Anda di halaman 1dari 23

1

Kepemimpinan Dalam Perspektif


(Tinjauan Teoritis Tentang Tipe dan Gaya Kepemimpinan)
Oleh : Nurahadi
ABSTRAK
“Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah-lembut terhada
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauh diri dari sekelilingmu. Kerena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampu bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepadaNya.
(QS. Ali ‘imron: 159).

Kata-kata Kunci:Pemimpin, Gaya, Tipe

Tulisan ini mengetengahkan berbagai pandangan tentang kepemimpinan,


baik mengenai ruang lingkup, teori, tipe-tipe, gaya, model kepemimpinan, maupun
factor-faktor yang mempengaruhinya.
Berbagai pandangan tentang kepemimpinan sebagaimana yang menjadi
bahasan dalam tulisan ini mengindikasikan bahwa ruang lingkup, teori, tipe, gaya
dan model kepemimpinan mempunyai cakupan yang sangat luas dan kompleks.
Luas dan kompleksitas cakupan tentang kepemimpinan tersebut membawa
konsekwensi lahirnya pemandangan yang beragam dari berbagai kalangan.
Meskipun demikian, keberagaman pandangan tentang kepemimpinan
tersebut bukan berarti berbeda sama sekali antara satu dengan lainnya melainkan
terdapat kesamaan pemahanan mengenai maksud dari kepemimpinan itu, yaitu
kesamaan dalam mensifati akan seni dan kemampuan untuk mempengaruhi
“bawahan”.
Hal ini dapat dimaklumi bahwa, perbedaan pandangan tersebut banyak factor
yang mempengaruhinya.Begitupun dalam implementasinya, seorang pemimpin
dalam melaksanakan kepemimpinannya juga dipengaruhi oleh banyak faktor,
seperti faktor perseptual, personal, situasional dan objek. Sehingga lahirnya
kepemimpinan dengan berbagai tipe, gaya dan modelnya berimplikasi terhadap
organisasi dan orang-orang yang dipimpinya secara beraneka ragam pula.
2

A. Pendahuluan
Pemimpin merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam
suatu organisasi, dan merupakan salah satu fungsi manajemen, yaitu
leading.1Bahkan dalam Islam, pemimpin merupakan suatu keharusan dalam suatu
kelompok orang. Sebagaimana sabda Nabi SAW.:

‫إذاﺧﺮج ﺛﻼﺛﺔ ﻓﻲ ﺳﻔﺮ ﻓﻠﯿﺆﻣﺮوا ﻋﻠﯿﮭﻢ اﺣﺪھﻢ‬...‫ﻻﯾﺤﻞﻟﺜﻼﺛﺔﻧﻔﺮﯾﻜﯚﻧﻮنﺑﺎرضﺑﻔﻻةاﻻأﻣﺮواﻋﻠﳞﻢأﺣﺪھﻢ‬

Artinya: “Tidaklah halal bagi tiga orang yang berkumpul, kecuali mereka
bermusyawarah menjadikan salah satunya sebagai pemimpin”, “jika tiga orang
keluar dalam suatu perjalanan, maka hendaklah bermusyawarah menjadikan salah
satunya sebagai pemimpin.2”
Sebagai salah satu komponen dalam organisasi, pemimpin menempati posisi
sebagai penanggungjawab perilaku organisasi. Karena itu, ia mempunyai peranan
yang sangat penting dan menentukan. Bahkan keberhasilan suatu organisasi sangat
tergantung pada pemimpin, terutama dalam manajemen sumber daya manusia.3
Efektif tidaknya usaha mencapai tujuan organisasi, tergantung bagaimana
pemimpin itu menjalankan tugas kepemimpinannya. Mengingat pentingnya
peranan pemimpin dalam suatu organisasi, maka ia harus memahami dan
menyadari posisinya tersebut. Dengan demikian, ia akan mengetahui apa yang
harus dilakukan dan bagaimana pola terbaik dalam menjalankan tugas
kepemimpinannya.
Dalam ilmu yang mempelajari dinamika kelompok (group dynamics), dikenal
ada dua tipe kelompok (organisasi), yaitu organisasi formal dan organisasi
informal4. Baik organisasi formal maupun informal , keduanya menghendaki
adanya pemimpin. Dalam hal ini, biasanya pemimpin terbagi dua golongan besar,
yaitu: Pertama, pemimpin administrative (administrative leader), yaitu golongan
pemimpin yang menentukan kebijakan umum, yaitu biasa disebut manajer puncak

1
Andrew J. Dubrin berpendapat bahwa fungsi manajemen ada lima, yaitu planning and decision
making, organizing, leading and controlling. Lihat dalam buku Esseintial of Management, Ohio:
South Westrn, 1990, hlm. 5
2
Abu Hajar Muhammad Said, Athraf al-Hadits al-Nabawi al-Syarif, (jilid 7), Bairut; Darul Kutub
al-Ilmiah, tt, hlm.308
3
Michael Amstrong, A Hand Book of Human Resource Management,(terj.), Jakarta: Gramedia,
1994
4
Ricky W. Griffin, Organizational Behaviour, Boston, Houghton Mifflin Company, 1986
3

(top manager) pada eselon tertinggi; Kedua, pemimpin pelaksana (operative


leader), yaitu golongan pemimpin yang langsung berhadapan dengan kegiatan
organisasi, yang merupakan pelaksana dari kebijakan yang dibuat oleh pemimpin
administratif.5
Pemimpin dalam organisasi formal, biasanya disebut manajer, yang dalam
pelaksanaan tugasnya lebih bersifat manajerial.Seorang manajer dalam usahanya
mencapai tujuan organisasi, di samping harus melaksanakan tugas-tugas
manajerial, juga harus menjalankan tugas-tugas kepemimpinan dalam berbagai tipe
kepemimpinan, terutama dalam usaha mempengaruhi bawahannya dalam usaha
mencapai tujuan organisasi.

B. Ruang Lingkup Kepemimpinan


1. Pengertian
Secara etimologi, pemimpin dan kepemimpinan berasal dari akar kata
“pimpim” yang dalam bahasa Inggris to lead, maka dengan konjunggasi
berubah menjadi pemimpim (leader, dan kepemimpinan (leadership). Kata
“to lead” mengandung beberapa arti, seperti: mempelopori, berjalan di
muka, menuntun, membimbing, mendorong, mengambil langkah (prakarsa)
pertama, bergerak lebih awal, berbuat lebih dulu, member contoh
menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya.6
Menurut al-Qur’an kata “pemimpin” identik dengan khalifah atau imam.
Kata “khalifah” adalah bentuk tunggal, dan terulang dua kali dalam al-Qur’an,
yaitu dalam surah Al-Baqarah ayat 30 dan surah Shad ayat 26, sebagai berikut:



7
(٣٠:‫ )اﻟﺒﻘﺮه‬
30. ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan

5
Muchtar Effendi, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, Jakarta: Bhranata,
1996
6
K. Permadi, Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Manajemen, Jakarta: Rineka Cipta, 1996.
7
Anonim, Al-Qur’an dan Terjemahan, Jakarta: Departemen Agama: 1982/1983, hlm. 13
4

Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak


kamu ketahui."



8
(٢٦:‫)ص‬
26. Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa)
di muka bumi, Maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil
dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan
mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.

Kata khalifah mempunyai dua bentuk plural yang digunakan al-Qur’an,


yaitu kata khalaif dan khulafa’.Kata khalaif terulang sebanyak empat kali, yaitu
pada surah al-An’am ayat 165, surah Yunus ayat 14 dan 73, dan surah Fathir
ayat 39, sebagaimana berikut:




165. dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan
Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa
derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.
Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q. S. Al-An’am :165)9


14. kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka
bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu
berbuat.(Q.S. Yunus: 14)10




73. lalu mereka mendustakan Nuh, Maka Kami selamatkan Dia dan orang-
orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami jadikan mereka itu
pemegang kekuasaan dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan

8
Ibid, hlm. 736
9
Ibid, hlm. 217
10
Ibid, hlm. 307
5

ayat-ayat kami. Maka perhatikanlah bagaimana kesesudahan orang-orang yang


diberi peringatan itu.(Q. S. Yunus: 73)11




39. Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi.
Barangsiapa yang kafir, Maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya
sendiri.dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan
menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang
kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka.(Q.S.
Faathir: 39)12

Adapun kata khulafa’ terulang dalam al-Qur’an sebanyak tiga kali, yaitu
pada surah al-A’raf ayat 69 dan 74, serta dalam surah an-Naml ayat 62,
sebagaimana berikut:




69. Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu
peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk
memberi peringatan kepadamu? dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu
Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah
lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan
perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah
supaya kamu mendapat keberuntungan. (Q.S. Al-A’raaf: 69)13




74. dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikam kamu pengganti-
pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum 'Aad dan memberikan tempat bagimu
di bumi. kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu
pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; Maka ingatlah nikmat-nikmat
Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan. (Q.S.
Al-A’raaf: 74)14

11
Ibid, hlm. 318
12
Ibid, hlm.
13
Ibid, hlm.232
14
Ibid, hlm.233
6




62. atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan
apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang
menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi[1104]? Apakah
disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu
mengingati(Nya).(Q.S. Al-Naml: 62)15

Keseluruhan kata tersebut berakar dari kata khulafa’ yang pada mulanya
berarti “ di belakang”. Dari sini, kata khalifah sering kali diartikan sebagai
“pengganti” (karena yang menggantikan selalu berada atau datang di belakang,
sesudah yang digantikan). Tidak dapat disangkal oleh para mufasir bahwa
bentuk kata tersebut (khalifah, khalaif, dan khulafa’) masing-masing
mempunyai kontek makna tersendiri, yang sedikit atau banyak berbeda dengan
yang lain. Dalam hal ini, Quraish Shihab menafsirkan bahwa kata khalifah
digunakan dalam al-Qur’an untuk siapa yang diberi”kekuasaan mengelola
wilayah”, baik luas maupun terbatas.16
Al-Tabrasyi dikutip oleh Quraish Shihab dalam “Membumikan”al-Qur’an
mengemukakan bahwa “imam” mempunyai makna yang sama dengan
“khalifah”. Hanya saja, kata “imam” digunakan untuk “keteladanan”, karena ia
terambil dari kata yang mengandung arti “depan” yang berbeda dengan kata
“khalifah” yang terambil dari kata “belakang”.17
Adapun kata “ imam”, menurut Quraish Shihab, terulang dalam al-Qur’an
sebanyak tujuh kali dengan makna yang berbeda-beda. Namun, keseluruhannya
bertumpu pada arti “sesuatu yang dituju dan atau diteladani”, yaitu: 1) “imam”
berarti pemimpin kebijakan, terdapat dalam surah al-Baqarah ayat 124, dan
surah Furqan ayat 74; 2) berarti kitab amalan manusia, pada surah al-Isra’ ayat
71; 3) berarti al-Lawh al-Mahfuzh, pada surah Yasin ayat 12; 4) berarti Taurat
pada surah Hud ayat 17 dan surah al-Ahqaf ayat 12; 5) berarti jalan yang jelas,
pada surah al-Hijr ayat 79.18

15
Ibid, hlm. 601
16
Quraish Shihab, “Membumikan” al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1996
17
Ibid.
18
Ibid.
7

Dari makna-makna di atas, terlihat bahwa hanya dua ayat yang dapat
dijadikan rujukan dalam persoalan ini yaitu surah al-Baqarah ayat 124 dan
surah alFurqan ayat 74, yaitu:




124. dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa
kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman:
"Sesungguhnya aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim
berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-
Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".19


74. dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada
Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami),
dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.20

Secara istilah, yang dimaksud pemimpin adalah seseorang yang memimpin


dan mengarahkan orang lain sehingga orang-orang yang dipimpin itu
mematuhinya dengan sukarela.21Dalam hal ini, pemimpin merupakan suatu
tingkatan di dalam manajemen yang melakukan fungsi-fungsi pembentukan,
perencanaan, pengaturan, pendorong, system hubungan dan pengendalian, dan
kehendak untuk memimpin dan memberikan pengarahan kepada
bawahannya.22
Mengacu pada pengertian pemimpin yang diambil dari kata khalifah dan
atau imam, dapat dipahami bahwa yang dimaksud pemimpin adalah orang yang
mampu menggantikan (melakukan seperti) yang digantikan (dalam hal ini
adalah Nabi menggantikan Allah), yang mampu menjadi tumpuan, tempat
mengadu dan sumber keteladanan bagi orang-orang yang dipimpinnya.
Dalam suatu organisasi, baik formal maupun nonformal, biasanya
pemimpin terbagi dalam dua golongan besar, yatu: Pertama, pemimpin

19
Anonim, Op.cit., hlm.32
20
Ibid.,hlm. 569
21
Muchtar Effendi, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, Jakarta: Bhranata,
1996
22
Adam Indra Wijaya, Perilaku Organisasi, Bandung: Sinar Baru, 1989.
8

administratif (administrative leader), yaitu golongan pemimpin yang


menentukan kebijakan umum, yang biasa disebut dengan manajer puncak pada
eselon tertinggi; Kedua, pemimpin pelaksana (operative leader), yaitu
golongan pemimpin yang langsung berhadapan dengan kegiatan organisasi,
yang merupakan pelaksana dari kebijakan yang dibuat oleh pemimpin
administratif.23
Adapun istilah kepemimpinan, banyak diartikan oleh para ahli, antara lain
sebagai berikut:
a. Griffin berpendapat bahwa kepemimpinan dapat didefenisikan baik sebagai
“proses” maupun “properti”. Sebagai proses, kepemimpinan adalah
mempengaruhi anggota kelompok tanpa paksaan untuk mengarahkan dan
mengordinir aktivitas-aktivitasnya dalam rangka mencapai tujuan. Sebagai
properti, kepemimpinan adalah suatu set karakter yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin untuk mencapai suatu kesuksesan dalam mempengaruhi
anggota kelompoknya.24
b. Menurut Lipham, kepemimpinan adalah perilaku seseorang yang
berinisiatif untuk memperoleh struktur baru dalam berinteraksi pada suatu
system social, baik mengenai tujuan, sasaran, konfigurasi, prosedur-
prosedur, input, proses, dan output pada system social tersebut.25
c. Gary Yukl menampilkan pengertian kepemimpinan yang dihimpun oleh
para peneliti selama 50 tahun, dengan istilah perangai, perilaku,
mempengaruhi, pola-pola interaksi, dan kedudukan pada suatu posisi
administratif. Karena itu, kepemimpinan dapat dipandang sebagai suatu
proses mempengaruhi yang terjadi secara alami di dalam sebuah system
sosial dan terbagi di antara anggotanya.26
d. Turney berpendapat bahwa kepemimpinan adalah suatu proses kelompok
yang dilakukan oleh seseorang dalam mengelola dan menginspirasikan

23
Muchtar Effendi, Op.Cit.
24
Ricky W. Griffin, Organizational Behaviour, Amerika Serikat: Hougton Miflin Company, 1986.
25
Lipham, The Principalship: Fundations and Fungtions, London: Harper and Row, 1974
26
Gary Yukl, Leadership in Organizations, New York: New Jersey, 1998.
9

sejumlah pekerja untuk mencapai tujuan organisasi melalui aplikasi teknik-


teknik manajemen.27
e. Altman berpendapat bahwa kepemimpinana adalah proses mempengaruhi
orang untuk mengarahkan usaha-usahanya kea rah pencapaian beberapa
tujuan khusus.28
f. Hendiyat Soetopo berpendapat bahwa kepemimpinan adalah suatu kegiatan
dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapai
tujuan dari kelompok itu, yaitu tujuan bersama.29
g. Jack Ducan berpendapat bahwa kepemimpinan merupakan seni (art) atau
proses mempengaruhi orang sehingga cita-cita yang mereka inginkan
dengan kemauan dan antusias guna mencapai tujuan-tujuan kelompok.30
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
adalah suatu proses melalui sikap, tingkah laku, usaha-usaha kreatif dan inisiatif
untuk mempengaruhi orang lain secara alami guna mencapai tujuan bersama.

2. Kedudukan Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam suatu organisasi masyarakat, memiliki kedudukan
yang berbeda-beda ditinjau dari sudut pandang tertentu.Abercrombie
berpendapat sebagaimana yang dikutip oleh M.M Billah, bahwa dalam bidang
psikologi sosial, kepemimpinan sangat sering diperlakukan dalam analisis
tentang kelompok-kelompok kecil; sedangkan dalam bidang sosiologi,
leadership didefenisikan sebagai latihan mengenai pengaruh dan kekuasaan
dalam perkumpulan sosial. Dalam bidang manajemen, leadership is the process
of influencing the activities of individual or group in efforts toward goal
achievement in agiven situation ( proses aktivitas mempengaruhi individu atau
kelompok dalam usaha mencapai tujuan.)31
Dengan demikian, proses kepemimpinan merupakan fungsi-fungsi yang
melibatkan pemimpin, pengikut, dan variable-variabel situasi lain. Hal ini

27
C. Turney, dkk, The School Manager, Australia; Allen and Unwin, 1992.
28
Altman, Organizational Behaviour: Theori and Practice,Florida, Academik Press, 1985
29
Hendiyat Soetopo, Kepemipinan dan Supervisi Pendidikan, Malang: Bina Aksara, 1982.
30
Jack Ducan, Organizational Behaviour, Boston: Hougton Company, 1981.
31
M.M Billah, dkk,Demokrasi dan Otonomi, Citra Grafika, 2000
10

seperti dikemukan oleh Hersey dan Banchard, bahwa the leadership process is
a function of a leader, the follower, and other situation variables (L=l,f,s). 32
Setiap pemimpin memiliki pandangan pemikiran yang berbeda-beda
dalam menentukan langkah-langkah kebijakan untuk mempengaruhi orang lain
yang dipimpinnya. Bagaimana pandangan pemikiran pemimpin dimaksud,
dijelaskan Everett M. Roger sebagai individu-individu yang memimpin dalam
mempengaruhi pandangan lain mengenai inovasi-inovasi. Perilaku pandangan
pemimpin adalah penting dalam menentukan ukuran seberapa besar adopsi
mengenai inovasi-inovasi dalam sebuah sistem sosial.33

3. Karakteristik Kepemimpinan
Seperti telah dikemukan bahwa keberadaan pemimpin sangat besar
peranannya dalam mempengaruhi mekanisme organisasi dalam upaya
mencapai tujuan.Tujuan organisasi dapat dicapai dengan baik dan efektif
apabila dipimpin oleh seseorang yang memiliki karakteristik yang baik dan
berkualitas. Ada beberapa karakter yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin,
antara lain dikemukan oleh Soewarno Handayaningrat sebagai berikut:
a. Syarat-syarat minimal
 Watak yang baik
 Intelegensia yang tinggi
 Kesiapan lahir dan batin
b. Syarat-sarat lain yang perlu
 Sadar akan tanggung jawab
 Mempunyai sifat kepemimpinan yang menonjol
 Membimbing dirinya dengan asas-asas dan prinsip-prinsip
kepemimpinan
 Melaksanakan kegiatan-kegiatan dengan penuh tanggung jawab
 Mengenal dan memahami bawahannya.34

32
Ibid.
33
Everett M Roger, Diffusion of Innovation,New York: The Free Press, 1983
34
Soewarno Handayaningrat, Pengantar Ilmu Administrasi dan Manajemen, Jakarta: Mas Agung,
1988
11

Sejalan dengan itu, Mar’at menyatakan bahwa syarat-syarat seorang


pemimpin adalah:
a. Keadaan fisik yang kondisional
b. Kecerdasan yang tinggi
c. Kepercayaan diri yang tinggi
d. Penyesuaian diri
e. Kemampuan yang meliputi inisiatif dan ambisi
f. Meneliti kepribadian dengan penuh optimis
g. Memiliki sifat-sifat situasional, yaitu kemampuan berpartisipasi sosial
dalam situasi apapun.35
4. Prinsip Dasar Kepemimpinan
Menurut al-Suyuti, sikap dan perilaku pemimpin terhadap masyarakat
harus mengutamakan kemaslahatan. Kaidah ini bersumber dari pendapat Imam
Syafi’i yang mengatakan:
36

‫ﻣﻨﺰﻟﺔ اﻹﻣﺎم ﻣﻦ اﻟﺮﻋﯿﺔ ﻣﻨﺰﻟﺔ اﻟﻮﻟﻲ ﻣﻦ اﻟﯿﺘﯿﻢ‬

Yaitu bahwa kedudukan pemimpin terhaap rakyatnya tak ubahnya


kedudukan seorang wali (orang tua asuh) terhadap anak yatim, yaitu
membimbing dengan keteladanan, melindungi dengan kemampuan, dan
mendidik dengan pengetahuannya.
Dalam falsafah pendidikan yang dikemukakan oleh seorang tokoh
pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantoro dikenal dengan ungkapan “Ing
ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani” (bila di
depan member keteladanan, di tengah -masyarakatnya- dia memprakarsai, dan
di belakang dia memberikan motivasi).
Selanjutnya al-Suyuti mengemukakan pendapat al-Mawardi, bahwa-
sanya tidak boleh bagi seseorang di antara orang yang mengurus suatu urusan
itu memilih pemimpin yang fasiq dalam shalatnya.Dan jika membolehkan
sholat di belakangnya, berarti perbuatan itu makruh.Lebih lanjut al-Suyuti
mengutip al-Sabki bahwa sesungguhnya tugas pemimpin itu adalah membagi
35
Mar’at, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: Rineka Cipta, 1989.
36
Al-Suyuti, Al-Asybah wa al-Nadhair. Arab: Darul Kutub, 911 H.Hal.233
12

habis, yaitu membagi dengan adil. Menurutnya sebagian dari tanda-tanda adil
itu adalah mendahulukan yang lebih membutuhkan dan memberikan hak yang
sama terhadap orang yang memiliki hak yang sama.37

C. Teori Kepemimpinan
1. Teori Kontingensi
Teori kontingensi ini dipelopori dan dikembangkan oleh Fred Fiedler
(1967).Ia mencoba memadukan antara personalitas pemimpin dan
kompleksitas situasi. Teori ini menjelaskan bahwa efektivitas maupun
keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh bagaimana ia mampu
mengaplikasikan pola kepemimpinan yang adaptif terhadap situasi.38Artinya,
dalam menjalankan kepemimpinannya seseorang pemimpin boleh jadi efektif
pada suatu situasi tertentu, tetapi tidak efektif pada situasi organisasi yang lain.
Dengan demikian, suatu pola atau gaya kepemimpinan akan efektif apabila
diterapkan pada situasi yang tepat.
Fiedler mulai melakukan penelitiannya mengenai hubungan pekerja dan
sikap pemimpin pada organisasi. Untuk mengukur sikap ini, Fiedler dan
assosiasinya mengembangkan skala yang diarahkan kepada kerja sama pekerja
yang paling sedikit (Least Preferred Coworker scale/LPC). Skala ini mengukur
tingkatan tugas dan orientasi orang terhadap pemimpin dengan menyebar
pertanyaan.Walaupun kemudian teori Fiedler ini dikritik orang karena sulit
dibuktikan dilapangan dank arena kompleknya situasi.39
Winardi menyebut teori ini dengan teori situasi. Ia berpendapat bahwa
dalam kepemimpinan harus terdapat cukup banyak fleksibilitas untuk
menyesuaikan diri dengan situasi, karena itu kepemimpinan harus bersifat
multidemensi.40Berkenaan dengan itu, Timpe berpendapat bahwa efektif
tidaknya gaya kepemimpinan tergantung pada tiga factor situasional. Pertama,
hubungan bpemimpin dengan anggota (terbuka dan percaya atau bertahan dan
bermusuhan). Kedua, susunan tugas (rutinitas pekerjaan itu sendiri versus

37
Ibid.
38
Ricky W. Griffin, Op.cit.
39
Altman, Op.cit.
40
Winardi, Kepemimpinan dalam Manajemen, Jakarta: Rineka Cipta, 1990
13

kerumitan dan variasinya). Ketiga, kekuasaan kedudukan (derajat kekuasaan


pemimpin yang sebenarnya.41
2. Teori Path-Gool
Teori ini dikembangkan oleh Martin Evans dan Robert House pada tahun
1970. Teori ini menawarkan adanya kemungkinan bagi pemimpin untuk
beradaptasi dengan situasi yang berdasarkan pada toeri pengharapan dan
motivasi, yang menyatakan bahwa motivasi seseorang tergantung pada
harapannya akan imbalan dan nilai serta memusatkan kepada pemimpin
sebagai sumber imbalan.42
Teori ini mengidentifikasikan empat jenis perilaku pemimpin. Pertama,
directive leadership yaitu pemimpin membiarkan bawahan mengetahui apa
yang diharapkan mereka, memberikan pedoman khusus seperti bagaimana
menyelesaikan tugas-tugas, yaitu jadual kerja untuk dikerjakan, dan
memelihara batasan standar performan bagi bawahan. Kedua, supportive
leadership yaitu pemimpin yang bersahabat dan mengetahui tentang status, dan
terutama kebutuhan-kebutuhan bawahan. Ketiga,participative leader yaitu
pemimpin membimbing bawahan tentang isu-isu dan menerima saran mereka
ke dalam pertimbangan-pertimbangan pengambilan keputusan. Keempat,
achievement-oriented leadership yaitu pemimpin meletakkan tujuan-tujuan
yang menantang, yaitu mengharapkan bawahan untuk perform pada tingkat
tertinggi, dan mengetahui tingkat kepercayaan yang tinggi bahwa para
bawahan akan melanjutkan usaha dan menyelesaikan tujuan-tujuan.43
Turney berkomentar bahwa pemimpin dalam teori ini harus
memperhatikan tujuan personal para pekerja di samping mereka bekerja untuk
mencapai tujuan organisasi, seperti motivasi, kepuasan, dan pelaksanaan kerja
bawahan.44 Teori ini juga menjelaskan bahwa pemimpin yang efektif adalah
pemimpin yang mampu mendefinikan tujuan-tujuan yang ingin dicapai secara
jelas, mengenal dan mengidentifikasikan kelompoknya yang dituangkan dalam
tujuan, dan mengatasi segala rintangan yang dapaat menghambat tercapainya

41
Timpe, Seri Ilmu dan Seni Manajemen Bisnis Kepemimpinan, Jakarta: Gramedia Asri Media,
1993
42
Ricky W. Griffin, Op.cit.
43
Ricky W. Griffin, Op.cit.
44
Turney, Op.cit.
14

tujuan. Semua usaha di arahkan kepada kesempatan memperoleh kepuasan


personal pekerja dalam rangka mencapai tujuan. Dalam hal ini pemimpin
adalah membantu bawahan untuk menjelaskan tujuan dan bagaimana mencapai
tujuan tersebut.45
Faktor-faktor situasional yang mempengaruhi perilaku pemimpin
menurut teori ini adalah the personal characteristics of the subordinates
(karakteristik personal bawahan), dan characteristics of
environment(karakteristik lingkungan). The personal characteristics of the
subordinatesmeliputi dua hal. Pertama, locus of control (kedudukan control)
yang mengarah pada luasnya atribut (sifat) individual yang terjadi pada
perilaku mereka sendiri atau pada sebab-sebab eksternal.Kedua, perceived
ability (kemampuan yang diamati) yaitu karakteristik yang harus memiliki
persepsi individu mengenai kemampuannya dengan respek terhadap pekerjaan.
Adapun environmental characteristics, meliputi dua hal penting yaitu: task
structure (struktur pekerjaan), authority system (system kekuasaan), dan work
group (kelompok kerja).46
3. Teori Vroom-Yetton
Teori vroom yetton dikembangkan oleh Victor Vroom dan Philip Yetton
tahun 1973. Model ini menawarkan bagaimana menempatkan suatu gaya
kepemimpinan yang sesuai dengan situasi. Dengan demikian, seorang
pemimpin dapat menerapkan beberapa gaya kepemimpinan yang berbeda
dalam sebuah organisasinya,.Moeel ini menekankan pada aspek tunggal yang
terjadi antara perilaku pemimpin dan partisipasi bawahan dalam mengambil
keputusan.47
Dalam model ini, kelihatan bahwa karakteristik situasi turut
mempengaruhi partisipasi bawahan dalam mengambil keputusan yang
dituangkan dalam beberapa tingkatan. Menurut Griffin, masing-masing
tingkatan itu bias diterapkan apabila telah melalui proses seperti evaluasi
terhadap masalah, kemudian menentukan tingkat mana yang layak untuk

45
Keith Devis, Educational, Management and Participation, Singapore: Allyn and Bacon, tt
46
Ricky W. Griffin, Loc.cit.
47
Ibid.
15

digunakan. Dengan demikian tidak ada satupun proses pengambilan keputusan


yang sesuai dengan situasi.
Abu Sujak dalam bukunya Kepemimpinan Manajer, menegaskan bahwa
persoalan yang terjadi dalam teori ini memiliki tujuh sifat yang saling
berkaitan. Pertama, adanya tuntutan terhadap kualitas suatu keputusan.Kedua,
adanya kondisi yang menyediakan informasi yang cukup.Ketiga, adanya
tuntutan yang berkaitan dengan tingkat kompleksitas / terstrukturnya suatu
masalah.Keempat, tingkatan sampai sejauh mana komitmen bawahan, dituntut
demi efektifnya pelaksanaan suatu keputusan. Kelima, adanya kemungkinan
bahwa keputusan yang ditetapkan oleh pimpinan seorang diri akan diterima
oleh bawahan. Keenam, adanya tuntutan terhadap aktivitas dan motivasi yang
ada pada bawahan akan menentukan keberhasilan pemecahan masalah.
Ketujuh, tingkatan situasi di mana bawahan terlibat dalam konplik yang
berkaitan dengan usaha pencari alternative terbaik bagi terpecahnya suatu
keputusan.48
Teori Vroom-Yetton ini menampilkan lima gaya kepemimpinan, yang
disimbolkan dalam : AI, AII, CI, CII, dan G II, di mana A mewakili gaya
autocratic, C mewakili gaya consultative,dan G mewakili gaya group. Adapun
kelima gaya tersebut dapat didefinikan sebagai berikut:
1) A I, menunjukkan bahwa pemimpin membuat keputusan sendiri.
2) A II, menunjukkan bahwa pemimpin meminta informasi dari bawahan
tetapi membuat keputusan sendiri. Dalam hal ini, bawahan boleh
memberikan informasi tentang situasi, boleh juga tidak memberikan
informasi.
3) C I, menunjukkan bahwa pemimpin membagi situasi kepada bawahannya
ke dalam individu-individu, kemudian meminta informasi dan evaluasi.
Bawahan tidak bertemu dalam kelompok, dan pemimpin sendiri yang
membuat keputusan.
4) C II, menunjukkan bahwa pemimpin dan bawahan bertemu dalam
kelompok dsn mendiskusikan situasi, tetapi pemimpin yang membuat
keputusan.

48
Abu Sujak, Kepemimpinan Manajer, Jakarta: Rajawali, 1990
16

5) G II, menunjukkan bahwa pemimpin dan bawahan bertemu dalam


kelompok dan mendiskusikan situasi, kemudian bersama-sama membuat
keputusan.49
D. Tipe-tipe Kepemimpinan
Sondang P Siagian mengemukakan ada lima tipe-tipe kepemimpinan sesuai
dengan karakter pemimpin dalam berbagai bentuk organisasi, yaitu:
Kepemimpinan otokratis, meliteristik, partenalistis, kharismatis, dan demokratis.
Bagaimana karakteristik kelima tipe kepemimpinan tersebut Sondang lebih lanjut
menjelaskan sebagai berikut:
1. Tipe kepemimpinan otokratis memiliki karakteristik:
a. Menganggap organisasi sebagai milik pribadi.
b. Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
c. Menganggap bawahan sebagai alat belaka.
d. Tidak mau menerima kritikan dari orang lain.
e. Terlalu bergantung kepada keuasaan formal.
f. Menggunakan pendekatan pemaksaan dan funitif (hukuman).
2. Tipe Militeristis, yaitu tipe pemimpin yang memiliki karakter:
a. Menggerakkan bawahannya dengan sistem perintah.
b. Menggerakkan bawahan berdasarkan pangkatnya.
c. Senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan.
d. Kaku terhadap bawahan.
e. Suka mengeritik bawahan.
f. Menggemari upacara-upacara.
3. Tipe paternalistis, yaitu tipe kepemimpinan yang menggunakan pendekatan
kebapakan, sehingga tidak menganggap manusia lain sebagai manusia dewasa
yang memiliki segala hak dan kewajiban sebagai manusia.
4. Tipe kharismatis, yaitu tipe kepemimpinan yang muncul secara spontan dan
bersifat alami, serta otodidak, yang diberikan oleh Sang Pencipta kepada
orang-orang tertentu. Kepemimpinan kharismatik ini muncul pada tahun 1977
yang telah menjadi incaran para ahli sebagai lading kajian. Mereka melihat
charisma seseorang sebagai suatu yang memikat pengikutnya dan mampu

49
Ricky W. Griffin, Loc.cit
17

menimbulkan sugesti dan motivasi bagi pengikutnya. Karena kharisma yang


dimiliki pemimpin, menyebabkan seorang pemimpin dapat bertahan lama,
bahkan sampai mati. Adapun karakteristik pemimpin kharismatik adalah
sebagai berikut:
a. Pengikutnya mempercayai kebenaran kepercayaan pemimpin.
b. Kepercayaan pengikutnya sama dengan kepercayaan pemimpinnya.
c. Pengikut dapat menerima pemimpin tanpa pertanyaan.
d. Pengikut merasakan adanya pengaruh pemimpin.
e. Pengikut mematuhi keinginan pemimpin.
f. Pengikut merasa ada keterlibatan emosional dalam misi organisasi. 50
5. Tipe demorkratis, yaitu tipe kepemimpinan yang mempunyai karakter antara
lain:
a. Dalam berpendapat, semua manusia dinilai mempunyai hak yang sama.
b. Selalu menyelaraskan kepentingan pribadi dan bawahan sebagai
kepentingan organisasi.
c. Selalu mementingkan kerjasama.
d. Mau menerima saran dan kritik dari orang lain.
e. Selalu berusaha menjadikan bawahan lebih sukses daripada dirinya.
f. Selalu mengembangkan kapasitas pribadinya sebagai pemimpin.51
E. Model-model Kepemimpinan
1. Model Substitusi Kepemimpinan
Model substitusi kepemimpinan terdiri dari karakteristik individu, tugas,
dan organisasi yang menyangkal adanya kemampuan pemimpin yang dapat
mempengaruhi kepuasan dan performan bawahannya. Dalam hal ini, jika faktor-
faktor tertentu ada pada seorang pekerja, maka pekerja akan mengerjakan tugas
sesuai dengan kemampuannya tanpa adanya arahan dari pemimpin.
Faktor- faktor yang mempengaruhi karakteristik individu dalam
menetralisir perilaku pemimpin adalah adanya kemapuan, pengalaman,
pelatihan, pengetahuan, kebebasan, orientasi professional dan persamaan upah
dalam organisasi. Karakteristik tugas dapat berupa rutinitas, tingkatan struktur

50
Ricky W. Griffin, Op.cit.
51
S. P. Siagian, Filsafat Administrasi, Jakarta: Gunung Agung, 1977.
18

yang tinggi, frekuensi umpan balik, dan kepuasan diri yang bias menggoyahkan
perilaku pemimpin yang tidak relevan. Karena itu, jika tugas telah memberikan
kepuasan bagi pekerja, maka ia tidak memerlukan lagi suppor dari
pemimpinnya. Adapun karakteristik organisasi dapat berupa perencanaan dan
tujuan eksplisit, aturan dan prosedur, kelompok kerja terpadu, struktur
penghargaan yang kaku, dan jarak fisik antara supervisor dan bawahan.52
Model ini terlihat merupakan bentuk lain dari sisi kepemimpinan yang
memandang bahwa pandangan, kebijakan dan tindakan pemimpin tidak akan
mempengaruhi perilaku bawahan, tugas, dan aturan organisasi, apabila masing-
masing telah memiliki karakteristik yang mapan, seperti kepuasan,
profesionalitas, ketegasan aturan dan prosedur yang jelas.
2. Model Interaktif
Model kepemimpinan interaktif ini dikembangkan oleh Charles
Greene.Dalam studinya, Greene menemukan pemimpin yang hanya
mempertimbangkan satu sebab yaitu kepuasan bawahan.Greene melihat adanya
pengaruh yang ditimbulkan dari kepuasan bawahan terhadap perilaku
pemimpin.Di samping juga adanya umpan balik antara garis pimpinan dan
perilaku bawahan, yaitu bahwa jika kinerja bawahan rendah, maka pemimpin
cenderung untuk menempatkan dalam struktur perilaku yang lebih.Dan
sebaliknya, jika kinerja bawahan tinggi, maka pemimpin cenderung untuk
menekankan pada pertimbangan.53
3. Model Hubungan Dyad-Vertikal
Model kepemimpinan ini dikembangkan oleh George Graen yang
menekankan pada pentingnya hubungan variable antara pemimpin dan masing-
masing bawahannya.Model ini menawarkan agar pemimpin membangun
hubungan yang khusus dengan anggota kelompoknya.54
Biasanya dalam kelompok menerima kewajiban-kewajiban khusus yang
menghendaki adanya tanggungjawab dan otonomi, serta menerima adanya hak-
hak istimewa yang special.Model ini juga memperkenalkan kedudukan anggota,
yaitu anggota yang berada dalam kelompok dan anggota yang berada di luar

52
Ricky W. Griffin, Op.cit.
53
Ibid.
54
Ibid.
19

kelompok.Secara umum, model ini memandang bahwa kinerja dan kepuasan


anngota dalam kelompok lebih tinggi daripada di luar kelompok.
4. Model Perspektif Attribut (Sifat)
Model ini menawarkan usaha untuk lebih dahulu mengamati perilaku
orang lain kemudian mengamati sifat-sifat yang menyebabkan timbulnya
perilaku tersebut. Kaitannya dengan kepemimpinan, maka jika seorang
pemimpin menyifati kemiskinan kinerja bawahannya kea rah usaha yang rendah
atau kurangnya kemampuan, maka tanggungjawab seorang pemimpin adalah
menegur, melatih, dan melepaskannya.
Demikian juga, jika penyifatan itu berada pada sejumlah faktor eksternal
sebagai miskinnya desain tugas, maka seorang pemimpin harus sungguh-
sungguh berorientasi pada koreksi masalah-masalah tersebut daripada
memberikan umpan balik yang negative kepada bawahannya.55
F. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Gaya Kepemimpinan
Sebagaimana dapat dipahami dari berbagai teori, tipe dan model
kepemimpinan yang ada, tentu banyak faktor yang dapat mempengaruhi mengapa
terjadi perbedaan gaya-gaya kepemimpinan yang diperankan antara satu orang
dengan orang lain dalam situasi lokasi yang berbeda. Di antara faktor-faktor yang
mempengaruhi gaya kepemimpinan adalah:
1. Persepsi
Perilaku seseorang dalam suatu organisasi merupakan respon yang
muncul dari sebuah persepsi. Artinya, bagaimana persepsi seseorang
terhadap suatu objek akan mempengaruhi seseorang dalam perilaku.
Karena itu, persepsi mengarah pada proses di mana seseorang menerima
dan menginterpretasi informasi tentang lingkungan. Bahkan pembahasan
umum mengenai proses-proses dan konsep-konsep perilaku, persepsi dapat
diidentifikasi sebagai proses tunggal, namun kenyataannya ia terdiri dari
proses yang unik,56 yang pada gilirannya akan melahirkan sebuah respon.
Sebuah observasi yang menarik tentang persepsi digambarkan sebagai
suatu jaringan kerja perceptual, di mana persepsi seseorang lahir melalui

55
Ibid.
56
Ricky W. Griffin, Op.cit.
20

proses kesadaran (awareness) terhadap objek, pengenalan (recognition),


dan interpretasi. Ketiganya merupakan unsure pokok dalam membuat
sebuah persepsi seseorang terhadap sesuatu yang kemudian melahirkan
sebuah respon terhadap sesuatu itu.57
Berkenaan dengan itu, persepsi seorang pemimpin terhadap sesuatu,
baik jabatan yang diemban, organisasi, bawahan maupun situasi, akan ikut
menentukan gaya kepemimpinan yang diperankan.
2. Personal
Karakteristik personal juga mempengaruhi bagaimana seseorang
merasakan dan menginterpretasi sesuatu.Beberapa karakteristik dimaksud
adalah salience (menonjolkan diri), disposition (watak yang berhubungan
dengan respon emosional), attitudes (sikap), cognitive awareness
(kesadaran), self-concept (konsep diri), dan personality (personalitas).58
Karakteristik ini, sebenarnya secara langsung mempengaruhi persepsi
seseorang, berarti secara tidak langsung mempengaruhi perilaku seseorang
dalam merespon sesuatu objek. Namun khusus bagi gaya kepemimpinan
kharismatik, karakteristik personal menjadi unsure yang paling dominan
dan menentukan59. Artinya, mengapa seseorang lebih menonjol
gayakepemimpinan kharismatiknya, karena memang mempunyai
karakteristik personal yang mendukung.
3. Situasi
Situasi juga merupakan faktor yang sangat mempengaruhi seseorang
dalam berperilaku. Bahkan karakteristik tentang situasi dapat bertindak
sebagai filter, karena itu sasaran informasi dari lingkungan sering kali
diubah dan disesuaikan sebagaimana ia dirasakan oleh individu tersebut.
Beberapa karakteristik situasional yang utama, yang berpengaruh terhadap
perilaku seseorang adalah seleksi, organisasi, perlengkapan (attribute),
tiruan (stereotyping), lingkungan (halo), dan proyeksi (projection)60.

57
Ibid.
58
Ibid.
59
Robert J. Starratt, The Drama of Leadership, London: The Falmer Press, 1985
60
Ricky W. griffin, Op.cit.
21

Terutama dalam gaya kepemimpinan situasional, karakteristik situasi


menjadi unsure yang penting, yang mempengaruhi bahkan mengubah gaya
kepemimpinan yang diperankan. Kemampuan seseorang dalam mengenali,
memahami, dan menginterpretasi sebuah situasi akan membantu dalam
menentukan tindakan atau perilaku yang bagaimana yang akan dilakukan,
termasuk dalam hal menentukan gaya kepemimpinan.
4. Objek
Sebagaimana halnya faktor personal dan lingkungan, objek juga
merupakan faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang, yang
berimplikasi pada sikap dan perilaku.Objek dalam hal ini dapat berupa
benda (hidup atau mati), karakter, perbuatan, warna, bunyi, yang dapat
diterima atau menjadi sasaran pandangan indera manusia. Objek yang
berbeda akan memberikan pengaruh pada sikap dan perilaku yang berbeda
pula bagi orang yang menerimanya.61
Manusia dengan karakter, tingkah dan perbuatannya juga bias
menjadi objek bagi orang lain yang akan berpengaruh pada sikap dan
perilakunya. Menghadapi karakteristik manusia yang cenderung keras,
akan berbeda dalam menghadapi yang berkarakter lunak dan lembut.
Demikian halnya jika objek yang dihadapi anak-anak, tentu akan berbeda
dalam menyikapinya disbanding dengan menyikapi objek orang-orang
dewasa.
Demikian pula halnya sikap dan perilaku seorang pemimpin, tentu
dalam menerapkan peranannya sebagai pemimpin akan dipengaruhi oleh
objek (orang-orang) yang dipimpinnya. Erat kaitannya dengan faktor
lingkungan, maka menghadapi objek dalam lingkungan akademis akan
berbeda sikap dan perilakunya dalam menghadapi objek dalam lingkungan
orang-orang awam, berbeda pula dalam menghadapi objek yang berbeda
dalam lingkungan militer, atau dalam peperangan. Dengan demikian,
berarti bahwa suatu objek akan memberikan pengaruh terhadap sikap dan
perilaku seseorang, termasuk dalam menerapkan pola dan gaya
kepemimpinan.

61
Ibid.
22

G. Keimpulan
1. Bahwa terdapat berbagai pandangan tentang kepemimpinan, baik mengenai
ruang lingkup, teori, tipe-tipe, gaya, model kepemimpinan, maupun factor-
faktor yang mempengaruhinya.
2. Berbagai pandangan tentang kepemimpinan baik ruang lingkup, teori, tipe,
gaya maupun model kepemimpinan mempunyai cakupan yang sangat luas
dan kompleks. Luas dan kompleksitas cakupan tentang kepemimpinan
tersebut membawa konsekwensi lahirnya pemandangan yang beragam dari
berbagai kalangan.
3. Meskipun demikian, keberagaman pandangan tentang kepemimpinan
tersebut, terdapat kesamaan pemahanan mengenai maksud dari
kepemimpinan itu, yaitu kesamaan dalam mensifati akan seni dan
kemampuan untuk mempengaruhi “bawahan”.
4. Terjadinya perbedaan pandangan tersebut banyak faktor yang
mempengaruhinya. Begitupun dalam implementasinya, seorang pemimpin
dalam melaksanakan kepemimpinannya juga dipengaruhi oleh banyak
faktor, seperti faktor perseptual, personal, situasional dan objek. Sehingga
lahirnya kepemimpinan dengan berbagai tipe, gaya dan modelnya
berimplikasi terhadap organisasi dan orang-orang yang dipimpinya secara
beraneka ragam pula.
23

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Al-Qur’an dan Terjemahan, Jakarta: Departemen Agama: 1982/1983.


Abu Hajar Muhammad Said, Athraf al-Hadits al-Nabawi al-Syarif, (jilid 7), Bairut;
Darul Kutub al-Ilmiah, tt.
Abu Sujak, Kepemimpinan Manajer, Jakarta: Rajawali, 1990
Adam Indra Wijaya, Perilaku Organisasi, Bandung: Sinar Baru, 1989.
Altman, Organizational Behaviour: Theori and Practice,Florida, Academik Press,
1985
Al-Suyuti, Al-Asybah wa al-Nadhair. Arab: Darul Kutub, 911 H.
Andrew J. Dubrin, Esseintial of Management, Ohio: South Westrn, 1990.
C. Turney, dkk, The School Manager, Australia; Allen and Unwin, 1992.
Everett M Roger, Diffusion of Innovation,New York: The Free Press, 1983
Gary Yukl, Leadership in Organizations, New York: New Jersey, 1998.
Hendiyat Soetopo, Kepemipinan dan Supervisi Pendidikan, Malang: Bina Aksara,
1982.
Jack Ducan, Organizational Behaviour, Boston: Hougton Company, 1981.
K. Permadi, Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Manajemen, Jakarta: Rineka
Cipta, 1996.
Keith Devis, Educational, Management and Participation, Singapore: Allyn and
Bacon, tt
Lipham, The Principalship: Fundations and Fungtions, London: Harper and Row,
1974
Michael Amstrong, A Hand Book of Human Resource Management,(terj.), Jakarta:
Gramedia, 1994
Muchtar Effendi, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam,
Jakarta: Bhranata, 1996
Muchtar Effendi, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam,
Jakarta: Bhranata, 1996
M.M Billah, dkk,Demokrasi dan Otonomi, Citra Grafika, 2000
Mar’at, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: Rineka Cipta, 1989.
Quraish Shihab, “Membumikan” al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1996
Ricky W. Griffin, Organizational Behaviour, Amerika Serikat: Hougton Miflin
Company, 1986.
Robert J. Starratt, The Drama of Leadership, London: The Falmer Press, 1985
S. P. Siagian, Filsafat Administrasi, Jakarta: Gunung Agung, 1977.
Soewarno Handayaningrat, Pengantar Ilmu Administrasi dan Manajemen, Jakarta:
Mas Agung, 1988
Timpe, Seri Ilmu dan Seni Manajemen Bisnis Kepemimpinan, Jakarta: Gramedia
Asri Media, 1993
Winardi, Kepemimpinan dalam Manajemen, Jakarta: Rineka Cipta, 1990

Anda mungkin juga menyukai