Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

A. PRAKTIK KERJA LAPANGAN

1. Rasional

Tujuan Pendidikan Nasional adalah membentuk manusia Indonesia

seutuhnya pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, demokratis, menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia, menguasai ilmu

pengetahuan teknologi dan seni, memiliki kesehatan jasmani dan rohani, memiliki

kepribadian yang mantap, mandiri dan kreatif, memiliki keterampilan hidup yang

berharkat dan bermartabat serta memiliki tanggung jawab yang mampu mewujudkan

kehidupan bangsa yang cerdas dan berdaya saing di era globalisasi.

Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah salah satu model pendidikan yang

efektif mendekati kesesuaian antara supply dan demand ketenagakerjaan, bagi siswa

SMK, Praktik Kerja Lapangan yang bertujuan untuk mengetahui lebih dini dari

lingkungan kerja sesuai dengan bidangnya, tidak hanya kompetensi yang dibutuhkan,

tetapi juga social skill bagaimana berinteraksi dengan sesama teman, rekan kerja,

atasan, menyampaikan pesan, pemerintah dan sebagainya yang tidak diajarkan

disekolah.

1
2. Landasan Hukum Praktik Kerja Lapangan

Pelaksanan Prakerin menjadi salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan

menengah kejuruan sesuai dengan ketentuan pada Undang-undang No.20 tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Keputusan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia No.22 tahun 2006 tentang Standar isi serta Salinan

lampiran I, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 60 tahun 2014,

tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan yang

antara lain dijelaskan sebagai berikut:

a.) Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui dua jalur yaitu jalur pendidikan

sekolah, dan jalur pendidikan luar sekolah. (UUSPN, Bab IV, Pasal 10 ayat (1).

b.) Pengadaan dan pendayagunaan sumber daya pendidikan dilakukan oleh pemerintah,

masyarakat dan keluarga peserta didik (UUSPN : Bab VIII pasal 33).

c.) Masyarakat sebagai mitra Pemerintah berkesempatan yang seluas-luasnya untuk

berperan serta dalam penyelenggaraan Pendidikan Nasional. (UUSPN : Bab XIII

pasal 47 ayat (1).

d.) Pendidikan SMK/MAK diselenggarakan dalam bentuk Praktik Kerja Lapangan

(PKL). (Lampiran Permen Nomor 22 tahun 2006 tentang standar Isi ).

3. Pengertian Praktik Kerja Lapangan

Praktik Kerja Lapangan adalah pembelajaran yang dilaksanakan di luar sekolah

untuk mencapai kompetensi yang di persyaratkan dengan melalui terjun langsung ke

industri Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang tidak dapat
2
dipelajari di sekolah bisa didapatkan/dipelajari siswa dari kegiatan Praktik Kerja

Lapangan (PKL).

4. Tujuan Praktik Kerja Lapangan

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 12 Bandung merupakan suatu lembaga

pendidikan kejuruan yang mempunyai tugas untuk dapat menghasilkan teknisi–

teknisi yang mempunyai keterampilan tinggi dibidang industri penerbangan.

Untuk mencapai tujuan yang tidak mudah dicapai begitu saja, maka sistem

harus menguasai berbagai kemampuan dan keterampilan dasar, serta harus memiliki

wawasan ilmu pengetahuan yang luas dalam bidang penerbangan, salah satu cara

yang ditempuh oleh pihak sekolah dengan menyelenggarakan Praktik Kerja Lapangan

(PKL) ini dilaksanakan untuk menambah keterampilan siswa dalam setiap praktik dan

menerapkan teori-teori yang telah diterima di sekolah pada objeknya langsung.

Dalam menjajaki dunia kerja dan menerapkan apa–apa yang telah didapat

dari sekolah pada dunia kerja, sehingga bila terjun ke dunia industri tidak mendapat

kesulitan didalam bekerja dan dalam menerapkan keahlian profesi.

5. Tujuan Penyelenggaraan Praktik Kerja Lapangan

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan oleh siswa

merupakan program sekolah yang mempunyai tujuan yang direncanakan dan

diharapkan dapat dicapai oleh siswa. Adapun tujuan penyelenggaraan pendidikan

PKL ini adalah :

3
a.) Meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan kejuruan melalui orientasi Institusi

Pasangan (IP).

b.) Menghasilkan tamatan yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan etos kerja

yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja.

c.) Menghasilkan tamatan yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang

menjadi bekal dasar pengembangan dirinya secara berkelanjutan.

d.) Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian

dari proses pendidikan.

6. Keuntungan / Nilai Tambah Praktik Kerja Lapangan

Kerjasama yang dilakukan antara Sekolah Menengah Kejuruan dengan

dunia industri, dilakukan dalam prinsip saling membantu, saling mengisi dan saling

melengkapi demi kepentingan bersama. Berdasarkan prinsip ini pelaksanaan Praktek

Kerja Lapangan memberikan keuntungan nyata bagi Industri Sekolah dan peserta

didik.

a) Nilai Tambahan Bagi Pihak Industri

Nilai tambahan Praktik Kerja Lapangan bagi industri antara lain :

(1) Perusahaan dapat mengenal jelas kualitas peserta didik yang belajar dan bekerja

di perusahaannya, jika perusahaan itu menilai orang tersebut dapat menjadi aset,

maka dapat direkrut menjadi tenaga kerja perusahaan tersebut. Kalau tidak, bisa

dilepas karena tidak ada keharusan bagi perusahaan untuk mempekerjakan

setelah lulus sekolah.

4
(2) Pada umumnya, peserta didik telah mengikuti proses produksi secara aktif,

sehingga pada batas – batas tertentu selama masa pendidikan, peserta didik

adalah tenaga kerja yang memberi keuntungan.

(3) Selama proses pendidikan melalui kerja di industri, peserta didik lebih mudah

diatur dalam hal disiplin berupa kepatuhan terhadap perusahaan. Karena itu,

sikap peserta didik dapat dibentuk sesuai ciri khas perusahaan.

(4) Perusahaan dapat memberi tugas kepada peserta didik untuk mencari ilmu

pengetahuan dan teknologi (dari sekolah), untuk kepentingan khusus perusahaan.

(5) Memberi keputusan bagi dunia usaha dan industri diakui ikut serta menemukan

masa depan bangsa melalui Praktik Kerja Lapangan.

b) Nilai Tambah Bagi Sekolah

(1) Tujuan pendidikan untuk memberi keahlian professional bagi peserta didik,

lebih terjamin pencapaiannya.

(2) Terdapat kesesuaian yang lebih pas. Antara program pendidikan

dengan kebutuhan lapangan kerja (sesuai dengan prinsip link and match).

(3) Memberi kepuasan bagi penyelenggaraan pendidikan (sekolah). Karena

tamatannya lebih terjamin dan memperoleh bekal yang bermakna baik untuk

kepentingan tamatan, kepentingan dunia kerja, maupun kepentingan bangsa.

c) Nilai Tambah Bagi Peserta Didik

(1) Hasil belajar peserta didik akan lebih bermakna karena setelah tamat akan dapat

betul – betul memiliki keahlian profesional sebagai bekal untuk meningkatkan

taraf hidupnya dan sebagai bekal di masa depan.

5
(2) “Lead Time” untuk mencapai keahlian profesional menjadi lebih singkat. Setelah

tamat sekolah dengan prakerin, tidak memerlukan waktu latihan lanjutan lagi

untuk mencapai tingkat keahlian siap pakai.

(3) Keahlian profesional yang diperoleh dari prakerin dapat mengangkat harga diri

dan rasa percaya diri tamatan, yang selanjutnya akan mendorong mereka untuk

meningkatkan keahlian profesionalnya pada tingkat yang lebih tinggi.

B. LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

1. Latar Belakang

Latar belakang dalam penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini

yaitu diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Nasional dan

Ujian Akhir Sekolah. Laporan ini juga bisa sebagai bukti bahwa siswa tersebut telah

melakukan program Praktik Kerja Lapangan (PKL). Laporan ini harus dipertanggung

jawabkan dihadapan pembimbing di sekolah pada saat sidang agar sekolah yakin apa

benar siswa tersebut telah melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL).

2. Tujuan Pembuatan Laporan

Pembuatan laporan yang merupakan karya tulis adalah kewajiban bagi setiap

siswa SMK Negeri 12 Bandung yang telah melaksanakan PKL. Pembuatan laporan ini

bertujuan:

a) Siswa mampu mencari alternatif pemecahan kejuruan secara lebih luas,

dan mendalam yang terungkap dari buku laporan yang dibuat.

6
b) Mengumpulkan data guna kepentingan sekolah dan siswa.

c) Menambah pembendaharaan perpustakaan sekolah dan menunjang

pengetahuan bagi siswa angkatan berikutnya.

d) Siswa mampu membuat laporan dan mempertanggung jawabkan laporan tersebut.

3. Metode Pembuatan Laporan

Untuk mendapatkan data yang benar dan akurat dalam pembuatan laporan ini,

penyusun menggunakan metode :

a) Metode ke perpustakaan, yaitu mencari bahan – bahan dari berbagai buku sebagai

referensi.

b) Metode wawancara, yaitu dengan bertanya langsung, konsultasi, diskusi dengan para

pembimbing dan rekan kerja.

c) Metode langsung, yaitu dengan praktik secara langsung ditempat kerja.

C. SISTEMATIKA LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A. Halaman Judul

B. Halaman Pengesahan oleh Industri/Lembaga

C. Halaman Pengesahan oleh Sekolah

D. Kata Pengantar

E. Daftar Isi

F. Daftar Gambar

G. Daftar Lampiran

7
BAB I : PENDAHULUAN

A. Praktik Kerja Lapangan

1. Rasional

2. Landasan hukum Praktik Kerja Lapangan

3. Pengertian Praktik Kerja Lapangan

4. Tujuan Praktik Kerja Lapangan

5. Tujuan Penyelanggaraan Praktik Kerja Lapangan

6. Keuntungan\ Nilai tambah Praktik Kerja Lapangan

B. Laporan Praktik Kerja Lapangan

1. Latar Belakang

2. Tujuan Pembuatan Laporan

3. Metode Penulisan Laporan

C. Sistematika Laporan Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

D. Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah PT. DIRGANTARA INDONESIA

2. Visi dan Misi PT. DIRGANTARA INDONESIA

3. PT Dirgantara Indonesia

4. Kerjasama Internasional

5. Tata Tertib dan Peraturan Perusahaan

6. Logo PT. DIRGANTARA INDONESIA

7.

8
BAB II : URAIAN KHUSUS

1. Tailboom

2. Pengertian Tailboom

3. Prinsip kerja

4. Perakitan Skin Assy, Fin LH

A. Alat – Alat bantu Assemblly

1. Jig & Tools

B. Persiapan kerja

1. Alat – Alat yang digunakan

C. Keselamatan Kerja

1. Alat pelindung diri

BAB III : LAPORAN KERJA HARIAN

BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran – saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN – LAMPIRAN

9
D. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

1. Sejarah PT. Dirgantara Indonesia

Gambar 1.1 PT. Dirgantara Indonesia

Pada awalnya untuk merencanakan serta membuat pesawat terbang di

Indonesia, baru terwujud setelah proklamasi kemerdekaan yang ditunjukkan untuk

kelancaran pertahanan dan keamanan.

Dengan dipelopori oleh pemuda–pemuda seperti Wiweko Supomo (Mantan

Direktur Utma Garuda) dan Nurtanio Pringgo Adisuryo pada tahun 1946 di Magetan,

dibuatlah bengkel pesawat disebuah bengkel kecil yang dikenal dengan nama seksi

percobaan yang ada dibawah pengawasan Komando Depot Perawatan Mayor Udara

10
Nurtanio. Berkat pimpinan Mayor Nurtanio, mereka mampu merencanakan serta

membuat pesawat terbang yang pertama dengan nama “SIKUMBANG”.

Sejalan dengan pertumbuhan dan kemajuan Negara Republik Indonesia maka

makin tumbuh pula kesadaran akan pentingnya pernerbangan baik dalam masa damai

maupun dalam keadaan perang. Untuk itu pada tanggal 16 Desember 1961 dibentuk

LAPIP (Lembaga Persiapan Industri Pesawat Terbang) yang ditugaskan untuk

mempersiapkan pembangun Unit Industri Penerbangan yaitu membuat Pesawat

Terbang dan menyediakan Suku Cadang.

Dengan gugurnya Komandan Udara Nurtanio Pringgo Adisuryo pada tanggal

21 Maret 1966 karena kecelakaan Pesawat Terbang yang terjadi ditengah Kota

Bandung, maka untuk menghormati dan mengabdikan jasa–jasanya LAPIP dirubah

mejadi LIPNUR (Lembaga Industri Pesawat Terbang Nurtanio).

Pada masa kegiatan itu LIPNUR hanya memiliki 500 personil, kemudian

berdasarkan notaris No.15 tanggal 28 April 1976 di Jakarta didirikan sebuah

perseroan PT IPTN.

Maka secara resmi PT. IPTN dalam percaturan Industri Kawasan Produksi II,

III, IV. Pengembangan personil dimulai daengan hanya 500 karyawan pada tahun

1976, dan 900 karyawan pada tahun 1983 dan akhir tahun 1990 sampai tanggal 1997

sudah mencapai kurang lebih 16.000 karyawan sejak tahun 2003 dan sampai

sekarang jumlah karyawan kurang lebih 4.500 orang dengan kualifikasi tertentu. Hal

11
ini penting artinya dalam hubungan terbuka secara luas lapangan kerja teknologi

tinggi sekaligus peningkatan kemampuan sumber daya manusia Indonesia.

Memperoleh kemampuan personil berkemampuan tinggi dalam jumlah yang

relatif besar ini melalui program program pendidikan dan latihan terarah didalam

maupun diluar negeri.

PT. IPTN memiliki pusat pendidikan dan pelatihan untuk teknisi muda,

sedangkan diluar negeri melalui beasiswa maupun “Praktek Kerja” di PT.IPTN

maupun mitra kerjasama lainnya.

Menginjak usia 10 tahun diselanggarakan Indonesian Air Show (IAS) 1986

yang menaruh perhatian masyarakat luas baik Nasional maupun Internasional. Tahun

1987 kerjasama timbal produksi dengan General Dynamic untuk pembuatan

komponen Pesawat Tempur F-16 direalisasikan. Sementara itu, Sub-kontak

pembuatan komponen pesawat terbang Boeing 767 dan 737 dengan lanjut yang

lebih maju dan modern.

Kini memasuki dasawarsa kedua PT. IPTN tidak hanya mempertahankan dan

meningkatkan penguasaan teknologi ke tahap perkembangan teknologi, tetapi juga

mulai mengarah kepada upaya bisnis industri pesawat terbang yang sesungguhnya. Hal

ini dibuktikan dengan dikembangkannya suatu produk baru pesawat dengan nama N-

250 yang sepenuhnya hasil rancangan bangsa Indonesia sendiri .

Adapun jenis pesawat terbang tersebut adalah “ NC-212, CN-235, NBO-105,

NSA-330 (PUMA), NAS-332 (SUPER PUMA), NBK-117, NBELL-412 ”. Dalam


12
rangka meningkatkan alih teknologi dan bisnis PT. IPTN bersama dengan New Media

Development Organization Japan mendirikan perusahaan Nusantara Sistem

Internasional (NSI) yang bergerak dalam perangkat lunak komputer, persahaan yang

didirikan tahun 1988 tersebut telah beroperasi.

Untuk lebih memperluas pemasaran bagi produk-produknya khusunya di

wilayah Amerika sejak tahun 1992 yang dulu, PT. IPTN memiliki Bruanch Office

yang berkedudukan di Seatlle Amerika. PT.IPTN pada dasawarsa pertama dalam

mewujudkan kemampuan teknologi pembuatan pesawat terbang sekaligus sebagai

dasar langkah lanjut yang lebih maju.

Selama 24 tahun PT. IPTN telah berkembang dengan pesat, untuk itu guna

memperluas bidang usahanya di berbagai jenis bidang maka PT. IPTN dirubah

menjadi PT. Dirgantara Indonesia pada tahun 2000 oleh Presiden Abdurrahman Wahid,

dengan nama yang baru PT .Dirgantara Indonesia tidak dikhususkan hanya dalam

pembuatan pesawat terbang saja tetapi usaha-usaha lain, akan tetapi sekarang ini

bentuk usaha-usaha dirubah menjadi Direktorat, seperti :

a.Direktorat Integration

b. Direktorat Aerostructure

c.Direktorat Aircraft Service

d. Direktorat Teknologi dan Pengembangan

e. Direktorat Pembangan dan Administrasi


13
Dan pada tahun ini PT. Dirgantara Indonesia tidak hanya khusus memproduksi

pesawat terbang tetapi barbagai produk contohnya, sistem persenjataan untuk

mendukung pesawat yang ada di Divisi Sistem Persenjataan (Div. Sista) dan

disamping itu telah membangun klinik dan hotel. Dengan demikian diharapkan

industri ini menjadi Institusi Bisnis yang adaktif dan efisien.

2. Visi dan Misi PT. Dirgantara Indonesia

a. Visi :

Menjadi perusahaan kelas dunia dalam industri dirgantara yang berbasis pada

penguasaan teknologi tinggi dan mampu bersaing dalam pasar global, dengan

mengandalkan keuntungan biaya.

b. Misi :

1) Menjalankan usaha dengan selalu berorientasi pada aspek dan bisnis komersil

dan dapat menghasilkan produk dan jasa yang memiliki keunggulan biaya.

2) Sebagai pusat keunggulan di bidang industri dirgantara, terutama dalam

rekayasa, rancang bangun, manufaktur, produksi dan pemeliharaan untuk

kepentingan komersial dan milliter dan juga untuk aplikasi di luar industri

Dirgantara.

3) Menjadikan perusahaan sebagai pemain kelas dunia di industri global yang

mampu bersaing dan melakukan aliansi strategis dengan industri Dirgantara

kelas dunia lainya.

14
3. PT Dirgantara Indonesia

a. Direktorat Aircraft Integration

Memproduksi beragam pesawat untuk memenuhi berbagai misi sipil,

militer, dan juga misi khusus. Pesawat tersebut adalah NC-212, CN-235, NBO-

105 (SUPER PUMA), NAS-332 dan NBELL -412.

NC-212 adalah pesawat berkapasitas 19-24 penumpang dengan beragam

versi, dapat lepas landas dan mendarat dalam jarak pendek, serta mampu

beroperasi pada landasan rumput, tanah dan lain-lain (Unpaved Run Way).

CN-235 adalah pesawat komuter serba guna dengan kapasitas 35 penumpang,

dapat digunakan dalam berbagai misi, dapat lepas landas dan mendarat dalam

jarak pendek, serta mampu beroperasi pada landasan rumput, tanah dan lain-lain

(Unpaved Run Way).

NBO-105 adalah helikopter multi guna dan mampu membawa 4 penumpang,

sangat baik untuk berbagai misi, mempunyai kemampuan Hovering dan

Maneuver dalam situasi penerbangan apapun.

NAS-332 (SUPER PUMA) adalah helikopter modern yang mampu

membawa penumpang, dilengkapi aplikasi multi yang aman dan nyaman.

NBELL-412 adalah helikopter yang mampu membawa 13 penumpang,

memiliki prioritas rancangan yang rendah resiko, keaman yang tinggi, biaya

perawatan dan biaya operasi yang rendah.

15
b. Direktorat Aerostructure

Didukung oleh tenaga ahli yang berpengalaman dan mempunyai kemampuan

tinggi dalam manucfature pesawat, dilengkapi pula dengan fasilitas manufacture

dengan ketetapan tinggi (high precision), seperti mesin-mesin canggih, bengkel

sheet metal dan welding, composite dan bounding centre, jig dan tool shop,

calibration, testing equipmentdan quality inspection (peralatan tes dan uji

kualitas), pemeliharaan dan lain sebagainya. Bisnis Satuan Usaha Aerostructure

meliputi :

1) Pembuatan komponen Aerostructure (Machined paris, Sub-Assembly,

Assembly)

2) Pengembangan rekayasa (Enginerring Package) pengembangan aestructure

yang baru.

3) Perancangan dalam pembuatan alat-alat (Tolling Design and Manufacturing).

Memberikan program-program kontrak tambahan (Sub ContractProgram)

dan offshet untuk Boeing, Airbus Industries, BAe sistem, Korean Airlines

Aerospace Division MitsubishiHeavy Industries, AC CTRM Malaysia.

c. Direktorat Aircraft Service

d. Dengan keahlian dan pengalaman bertahun-tahun Unit Usaha Aircraft Service

menyediakan servis pemeliharaan pesawat dan helikopter berbagai jenis yang

meliputi penyediaan suku cadang, pembaharuan dan modifikasi struktur pesawat,

pembaharuan interior maintanance dan overhaul. Mulai tahun 2004 Aircraft Service

16
Maintenance BOEING 737-200 dan BOEING 737-Series sudah mendapatkan AMO

(Aircraft Maintanance Organization) dan DSKU.

e. Dilengkapi dengan peralatan perancangan dan analisi yang canggih fasilitas uji

berteknologi tinggi, serta tenaga ahli yang berlisensi dan berpengalaman Standar

Internasional, Satuan Usaha enginering services siap memenuhi kebutuhan produk

dan jasa bidang enginering.

f. Direktorat Teknologi Dan Pengembangan

g. Dilengkapi dengan peralatan perancangan dan analisis yang canggih,fasilitas uji

berteknologi tinggi, serta tenaga ahli yang berlisensi dan berpengalaman standar

internasional, Satuan Usaha Enginering Servicesiap memenuhi kebutuhan produk

dan jasa bidang enginerring.

h. Bisnis utama Satuan Usaha Defence terdiri dari produk-produk militer, perawatan,

perbaikan, pengujian badan kalibrasi baik secara mekanik maupun elektrik dengan

tingkat akurasi yang tinggi, integrasi alat-alat perang, produksi beragam sistem

senjata antara lain FFAR 2,75 rocket, SUT Torpedo, dll.

i. Direktorat Keuangan dan Administrasi

Direktorat keuangan dan administrasi membawahi 4 divisi yang meliputi :

Divisi pembendaharaan, Divisi Akuntansi, Divisi sumber daya manusia, dan

Divisi jasa material dan fasilitas.

17
4. Kerjasama Internasional

Berikut ini adalah daftar kerjasama PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dengan dunia

penerbangan Internasional :

a. PT DI – CASA (SPANYOL) Lisensi NC-212 aviocar dan kerjasama design CN

235 (1979).

b. PT DI – DASA (JERMAN) Lisensi helicopter NBO-105(1976)

c. PT DI – Bell Textron (Amerika) Lisensi Helicopter NBELL-412 (1982).

d. PT DI – Aerospatiale (Perancis) Lisensi Helicopter NSA-331 Puma dan NAS-332

Super Puma.

e. PT DI – BOEING (Amerika Serikat), Qualified Boeing Bidder dan Sub kontrak

Boeing 737 dan 767 (1987).

f. PT DI – FIAS (Perancis) Pembuatan fasilitas diklat.

g. PT DI – General Dynamic Kompenen F-16 (1987).

h. PT DI – FZ (Belgia) Rocket FFAR.

i. PT DI – Bae (Inggris) Kompenen Rafier (1987).

j. PT DI – AEG Telefunken SUT (Surface Under Water Target Torpedo).

k. PT DI – General Electric (Amerika) Overhoul Engine CT-7.

l. PT DI – GARET (Amerika) Perawatan engine TPE-331.

m. PT DI – Turbomecca.

n. PT DI – Alison (Amerika).

o. PT DI – Rolls Royce.

18
p. PT DI – Lt coming (Amerika).

q. PT DI – Prat & Whitney (Amerika) perawatan dan pembuatan part engine PT-6.

r. PT DI – Massier Bugati, pembuatan dan perawatan landing gear CN-235.

s. PT DI – Hugnas (Amerika) General Satelit Palapa C dan Satelit Palapa D.

t. PT DI – Fokker (Belanda) pembuatan komponen F-100.

u. PT DI – Lukas Aerospace.

v. PT DI – Hamilton Standard (Amerika) Perancangan dan pembuatan mesin

propeller.

w. PT DI – Lockhed (Amerika).

x. PT DI – Airbus (Uni Eropa).

y. PT DI – NDO (Jerman) kerjasam SNI dibidang perangkat lunak.

z. PT DI – Dawty Aerospace (Inggris) propeller untuk N-250.

5. Tata Tertib dan Peraturan Perusahaan

Sejak PT. IPTN dirubah menjadi PT. Dirgantara Indonesia pada tahun 2000 oleh

presiden Abdurahman Wahid telah terjadi dua peraturan, yaitu :

a. Instruksi Direktur utama PT.Dirgantara Indonesia, ins / 011 1981 tentang

peningkatan disiplin dan tata tertib yang dikeluarkan pada tanggal 22 januari 1981:

1) Agar karyawan dapat selalu mempelajari, mengingat dan memperhatikan

peraturan-peraturan yang berlaku.

2) Mengerti akan tanggung jawab serta kewajiban dengan selalu menghindari

tindakan-tindakan yang sudah digariskan.

b. Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan oleh seluruh karyawan.


19
c. Mentaati segala peraturan kedinasan yang berlaku serta melaksanakan segala

perintah-perintah kedinasan yang diberikan oleh atasan.

d. Memanfaatkan jam kerja.

e. Melaksanakan tugas dengan sebaik-sebaiknya dan dengan rasa penuh tanggung

jawab.

f. Berinisiatif penuh untuk mencapai kesempurnaan dalam kerja.

g. Melakukan perbuatan untuk menjunjung karyawan.

h. Menggunakan dan memelihara barang-barang dinas sebaiknya.

i. Tepat waktu.

j. Memakai tanda pengenal.

k. Menampilkan kepribadian yang baik dan sopan.

l. Menjaga kebersihan dan keamanan.

6. Logo PT.Dirgantara Indonesia

Gambar 1.2 Logo PT. Dirgantara Indonesia

20
Arti Logo Diatas adalah :

a. Sayap kecil menunjukkan bahwa perusahaan Dirgantara Indonesia yang dahulu

bernama PT. Nurtanio.

b. Sayap sedang menunjukkan bahwa perusahaan Dirgantara Indonesia yang dahulu

bernama PT.Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN).

c. Sayap besar menunjukkan bahwa sampai sekarang perusahaan tersebut bernama

PT. Dirgantara Indonesia.

d. Bulatan diantara ketiga sayap tersebut menunjukkan bola dunia yang mengartikan

bahwa perusahaan Dirgantara Indonesia berusaha menguasai Industri Penerbangan

di Dunia.

e. Warna Biru menunjukkan Langit.

21
BAB II
URAIAN KHUSUS
SKIN ASSY PYLON, FIN LH TAILBOOM
332A 24 0744 0002

1. DASAR TEORI
 Super Puma MK 2
Eurocopter AS332 Super Puma adalah helikopter sipil dan militer yang dibuat oleh
Eurocopter. Merupakan versi Aérospatiale Puma yang diperbesar dan dipermesinkan
kembali yang pertama kali terbang pada tahun 1978, dengan kabin penumpang yang
besar.
 Jenis – jenis Helicopter Super Puma MK 2
Ada dua jenis helicopter Super Puma MK 2. Jika dilihat dari fungsinya, yaitu Helicopter
AH EC 725 dan AH EC 225. Uraian singkat dari dari setiap jenis - jenis super puma MK 2
dijelaskan sebagai berikut :

- AH EC 725 versi militer


Adalah helicopter transportasi taktis jarak jauh dikembangkan dari keluarga Super Puma
Cougar untuk penggunaan militer. Ini adalah helicopter bermesin ganda dan dapat
membawa sampai 29 personil duduk bersama dengan dua crew, tergantung pada
konfigurasi customer. Helicopter dipasarkan untuk transportasi pasukan, evakuasi
korban, dan tim SAR dalam bertugas.

- AH EC 225 versi sipil


Adalah helicopter transport penumpang long range yang dikembangkan oleh Eourocopter
group sebagai generasi berikutnya dalam keluarga sipil Super Puma. Ini adalah
helicopter bermesin ganda dan dapat membawa sampai 24 penumpang berserta 2 crew
dan cabin, tergantung pada konfigurasi customer.

22
2.1 Bagian – Bagian Helicopter AH EC 725
Helicopter AH EC 725 merupakan salah satu produk helicopter yang diproduksi oleh 2
perusahaan penerbangan berbeda yaitu Aerospatiale ( Perancis ) dan PT. DIRGANTARA
INDONESIA ( Indonesian Aerospace / Iae ) atau PT. DI. Indonesia. Kerjasama kedua negara
dimulai sejak tahun 1997 dan pada saat itu PT. DI masih bernama PT. IPTN ( Industri Pesawat
Terbang Nurtanio ). PT. IPTN bertugas membuat fuselage dari helikopter AH EC 725 yaitu
terdiri dari upper assy, lower assy, dan tailboom assy. Berikut ini gambar dan deskripsi
mengenai bagian-bagian dari helicopter AH EC 725.

Gambar 2.1 Major Structure MK 2


List Major Structure MK 2

NO DESCRIPTION NO DESCRIPTION
1. Air intake sliding cowling 16. Loading hacth / cargo door
2. Engine fire wall 17. Cabin, door ,LH and RH

23
3. Engine cowling 18. Cabin floor
4. Firewall 19. Landing gear fairing
5. MGB sliding cowling 20. Foot stop
6. Transmission deck 21. Fuel line protective
Fix cowling tail rotor drive
7. 22. Lower structure
shaft
8. Fairing tail rotor drive shaft 23. Fuel tank compartment
9. Fairing tail gear box 24. Cockpit floor
10. Fairing pylon 25. Control padestal
11. Horizontal stabilizer 26. Radome
12. Tail skid steel 27. Copilots door
13. Fin lower,keel assy 28. Canopy
14. Tailboom structure 29. Cockpit roof
15. Intermediate structure

2.2 Spesifikasi Helicopter

Eurocopter EC 725 Cougar merupakan sejenis helicopter pengangkut jarak jauh yang
mengembangkan Super Puma / cougar untuk kegunaan ketentaraan, Penggunaan militer. Ia
menggunakan mesin pesawat udara ganda dan bisa membawa 29 tempat duduk tim dengan 2 kru,
tergantung pada permintaan pelanggan.

Gambar 2.2 Helicopter AH EC 725

24
Gambar 2.3 Sketsa Helicopter Super Puma MK 2

Spesifikasi

 Crew : 1 atau 2 ( pilot + co-pilot ).


 Kapasitas : 19 penumpang + 1 petugas kabin.
 Panjang : 19,5 m ( 64 ft 0 in ).
 Tinggi : 4,97 m ( 16 ft 4 in) .
 Berat kosong : 5.256 kg ( 11.587 £ ).
 Berat kotor : 11.000 kg ( 24.251 £ ).
 Max berat : 11.200 kg ( 24.692 £ ).
 Powerplant : 2 × Turbomeca M2A1 mesin turboshaft 1.776 kW ( 2.382 hp ).
 Main rotor diameter : 16,2 m ( 53 ft ).
 Main rotor area : 206,15 m 2 ( 2,219 ft ).

25
Prestasi

 Kecepatan maksimum : 275.5 km / h ( 171 mph, 149 kn )


 Kecepatan jelajah : 260.5 km / h ( 162 mph, 141 kn )
 Jangan melebihi kecepatan  : 324 km / h ( 201 mph, 175 kn )
 Range : 857 km ( 533 mil )
 Ferry range : 985 km ( 612 mil )
 Layanan langit-langit : 5.900 m ( 19.357 ft )
 Tingkat panjat : 8,7 m /s ( 1.710 ft / min )

Keterangan

 Meter ( m )
 Kilometer ( km )
 Feet ( ft )
 Kilogram ( kg )
 Pound ( lb )
 Miles per hour ( mph )
 Knot ( kn )
 Hour ( h )

 Bagian dari Helicopter Super Puma MK 2 yang diproduksi oleh PT. DI


Secara garis besar PT. DI bertugas membuat fuselage dari helicopter AH EC 725 dan
AH EC 225 , yaitu terdiri dari :

I. SUB ASSY FUSELAGE


Sub Assy adalah komponen – komponen yang menyusun dari setiap bagian
fuselage. Bagian – bagian dari setiap fuselage tersebut tersusun dari beberapa sub
assy. Susunan dari sub assy yang terdapat pada lower disebut dengan lower
assy.

26
Bagian – bagian dari “Sub Assy Fuselage”:

- Upper
- Lower
- Extention

II. FUSELAGE
Upper

Lower

Extention
Gambar 2.4 Fuselage

Fuselage adalah bagian utama pada helicopter yang berfungsi sebagai tempat
dimana pilot dan penumpang duduk dan berbagai system dalam pesawat juga
disimpan didalam fuselage. Dengan demikian fuselage mempunyai peranan
penting bagi helicopter.

Bagian – bagian dari “Fuselage”:

- Lower
- Upper
- Extention junction
- Extention equipment

27
III. UPPER STRUCTURE

Upper Front Upper Centre

Upper Rear

Gambar 2.5 Upper Structure

Upper adalah salah satu bagian atas dari helicopter super puma MK2. MK yang
artinya Makila yaitu salah satu nama mesin luar negeri. Sebelum MK2, ada MKI.
Perbedaan MK1 dan MK2 salah satunya MK1 memiliki fuselage lebih pendek atau
kecil dari MK2 dan MK1 memiliki tailboom lebih pendek dari MK1.

Bagian – bagian dari “Upper” :

- Upper Rear
- Upper Centre
- Upper Front
- Junction
- Equipment

28
IV. LOWER STRUCTURE

Lower Rear

Gambar 2.6 Lower Structure


Lower Front
Adalah bagian bawah dari fuselage yang ada di helicopter Super Puma MK 2.
Bagian – bagian “lower” :
- Lower Front
- Lower Rear
- Junction
- Equipment

V. TAILBOOM

Tailboom

Tailcone

Support Bearing Pylon

Tail Skid

Keel

29
Gambar 2.7 Tailboom Assy
A. PENGERTIAN TAILBOOM
Tailboom merupakan komponen helicopter yang terletak di bagian belakang badan utama
helicopter yang berfungsi untuk menstabilkan gerak atau manufer helicopter. Dalam pengerjaan
Tailboom pada Super Puma MK 2 dibagi menjadi 3 komponen dan di assembly menjadi satu yaitu
Tailcone Assy, Pylon Assy, Keel Assy, dan Junction Section.

a) Tailcone Assy
Tailcone Assy

Skin Side Assy LH Skin Side Assy RH


Skin Assy Lower

Trans Deck Assy


Frame Assy AT 9900 Support Antena Adf

30
Gambar 2.8 Tailcone Assy
b) Pylon Assy

Pylon Assy

Skin Assy, Fin LH Skin Assy, Fin RH

Floor Assy & Spar Assy

Spar Assy Floor Assy

Gambar 2.9 Pylon Assy

31
c) Keel Assy

Gambar 3.0 Keel Assy


d) Junction Section

Gambar 3.1 Tailcone & Pylon Junction

32
Dalam pengerjaan Tailboom terdapat sub assy. Sub Assy adalah komponen-komponen
yang menyusun dari setiap bagian Tailboom. Bagian–bagian dari setiap tailboom tersebut tersusun
dari beberapa sub assy. Susunan dari sub assy yang terdapat pada tailcone disebut dengan tailcone
assy. Berikut merupakan daftar list sub assy yang ada pada tailcone assy.
List Sub Assy Pylon
No Part Number Description
1 332A 24 0740 0001 RIB ASSY, 140
2 332A 24 0741 0001 RIB ASSY, 455
3 332A 24 0742 0001 RIB ASSY, 770
4 332A 24 0743 0002 RIB ASSY, 1085
5 332A 24 0524 0002 MEMBER ASSY,HRZ N1799-N1915
6 332A 24 0746 0002 MEMBER ASSY,HRZ N1085-N1341
7 332A 24 0747 0003 FLOOR ASSY ( New )
8 332A 24 0540 AP01 REINFORCEMENT UNDER TGB ASSY
9 332A 24 0561 0101 RIB 1 TE ASSY
10 332A 24 0562 0101 RIB 2 TE ASSY
11 332A 24 0563 0202 RIB 3 TE ASSY
12 332A 24 0541 0202 SPAR ASSY
13 332A 24 0571 0002 TAIL ASSY, RIB
14 332A 24 0575 2002 SKIN ASSY, FWD LH
15 332A 24 0575 2202 SKIN ASSY, AFT
16 332A 24 0744 0002 SKIN ASSY FIN LH
17 332A 24 0745 0002 SKIN ASSY FIN RH

Step pengerjaan pada proses assembly dalam perakitan sub assy secara umumnya, yaitu:

a. Setting & Marking, Proses peletakan benda kerja sebelum di assembly pada JIG. (Alat

bantu)

b. Drilling, Proses pelubangan pada part yang akan di assembly.

c. Temporary Fasteners, Proses pengikat sementara setelah dilubangi pada part yang akan di

assembly dan proses pengikat sementara setelah di sealant pada part yang akan di

assembly supaya tidak berubah posisi.

d. Deburing, Proses penghalusan permukaan lubang bekas drilling.

33
e. Sealing, Proses perekatan pada dua permukaan atau lebih part yang akan di assembly.

f. Riveting, Proses perivetan atau penyambungan beberapa part secara permanen pada

proses assembly.

g. Reaming, Proses penghalusan diameter lubang bekas drilling sesuai kebutuhan pada proses

assembly referensi ISO table.

h. Torque, Proses pengencangan bolt supaya tidak bergerak dan terukur kekencangannya.

(Satuannya Ndam)

i. Locking Wire, Proses pengeblokan bolt supaya lebih aman dengan menggunakan lilitan

kawat titanium.

j. Electrical Bounding, Proses penglupasan painting pada part untuk mengahasilkan kontak

pada part berikutnya, menggunakan brush holder.

k. Cleaning, Proses membersihan part atau standart part pada sub assy yang telah selesai di

assembly menggunakan solvent.

1. Persiapan Kerja

Persiapan kerja yang diperlukan yaitu adanya Dokumen Kerja. Dokumen Kerja terdiri dari:

a. Process Sheet, Merupakan bagian dari daftar –daftar material seperti DPM ( Detail Part

Manufacturing ), Standart Part, dan Ingredient yang harus di kerjakan.

b. Technical Sheet, Merupakan bagian dari dokumen kerja yang terdiri dari langkah-langkah

pengerjaan, symbol – symbol, dan drawing.

c. Drawing/Sketch, yaitu bagian dari Technical Sheet yang terdiri dari material yang

digunakan pada proses assembly.

34
2. Kelengkapan Alat Kerja

Berdasarkan Undang – Undang No. 1 Tahun 1920 tentang keselamatan setiap kerja wajib

mematuhi peraturan ini agar dalam setiap aktivitas pekerjaannya terhindar dari kecelakaan. Oleh

sebab itulah perusahaan wajib memfasilitasi keselamatan kerja dengan alat pelindung diri, begitu

pula PT. Dirgantara Indonesia. Adapun fasilitas keselamatan kerja sebagai berikut :

a. Safety Hat

Pekerja diwajibkan menggunakan Safety Hat sebagai pelindung kepala saat bekerja.

Gambar 3.2 Safety Hat

b. Wear pack (Pakaian Kerja)

Setiap pekerja wajib memakai wear pack. Wear pack ini berfungsi untuk

melindungi tubuh para pekerja dari kotoran debu, bubuk besi, sealant dan sebagainya,

wear pack di PT. DIRGANTARA memakai warna biru.

35
Gambar 3.3 Wearpack

c. Goggles

Berfungsi untuk melindungi mata pekerja dari debu dan bram pada saat drilling.

Gambar 3.4 Goggles

d. Ear Plug

Berfungsi untuk melindungi telinga dari kebisingan yang dapat menggangu

pendengaran, seperti saat proses riveting.

36
Gambar 3.5 Ear Plug

e. Masker

Masker ini digunakan pada saat pekerja melakukan pekerjaan yang dapat

mengganggu pernafasan, seperti proses apply sealant dan proses pembersihan part yang

menggunakan cairan kimia yang bernama sokosolv dan aseton.

Gambar 3.6 Masker

f. Safety Gloves (Sarung Tangan Pelindung)

Berfungsi untuk melindungi tangan dari kotoran–kotoran dan benda-benda tajam.

37
Gambar 3.7 Safety Gloves

g. Safety Shoes

Digunakan untuk melindungi kaki dari alat dan benda yang terjatuh tanpa disengaja.

Gambar 3.8 Safety Shoes

3. Kesiapan Kerja

38
Untuk menunjang suatu proses pekerjaan diperlukan kesiapan dari pekerja yang

melaksanakan pekerjaan produksi. Oleh karena itu setiap pekerja diberikan TRAINING khusus:

Skill Matrix. Yang merupakan training yang berisi teori dan praktek guna menunjang syarat

pokok dalam pengerjaan produksi untuk mendapat sertifikat dan License yang dikeluarkan oleh

Quality Assurance. Lisensi ini mempunyai batas waktu antara 3-5 tahun, apabila sudah sampai

batas waktu yang ditentukan harus diperbaharui.

4. Dokumen Kerja

Proses pengerjaan pada tailboom di mulai dengan membuat suatu dokumen kerja yang

menjadi acuan dalam proses pengerjaan. Ada 2 dokumen kerja yang digunakan yaitu : Process

Sheet dan Technical Sheet. Technical Sheet dibuat oleh divisi Planner yang bertanggung jawab

pada rancangan helicopter baik dari rancangan bahan, model, dan instrument yang dipasang pada

helicopter. Pada Technical Sheet terdapat angka – angka yang disebut dengan part number untuk

memudahkan teknisi mengidentifikasi proses yang sedang dikerjakan dan menghindari adanya

kesalahan dalam bekerja.

Contoh :

Technical Sheet T/S : 332A 24 0996 0102

Keterangan :

332A 24 0744 00 02

a. Type helicopter super puma

b. Working group. (tailboom)

c. Drawing number

d. Assy number

39
e. Dash technic

Pada pemasangan sebuah komponen – komponen sub assy pasti tidak jauh dengan namanya

riveting, yaitu penyambungan kompenen sub assy yang secara permanen. Ada beberapa rivet dan

symbol – symbol rivet yang digunakan di Super Puma MK 2 yaitu :

Gambar 3.9 Symbol Of Rivet

40
2. PERAKITAN SKIN ASSY, FIN LH PYLON

Identitas Sub Assy

Part Number : 332A 24 0744 0002

Assy Name : Skin Assy, Fin LH Pylon

Group : Pylon Assy

Gambar 4.0 Skin Assy, Fin LH

41
a. Persiapan sebelum perakitan

1) Process sheet P/S : 332A 24 0744 0002

a) Dpm ( Detail Manufacturing Part )

No Part Number Description Qty Uom


1 332A2407442002 PLATE SKIN LH PM EA
2 332A2405423001 REINF,, DOOR FWD PM EA
3 332A2407444101 REINF,, DOOR CENTER PM EA
4 33OA24206928 REINFORCEMENT 3 EA
5 332A2407432201 DOUBLER AFT, LH (REF ,) 1 EA
6 332A2407412202 DOUBLER AFT, LH 1 EA
7 332A2407402402 DOUBLER FWD, LH (REF ,) 1 EA
8 332A2407402502 SHIM UPPER 1 EA

b) Standart part

No Part Number Description Qty Uom


1 NFL21215DC3207C RIVET. ROUND FLAT HEAD AR EA
2 NFL21215DC3206J RIVET AR EA
C) Ingredient
3 NFL212117DC2406J RIVET, 100-CSK HEAD 44 EA
4 ASN52350CBD050N ANCHOR
No NUT
Part Number 16 EA
Description Qty Uom
1 ECS2339-50 SEALANT AR EA
2 ECS2066-2280 PAINT DARK BEIGE AR EA
2) Technical Sheet T/S : 332A 24 0744 000

b. Alat – alat yang digunakan pada perakitan Skin Assy, Fin LH

42
1) Jig

Merupakan alat yang membantu pemasangan pada assy part.

2) Drill gun

Merupakan alat drilling dan pembongkaran ke suatu plat yang menghasilkan

lubang berbentuk bulat.

43
3) Angle Drill

Merupakan alat drilling dan pembongkaran ke suatu plat yang menghasilkan lubang
berbentuk bulat.

44
4) Rivet Gun

Alat untuk menembak dan memperkencang rivet secara permanen.

5) Rivet Set
Rivet Set adalah alat yang digunakan dalam proses riveting.

6) Box Rivet
Merupakan bahan yang berbentuk menyerupai paku yang berfungsi sebagai
penguat dan penyambung antara dua permukaan benda.

45
7) Bucking Bar

Suatu alat yang selalu berdampingan dengan rivet gun yang berfungsi untuk

menahan tekanan dari berlawanan arah.

8) Temporary Fastener

Suatu alat yang berbentuk batang atau tabung dengan ujungnya sebagai pengikat

berfungsi untuk mengikat atau mengunci dua permukaan benda yang berlubang.

46
a. Temporary fastener gun

b. Temporary fastener plier

47
9) Plier Fastener

Alat ini digunakan sebagai pembantu, agar mempermudah untuk pemasangan

fastener.

10) Gun Cleco

Merupakan suatu alat bantu umtuk mempermudah temporary fastener agar bisa

mengikat atau mengunci dua permukaan benda yang berlubang .

48
11) Cutting Rivet
Alat ini berfungsi untu memotong shank rivet. dalam cutting rivet ini terdapat
berbagai macam lubang sesuai dengan diameter rivet yang akan dipotong. Alat ini
mempunyai semacam ukuran yang dapat diatur dengan panjang rivet yang
dibutuhkan.

c. Riveting
Rivet adalah sebuah perangkat untuk mengencangkan dua buah lembaran logam.
Rivet terbentuk silinder kecil dengan kepala yang dibentuk sesuai dengan
kebutuhannya. Kepala bagian atas rivet dipukul berulang-ulang menggunakan rivet
gun yang biasanya bertenaga pneumatic, sedangkan bagian bawahnya ditahan dengan
menggunakan bucking bar.
Dan pada pemasangan sebuah komponen – komponen Lower pasti tidak jauh
dengan namanya riveting. Ada beberapa rivet dan symbol – symbol rivet yang
digunakan di Super Puma MK II, sebagai berikut :

49
( Gambar 2. Symbol Rivet )

Type Rivet

Solid Rivet Blind Rivet


( Rivet Biasa ) ( Rivet Cherry )

1. Material Rivet
Material yang diguanakan untuk kebanyakan aircraft solid rivet adalah
panduan alumunium. Kekuatan dan temper. Condition pada rivet dengan material
paduan alumunium dapat diketahui dengan angka dan huruf jenis material yang
biasanya dipakai adalah :
• 1100 (bahan sangat lunak)
• 2117T
• 2017T dan 2024T (Refrigerated)

50
Rivet 1100 dibuat dari 99,45% alumunium murni. Rivet jenis ini sangat
lunal, dan biasanya digunakan untuk merivet lembaran alumunium yang lunak juga
seperti tipe 1100, 3003, dan 5052 yang digunakan sebagai bagian non-struktual
pesawat yang tidak membutuhkan kekuatan sebagai faktor utama.
Rivet 2117T dikenal sebagai “field rivet”, yang sering digunakan untuk
merivet struktur yang terbuat dari paduan alumunium. Rivet 2117T dibutuhkan secara
luas karena pada jenis ini dapat digunakan pada berbagai kondisi tanpa harus
dilakukan heat treatment terlebih dahulu. Rivet jenis ini juga memiliki ketahanan
korosi yang tinggi.
Rivet 2017T dan 2024T digunakan pada struktur berbahan paduan alumunium yang
membutuhkan kekuatan lebih besar. Rivet tersebut dikenal sebagai “ice box rivet”
karena setelah dipanaskan perlu disimpan dilemari pendingin sebelum digunakan
kembali. Sebelum digunakan kembali, rivet 2017T harus didiamkan selama 1 jam
setelah dikeluarkan dari lemari pendingin, sedangan rivet 2024T selama 10-20 menit.
2. Indikasi Rivet
Tanda yang terdapat pada kepala rivet digunakan untuk mengklasifikasi karakteristik
rivet tersebut. Tanda-tanda tersebut berupa:
• Titik timbul
• Sebuah titik cekung
• Dua buah titik cekung
Perbedaan tanda pada kepala rivet tersebut mengindikasikan perbedaan komposisi
material pembentuk rivet tersebut.
2.1 Roundhead rivet
Rivet dengan kepala bundar (roundhead rivet) biasanya untuk bagian
interior pesawat. Roundhead rivet memiliki permukaan atas yang bundar dan
dalam. Kepala rivet jenis ini cukup besar untuk memperkuat lembaran-lembaran
logam di sekitar lubang dan juga memiliki ketahanan terhadap beban tarik.

51
2.2 Flathead rivet
Rivet dengan kepala datar (flathead rivet) digunakan ketika kekuatan
maksimum dibutuhkan dan jarak antara rivet tidak mencukupi apabila
menggunakan roundhead rivet.
2.3 Brazer head rivet
Brazer head rivet memiliki kepala yang berdiameter besar, membuatnya
lebih mudah untuk diaplikasikan pada lembaran logam yang tipis. Brazer head rivet
memiliki bentuk yang cukup aerodinamis sehingga sering digunakan untuk mrivet
bagian permukaan skin pesawat, terutama pada bagian rear fuselage (bagian
belakang pesawat) dan empenage (ekor pesawat).
2.4 Universal head rivet
Universal head rivet merupakan kombinasi dar roundhead, flat head,
dan brazier head. Rivet jenis ini digunakan pada kontruksi pesawat terbang dan
perbaikan pada bagian luar dan dalam pesawat terbang. Rivet ini dapat digunakan
sebagai pengganti untuk rivet jenis roundhead, flathead, dan brazer head.
2.5 Countersunk head rivet
Countersunk head rivet memiliki permukaan atas yang rata namun semakin terus
kebawah, pada saat mengaplikasikannya epl rvet tidak menonjol keluar lubang
sehingga rata dengan permukaan skin pesawat dan menjadikan permukaan yang
lebih smooth dibandingan dengan jenis rivet lainnya. Sudut ketirusan pda rivet
jenis ini bervariasi mulai dari 78 hingga 120, tapi yang memiliki sudut 100 yang
paling banyak digunakan. Countersunk head rivet sering kali digunakan untuk
permukaan eksterior pesawat terbang karena rivet ini tidak banyak menimbulkan
gaya hambat dan turbulensi ketika terkena aliran udara.

d. Proses Assembly Skin Assy, Fin Lh


Proses Assembly :
1) Menyiapkan dokumen yang terdiri dari Proces Sheet dan Technical Sheet.
2) Cek semua kelengkapan barang yang di assembly termasuk Part dan Standar Part.
3) Penomoran atau pengidentifikasian barang part agar mempermudah proses setting.

52
4) Setelah semua barang telah teridentifikasi lanjut di cek Quality.
5) Setelah dicek dan di approve oleh QA, barang tersebut ditempelkan sementara
menggunakan Clecko 2,5 mm pada lubang Q Holes yang sudah tersedia.
6) Lalu pengecekan kembali kepada QA.
7) Apabila posisi barang-barang tersebut telah disetujui olej QA lakukanlah :
a. Pasangkan skin dengan part no ____________ pada zig dengan part no
___________
b. Lakukan drilling 2,5 mm referensi dari lubang stringer pada bagian atas stringer
yang tidak terhalangi oleh plange stringer.
c. Setelah selesai semua drilling 2,5 mm diatas stringer lepaskan stringer dari tool
dengan part no ___________ untuk drill bagian bawah stringer yang terhalangi
plange.
d. Setelah semua stringer terlubangi lakukan marking terhadap lubang yang tidak
akan di drill 3,2 mm karena ada proses assy selanjutnya, referensi TS.
e. Lakukan drilling 2,5 mm pada reinforcement dan angle.
8) Setelah proses drilling selesai, lepaskan stringer dari skin lalu keluarkan dan lakukan
proses deburing dan cutting bila di perlukan, referensi TS.
9) Setelah di deburing, lakukan penghamplasan pada permukaan stringer yang akan di
sealant, lalu setelah di hamplas lap dengan menggunakan majun dan socosovl.
10) Lakukan proses sealant referensi TS.
11) Lakukan proses riveting, referensi TS. Supaya rivet 3,2 mm mudah masuk lakukan
drilling 3,3 mm.
12) Lakukan setting anchor nut diameter 4
a. Drill pada diameter 4 untuk menjadi patokan pada drilling tool anchor nut.
b. Lakukan drill 2,5 mm untuk lubang rivet anchor nut.
c. Lakukan CSK pada lubang 2,5 mm.
d. Lakukan proses riveting pada anchor nut sebelum proses rivet, lapisi anchor nut
oleh galpanix
13) Lakukan Setting Pada Angle Stiffener
a. Claim stiffener pada stringer dan fastener pada Q hole yang telah disediakan.
b. Lakukan drilling 2,5 mm dari stiffener.
c. Drill dari Stiffener ke stringer menggunakan angle drill. Pastikan stiffener dan
stringer berada pada posisi yang rata.
d. Lakukan marking yang akan di drill 3,2 mm.
e. Lakukan drilling 3,2 mm sesuai tanda, referensi TS.
f. Keluarkan stiffener dan lakukan proses deburing untuk semua lubang.
g. Lakukan proses sealant.

53
h. Lakukan proses riveting dari stringer ke stiffener, menggunakan coneho atau
sisquizer berikut dengan stringer dan stiffener selanjutnya.
14) Lakukan proses metalisasi dengan diameter 60 mm di area anchor nut menggunakan tool
abrasive.
15) Lakukan drilling menggunakan hole shaw diameter 24 pada skin. Setelah di drill lakukan
penghamplasan supaya permukaannya halus.
16) Lakukan proses metalisasi pada cover dengan diameter 15 mm menggunakan metalisasi
abrasive.

Setelah itu lakukan / Final stepment :

a. Setting reinforcement dengan menggunakan clecko 2,5 mm pada Q hole yang


telah disediakan.
b. Lakukan drilling 2,5 mm dari reinforcement dor ke skin dan stringer.
c. Setelah semua di drill 2,5 mm marking lubang yang tidak akan di drill 3,2 mm
karena ada proses assembly selanjutnya, referensi TS.
d. Lalu drill 3,2 mm sesuai tanda.
e. Setelah semua di drill 3,2 mm lanjut marking untuk proses cutting mengikuti edge
margin agar tidak terlalu besar dan rivet yang kontak pada reinforcement.
f. Lepaskan barang dari skin dan lakukan proses deburing dan cutting, referensi dari
edge margin diameter rivet 3,2 mm yaitu 7 mm berikut yang sudah demarking
karena reinforcement kontak pada yang lain.
g. Setelah selesai proses cutting, lanjut ke proses penghalusan dengan menggunakan
kikir dan hamplas.
h. Setelah selesai lakukan proses Sealant untuk reinforcement tersebut.
i. Lakukan proses riveting.
j. Setelah selesai proses riveting lakukan pemasangan anchor nut menggunakan
drilling tool yag tersedia.
k. Pelubangan anchor nut referensi dari Ts.
l. Drill diameter 5,2 mm untuk menjadi patokan pada drilling tool anchor nut.
m. Lakukan bor 2,5 mm untuk lubang rivet anchor nut.
n. Lakukan CSK pada lubang 2,5 mm.
o. Lakukan proses riveting pada anchor nut sebelum proses rivet, lapisi anchor nut
oelh galpanix
p. Proses assembly selesai.
q. Preses assembly selesai lakukan proses cleaning dengan menggunakan socosovl,
majun, dan spatula.
r. Setelah cleaning cek QA.

54
s. Apabila ada complain dari QA lakukan proses repairing.
t. Setelah proses repairing verifikasi kembali ke QA, untuk memastikan barang yang
sudah di assembly dengan kondisi yang baik dan sesuai dengan referensi TS dan
Standar IFMA.

55
56

Anda mungkin juga menyukai