung.

- Kerikil dan Pasir: Kerikil dan pasir yang tertelan bersama makanan berfungsi sebagai
bahan abrasif yang membantu dalam penghancuran mekanis makanan dalam ventrikulus. Ini
mempermudah pencernaan oleh proventrikulus dan juga menggantikan fungsi gigi yang tidak dimiliki
oleh burung.

Jadi, kedua bagian lambung ini, proventrikulus dan ventrikulus, berperan dalam berbagai aspek
pencernaan burung. Proventrikulus berfokus pada pencernaan kimiawi, sementara ventrikulus berfungsi
sebagai mesin pengunyahan dan pemecahan fisik makanan yang keras. Kombinasi dari kedua bagian ini
memungkinkan burung untuk mencerna berbagai jenis

makanan, terutama biji-bijian dan makanan yang mengandung protein, dengan efisien.
7. Pada hewan memamah biak (ruminansia), ada modifikasi lambung yang dibedakan menjadi
empat bagian yaitu: (a) rumen (perut besar) dengan kapasitas 80%, (b) retikulum (perut jala) dengan
kapasitas 5%, (c) omasum (perut kitab) dengan kapasitas 7 s.d. 8%, dan (d) abomasum (perut masam)
dengan kapasitas 7 s.d. 8%. Mengapa demikian ? Jelaskan !
Jawab: Modifikasi lambung yang terdapat pada hewan memamah biak (ruminansia) merupakan adaptasi
khusus yang memungkinkan mereka untuk mencerna makanan yang mengandung serat kasar dan
selulosa, seperti rumput. Keempat bagian lambung ini berperan dalam proses pencernaan yang kompleks
dan berulang, yang memungkinkan hewan ruminansia untuk mengoptimalkan pemanfaatan nutrisi dari
makanan yang sulit dicerna.
Berikut adalah penjelasan mengenai masing-masing bagian lambung pada ruminansia:

a. Rumen (Perut Besar):


- Kapasitas 80%: Rumen memiliki kapasitas yang sangat besar, mencapai sekitar 80% dari total
kapasitas lambung ruminansia. Rumen berperan sebagai tempat awal pencernaan dan fermentasi makanan
serat kasar oleh mikroorganisme yang ada di dalamnya.

- Fermentasi Mikroba: Di dalam rumen, mikroorganisme seperti bakteri dan protozoa mencerna
selulosa dan serat kasar dalam makanan. Proses ini menghasilkan asam lemak rantai pendek yang dapat
dicerna lebih lanjut oleh hewan.

b. Retikulum (Perut Jala):


- Kapasitas 5%: Retikulum adalah bagian lambung yang berhubungan erat dengan rumen dan
memiliki kapasitas sekitar 5%. Fungsinya adalah untuk memfilter makanan yang dicerna dalam rumen
dan mengembalikan bahan- bahan kasar yang belum selesai dicerna ke rumen untuk dicernakan lebih
lanjut.

- Pencegahan Terhadap Pencernaan yang Cepat: Retikulum membantu mencegah makanan yang
belum cukup dicerna masuk ke saluran pencernaan lebih lanjut dan memungkinkan waktu yang lebih
lama bagi proses fermentasi di rumen.

c. Omasum (Perut Kitab):


- Kapasitas 7 s.d. 8%: Omasum memiliki kapasitas sekitar 7 s.d. 8% dari total kapasitas lambung
ruminansia. Fungsinya adalah untuk mengompresi makanan yang dicerna, menghilangkan kelebihan air,
dan mengurangi ukuran partikel makanan.

- Peningkatan Efisiensi Pencernaan: Omasum membantu dalam meningkatkan efisiensi pencernaan


dengan mengurangi ukuran partikel makanan dan memastikan bahwa nutrisi yang sudah tercerna di
rumen dapat diserap lebih baik oleh hewan.

d. Abomasum (Perut Masam):


- Kapasitas 7 s.d. 8%: Abomasum memiliki kapasitas yang serupa dengan omasum, yaitu sekitar 7
s.d. 8%. Namun, abomasum berfungsi sebagai bagian lambung yang setara dengan lambung pada hewan
non-ruminansia, seperti manusia.

- Pencernaan dengan Enzim: Abomasum adalah bagian lambung yang menghasilkan asam
lambung dan enzim pencernaan seperti pepsin. Ini berperan dalam pencernaan kimiawi akhir, yang
memungkinkan penyerapan nutrisi oleh hewan.

Dengan adanya empat bagian lambung yang berbeda ini, ruminansia dapat mencerna makanan yang sulit
dicerna seperti rumput dengan sangat efisien. Proses pencernaan yang kompleks dan bertahap ini
memungkinkan mereka untuk menghasilkan nutrisi yang optimal dari makanan serat kasar dan selulosa
yang merupakan komponen utama dalam diet mereka.
8. Sistem pencernaan pada mamalia yang sifatnya mekanis secara umum terdapat proses
mengunyah, menelan, mengaduk, dan mendorong dan secara kimiawi atau enzimatis dilengkapi dengan
ludah (saliva), pankreas dan hati, serta getah usus. Mengapa sistem pencernaan mamalia didesain seperti
itu ? Jelaskan !
Jawab: Sistem pencernaan pada mamalia didesain dengan berbagai komponen dan proses mekanis serta
kimiawi untuk memastikan pencernaan makanan yang efisien dan optimal. Desain ini mencerminkan
kompleksitas kebutuhan nutrisi mamalia yang beragam dan cara mamalia memproses makanan dalam diet
mereka. Berikut adalah penjelasan mengenai mengapa sistem pencernaan mamalia didesain seperti itu:

a. Mengunyah (Mastication):
- Fungsi: Proses mengunyah adalah langkah awal dalam pencernaan makanan padat, seperti
makanan berat atau serat kasar. Mengunyah membantu memecah makanan menjadi potongan-potongan
yang lebih kecil, sehingga mempermudah pencernaan fisik dan meningkatkan permukaan yang dapat
diakses oleh enzim pencernaan.

- Keuntungan: Dengan mengunyah makanan, mamalia dapat mengurangi ukuran partikel


makanan dan membuatnya lebih mudah dicerna oleh enzim- enzim dalam saluran pencernaan mereka.
Hal ini meningkatkan efisiensi

pencernaan.

b. Menelan (Swallowing):
- Fungsi: Setelah makanan diunyah dan dipecah menjadi potongan-potongan kecil, proses menelan
memindahkan makanan dari mulut ke kerongkongan (esofagus) dan kemudian ke lambung.

- Keuntungan: Menelan membantu makanan masuk ke dalam saluran pencernaan yang


lebih dalam dan menghindari risiko terjebak di tenggorokan. Ini juga memungkinkan makanan untuk
terus bergerak melalui sistem pencernaan.

c. Mengaduk dan Mendorong (Peristalsis):


- Fungsi: Setelah mencapai lambung, makanan diaduk oleh kontraksi otot-otot lambung dalam
suatu proses yang disebut peristalsis. Ini membantu mencampur makanan dengan asam lambung dan
enzim pencernaan dalam lambung.

- Keuntungan: Proses ini meningkatkan efisiensi pencernaan kimiawi dan memastikan


makanan tercampur secara merata dengan cairan pencernaan di lambung.

d. Pencernaan Kimiawi (Saliva, Pankreas, Hati, Getah Usus):


- Fungsi: Pencernaan kimiawi adalah proses di mana enzim-enzim dicampur dengan makanan
untuk menguraikan molekul besar menjadi molekul yang lebih sederhana yang dapat diserap oleh tubuh.
Pencernaan kimiawi melibatkan beberapa organ dan substansi:
- Saliva: Saliva mengandung enzim amilase yang membantu dalam pencernaan karbohidrat.
- Pankreas: Pankreas menghasilkan berbagai enzim pencernaan yang mencerna protein, lemak, dan
karbohidrat.
- Hati: Hati menghasilkan empedu yang diperlukan untuk mencerna lemak.
- Getah Usus: Getah usus mengandung berbagai enzim yang mencerna nutrisi seperti protein,
karbohidrat, dan lemak.

- Keuntungan: Pencernaan kimiawi memungkinkan pemecahan makanan menjadi zat-zat


yang dapat diserap oleh usus dan digunakan oleh tubuh. Ini adalah langkah penting untuk memperoleh
nutrisi dari makanan.

Sistem pencernaan mamalia didesain dengan berbagai komponen ini untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
yang beragam dalam diet mereka. Dengan menggabungkan proses mekanis (seperti mengunyah dan
mengaduk) dengan pencernaan kimiawi yang kuat, mamalia dapat mencerna berbagai jenis makanan dan
memaksimalkan pemanfaatan nutrisi dari makanan yang

mereka konsumsi.

Anda mungkin juga menyukai