Anda di halaman 1dari 3

NAMA : FELIKSIANUS AMAT

NPM : 2202612010693

ANALISIS KERUSUHAN DI STADION KANJURUHAN MALANG DALAM


PERSPEKTIF PENDIDIKAN KARAKTER.

Dunia sepak bola berduka, banyak orang tak bersalah menjadi korban. Tragedi
Kanjuruhan menghentak tidak hanya pencinta sepak bola dalam negeri, tetapi juga menjadi
sorotan dunia sepak bola dunia. Korban tewas yang disampaikan Menko PMK Muhadjir Effendy
terakhir berjumlah 125 orang. Sebanyak 302 orang luka ringan dan 21 orang luka berat (Kompas,
3/9/2022). Hal yang mencengangkan dalam peristiwa Kanjuruhan adalah korban terbanyak justru
terjadi saat pertandingan steril dari suporter lawan dan hanya dihadiri suporter tuan rumah.
Kerusuhan yang berawal dari ketidakpuasan atas hasil pertandingan, seketika menjadi tak
terkendali. Kesiapan dan kemampuan panitia penyelenggara pertandingan dan penanganan oleh
aparat keamanan tentu menjadi sorotan.

Penegakan hukum adalah sebuah keharusan, apalagi telah jatuh begitu banyak korban.
Tetapi mencari akar penyebab secara ilmiah dan praktis kenapa peristiwa itu terjadi adalah hal
sangat penting agar peristiwa ini tidak terulang. Pendekatan kemanusiaan, analisis sosiologis,
budaya dan karakter penonton harus dipelajari saksama. Peristiwa demi peristiwa selalu
menggambarkan korelasi suporter, tim kesayangan, dan tim rivalnya. Fenomena yang terjadi,
seringkali menunjukan loyalitas suporter tidak permanen. Tim kesayangan seolah harus selalu
menang. Jika sampai kalah, selain meluapkan kekesalan kepada tim lawan, juga berimbas pada
tim kesayangan, “laksana cinta yang seketika berubah jadi benci”.

Salah pemaknaan arti loyalitas dan solidaritas yang berujung kerusuhan, selain memakan
korban jiwa, juga mengancam iklim kondusif persepakbolaan nasional. Penonton seharusnya
datang ke stadion untuk bergembira, sambil menikmati permainan bola berkualitas. Maka dari
itu,pentingnya pendidikan karakter untuk memupuk rasa solidaritas dalam kehidupan sosial. Apa
yang dimaksud dengan pendidikan karakter? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Pengertian pendidikan karakter adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan;
proses, cara dan pembuatan mendidik. Karakter atau watak adalah sifat batin yang memengaruhi
segenap pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup
lainnya. Persoalan budaya dan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat, baik itu
melalui media cetak, wawancara, dialog dan lain sebagainya.

Sebagaimana telah umum diketahui, fenomena kerusuhan ini disinyalir sebagai salah satu
masalah klasik dalam dunia sepak bola. Ada beberapa peristiwa yang tergolong penyimpangan
karakter di negeri ini. Contoh kecil saja, di zaman yang sudah modern ini banyak orang yang
lupa beretika, lupa menjaga sopan santun, tak mau saling tolong menolong, tak bertanggung
jawab, tidak tahu batas-batas pergaulan dan masih banyak lagi. Hal sekecil itu saja sudah tak
terkendali, apalagi hal yang besar. Hal tersebut terjadi akibat dari kurang penanaman nilai moral
dan karakter pada mereka. Maka dari itu pentingnya penanaman nilai moral terhadap dan
karakter terhadap anak sejak usia dini.

Orang tua merupakan orang yang paling penting dalm memberikan pendidikan karakter
terhadap anak, Orang tua merupakan orang yang paling dekat dengan anak sekaligus orang
pertama yang memberikan kasih sayang, bahkan ketika anak itu masih ada dalam kandungan,
Tidak hanya itu, ayah dan ibu juga mengajari putra putrinya berjalan, berbicara dan mulai
berkomunikasi dengan orang lain. Dengan begitulah, orang tua memberi bekal utama dalam
mengendalikan anaknya untuk menjadi anak yang baik.

Peran kedua iyalah lembaga pendidikan sebagai tempat mengembangkan karakter anak.
Dalam lembaga ini yang paling berperan penting ialan seorang guru. Guru juga hendaknya
memiliki kemampuan dalam mendidik siswanya terutama sering-sering mengecek siswanya.
Tidak hanya sekedar menghabiskan bab-bab pada buku pelajaran, sekedar menyampaikan
informasi atau mengejar target kurikulum.

Peran ketiga adalah masyarakat atau tempat anak itu tinggal atau bermain atau bergaul.
Anak bisa terkontaminasi kebiasaan yang buruk akibat pengaruh luar. Sehingga, sedini mungkin
orang tua harus bisa menjaga anak-anaknya dari pengaruh luar yang negatif. Dampaknya banyak
anak berperilaku anarkis, Banyak anak tidak memiliki sikap yang santun terhadap orang lain,
tidak mau tolong menolong dengan sesama.
Maka dari itu kita harus melakukan uapaya-upaya pencegahan dengan melakukan
pendidikan karakter melalui peran orang tua. orang tua sebaiknya mulai belajar bagaimana
menanamkan nilai moral dan karakter yang baik dan benar pada anak. Bagi para guru, sebaiknya
mulai menerapkan proses pembelajaran yang aktif dan menyenangkan serta membantu siswa
yang mengalami kesulitan dalam suatu mata pelajaran. Guru juga menjadi contoh dan panutan di
sekolah juga harus dapat memberi contoh yang baik kepada murid-muridnya, seperti berpakaian
rapi, berkata sopan, disiplin, perhatian kepada murid dan menjaga kebersihan. Guru juga harus
Mengkoreksi perbuatan kurang baik yang dilakukan oleh siswa.

Anda mungkin juga menyukai