PENDAHULUAN
1. Rasional
seutuhnya pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, demokratis, menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia, menguasai ilmu
pengetahuan teknologi dan seni, memiliki kesehatan jasmani dan rohani, memiliki
kepribadian yang mantap, mandiri dan kreatif, memiliki keterampilan hidup yang
berharkat dan bermartabat serta memiliki tanggung jawab yang mampu mewujudkan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah salah satu model pendidikan yang
efektif mendekati kesesuaian antara supply dan demand ketenagakerjaan, bagi siswa
SMK, Praktik Kerja Lapangan yang bertujuan untuk mengetahui lebih dini dari
lingkungan kerja sesuai dengan bidangnya, tidak hanya kompetensi yang dibutuhkan,
tetapi juga social skill bagaimana berinteraksi dengan sesama teman, rekan kerja,
disekolah.
1
2. Landasan Hukum Praktik Kerja Lapangan
menengah kejuruan sesuai dengan ketentuan pada Undang-undang No.20 tahun 2003
Kebudayaan Republik Indonesia No.22 tahun 2006 tentang Standar isi serta Salinan
tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan yang
a.) Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui dua jalur yaitu jalur pendidikan
sekolah, dan jalur pendidikan luar sekolah. (UUSPN, Bab IV, Pasal 10 ayat (1).
b.) Pengadaan dan pendayagunaan sumber daya pendidikan dilakukan oleh pemerintah,
masyarakat dan keluarga peserta didik (UUSPN : Bab VIII pasal 33).
industri Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang tidak dapat
2
dipelajari di sekolah bisa didapatkan/dipelajari siswa dari kegiatan Praktik Kerja
Lapangan (PKL).
Untuk mencapai tujuan yang tidak mudah dicapai begitu saja, maka sistem
harus menguasai berbagai kemampuan dan keterampilan dasar, serta harus memiliki
wawasan ilmu pengetahuan yang luas dalam bidang penerbangan, salah satu cara
yang ditempuh oleh pihak sekolah dengan menyelenggarakan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) ini dilaksanakan untuk menambah keterampilan siswa dalam setiap praktik dan
Dalam menjajaki dunia kerja dan menerapkan apa–apa yang telah didapat
dari sekolah pada dunia kerja, sehingga bila terjun ke dunia industri tidak mendapat
3
a.) Meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan kejuruan melalui orientasi Institusi
Pasangan (IP).
b.) Menghasilkan tamatan yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan etos kerja
c.) Menghasilkan tamatan yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
d.) Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian
dunia industri, dilakukan dalam prinsip saling membantu, saling mengisi dan saling
Kerja Lapangan memberikan keuntungan nyata bagi Industri Sekolah dan peserta
didik.
(1) Perusahaan dapat mengenal jelas kualitas peserta didik yang belajar dan bekerja
di perusahaannya, jika perusahaan itu menilai orang tersebut dapat menjadi aset,
maka dapat direkrut menjadi tenaga kerja perusahaan tersebut. Kalau tidak, bisa
4
(2) Pada umumnya, peserta didik telah mengikuti proses produksi secara aktif,
sehingga pada batas – batas tertentu selama masa pendidikan, peserta didik
(3) Selama proses pendidikan melalui kerja di industri, peserta didik lebih mudah
diatur dalam hal disiplin berupa kepatuhan terhadap perusahaan. Karena itu,
(4) Perusahaan dapat memberi tugas kepada peserta didik untuk mencari ilmu
(5) Memberi keputusan bagi dunia usaha dan industri diakui ikut serta menemukan
(1) Tujuan pendidikan untuk memberi keahlian professional bagi peserta didik,
dengan kebutuhan lapangan kerja (sesuai dengan prinsip link and match).
tamatannya lebih terjamin dan memperoleh bekal yang bermakna baik untuk
(1) Hasil belajar peserta didik akan lebih bermakna karena setelah tamat akan dapat
5
(2) “Lead Time” untuk mencapai keahlian profesional menjadi lebih singkat. Setelah
tamat sekolah dengan prakerin, tidak memerlukan waktu latihan lanjutan lagi
(3) Keahlian profesional yang diperoleh dari prakerin dapat mengangkat harga diri
dan rasa percaya diri tamatan, yang selanjutnya akan mendorong mereka untuk
1. Latar Belakang
Latar belakang dalam penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini
yaitu diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Nasional dan
Ujian Akhir Sekolah. Laporan ini juga bisa sebagai bukti bahwa siswa tersebut telah
melakukan program Praktik Kerja Lapangan (PKL). Laporan ini harus dipertanggung
jawabkan dihadapan pembimbing di sekolah pada saat sidang agar sekolah yakin apa
Pembuatan laporan yang merupakan karya tulis adalah kewajiban bagi setiap
siswa SMK Negeri 12 Bandung yang telah melaksanakan PKL. Pembuatan laporan ini
bertujuan:
6
b) Mengumpulkan data guna kepentingan sekolah dan siswa.
Untuk mendapatkan data yang benar dan akurat dalam pembuatan laporan ini,
a) Metode ke perpustakaan, yaitu mencari bahan – bahan dari berbagai buku sebagai
referensi.
b) Metode wawancara, yaitu dengan bertanya langsung, konsultasi, diskusi dengan para
A. Halaman Judul
D. Kata Pengantar
E. Daftar Isi
F. Daftar Gambar
G. Daftar Lampiran
7
BAB I : PENDAHULUAN
1. Rasional
1. Latar Belakang
3. PT Dirgantara Indonesia
4. Kerjasama Internasional
7.
8
BAB II : URAIAN KHUSUS
1. Tailboom
2. Pengertian Tailboom
3. Prinsip kerja
B. Persiapan kerja
C. Keselamatan Kerja
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran – saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
9
D. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Direktur Utma Garuda) dan Nurtanio Pringgo Adisuryo pada tahun 1946 di Magetan,
dibuatlah bengkel pesawat disebuah bengkel kecil yang dikenal dengan nama seksi
percobaan yang ada dibawah pengawasan Komando Depot Perawatan Mayor Udara
10
Nurtanio. Berkat pimpinan Mayor Nurtanio, mereka mampu merencanakan serta
makin tumbuh pula kesadaran akan pentingnya pernerbangan baik dalam masa damai
maupun dalam keadaan perang. Untuk itu pada tanggal 16 Desember 1961 dibentuk
21 Maret 1966 karena kecelakaan Pesawat Terbang yang terjadi ditengah Kota
Pada masa kegiatan itu LIPNUR hanya memiliki 500 personil, kemudian
perseroan PT IPTN.
Maka secara resmi PT. IPTN dalam percaturan Industri Kawasan Produksi II,
III, IV. Pengembangan personil dimulai daengan hanya 500 karyawan pada tahun
1976, dan 900 karyawan pada tahun 1983 dan akhir tahun 1990 sampai tanggal 1997
sudah mencapai kurang lebih 16.000 karyawan sejak tahun 2003 dan sampai
sekarang jumlah karyawan kurang lebih 4.500 orang dengan kualifikasi tertentu. Hal
11
ini penting artinya dalam hubungan terbuka secara luas lapangan kerja teknologi
relatif besar ini melalui program program pendidikan dan latihan terarah didalam
PT. IPTN memiliki pusat pendidikan dan pelatihan untuk teknisi muda,
yang menaruh perhatian masyarakat luas baik Nasional maupun Internasional. Tahun
pembuatan komponen pesawat terbang Boeing 767 dan 737 dengan lanjut yang
Kini memasuki dasawarsa kedua PT. IPTN tidak hanya mempertahankan dan
mulai mengarah kepada upaya bisnis industri pesawat terbang yang sesungguhnya. Hal
ini dibuktikan dengan dikembangkannya suatu produk baru pesawat dengan nama N-
Internasional (NSI) yang bergerak dalam perangkat lunak komputer, persahaan yang
wilayah Amerika sejak tahun 1992 yang dulu, PT. IPTN memiliki Bruanch Office
Selama 24 tahun PT. IPTN telah berkembang dengan pesat, untuk itu guna
memperluas bidang usahanya di berbagai jenis bidang maka PT. IPTN dirubah
menjadi PT. Dirgantara Indonesia pada tahun 2000 oleh Presiden Abdurrahman Wahid,
dengan nama yang baru PT .Dirgantara Indonesia tidak dikhususkan hanya dalam
pembuatan pesawat terbang saja tetapi usaha-usaha lain, akan tetapi sekarang ini
a.Direktorat Integration
b. Direktorat Aerostructure
mendukung pesawat yang ada di Divisi Sistem Persenjataan (Div. Sista) dan
disamping itu telah membangun klinik dan hotel. Dengan demikian diharapkan
a. Visi :
Menjadi perusahaan kelas dunia dalam industri dirgantara yang berbasis pada
penguasaan teknologi tinggi dan mampu bersaing dalam pasar global, dengan
b. Misi :
1) Menjalankan usaha dengan selalu berorientasi pada aspek dan bisnis komersil
dan dapat menghasilkan produk dan jasa yang memiliki keunggulan biaya.
kepentingan komersial dan milliter dan juga untuk aplikasi di luar industri
Dirgantara.
14
3. PT Dirgantara Indonesia
militer, dan juga misi khusus. Pesawat tersebut adalah NC-212, CN-235, NBO-
versi, dapat lepas landas dan mendarat dalam jarak pendek, serta mampu
beroperasi pada landasan rumput, tanah dan lain-lain (Unpaved Run Way).
dapat digunakan dalam berbagai misi, dapat lepas landas dan mendarat dalam
jarak pendek, serta mampu beroperasi pada landasan rumput, tanah dan lain-lain
memiliki prioritas rancangan yang rendah resiko, keaman yang tinggi, biaya
15
b. Direktorat Aerostructure
sheet metal dan welding, composite dan bounding centre, jig dan tool shop,
meliputi :
Assembly)
yang baru.
dan offshet untuk Boeing, Airbus Industries, BAe sistem, Korean Airlines
pembaharuan interior maintanance dan overhaul. Mulai tahun 2004 Aircraft Service
16
Maintenance BOEING 737-200 dan BOEING 737-Series sudah mendapatkan AMO
e. Dilengkapi dengan peralatan perancangan dan analisi yang canggih fasilitas uji
berteknologi tinggi, serta tenaga ahli yang berlisensi dan berpengalaman Standar
berteknologi tinggi, serta tenaga ahli yang berlisensi dan berpengalaman standar
h. Bisnis utama Satuan Usaha Defence terdiri dari produk-produk militer, perawatan,
perbaikan, pengujian badan kalibrasi baik secara mekanik maupun elektrik dengan
tingkat akurasi yang tinggi, integrasi alat-alat perang, produksi beragam sistem
17
4. Kerjasama Internasional
Berikut ini adalah daftar kerjasama PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dengan dunia
penerbangan Internasional :
235 (1979).
Super Puma.
m. PT DI – Turbomecca.
n. PT DI – Alison (Amerika).
o. PT DI – Rolls Royce.
18
p. PT DI – Lt coming (Amerika).
q. PT DI – Prat & Whitney (Amerika) perawatan dan pembuatan part engine PT-6.
u. PT DI – Lukas Aerospace.
propeller.
w. PT DI – Lockhed (Amerika).
Sejak PT. IPTN dirubah menjadi PT. Dirgantara Indonesia pada tahun 2000 oleh
peningkatan disiplin dan tata tertib yang dikeluarkan pada tanggal 22 januari 1981:
jawab.
i. Tepat waktu.
20
Arti Logo Diatas adalah :
d. Bulatan diantara ketiga sayap tersebut menunjukkan bola dunia yang mengartikan
di Dunia.
21
BAB II
URAIAN KHUSUS
SKIN ASSY PYLON, FIN LH TAILBOOM
332A 24 0744 0002
1. DASAR TEORI
Super Puma MK 2
Eurocopter AS332 Super Puma adalah helikopter sipil dan militer yang dibuat oleh
Eurocopter. Merupakan versi Aérospatiale Puma yang diperbesar dan dipermesinkan
kembali yang pertama kali terbang pada tahun 1978, dengan kabin penumpang yang
besar.
Jenis – jenis Helicopter Super Puma MK 2
Ada dua jenis helicopter Super Puma MK 2. Jika dilihat dari fungsinya, yaitu Helicopter
AH EC 725 dan AH EC 225. Uraian singkat dari dari setiap jenis - jenis super puma MK 2
dijelaskan sebagai berikut :
22
2.1 Bagian – Bagian Helicopter AH EC 725
Helicopter AH EC 725 merupakan salah satu produk helicopter yang diproduksi oleh 2
perusahaan penerbangan berbeda yaitu Aerospatiale ( Perancis ) dan PT. DIRGANTARA
INDONESIA ( Indonesian Aerospace / Iae ) atau PT. DI. Indonesia. Kerjasama kedua negara
dimulai sejak tahun 1997 dan pada saat itu PT. DI masih bernama PT. IPTN ( Industri Pesawat
Terbang Nurtanio ). PT. IPTN bertugas membuat fuselage dari helikopter AH EC 725 yaitu
terdiri dari upper assy, lower assy, dan tailboom assy. Berikut ini gambar dan deskripsi
mengenai bagian-bagian dari helicopter AH EC 725.
NO DESCRIPTION NO DESCRIPTION
1. Air intake sliding cowling 16. Loading hacth / cargo door
2. Engine fire wall 17. Cabin, door ,LH and RH
23
3. Engine cowling 18. Cabin floor
4. Firewall 19. Landing gear fairing
5. MGB sliding cowling 20. Foot stop
6. Transmission deck 21. Fuel line protective
Fix cowling tail rotor drive
7. 22. Lower structure
shaft
8. Fairing tail rotor drive shaft 23. Fuel tank compartment
9. Fairing tail gear box 24. Cockpit floor
10. Fairing pylon 25. Control padestal
11. Horizontal stabilizer 26. Radome
12. Tail skid steel 27. Copilots door
13. Fin lower,keel assy 28. Canopy
14. Tailboom structure 29. Cockpit roof
15. Intermediate structure
Eurocopter EC 725 Cougar merupakan sejenis helicopter pengangkut jarak jauh yang
mengembangkan Super Puma / cougar untuk kegunaan ketentaraan, Penggunaan militer. Ia
menggunakan mesin pesawat udara ganda dan bisa membawa 29 tempat duduk tim dengan 2 kru,
tergantung pada permintaan pelanggan.
24
Gambar 2.3 Sketsa Helicopter Super Puma MK 2
Spesifikasi
25
Prestasi
Keterangan
Meter ( m )
Kilometer ( km )
Feet ( ft )
Kilogram ( kg )
Pound ( lb )
Miles per hour ( mph )
Knot ( kn )
Hour ( h )
26
Bagian – bagian dari “Sub Assy Fuselage”:
- Upper
- Lower
- Extention
II. FUSELAGE
Upper
Lower
Extention
Gambar 2.4 Fuselage
Fuselage adalah bagian utama pada helicopter yang berfungsi sebagai tempat
dimana pilot dan penumpang duduk dan berbagai system dalam pesawat juga
disimpan didalam fuselage. Dengan demikian fuselage mempunyai peranan
penting bagi helicopter.
- Lower
- Upper
- Extention junction
- Extention equipment
27
III. UPPER STRUCTURE
Upper Rear
Upper adalah salah satu bagian atas dari helicopter super puma MK2. MK yang
artinya Makila yaitu salah satu nama mesin luar negeri. Sebelum MK2, ada MKI.
Perbedaan MK1 dan MK2 salah satunya MK1 memiliki fuselage lebih pendek atau
kecil dari MK2 dan MK1 memiliki tailboom lebih pendek dari MK1.
- Upper Rear
- Upper Centre
- Upper Front
- Junction
- Equipment
28
IV. LOWER STRUCTURE
Lower Rear
V. TAILBOOM
Tailboom
Tailcone
Tail Skid
Keel
29
Gambar 2.7 Tailboom Assy
A. PENGERTIAN TAILBOOM
Tailboom merupakan komponen helicopter yang terletak di bagian belakang badan utama
helicopter yang berfungsi untuk menstabilkan gerak atau manufer helicopter. Dalam pengerjaan
Tailboom pada Super Puma MK 2 dibagi menjadi 3 komponen dan di assembly menjadi satu yaitu
Tailcone Assy, Pylon Assy, Keel Assy, dan Junction Section.
a) Tailcone Assy
Tailcone Assy
30
Gambar 2.8 Tailcone Assy
b) Pylon Assy
Pylon Assy
31
c) Keel Assy
32
Dalam pengerjaan Tailboom terdapat sub assy. Sub Assy adalah komponen-komponen
yang menyusun dari setiap bagian Tailboom. Bagian–bagian dari setiap tailboom tersebut tersusun
dari beberapa sub assy. Susunan dari sub assy yang terdapat pada tailcone disebut dengan tailcone
assy. Berikut merupakan daftar list sub assy yang ada pada tailcone assy.
List Sub Assy Pylon
No Part Number Description
1 332A 24 0740 0001 RIB ASSY, 140
2 332A 24 0741 0001 RIB ASSY, 455
3 332A 24 0742 0001 RIB ASSY, 770
4 332A 24 0743 0002 RIB ASSY, 1085
5 332A 24 0524 0002 MEMBER ASSY,HRZ N1799-N1915
6 332A 24 0746 0002 MEMBER ASSY,HRZ N1085-N1341
7 332A 24 0747 0003 FLOOR ASSY ( New )
8 332A 24 0540 AP01 REINFORCEMENT UNDER TGB ASSY
9 332A 24 0561 0101 RIB 1 TE ASSY
10 332A 24 0562 0101 RIB 2 TE ASSY
11 332A 24 0563 0202 RIB 3 TE ASSY
12 332A 24 0541 0202 SPAR ASSY
13 332A 24 0571 0002 TAIL ASSY, RIB
14 332A 24 0575 2002 SKIN ASSY, FWD LH
15 332A 24 0575 2202 SKIN ASSY, AFT
16 332A 24 0744 0002 SKIN ASSY FIN LH
17 332A 24 0745 0002 SKIN ASSY FIN RH
Step pengerjaan pada proses assembly dalam perakitan sub assy secara umumnya, yaitu:
a. Setting & Marking, Proses peletakan benda kerja sebelum di assembly pada JIG. (Alat
bantu)
c. Temporary Fasteners, Proses pengikat sementara setelah dilubangi pada part yang akan di
assembly dan proses pengikat sementara setelah di sealant pada part yang akan di
33
e. Sealing, Proses perekatan pada dua permukaan atau lebih part yang akan di assembly.
f. Riveting, Proses perivetan atau penyambungan beberapa part secara permanen pada
proses assembly.
g. Reaming, Proses penghalusan diameter lubang bekas drilling sesuai kebutuhan pada proses
h. Torque, Proses pengencangan bolt supaya tidak bergerak dan terukur kekencangannya.
(Satuannya Ndam)
i. Locking Wire, Proses pengeblokan bolt supaya lebih aman dengan menggunakan lilitan
kawat titanium.
j. Electrical Bounding, Proses penglupasan painting pada part untuk mengahasilkan kontak
k. Cleaning, Proses membersihan part atau standart part pada sub assy yang telah selesai di
1. Persiapan Kerja
Persiapan kerja yang diperlukan yaitu adanya Dokumen Kerja. Dokumen Kerja terdiri dari:
a. Process Sheet, Merupakan bagian dari daftar –daftar material seperti DPM ( Detail Part
b. Technical Sheet, Merupakan bagian dari dokumen kerja yang terdiri dari langkah-langkah
c. Drawing/Sketch, yaitu bagian dari Technical Sheet yang terdiri dari material yang
34
2. Kelengkapan Alat Kerja
Berdasarkan Undang – Undang No. 1 Tahun 1920 tentang keselamatan setiap kerja wajib
mematuhi peraturan ini agar dalam setiap aktivitas pekerjaannya terhindar dari kecelakaan. Oleh
sebab itulah perusahaan wajib memfasilitasi keselamatan kerja dengan alat pelindung diri, begitu
pula PT. Dirgantara Indonesia. Adapun fasilitas keselamatan kerja sebagai berikut :
a. Safety Hat
Pekerja diwajibkan menggunakan Safety Hat sebagai pelindung kepala saat bekerja.
Setiap pekerja wajib memakai wear pack. Wear pack ini berfungsi untuk
melindungi tubuh para pekerja dari kotoran debu, bubuk besi, sealant dan sebagainya,
35
Gambar 3.3 Wearpack
c. Goggles
Berfungsi untuk melindungi mata pekerja dari debu dan bram pada saat drilling.
d. Ear Plug
36
Gambar 3.5 Ear Plug
e. Masker
Masker ini digunakan pada saat pekerja melakukan pekerjaan yang dapat
mengganggu pernafasan, seperti proses apply sealant dan proses pembersihan part yang
37
Gambar 3.7 Safety Gloves
g. Safety Shoes
Digunakan untuk melindungi kaki dari alat dan benda yang terjatuh tanpa disengaja.
3. Kesiapan Kerja
38
Untuk menunjang suatu proses pekerjaan diperlukan kesiapan dari pekerja yang
melaksanakan pekerjaan produksi. Oleh karena itu setiap pekerja diberikan TRAINING khusus:
Skill Matrix. Yang merupakan training yang berisi teori dan praktek guna menunjang syarat
pokok dalam pengerjaan produksi untuk mendapat sertifikat dan License yang dikeluarkan oleh
Quality Assurance. Lisensi ini mempunyai batas waktu antara 3-5 tahun, apabila sudah sampai
4. Dokumen Kerja
Proses pengerjaan pada tailboom di mulai dengan membuat suatu dokumen kerja yang
menjadi acuan dalam proses pengerjaan. Ada 2 dokumen kerja yang digunakan yaitu : Process
Sheet dan Technical Sheet. Technical Sheet dibuat oleh divisi Planner yang bertanggung jawab
pada rancangan helicopter baik dari rancangan bahan, model, dan instrument yang dipasang pada
helicopter. Pada Technical Sheet terdapat angka – angka yang disebut dengan part number untuk
memudahkan teknisi mengidentifikasi proses yang sedang dikerjakan dan menghindari adanya
Contoh :
Keterangan :
332A 24 0744 00 02
c. Drawing number
d. Assy number
39
e. Dash technic
Pada pemasangan sebuah komponen – komponen sub assy pasti tidak jauh dengan namanya
riveting, yaitu penyambungan kompenen sub assy yang secara permanen. Ada beberapa rivet dan
40
2. PERAKITAN SKIN ASSY, FIN LH PYLON
41
a. Persiapan sebelum perakitan
b) Standart part
42
1) Jig
2) Drill gun
43
3) Angle Drill
Merupakan alat drilling dan pembongkaran ke suatu plat yang menghasilkan lubang
berbentuk bulat.
44
4) Rivet Gun
5) Rivet Set
Rivet Set adalah alat yang digunakan dalam proses riveting.
6) Box Rivet
Merupakan bahan yang berbentuk menyerupai paku yang berfungsi sebagai
penguat dan penyambung antara dua permukaan benda.
45
7) Bucking Bar
Suatu alat yang selalu berdampingan dengan rivet gun yang berfungsi untuk
8) Temporary Fastener
Suatu alat yang berbentuk batang atau tabung dengan ujungnya sebagai pengikat
berfungsi untuk mengikat atau mengunci dua permukaan benda yang berlubang.
46
a. Temporary fastener gun
47
9) Plier Fastener
fastener.
Merupakan suatu alat bantu umtuk mempermudah temporary fastener agar bisa
48
11) Cutting Rivet
Alat ini berfungsi untu memotong shank rivet. dalam cutting rivet ini terdapat
berbagai macam lubang sesuai dengan diameter rivet yang akan dipotong. Alat ini
mempunyai semacam ukuran yang dapat diatur dengan panjang rivet yang
dibutuhkan.
c. Riveting
Rivet adalah sebuah perangkat untuk mengencangkan dua buah lembaran logam.
Rivet terbentuk silinder kecil dengan kepala yang dibentuk sesuai dengan
kebutuhannya. Kepala bagian atas rivet dipukul berulang-ulang menggunakan rivet
gun yang biasanya bertenaga pneumatic, sedangkan bagian bawahnya ditahan dengan
menggunakan bucking bar.
Dan pada pemasangan sebuah komponen – komponen Lower pasti tidak jauh
dengan namanya riveting. Ada beberapa rivet dan symbol – symbol rivet yang
digunakan di Super Puma MK II, sebagai berikut :
49
( Gambar 2. Symbol Rivet )
Type Rivet
1. Material Rivet
Material yang diguanakan untuk kebanyakan aircraft solid rivet adalah
panduan alumunium. Kekuatan dan temper. Condition pada rivet dengan material
paduan alumunium dapat diketahui dengan angka dan huruf jenis material yang
biasanya dipakai adalah :
• 1100 (bahan sangat lunak)
• 2117T
• 2017T dan 2024T (Refrigerated)
50
Rivet 1100 dibuat dari 99,45% alumunium murni. Rivet jenis ini sangat
lunal, dan biasanya digunakan untuk merivet lembaran alumunium yang lunak juga
seperti tipe 1100, 3003, dan 5052 yang digunakan sebagai bagian non-struktual
pesawat yang tidak membutuhkan kekuatan sebagai faktor utama.
Rivet 2117T dikenal sebagai “field rivet”, yang sering digunakan untuk
merivet struktur yang terbuat dari paduan alumunium. Rivet 2117T dibutuhkan secara
luas karena pada jenis ini dapat digunakan pada berbagai kondisi tanpa harus
dilakukan heat treatment terlebih dahulu. Rivet jenis ini juga memiliki ketahanan
korosi yang tinggi.
Rivet 2017T dan 2024T digunakan pada struktur berbahan paduan alumunium yang
membutuhkan kekuatan lebih besar. Rivet tersebut dikenal sebagai “ice box rivet”
karena setelah dipanaskan perlu disimpan dilemari pendingin sebelum digunakan
kembali. Sebelum digunakan kembali, rivet 2017T harus didiamkan selama 1 jam
setelah dikeluarkan dari lemari pendingin, sedangan rivet 2024T selama 10-20 menit.
2. Indikasi Rivet
Tanda yang terdapat pada kepala rivet digunakan untuk mengklasifikasi karakteristik
rivet tersebut. Tanda-tanda tersebut berupa:
• Titik timbul
• Sebuah titik cekung
• Dua buah titik cekung
Perbedaan tanda pada kepala rivet tersebut mengindikasikan perbedaan komposisi
material pembentuk rivet tersebut.
2.1 Roundhead rivet
Rivet dengan kepala bundar (roundhead rivet) biasanya untuk bagian
interior pesawat. Roundhead rivet memiliki permukaan atas yang bundar dan
dalam. Kepala rivet jenis ini cukup besar untuk memperkuat lembaran-lembaran
logam di sekitar lubang dan juga memiliki ketahanan terhadap beban tarik.
51
2.2 Flathead rivet
Rivet dengan kepala datar (flathead rivet) digunakan ketika kekuatan
maksimum dibutuhkan dan jarak antara rivet tidak mencukupi apabila
menggunakan roundhead rivet.
2.3 Brazer head rivet
Brazer head rivet memiliki kepala yang berdiameter besar, membuatnya
lebih mudah untuk diaplikasikan pada lembaran logam yang tipis. Brazer head rivet
memiliki bentuk yang cukup aerodinamis sehingga sering digunakan untuk mrivet
bagian permukaan skin pesawat, terutama pada bagian rear fuselage (bagian
belakang pesawat) dan empenage (ekor pesawat).
2.4 Universal head rivet
Universal head rivet merupakan kombinasi dar roundhead, flat head,
dan brazier head. Rivet jenis ini digunakan pada kontruksi pesawat terbang dan
perbaikan pada bagian luar dan dalam pesawat terbang. Rivet ini dapat digunakan
sebagai pengganti untuk rivet jenis roundhead, flathead, dan brazer head.
2.5 Countersunk head rivet
Countersunk head rivet memiliki permukaan atas yang rata namun semakin terus
kebawah, pada saat mengaplikasikannya epl rvet tidak menonjol keluar lubang
sehingga rata dengan permukaan skin pesawat dan menjadikan permukaan yang
lebih smooth dibandingan dengan jenis rivet lainnya. Sudut ketirusan pda rivet
jenis ini bervariasi mulai dari 78 hingga 120, tapi yang memiliki sudut 100 yang
paling banyak digunakan. Countersunk head rivet sering kali digunakan untuk
permukaan eksterior pesawat terbang karena rivet ini tidak banyak menimbulkan
gaya hambat dan turbulensi ketika terkena aliran udara.
52
4) Setelah semua barang telah teridentifikasi lanjut di cek Quality.
5) Setelah dicek dan di approve oleh QA, barang tersebut ditempelkan sementara
menggunakan Clecko 2,5 mm pada lubang Q Holes yang sudah tersedia.
6) Lalu pengecekan kembali kepada QA.
7) Apabila posisi barang-barang tersebut telah disetujui olej QA lakukanlah :
a. Pasangkan skin dengan part no ____________ pada zig dengan part no
___________
b. Lakukan drilling 2,5 mm referensi dari lubang stringer pada bagian atas stringer
yang tidak terhalangi oleh plange stringer.
c. Setelah selesai semua drilling 2,5 mm diatas stringer lepaskan stringer dari tool
dengan part no ___________ untuk drill bagian bawah stringer yang terhalangi
plange.
d. Setelah semua stringer terlubangi lakukan marking terhadap lubang yang tidak
akan di drill 3,2 mm karena ada proses assy selanjutnya, referensi TS.
e. Lakukan drilling 2,5 mm pada reinforcement dan angle.
8) Setelah proses drilling selesai, lepaskan stringer dari skin lalu keluarkan dan lakukan
proses deburing dan cutting bila di perlukan, referensi TS.
9) Setelah di deburing, lakukan penghamplasan pada permukaan stringer yang akan di
sealant, lalu setelah di hamplas lap dengan menggunakan majun dan socosovl.
10) Lakukan proses sealant referensi TS.
11) Lakukan proses riveting, referensi TS. Supaya rivet 3,2 mm mudah masuk lakukan
drilling 3,3 mm.
12) Lakukan setting anchor nut diameter 4
a. Drill pada diameter 4 untuk menjadi patokan pada drilling tool anchor nut.
b. Lakukan drill 2,5 mm untuk lubang rivet anchor nut.
c. Lakukan CSK pada lubang 2,5 mm.
d. Lakukan proses riveting pada anchor nut sebelum proses rivet, lapisi anchor nut
oleh galpanix
13) Lakukan Setting Pada Angle Stiffener
a. Claim stiffener pada stringer dan fastener pada Q hole yang telah disediakan.
b. Lakukan drilling 2,5 mm dari stiffener.
c. Drill dari Stiffener ke stringer menggunakan angle drill. Pastikan stiffener dan
stringer berada pada posisi yang rata.
d. Lakukan marking yang akan di drill 3,2 mm.
e. Lakukan drilling 3,2 mm sesuai tanda, referensi TS.
f. Keluarkan stiffener dan lakukan proses deburing untuk semua lubang.
g. Lakukan proses sealant.
53
h. Lakukan proses riveting dari stringer ke stiffener, menggunakan coneho atau
sisquizer berikut dengan stringer dan stiffener selanjutnya.
14) Lakukan proses metalisasi dengan diameter 60 mm di area anchor nut menggunakan tool
abrasive.
15) Lakukan drilling menggunakan hole shaw diameter 24 pada skin. Setelah di drill lakukan
penghamplasan supaya permukaannya halus.
16) Lakukan proses metalisasi pada cover dengan diameter 15 mm menggunakan metalisasi
abrasive.
54
s. Apabila ada complain dari QA lakukan proses repairing.
t. Setelah proses repairing verifikasi kembali ke QA, untuk memastikan barang yang
sudah di assembly dengan kondisi yang baik dan sesuai dengan referensi TS dan
Standar IFMA.
55
56