Anda di halaman 1dari 6

PENDALAMAN MATERI

A. Judul Materi : FATWA FATWA MUI


B. Dosen Pengampu : Prof. Dr. KH Ahmad Mukri Aji, MA.MH
C. Resume

No. Fatwa MUI Respon/Jawaban


1 NO: 117/DSN- Pertimbangan :
MUI/II/2019 1. Adanya kebutuhan pebmiayaan yang cepat oleh UMKM, ditunjang
dengan berkembangnya teknologi informasi.
Tentang : 2. Butuhnya batasan syariah dalam pengelolaan akses pembiayaan
tersebut sesauai dengan kerangka syariah.
Layanan
Pembiayaan Menetapkan :
Berbasis Teknologi 1. Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi dibolehkan dengan
Informasi syarat sesuai dengan prinsip syariah.
Berdasarkan 2. Pelaksanaan layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi
Prinsip Syariah berdasarkan prinsip syariah wajib mengikuti ketentuan yang terdapat
dalam Fatwa ini.

Pandangan :
Saat ini kita melihat perkembangan teknologi begitu cepat. Semua bisa
dilakukan dari genggaman tangan. Berbalanja, sudah zamannya duduk di
rumah, bayar dari rumah, lalu barang datang ke rumah tanpa bermacet
macet di jalanan. Begitupun dengan kebutuhan akan akses permodalan.
Sudah banyak lembaga keuangan yang membuat kemudahan dalam akses
permodalan. Yang penting, calon nasabah memiliki collateral yang bisa
dijaminkan, selanjutnya pengajuan di appraisal, dan dicairkan.

Namun memang, masih banyak oknum yang menggunakan kemudahan


teknologi ini untuk mendapatkan harta tidak halal. Banyak lembaga
keuangan illegal yang memberikan tawaran pinjaman cepat, tanpa agunan,
namun dengan bunga tinggi. Maka dalam islam in tidak diperbolehkan,
karena ada kecacatan dalam akad. Salah satu kecatatan akadnya antara lain
dikarenakan oleh ketidaktahuan nasabah dalam membaca bunga pinjaman
dan membaca kemampuan dalam mengembabalikan pinjaman kepada
lembaga pemberi pinjaman. Maka layanan pembiayaan berbasis tekonologi
ini seharusnye berimplikasi positif terhadap perkemabnagn usaha khsusnya
untuk level UMKM. Semakin mudah mengajukan pembiayaan, semakin
banyak usaha yang lahir dan berkembang.

1
2. Dt.1.III/5/ Pertimbangan :
BA.03.2/2772/2002, 1. Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau
tanggal 26 April badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya guna
2002. kepentingan ibadat atau keperluan umum lainnya sesuai dengan
ajaran Islam” dan “Benda wakaf adalah segala benda, baik bergerak
Tentang : atau tidak bergerak, yang memiliki daya tahan yang tidak hanya sekali
pakai dan bernilai menurut ajaran Islam.
Wakaf Uang 2. bahwa wakaf uang memiliki fleksibilitas (keluwesan) dan
kemaslahatan besar yang tidak dimiliki oleh benda lain.

Menetapkan :
1. Wakaf Uang (Cash Wakaf/Waqf al-Nuqud) adalah wakaf yang
dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum
dalam bentuk uang tunai.
2. Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga.
3. Wakaf Uang hukumnya jawaz (boleh).
4. Wakaf Uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal
yang dibolehkan secara syar’iy ( ‫) ﻣﺒﺎﺡ ﻣﺼﺮﻑ‬.
5. Nilai pokok Wakaf Uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh
dijual, dihibahkan, dan/atau diwariskan

Pandangan :
Waqf uang adalah sederet produk fatwa MUI Indonesia, dimana uang
merupakan jenis/objek waqf yang sangat fleksibel. Fleksibel itu maksudnya,
mudah untuk dikelola dan likuid. Namun sebagaimana mestinya waqf, uang
uang yang diputar untuk waqf harus tetap abdi dan tidak berkurang sedikit
pun. Maka, penggunaan waqf uang harus benar-benar hati hati. Karena waqf
uang karakternya tidak sama dengan zakat/sedekah, maka pola
penggunaanya harus tepat dan bisa tetap abadi. Saat ini banyak lembaga
filantropi yang menggerakkan program waqf uang, namun pelaksanaanya
belum dan tidak maksimal. Dari beberapa catatan para peneliti keuangan
syariah, waqf belum dapat digali secara maksimal disebabkan oleh hal hal
berikut ini :
1. Nadzir waqf. Ini yang masih menjadi permasalahan utama dalam
pengelolaan wakaf uang di Indonesia. Lemahnya pengetahuan
penerima wakaf, sehingga potensi pengumpulannya belum bisa
maksimal.
2. Kurangnya concern dari pemerintah. Sebenarnya penelitian terhadap
wakaf uang sudah sangat banyak, dimana mana. Mungkin dorongan
promosi terhadap zakat dan sedekah sudah banyak, namun wakaf
uang belum mendapatkan porsi promosi yang sebanding. Karena
bagaimanapun, peran pemerintah dalam mendorong program wakaf
uang adalah ada di posisi paling utama. Semakin sering
diinformasikan dan dipromosikan, maka akan semakin baik perhatian
masyarakat terhadap wakaf uang.

2
3. Nomor: 27/DSN- Pertimbangan :
MUI/III/2002 1. bahwa dewasa ini dalam masyarakat telah umum dilakukan praktik
sewa-beli, yaitu perjanjian sewa-menyewa yang disertai dengan opsi
Tentang : pemindahan hak milik atas benda yang disewa, kepada penyewa,
setelah selesai masa sewa
AL-IJARAH AL- 2. bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut,
MUNTAHIYAH BI Lembaga Keuangan Syariah (LKS) memerlukan akad sewa-beli yang
AL-TAMLIK sesuai dengan syari'ah

Menetapkan :
1. Semua rukun dan syarat yang berlaku dalam akad Ijarah (Fatwa DSN
nomor: 09/DSN-MUI/IV/2000) berlaku pula dalam akad al-Ijarah al-
Muntahiyah bi al-Tamlik.
2. Perjanjian untuk melakukan akad al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik
harus disepakati ketika akad Ijarah ditandatangani.
3. Hak dan kewajiban setiap pihak harus dijelaskan dalam akad

Pandangan :
IMBT ini adalah salah satu produk fatwa MUI yang berkenaan tentang kredit
perumahan. Disaat jumlah pasangan baru semakin banyak, namun
ketersediaan rumah semakin sedikit. Ditambah lagi dengan ketidakmampuan
para pasangan baru untuk membeli dengan cara tunai, sehingga dibutuhkan
pihak ketiga untuk membantu pembiayaan. IMBT tidak hanya untk rumah,
namun juga untuk kredit lainnya seperti motor, laptop dll. Disebut IMBT,
secara transmisi bisa dikatakan seorang calon pembeli mengajukan sewa
kepada pemilik barang, lalu dipakai bertaun tahun dan disertai dengan biaya
sewa per bulan. Hingga pada ujung akhir sewa, barang yang tadinya hanya
berbentuk sewa, berubah menjadi hak milik. Itulah akad yang dibentuk oleh
MUI untuk muslimin.

Maka, objek barang yang menjadi barang sewa wajib ada terlebih dahulu,
lalu dibeli oleh pihak lembaga keuangan. Dibeli lalu disewakan kepada
nasabah, dan dicicil dengan ketentuan besaran biaya yang telah disepakati.
Secara konsep seharusnya demikian, namun faktanya tidak. Ada 2
kemungkinan yang menurut saya bisa saja terjadi disini :
1. Lembaga keuangan tidak ready stock/tidak dibeli terdahulu
dikarenakan oleh terbatasnya kemampuan lembaga keuangan. Atau
tidak memiliki tempat ruangan untuk menyimpan barang tersebut.
Atau juga, agar DPK yang di –lending-kan kepada nasibah bisa tetap
likuid, karena bila dirubah menjadi barang, dihawatirkan akan terjadi
penurunan harga barang, dan itu berbahaya bagi likuditas sebuah
lembaga keuangan.
2. Barang ready stok. Untuk kasus kredit perumahan, sudah banyak
lembaga keuangan yang bekerja sama dengan developer untuk
membangun rumah. Mereka siap stok barang karena target
marketnya sudah jelas dan siap untuk sold out.
3
4. NO: I 45[DSN- Pertimbangan :
MUID(112021 1. bahwa jual beli melalui teknologi informasi telah berkembang di
masyarakat termasuk dengan cara Dropship
Tentang : 2. bahwa praktik jual beli Dropship sebagaimana dimaksud pada huruf a
belum terdapat ketentuan (dhawabith) dan batasan (hudu$ dari
DROPSHIP aspek syariah
BERDASARKAN
PRINSIP SYARIAH Menetapkan :
Dropship boleh dilaksanakan dengan syarat mengikuti ketentuan yang
terdapat dalam fatwa ini :

1. Dropshipper memasarkan dan menjual barang yang belum dimiliki


dengan menggunakan sarana teknologi infonnasi berikut penawaran
harganya
2. Setelah dilakukan akad jual beli antara Dropshipper dan Pembeli,
maka Dropshipper membeli barang tersebut kepada Supplier dengarr
membayar dan menyerahkan harganya Supplier mengirim Mabi
'kepada Pembeli atas nama Dropshipper.

Pandangan :
Dropship sepengetahuan saya sudah banyak sekali yang melakukannya.
Terkhsus ini terjadi di beberapa marketplace online. Banyak dinamika yang
terjadi dalam muamalah modern, seiring dengan berkembangnya teknologi
infomasi. Semua bisa dilakukan dari rumah, termasuk bermuamalah.

Dahulu, seseorang yang ingin berjualan harus bertemu di pasar fisik, berjalan
dari rumah, memanggul barang dari rumah dengan kendaraan atau dengan
berjalan kaki. Bahkan transaksi yang digunakan adalah dengan menggunakan
barter. Tukar beras dengan sayur atau sebaliknya. Barter terkikis, setelah
datangnya alat tukar seperti dinar, dirham dll. Dinar dirham terkikis, setelah
datanyanya uang kertas. Sama dengan alat tukar, bentuk pasar pun
berdinamika menjadi pasar tak kasat mata. Orang berjualan bisa dari rumah.
Rak baju jualan tidak perlu lagi dibawa ke pasar, atau ke kios kios ruko. Orang
berjualan dengan menggunakan teknologi. Tempat sudah tidak menjadi
tumpuan para pedagang, dimanapun bisa berdagang dengan berjualan.

Dalam strategi penjualan terkini, para penjual yang memiliki stok barang
berlebih biasanya menggandeng para dropshipper untuk menjualkan
barangnya di online shop. Oleh karena itu, kini banyak orang yang menjadi
dropshipper dengan tanpa menyetok barang, bahkan tanpa modal sedikit
pun. Namun memang pengawasan terhadap dropshiiper harus terus diawasi,
tidak sedikit partner penjual yang tidak bertanggung jawab, yaitu dengan
mengirimkan barang yang tidak sesuai spek barang yang dibeli atau yang
dijelaskan di informasi penjualan internet.

4
5. Nomor: 77/DSN- Pertimbangan :
MUI/V/2010 1. Bahwa transaksi jual beli emas yang dilakukan masyarakat saat ini
seringkali dilakukan dengan cara pembayaran tidak tunai, baik secara
Tentang : angsuran (taqsith) maupun secara tangguh (ta’jil)
2. Bahwa transaksi jual beli emas dengan cara pembayaran tidak tunai
JUAL-BELI EMAS tersebut menimbulkan perbedaan pendapat di kalangan umat Islam
SECARA TIDAK antara pendapat yang membolehkan dengan pendapat yang tidak
TUNAI membolehkan

Menetapkan :
Jual beli emas secara tidak tunai, baik melalui jual beli biasa atau jual beli
murabahah, hukumnya boleh (mubah, ja’iz) selama emas tidak menjadi
alat tukar yang resmi (uang)
1. Harga jual (tsaman) tidak boleh bertambah selama jangka waktu
perjanjian meskipun ada perpanja- ngan waktu setelah jatuh tempo
2. Emas yang dibeli dengan pembayaran tidak tunai boleh dijadikan
jaminan (rahn)
3. Emas yang dijadikan jaminan sebagaimana dimaksud dalam angka 2
tidak boleh dijualbelikan atau dijadikan obyek akad lain yang
menyebabkan perpindahan kepemilikan.

Pandangan :
Emas dalam pandangan kontemporer, memiliki karakter dan definisi sebagai
berikut :
1. Emas sebagai alat tukar ( harga, alat pembayaran, uang )
Pada masa nabi dan para sahabat hingga masa imam yang 4,
menyatakan bahwa emas merupakan harta ribawi, dimana
pembeliannya wajib dengan tunai, tidak bisa dibeli dengan cari
tangguh atau dengan cicil. Ulam Fuqaha yang 4 sepakat, mengatakan
bahwa emas tidak dapat dibeli dengan cara dicicil atau tangguh,
karena ia merupakan barang ribawi, sesuai dengan apa yang hadist
oleh Nabi Muhammad, yaitu : “ Jika jenis (harta ribawi) ini berbeda,
maka jualbelikanlah sesuai kehendakmu apabila dilakukan secara
tunai “.
2. Emas sebagai barang jualan ( sil’ah )
Setelah perjanjian Bretonwood pada tahun 1944, emas dan perak
sudah tidak lagi menjadi alat tukar. Seluruh transaksi di dunia
menggunakan uang kertas, baik itu menggunakan dollar, rupiah, riyal
dan lain sebagainya. Namun emas dijadikan sebagai underlying asset
pada uang kertas yang dicetak, untuk menjaga kestabilan dan inflasi
yang ditimbulkan.
Fatwa MUI diatas, saya lihat tidak mendasarkan asas kebolehan transaksi jual
belie mas dengan tangguh kepada fuqaha yang 4, namun didasarkan pada
pendapat Ibnu Qayyim, Ibnu Taimiyyah dan pada pemikir kontemprer yang
melihat dan mendefisinikan emas bukan sebagai tsaman, namun sebagai
tsil’ah atau sebagai barang jualan layaknya produk lain.
5
6

Anda mungkin juga menyukai