Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. PRAKTEK KERJA INDUSTRI

1. Rasional

Sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional yang bertujuan

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dengan mengikuti garis kebijaksanaan seperti tersebut diatas dan

mempelajari keadaan sekarang ini di Indonesia serta prinsip penguasaan

keahlian profesi sudah waktunya dipikirkan. Praktek kerja industri yang

merupakan perpaduan saling melengkapi antara pendidikan di sekolah dan

keahlian profesi yang didapatkan melalui pengalaman kerja.

Praktek kerja industri akan menjadi salah satu model pendidikan

yang paling efektif mendekati kesesuaian antara penawaran dan

permintaan (supply and demand) ketenagakerjaan, sesuai dengan

kebijakan Departemen Pendidikan Nasional tentang kurikulum.

2. Landasan Hukum

Pelaksanaan praktek kerja industri akan menjadi bentuk

penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan sesuai dengan ketentuan

1
2

pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional dan Peraturan Otonomi Daerah No. 22 dan No. 25 Tahun 2002,

sebagai berikut:

a. “Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui dua jalur yaitu

jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah”.

UUSPN, Bab IV, Pasal 10, Ayat (1)

b. “Pengadaan dan pendayagunaan sumber daya pendidikan dilakukan

oleh pemerintah, masyarakat dan keluarga peserta didik”.

UUSPN, Bab VIII, Pasal 33

c. “Masyarakat sebagai mitra pemerintahan berkesempatan yang seluas-

luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan

nasional“.

UUSPN, Bab XIII, Pasal 47, Ayat (1)

3. Pengertian Praktek Kerja Industri

Praktek Kerja Industri merupakan suatu bentuk penyelenggaraan

pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematik dan

sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian

yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja secara

terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu.

4. Tujuan Praktik Kerja Industri

Kegiatan praktik kerja lapangan yang telah dilaksanakan oleh

siswa merupakan program sekolah yang tentunya mempunyai tujuan yang

telah direncanakan dan diharapkan dapat dicapai oleh siswa.


3

Adapun tujuan penyelenggaraan praktek kerja lapangan ini adalah

untuk:

a. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional (dengan

tingkat pengetahuanm keterampilan dan etos kerja yang sesuai dengan

tuntutan lapangan kerja).

b. Memperkokoh Link and Match antara sekolah dan dunia industri.

c. Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja

yang berkualitas profesional.

d. Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengamanan kerja

sebagai bagian dari proses pendidikan.

e. Membekali siswa dengan pengalaman yang sebenarnya di dunia kerja,

sebagai persiapan guna menyesuaikan diri dengan dunia kerja dan

masyarakat.

f. Meluaskan pandangan dan wawasan siswa terhadap jenis-jenis

pekerjaan yang ada di bidang yang bersangkutan dan ditempat praktek

dengan segala persyaratan.

g. Siswa dapat mengingkatkan rasa percaya dirinya, dalam memecahkan

berbagai masalah atau kesulitan yang ditemui.

5. Keuntungan dan Nilai Tambah

Kerja sama antar SMK dengan industri, dilakasanakan dalam

prinsip saling membantu, saling mengisi melengkapi untuk keuntungan

bersama. Berdasarkan prinsip ini pelaksanaan praktek kerja industri akan

memberi nilai tambah bagi pihak-pihak yang berkaitan, sebagai berikut:

a. Nilai tambah bagi pihak industri/perusahaan.


4

Penyelenggaraan Praktek Kerja Industri memberi keuntungan nyata bagi

industri, antara lain sebagai berikut:

1) Perusahaan dapat mengenal persis kualitas peserta didik yang belajar

dan bekerja di perusahaannya. Kalau perusahaan menilai orang

tersebut dapat menjadi aset, maka dapat direkrut menjadi tenaga kerja

di perusahaan tersebut. Kalau tidak, bisa dilepas karena tidak ada

keharusan perusahaan untuk memperkerjakan apabila telah tamat.

2) Pada umumnya peserta didik telah ikut dalam proses secara aktif,

sehingga pada batas-batas tertentu selama masa pendidikan, peserta

didik adalah tenaga kerja yang memberi keuntungan.

3) Selama proses pendidikan melalui kerja industri, peserta didik lebih

mudah diatur dalam disiplin berupa kepatuhan terhadap aturan

perusahaan. Karena itu sikap peserta didik dapat dibentuk sesuai

dengan ciri khas perusahaan.

4) Perusahaan dapat memberi tugas kepada peserta didik untuk mencari

ilmu pengetahuan dan teknologi (dari sekolah) untuk kepentingan

khusus perusahaan.

5) Memberi kepuasan bagi dunia usaha dan industri karena diakui ikut

serta menentukan hari depan bangsa melalui praktek kerja industri.

b. Nilai tambah bagi sekolah

1) Tujuan pendidikan untuk memberi keahlian profesional bagi peserta

didik, lebih terjamin pencapaiannya.

2) Tanggungan biaya pendidikan menjadi ringan bagi sekolah.


5

3) Terdapat kesesuaian yang lebih pas, antara program pendidikan

dengan kebutuhan lapangan kerja (sesuai dengan prinsip Link and

Match)

4) Memberi kepuasan bagi penyelenggaraan pendidikan (sekolah),

karena tamatannya lebih terjamin memperoleh bekal yang bermakna

bagi kepentingan dunia kerja dan kepentingan bangsa.

c. Nilai tambah bagi peserta didik

1) Hasil belajar peserta didik akan lebih bermakna karena setelah tamat

akan benar-benar memiliki keahlian profesional sebagai bekal untuk

meningkatkan taraf hidupnya dan sebagai bekal di masa depan.

2) Waktu tempuh (Lead-Time) untuk mencapai keahlian profesional

secara singkat. Setelah tamat sekolah dengan praktek kerja industri,

tidak memerlukan waktu latihan lanjutan lagi untuk mencapai tingkat

siap pakai.

Keahlian profesional yang di peroleh dari Praktek Kerja Industri,

dapat mengangkat harga diri dan rasa percaya diri dari tamatan, yang

selanjutnya akan menolong mereka untuk meningkatkan keahlian

profesionalnya pada tingkat yang lebih tinggi.

B. LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

1. Tujuan Penulisan Laporan

a. Siswa mampu memahami, memantapkan dan mengembangkan

pelajaran yang didapat dari sekolah dan penerapannya di dunia kerja.


6

b. Siswa mampu mencari alternatif masalah kejuruan yang lebih luas dan

mendalam yang terungkap dari buku laporan yang ditulisnya.

c. Mengumpulkan data yang berguna untuk kepentingan sekolah dan

penulis.

d. Menambahkan koleksi buku-buku sekolah dan meningkatkan

pengetahuan siswa angkatan selanjutnya.

e. Siswa dapat memahami cara-cara pembuatan Laporan Praktek Kerja

Industri.

f. Agar siswa dapat mencurahkan dan menuangkan pikiran serta segenap

kemampuan kedalam sebuah tulisan.

g. Agar siswa dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

sesuai dengan ejaan yang disempurnakan.

h. Sebagai bukti nyata bahwa siswa telah melaksanakan Praktek Kerja

Industri.

2. Metoda Penulisan Laporan

a. Metoda kepustakaan, yaitu mencari bahan-bahan dari berbagai buku

sebagai referensi.

b. Metode wawancara, yaitu dengan bertanya langsung, konsultasi,

diskusi dengan para pembimbing dan rekan kerja.

c. Metoda langsung, yaitu dengan praktek secara langsung di tempat

kerja.

3. Sistematika Laporan

Laporan ini dibagi menjadi 4 bab untuk membatasi masalah yang

akan diuraikan didalamnya. Setiap bab membahas setiap masalah tertentu,


7

untuk memperoleh gambaran umum mengenai permasalahan dan urutan

pembahasan dari Laporan Praktek Kerja Industri ini. Adapun sistematika

Laporan Kerja Industri sebagai berikut:

1. Urutan Halaman Bagian Persiapan:

a. Halaman Judul

b. Halaman Pengesahan Industri

c. Halaman Pengesahan Sekolah

d. Kata Pengantar

e. Daftar Isi

f. Daftar Gambar

g. Daftar Lampiran

2. BAB I Pendahuluan

a. Praktek Kerja Industri

1) Rasional

2) Landasan Hukum

3) Pengertian Praktek Kerja Industri

4) Tujuan Praktek Kerja Industri

5) Keuntungan dan Nilai Tambah

b. Laporan Pelaksanaan Praktek Kerja Industri

1) Tujuan Penulisan Laporan

2) Metoda Penulisan Laporan

3) Sistematika Laporan

c. Sejarah Perusahaan

1) Sejarah Singkat
8

2) Visi & Misi Perusahaan

3) Bidang Usaha

4) Produk Pembelian PT. GMF AeroAsia

5) Produk Utama PT. GMF AeroAsia

6) Struktur Organisasi & Uraian Tugas Perusahaan

3. BAB II Uraian Khusus, Mengenai masalah:

4. BAB III Laporan Kerja Harian, Mengemukakan tentang kegiatan yang

dikerjakan selama melaksanakan Praktek Kerja Industri.

5. BAB IV Penutup

a. Kesimpulan

b. Saran-saran

1) Saran untuk pihak Sekolah

2) Saran untuk pihak Industri

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

C. SEJARAH PERUSAHAAN

1. Sejarah Singkat PT.GMF AeroAsia

PT.GMF AeroAsia berawal dari Direktorat Teknik Garuda

Indonesia pada tahun 1949, dan bertransformasi pada tahun 1984 menjadi

Divisi Maintenance & Enginering Garuda Indonesia yang kemudian

dikembangkan menjadi unit bisnis mandiri dan profit center untuk

menghasilkan pendapatan dan mengurangi beban biaya operasional

PT.GMF AeroAsia. Sekitar tahun 1998 dibentuk Strategic Business Unit


9

Garuda Maintenance Facility (SBU GMF AeroAsia) yang menangani

seluruh aktivitas perawatan armada Garuda Indonesia. Pada akhirnya,

Garuda Indonesia sebagai perusahaan airlines akan dapat fokus pada

bisnis intinya di industri penerbangan.

Sebagai unit bisnis, PT.GMF AeroAsia mengembangkan diri

dengan meningkatkan fasilitas perawatan pesawat, infrastruktur dan

kompetensi personil yang mampu mendukung on time performance dalam

melaksanakan perawatan dan perbaikan pesawat terbang dengan ground

time minimum dan tingkat efisiensi yang tinggi sehingga dapat bersaing

dalam memperoleh kepercayaan maskapai penerbangan lainnya.

Gambar1.1

Logo PT. GMF Aero Asia

Kemampuan PT. GMF AeroAsia semakin diakui dengan

keberhasilannya meraih sertifikasi FAA (Federal Aviation and

Administration). PT. GMF AeroAsia yang sudah mampu merawat pesawat

F-28 dan DC-9 sejak tahun 1974, pada akhir tahun 1990 sudah dapat

melaksanakan overhaul pesawat A300, DC-10 dan B747. Pada akhir tahun

1993, pesawat B737 dapat dirawat D-check.


10

Pada tahun 2002, manajemen Garuda Indonesia melakukan “Spin

Off” dan SBU-GMF AeroAsia resmi menjadi anak perusahaan mandiri

dengan nama PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia dengan Akte

Pendirian No. 93 tanggal 26 April 2002 oleh Notaris Arry Soepratno, S.H.

dan diberitakan dalam Tambahan Berita Negara RI No. 78 tanggal 27

September 2002. Komposisi kepemilikan saham GMF AeroAsia adalah

99% PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (Garuda Indonesia) dan 1% PT

Aero Wisata.

2. Visi dan Misi Perusahaan

a. Visi Perusahaan

World class MRO of customer choice in 2015

Menjadi MRO kelas dunia pilihan pelanggan pada 2015.

b. Misi Perusahaan

To provide integrated and reliable aircraft maintenance solution, for

a safer sky, and secure quality of life of mankind.

Menyediakan solusi perawatan pesawat terbang yang terpadu dan

handal sebagai kontribusi dalam mewujudkan lalu lintas udara yang

aman dan menjamin kualitas kehidupan manusia.

3. Bidang Usaha

Bisnis utama PT. GMF AeroAsia adalah menyediakan jasa

perawatan dan perbaikan pesawat terbang yang mencakup rangka pesawat,

mesin, komponen dan jasa pendukung lainnya secara terintergritas atau

dikenal dengan bisnis MRO (Maintenance Repair and Overhaul).


11

PT. GMF AeroAsia mampu melaksanakan perawatan dan

perbaikan pesawat terbang mulai dari perawatan dan perbaikan pesawat

terbang mulai dari perawatan line maintenance sampai overhaul,

perawatan dan perbaikan mesin serta komponen, proses modifikasi dan

cabin refurbishment. Kemampuan tersebut telah mendapat pengakuan

ditandai dengan keberhasilan meraih sertifikat nasional maupun

internasional yang mengukuhkan kemampuan perawatan pesawat terbang

PT.GMF AeroAsia sesuai standar internasional. Tahun 2003 PT.GMF

AeroAsia menjadi salah satu perusahaan perawatan pesawat yang mampu

melaksanakan modifikasi besar pesawat dengan teknologi tinggi.

Saat ini PT.GMF AeroAsia telah memasuki bidang jasa perawatan

Industrial Gas Turbine Engine (IGTE) serta perawatan Industrial

Generator Overhaul, yang diharapkan menjadi sumber pendapatan baru

disamping mengoptimalkan sumber daya dan kompetensi yang sudah

dimiliki. Pada akhirnya, PT. GMF AeroAsia dapat menjadi perusahaan

yang memberikan jasa total solution untuk perawatan baik dibidang aviasi

maupun non-aviasi.

Fasilitas produksi PT. GMF AeroAsia berada di Bandar Udara

Soekarno-Hatta, Cengkareng yang terdiri dari public area dan social

service, perkantoran, perbengkelan (workshop), hanggar pesawat,

pergudangan, power house, industrial waste treatment, dan ground

support equipment yang menempati lahan seluas 115 hektar di dalam

kawasan berikat dan non-kawasan berikat. Fasilitas ini merupakan salah

satu yang terbesar di Asia. Kelengkapan infrasturktur seperti hanggar,


12

component workshop, gudang material, gedung pengolahan air dan

limbah, dan lain-lain merupakan nilai tambah yang dapat dimanfaatkan

seoptimal mungkin untuk menjamin pelayanan serta kepuasan pelanggan.

4. Produk pembelian Garuda Maintenance Facility (PT. GMF AeroAsia)

Didalam perawatan pesawat, engine, komponen, serta pendukung

lainnya dibutuhkan sparepart sesuai dengan klasifikasi perawatan. Suku

cadang perawatan pesawat terbang yang dibeli atau disimpan

dikategorikan menjadi 3 yang dinamakan “Tipe Class Material”:

a. Rotable Part

Adalah suatu parts penggantinya berdasarkan waktu yang telah

ditentukan.

Contoh:

 Engine : Mesin pesawat udara.

 Landing Gear : Alat untuk pendaratan pesawat udara.

 Main Wheel : Roda pendaratan pesawat udara.

 Brake Unit : Alat untuk pengereman pesawat udara.

b. Reapirable Part

Adalah suatu part yang dapat diperbaiki hingga kembali seperti

semula atau menjadi seperti yang baru.

Contoh:

 Fan Blade : Bagian dari mesin pesawat udara.

 Pitch Computer : Alat pengatur pesawat untuk naik atau

turun.

 Yaw Computer : Alat pengatur pesawat untuk


13

membelokan ke kanan atau ke kiri.

 Weather Rader Control : Alat pengontrol untuk cuaca di udara.

c. Expaindable part atau consumable part

Adalah setiap komponen yang menjadi tidak cocok untuk

digunakan kembali kalau sudah diinstall.

Contoh:

 Screw : Alat pengencang.

 Bolt : Alat pengencang.

 Nut : Alat pengencang.

 Scap : Bahan untuk mencegah kebocoran pada

mesin pesawat.

 Packing : Bahan untuk mencegah kebocoran pada

bagian mesin pesawat.

 Rivet : Alat pengencang.

5. Produk utama Garuda Maintenance Facility (PT. GMF AeroAsia)

Secara umum produk utama Garuda Maintenance Facility saat ini

dapat diklarifikasikan sebagai berikut:

a. Perawatan dan overhaul pesawat B747-100 / 200 / 400, B737, DC10,

A300, B4, Foker 28, serta A330.

b. Perawatan dan overhaul komponen pesawat B747-100 / 200 / 400,

B737, DC10, A300, B4, Foker 28, serta A330.

c. Perawatan dan overhaul mesin pesawat, yaitu: mesin SPEY 555, CFM

56-3, JT9D dan APUGTCP36, GTCO85 dan TSCP700.


14

d. Perawatan Ground Support Equipment.

6. Dasar-dasar dalam pembelian

Didalam PT. GMF AeroAsia terdapat dasar-dasar pembelian agar

dapat menentukan produk efisien dan efektif. Dasar-dasar pembelian

tersebut, yaitu:

a. Savety stock dan Floating Sparts

1) Savety stock adalah suatu jumlah yang merupakan batas dari

jumlah stock yang ada persedian dalam gudang untuk perawatan

atau batas minimal.

2) Floating sparts adalah suatu jumlah pesediaan yang harus ada

digudang disesuaikan dengan kebutuhan maintenance terhadap

pesawat yang akan dirawat maupun diperbaiki.

Perhitungan savety stock dan floating sparts berdasarkan dari

historical yang dalam proses pembeliannya bisa direncanakan.

b. Finding produk

Adalah suatu permintaan produksi hasil dari maintenance, dalam

proses pembeliannya tidak dapat diprediksi.

c. Enginering order atau enginering instraction

Adalah suatu yang dapat menganalisa, menguji, dan mengecek dari

hasil produk perawatan maupun perbaikan. Dalam proses

pembeliannya tidak dapat diprediksi.

Berbagai sertifikat dari berbagai negara telah diraih oleh PT. GMF

AeroAsia sebagai perusahaan MRO kelas dunia, yaitu:


15

AUTHORITY CERTIFICATE NUMBER OF

CERTIFICATE

France DGAC 145/0100

USA FAA WGFY076F

Europe EASA 145.0062

Singapore CAAS AWI/139

Sudan CAA CAA/7/AW/ENO/03/001

South Amerika CAA 945

Nigeria CAA AM/PK/GMF

Yemen CAMA 018

Yemen CAMA 38

Thailand DCA 181/2538

Papua NewGuinea CAA MOCI145/005

Ghana CAA 063

Bangladesh CAA CAA/5525/36/AELD

Setelah GMF berubah status menjadi PT. GMF AeroAsia, maka

secara otomatis struktur organisasi dan manajemen yang semula menjadi satu

bagian dari PT. Garuda Indonesia menjadi terpisah dan berdiri sendiri. Hal ini di

jelaskan dan terlampir dalam SK NO. GMFAA/DT/SKEP/5002/2002 tanggal 02

Agustus 2002.
16

7. Struktur Organisasi PT. GMF AeroAsia

PT. GMF AeroAsia

SERVICE FUNCTION ORGANIZATION

BOARD OF
DIRECTOR

INTERNAL & STRATEGIC POLICY


QUALITY ADMINISTRATION & MARKETING &
AUDIT & CORPORATE
ASSURANCE FINANCE DEVELOPMENT
CONTROLLER SECRETARY

AIRCRAFT QUALITY TREASURY & PERSONNEL &


INTERNAL AUDIT MARKETING
CONTROL BUDGETING GENERAL AFFAIRS

BUSINESS INFORMATION
WORKSHOP REVENUE DEVELOPMENT & TECH. & BUSINESS
CONTROLLER
QUALITY CONTROL MANAGEMENT BUSINESS PROCESS
STRATEY ENGINEERING

ACCOUNTING &
QUALITY SYSTEM &
FINANCIAL CONTRACT LEGAL
AUDITING
REPORT

ACCOUNT CORPORATE
MANAGER COMMUNICATION

Gambar 1.2
Service Function Organization PT. GMF AeroAsia
17

BUSINESS FUNCTION ORGANIZATION

Gambar 1.3
Business Function Organization

AIRCRAFT STRUCTURE MAINTENANCE


18

Aircraft
Structure
Maintenance

Production TBR TBR


Wide Body
Engineering 1 2

Narrow Body TBR TBR Narrow Body


GA 3 4 non GA

Sheet Metal TBR TBR


5 6 Composite Shop
Shop

TBR
7

Production
machining

Gambar 1.4
Struktur Aircraft Structure Maintenance

Anda mungkin juga menyukai