Anda di halaman 1dari 14

INTEGRASI NILAI KEPEMIMPINAN

BERDASARKAN TAFSIR SURAH AL-AHZAB AYAT 21

Muhammad Zaky Hasani, Gibraltar Furqan Gandong

SMA IT Ar-Rahman Banjarbaru, Banjarbaru, zakyhasani84@gmail.com


SMA IT AR-Rahman Banjarbaru, Banjarbaru, gibralfurqan386@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk dapat menjadi teladan dan contoh yang baik
bagi para pemimpin dan calon-calon pemimpin di masa yang akan datang. Data
dalam penelitian ini adalah tafsir dari surah Al-Ahzab ayat 21 yang mengandung
nilai kepemimpinan yang dicontohkan Rasulullah Saw. dan menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Pengumpulan data menggunakan teknik catat. Hasil
penelitian menunjukkan ada tujuh poin penting kepemimpinan yang dicontohkan
Rasulullah Saw. 1) Kepemimpinan adalah amanah 2) Jangan hanya memberikan
perintah, tapi memberikan teladan 3) Pandai membagi tugas dan bertanggung
jawab 4) Senang bermusyawarah dan menerima ide orang lain 5) Menolak
korupsi, tidak memperkaya diri 6) Menjaga hubungan dengan pemimpin lain 7)
Memelihara keadilan dalam memimpin. Nabi Muhammad Saw. adalah teladan
dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam kepemimpinan. “Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah”. (QS al-Ahzab [33]: 21). Ayat ini merupakan dalil pokok
yang paling besar, yang menganjurkan agar meniru Rasulullah Saw. dalam semua
ucapan, perbuatan, dan sepak terjangnya. Ayat ini dijelaskan tentang kesabaran
Rasulullah Saw. dalam memimpin.

Kata Kunci: nilai kepemimpinan, tafsir, al-ahzab


PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-Ahzab ayat 21:
‫َواِ ْذ يَقُوْ ُل ْال ُم ٰنفِقُوْ نَ َوالَّ ِذ ْينَ فِ ْي قُلُوْ بِ ِه ْم َّم َرضٌ َّما َو َع َدنَا هّٰللا ُ َو َرسُوْ لُ ٗ ٓه اِاَّل ُغرُوْ رًا‬
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Pada dasarnya ayat ini turun berkaitan dengan Perang Ahzab, sehingga
banyak dari para ahli tafsir menafsirkan uswah hasanah yang dimaksudkan di
dalam ayat ini adalah uswah hasanah Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬di dalam peperangan.
Di antara sebabnya adalah karena sebelum ayat ini Allah ‫ ﷻ‬telah menyebutkan
tentang sifat-sifat orang-orang munafik. Allah ‫ ﷻ‬berfirman:

ْ‫ب يَ ْساَلُوْ نَ ع َْن اَ ۢ ْنبَ ۤا ِٕى ُك ْم َۖولَو‬ ِ ‫اب لَ ْم يَ ْذهَبُوْ ا ۚ َواِ ْن يَّْأ‬
ِ ‫ت ااْل َحْ زَابُ يَ َو ُّدوْ ا لَوْ اَنَّهُ ْم بَا ُدوْ نَ فِى ااْل َ ْع َرا‬ َ ‫يَحْ َسبُوْ نَ ااْل َحْ َز‬
‫ࣖ َكانُوْ ا فِ ْي ُك ْم َّما ٰقتَلُ ْٓوا اِاَّل قَلِ ْياًل‬
Artinya: “Mereka mengira (bahwa) golongan-golongan (yang bersekutu)
itu belum pergi, dan jika golongan-golongan (yang bersekutu) itu datang kembali,
niscaya mereka ingin berada di dusun-dusun bersama-sama orang Arab Badui,
sambil menanyakan berita tentang kamu. Dan sekiranya mereka berada
bersamamu, mereka tidak akan berperang, melainkan sebentar saja.” (QS. Al-
Ahzab: 20).
Allah ‫ ﷻ‬mencela orang-orang munafik dan menyebutkan ciri-ciri mereka.
Setelah itu Allah ‫ ﷻ‬menegaskan kepada orang-orang beriman agar mereka tidak
meniru sifat orang-orang munafik, karena sungguh pada diri Rasulullah ‫ ﷺ‬ada
uswah hasanah di dalam peperangan.
Nabi Muhammad Saw. adalah manusia pilihan yang kisah hidupnya
menjadi suri teladan bagi manusia di seluruh penjuru dunia, terutama umat Islam.
Setiap perkataan dan tingkah laku beliau merupakan wujud dari kebaikan dan
manifestasi nila-nilai ajaran Islam fundamental. Bahkan sebagian orang
menganggap bahwa segala gerak-gerik Muhammad Saw. merupakan representasi
wahyu Allah Swt.
Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian kepemimpinan adalah
cara memimpin atau perihal pemimpin. Secara harfiah, kepemimpinan berasal dari
kata “pimpin” yang artinya mengarahkan, membina, mengatur, menuntun,
menunjukkan, atau memengaruhi.
Pemimpin bukan sekadar memerintah orang di bawahnya. Sosok
pemimpin membantu diri mereka sendiri dan orang lain untuk melakukan hal
yang benar. Mereka menetapkan arah, membangun visi yang menginspirasi, dan
menciptakan sesuatu yang baru. Kepemimpinan adalah tentang memetakan ke
mana seseorang harus pergi untuk berhasil sebagai tim atau organisasi.
Penelitian ini pernah dikaji oleh Mahasiswa Universitas Islam Nusantara
yang berjudul “Kepemimpinan Rasulullah Saw. sebagai Teladan Masyarakat
Madani menurut Kajian Surah Al-Ahzab Ayat 21”. Dari kajian tersebut dapat
diketahui bahwa teladan yang dapat dijadikan cerminan bagi seorang pemimpin
adalah 1) Ucapan (Qauli) di mana meneladani sifat baginda Nabi Muhammad
Saw. yang senantiasa berkata lembut, jujur, dan mengandung banyak hikmah serta
tuntunan. 2) Perbuatan (Fi’li) di mana kita senantiasa mengikuti apa yang beliau
ajarkan dengan kesungguhan. Nabi Muhammad Saw. sangat terjaga dalam
melakukan apapun. 3) Penetapan (Takriri) artinya meneledani penetapan beliau
yang bijaksana dan adil dalam memutuskan segala perkara dengan penuh
pertimbangan dan tidak berat sebelah. Akhlak pemimpin menurut ajaran
Rasulullah 1) Linta lahum. Rasulullah Saw. senantiasa bersifat lemah lembut, baik
terhadap kawan maupun lawan. 2) Fa’fu ’anhum wastagfirlahum. Rasulullah Saw.
senantiasa bersifat lapang dada, mudah memaafkan dan memohonkan ampunan
bagi setiap kesalahan. 3) Wa syawirhum fil amri. Rasulullah senantiasa
mentradisikan sikap bermusyawarah dalam setiap mengambil keputusan.
Dilihat dari kondisi sekarang, para pemimpin hanya cenderung
memerintah rakyat tanpa mengetahui kondisi rakyat, sehingga nilai-nilai
kepemimpinan yang dibawa Rasulullah Saw. seakan hilang dari mata pemerintah.
Jadi, diharapkan agar tulisan ini mampu menjelaskan pengertian dan cara menjadi
pemimpin yang baik dan benar, serta mengikuti bagaimana sepak terjang Nabi
Muhammad Saw. dalam memimpin.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas, penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana integrasi kepemimpinan menurut Al-Qur’an surah Al-Ahzab


ayat 21?
2. Bagaimana teladan Nabi Muhammad Saw. sebagai pemimpin yang relevan
di masanya?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui integrasi kepemimpinan menurut Al-Qur’an surah Al-


Ahzab ayat 21.
2. Untuk mengetahui teladan Nabi Muhammad Saw. sebagai pemimpin yang
relevan di masanya.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi berbagai pihak, diantaranya:

1. Bagi para calon pemimpin muda agar dapat menjadi pemimpin yang
berlandaskan Al-Qur’an.
2. Bagi para pemimpin yang sudah menjabat sekarang agar menjadikan Nabi
Muhammad Saw. sebagai teladan dalam memimpin.

METODOLOGI

Jenis penelitian ini adalah jenis kualitatif yang menggunakan metode


deskriptif. Tujuan menggunakan metode tersebut adalah untuk mendeskripsikan
nilai-nilai kepemimpinan yang terkandung dalam surah Al-Ahzab: 21.

Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini adalah surah Al-Ahzab: 21 yang berisi:

21 ‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َرسُوْ ِل هّٰللا ِ اُ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َم ْن َكانَ يَرْ جُوا هّٰللا َ َو ْاليَوْ َم ااْل ٰ ِخ َر َو َذ َك َر هّٰللا َ َكثِ ْير ًۗا‬

Artinya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”
Sumber data dalam penelitian ini bersumber dari Al-Qur’an dan buku
berjudul Hari-Hari Bersama Rasulullah dan 44 Kepemimpinan Rasulullah.

Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus pada nilai-nilai kepemimpinan Rasulullah Saw.,


sehingga diharapkan pembaca dapat memahami dan meneladani cara Rasulullah
Saw. dalam memimpin.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik


catat. Pertama, membaca dengan cermat isi keseluruhan buku, kedua menggaris
bawahi poin-poin penting yang mengacu pada kepemimpinan Rasulullah Saw,
ketiga menjelaskan secara garis besar poin-poin penting yang telah ditulis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Imam Al-Hakim meriwayatkan hadis dari Ibnu Abbas r.a yang


menuturkan, Rasulullah Saw. bersabda:

“Barangsiapa memilih seorang pemimpin untuk suatu kelompok, yang di


kelompok itu ada orang yang lebih diridhai Allah daripada orang tersebut, maka
ia telah berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman.”

Hadis ini mengisyaratkan bahwa memilih pemimpin bukanlah hal yang


sederhana. Ini masalah prinsip, karena itu harus cermat sebelum menjatuhkan
pilihan pada seorang calon pemimpin. Jika untuk memilih dalm satu kelompok
yang jumlahnya dalam hitungan puluhan saja harus dipilih yang benar-benar
kapabel dan amanah. Apalagi untuk kepemimpinan yang menyangkut desa,
kecamatan, kota, kabupaten, provinsi, bahkan negara.

Berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang beriman, sungguh


merupakan suatu ancaman yang cukup keras, dan ini ditujukan kepada siapa pun
yang tidak bertanggung jawab dalam memilih pemimpinnya. Karena itu, sebagai
rakyat yang harus memilih, ia berhak mendapatkan informasi sebanyak-
banyaknya tentang calon pemimpin, sebelum akhirnya menjatuhkan pilihannya
sesuai dengan hati nuraninya.
Jika kita mencermati Al-Qur’an, maka dapat ditemukan bahwa Nabi
Muhammad Saw. dengan segala kesempurnaan-Nya tidaklah dihadirkan hanya
sebagai sosok yang harus dikagumi dan dicintai, tetapi ia adalah representasi
puncak kesempurnaan manusia yang harus dicontoh, digapai dan diikuti. Allah
Swt. berfirman:
٢١ ‫سنَةٌ لِّ َمنْ َكانَ َي ْر ُجوا هّٰللا َ َوا ْليَ ْو َم ااْل ٰ ِخ َر َو َذ َك َر هّٰللا َ َكثِ ْي ًر ۗا‬
َ ‫س َوةٌ َح‬
‫هّٰللا‬
ُ ‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم ِف ْي َر‬
ْ ُ‫س ْو ِل ِ ا‬
Artinya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab
[33]: 21)
Ayat di atas dapat dipahami bahwa sosok Nabi Muhammad
Saw. merupakan barometer kehidupan dan suri teladan bagi manusia. Sebagai
pembawa pesan Allah Swt., Nabi Muhammad Saw. sukses menghidupkan pesan
tersebut dalam dirinya dan bagi orang di sekitarnya. Sifat, sikap, dan nilai-nilai
yang dibawa beliau–meskipun tidak seluruhnya–merupakan representasi dari
ajaran-ajaran Al-Qur’an.
Menurut Quraish Shihab, ayat ini–bisa jadi–merupakan kecaman kepada
orang-orang munafik yang mengaku memeluk Islam, tetapi tidak mencerminkan
ajaran Islam. Kecaman tersebut dikesankan oleh kata laqad. Seakan-akan ayat di
atas mengatakan, “Kamu telah melakukan aneka kedurhakaan, padahal
sesungguhnya di tengah kamu ada Nabi Muhammad yang mestinya kamu
teladani.”
Kata uswatuni atau iswah berarti teladan. Az-Zamakhsyari mengatakan bahwa
ayat ini memiliki dua kemungkinan makna, yaitu: Pertama, Nabi Muhammad
dalam arti kepribadian beliau secara total adalah teladan. Kedua, di antara
kepribadian beliau terdapat hal-hal yang patut diteladani. Bagi mayoritas ulama,
pendapat pertama adalah yang paling kuat, karena kata  fi dalam QS. Al-Ahzab
[33]: 21 bermakna seluruhnya.
Pakar tafsir dan hukum, Al-Qurthubi, mengemukakan bahwa dalam soal-
soal agama, keteladanan itu merupakan kewajiban, tetapi dalam soal-soal
keduniaan maka ia merupakan anjuran. Dalam soal keagamaan, beliau wajib
diteladani selama tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa ia adalah sebuah
anjuran semata.
Dalam kehidupan bersosial, kepemimpinan termasuk hal utama.
Kepemimpinan menentukan baik atau tidaknya dinamika yang terjadi dalam
interaksi satu sama lain karena seorang pemimpin berwenang untuk menentukan
kebijakan apa yang akan dijalankan oleh rakyatnya.
Kewenangan itu seperti sebilah pisau yang tajam. Manfaatnya dalam
kebaikan ditentukan oleh karakter individu yang menggenggamnya. Kalau
pemimpinnya baik, kewenangannya tidak akan dipakai untuk mencari kesenangan
saja, tetapi digunakan untuk mewujudkan kebaikan kolektif. Adapun pemimpin
yang buruk, kewenangannya yang besar itu hanya akan dipakai untuk mengejar
kesenangan-kesenangan semu, tidak peduli meskipun keburukan harus merajai
rakyatnya.
Tidak jarang suatu bangsa memimpikan pemimpin yang baik sehingga
mereka bisa mengecap kehidupan yang sejahtera. Namun sebagaiman keadaan
umat Islam ketika di bawah kepemimpinan Rasulullah Saw. dan pemimpin-
pemimpin lainnya yang meneladani beliau.
Nilai Kepemimpinan
1. Kepemimpinan adalah Amanah
Agama Islam sudah memberikan pedoman kriteria pemimpin yang
layak yang dijadikan teladan dan panutan. Berikut ini merupakan kriteria
pemimpin yang dianjurkan dalam agama Islam. Antara lain adil, amanah,
memiliki integritas, bijaksana, menegakkan amar ma’ruf dan mencegah hal
yang mungkar. Kesemua ini sudah disebutkan di dalam Al Qur’an dan hadis
Nabi Muhammad SAW. Seperti firman Allah SWT surah An Nahl ayat 90
yang berbunyi:

َ‫اِ َّن هّٰللا َ يَْأ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َوااْل ِ حْ َسا ِن َواِ ْيت َۤاِئ ِذى ْالقُرْ ٰبى َويَ ْن ٰهى َع ِن ْالفَحْ َش ۤا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغ ِي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ ن‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan


berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang
(melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
Nabi Muhammad Saw. juga memberikan kabar gembira bagi
pemimpin yang adil dan amanah yaitu Allah Swt. akan menempatkan
pemimpin yang amanah di surga. Bahkan seorang pemimpin yang adil dan
amanah akan mendapat naungan dari Allah Swt. ketika pertolongan dari
Allah Swt. sudah tertutup ketika hari kiamat. Rasulullah Saw.
bersabda: “Ada tujuh orang yang akan Allah naungi di Naungan-Nya pada
hari ketika tidak ada naungan kecuali Naungan-Nya; seorang pemimpin
yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah
Yang Maha Kuasa dan Agung, seorang pria yang hatinya melekat pada
masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah bertemu karena
Allah dan berpisah karena Allah, seseorang yang diajak berzina oleh
wanita cantik dan berposisi tinggi tetapi dia menolak dan mengatakan:
‘Saya takut kepada Allah’, seseorang yang memberi amal dan
menyembunyikannya, hingga tangan kirinya pun tidak tahu apa yang
diberikan tangan kanannya dalam amal; dan seseorang yang berzikir
kepada Allah dalam kesendirian hingga meneteskan air mata.”
Selain itu, di dalam surah Al Maidah ayat 8, Allah Swt. juga
mengingatkan pentingnya seorang pemimpin yang adil. Adapun ayat yang
dimaksud artinya: “Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu
kaum, membuatmu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih
dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
2. Jangan Hanya Memberikan Perintah, tapi Memberikan Teladan
Dalam kondisi “krisis kepemimpinan” seperti saat ini, sebagai umat
pilihan, yang dianugrahkan Allah ta’ala dengan ajaran Islam yang sempurna
dan universal, seharusnya tak perlu bingung apalagi berbeda dalam hal
penentuan karakter dan kriteria pemimpin yang didambakan. Sebab Islam
telah menggariskannya secara gamblang lewat wahyu Al-Quran maupun
sabda dan amalan Rasulullah Saw.
Sangat penting bagi seorang pemimpin untuk meneladani
kepemimpinan beliau, yaitu menjadi sosok teladan dalam segala perbuatan
dan ucapannya di hadapan Allah dan manusia. Hal inilah yang dicontoh oleh
para khulafa’ rasyidin sepeninggal beliau, sehingga tidak aneh jika sejak
sebelum wafat Rasulullah telah mewanti-wanti umatnya untuk berpegang
teguh dengan sunnah para khulafa’ rasyidin sebagaimana dalam sabdanya :

‫عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين من بعدي‬

Artinya: “Berpegangteguhlah dengan sunnahku dan sunnah


khulafa’ rasyidin yang diberi petunjuk sepeninggalku…”. (HR Abu Daud
dan Tirmidzi, hasan shahih).

Oleh karena itu, sifat teladan ini wajib ada dalam diri seorang
pemimpin. Agar masyarakat atau orang-orang bawahannya bisa
meneladaninya dengan baik.

3. Pandai Membagi Tugas dan Bertanggung Jawab


‫ أال كلكم‬:‫ أن رسول هلال صلى هلال عليه و سلم قال‬:‫عن عبد هلال بن عمر رضي هلال عنهما‬
‫راع وكلكم مسؤول عن رعيته فاإلمام االعظم ال ذي على الن اس راع وه و مس ؤول عن رعيت ه والرج ل‬
‫راع على أهل بيته وهو مسؤول عن رعيته والمرأة راعية على أه ل بيت زوجه ا وول ده وهي مس ؤولة‬
‫عنهم وعبد الرجل راع على مال سيده وهو مسؤول عنه أال فكلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته‬
Artinya: Abdullah bin Umar r.a berkata bahwa Rasulullah Saw.
telah bersabda, “Ketahuilah: kalian semua adalah pemimpin (pemelihara)
dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya. Pemimpin akan dimintai
pertanggung jawabannya tentang rakyat yang dipimpinnya. Suami adalah
pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggung jawabannya
tentang keluarga yang dipimpinnya. Isteri adalah pemelihara rumah suami
dan anak-anaknya. Budak adalah pemelihara harta tuannya dan ia
bertanggung jawab mengenai hal itu. Maka camkanlah bahwa kalian semua
adalah pemimpin dan akan dituntut (diminta pertanggung jawaban) tentang
hal yang dipimpinnya.”
Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari pada kalimat seperti di bawah
ini:
‫كلكم راء وكل راء مسئول عن رعيته‬
Artinya: ”Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan tiap-tiap
pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya.”
Begitu berat dan besar tanggung jawab seorang pemimpin, pada
hadis Rasulullah kembali mengulangi kalimat kullukum ra'in yang diawali
dengan huruf peringatan (tanbih) yaitu ‫ أال‬sebagai bentuk isyarat yang
mengingatkan setiap manusia untuk lebih berhati-hati dalam menjalankan
kepemimpinannya karena semua itu akan dipertanggung jawabkan
dihadapan Allah Swt.
4. Senang Bermusyawarah dan Menerima Ide Orang Lain
Musyawarah adalah mencari pendapat dari orang-orang yang
berkompeten dalam suatu urusan agar sampai kepada keputusan yang paling
mendekati kebenaran. Pensyariatan musyawarah ini ditetapkan melalui Al-
Quran dan Sunnah. Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman (yang
artinya): "Karena itu, maafkanlah mereka, dan mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu." (QS. Âli
`Imrân: 159)
Dalam sebuah hadis disebutkan, bahwa Nabi—Shallallâhu `alaihi
wasallam—bersabda kepada Abu Bakar dan Umar, "Kalau kalian berdua
bersepakat pada satu perkara, aku tidak akan pernah mengingkari
kesepakatan musyawarah kalian." (HR. Ahmad)
Hadis lain diriwayatkan dari Abu Hurairah—Semoga Allah
meridhainya,ia berkata, "Aku tidak mengetahui ada orang yang lebih
banyak bermusyawarah dengan sahabat-sahabatnya daripada Nabi—
Shallallâhu `alaihi wasallam." (HR. Asy-Syâfi`i dan Al-Baihaqi).
5. Menolak Korupsi, Tidak Memperkaya Diri
Memang, tidak gampang menduduki kekuasaan. Ada orang bilang,
kekuasaan itu memabukkan. Sementara, kekuasaan umumnya didapat lewat
jalur politik. Orang pun berkata, politik itu keji dan kotor. Ucapan bernada
kelakar itu seolah mendapatkan pembenaran di atas panggung perpolitikan
kontemporer. Bukan hanya berlaku di Indonesia, melainkan menggejala di
semua negara di dunia.
“Pengabdian Rasulullah bukan untuk memperkaya diri dan
keluarga, melainkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat.
Keseharian beliau sangat sederhana. Hamparan tidur terbuat dari kulit
berisi sabut.” [HR Bukhari]. Rasulullah bahkan bersedia menahan lapar
asalkan rakyat merasa kenyang. Seperti ditegaskan Aisyah, istri beliau
tercinta, “Keluarga Muhammad tidak pernah kenyang oleh roti gandum
selama dua hari berturut-turut. Keadaan demikian berlangsung sampai
beliau wafat.” [HR Bukhari dan Muslim].
Tidak banyak pemimpin hari ini yang bersedia menempuh jalan
sunyi dan mendaki. Mari bercermin pada kehebatan Rasulullah. Bagi
pemimpin sekaliber Rasulullah, meraup harta tentu bukan perkara susah.
Kebesaran nama beliau jelas dapat mengundang pundi-pundi harta. Tidak
sedikit orang yang menjadikan Rasulullah sebagai ‘sampah’ masalah.
Rakyat waktu itu tidak sekadar menyerahkan kerumitan hidup, melainkan
juga memasrahkan harta benda untuk disimpan di rumah Rasulullah. Semua
rakyat, muslim atau bukan, telah sepakat dengan sikap amanah Rasulullah.
6. Menjaga hubungan dengan pemimpin lain.
Islam sebagai agama yang universal sangat menjunjung tinggi
perdamaian.Tidak adapemaksaan dalam beragama. Rasulullah sebagai utusan
Allah memiliki banyak cara dalam berinteraksi dengan non muslim. Beliau
memiliki cara-cara yang baik ditiru oleh manusia setelahnya. Beliau hidup
berdampingan dengan damai kepada sesama muslim dan kepada non Muslim.
Adapun cara beliau dalam berinteraksi kepada non Muslim khususnya kepada
para raja adalah dengan mengirimkan surat.
7. Memelihara keadilan dalam memimpin.
Menurut analisis at-Tabrizi, fungsi pemimpin mengarahkan dan
menjaga rakyat agar tetap berada dalam koridor keadilan, keseimbangan, dan
kesejahteraan, baik dunia maupun akhirat.
Setiap pemimpin wajib menjelaskan perkara haram dan halal yang
menyangkut ibadah dan muamalah mereka. Tugas serupa juga diemban oleh
Rasulullah dan para khalifah penggantinya. Selain menegakkan syiar agama,
para khalifah tersebut berkewajiban berbuat adil kepada seluruh elemen
rakyat yang dipimpinnya.
At-Tabrizi mengingatkan, dalam mengemban amanah dan
menjalankan pemerintahan, pemimpin yang mendapat kepercayaan rakyat
harus mengedepankan prinsip keadilan. Sebab, berbuat adil adalah pangkal
segala keutamaan. Terwujudnya keadilan dalam sebuah komunitas
masyarakat akan menciptakan stabilitas nasional dan menyejahterakan
kehidupan rakyat.
Dengan keadilan, keberlangsungan hidup orang banyak bisa terjaga
dengan baik. Bahkan, keadilan digunakan sebagai barometer untuk mengukur
sejauh mana rezim yang berkuasa bisa memperoleh dukungan dan simpati
dari rakyat, juga mampu menggapai ridha dari Sang Khalik.
Karena itu, menurut at-Tabrizi, secara lugas Allah memerintahkan
agar keadilan dijadikan landasan utama untuk menetapkan hukum di antara
manusia. Sebab, di sanalah letak keberhasilan seorang pemimpin untuk
menyampaikan dan melaksanakan amanah yang diberikan.
Tak lain karena adil adalah menempatkan segala sesuatu sesuai
porsi dan tempatnya. “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Mahamendengar lagi Mahamelihat.” (QS an-Nisa
[4]: 58).
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah jadilah pemimpin yang senantiasa
bertakwa kepada Allah Swt. jangan sampai kekuasaan yang didapatkan menjadi
alasan untuk berbalik dari jalan-Nya.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kepemimpinan yang dicontohkan
Rasulullah Saw. menjadi contoh dan teladan yang baik bagi pemimpin di masa
sekarang dan di masa yang akan datang.
Saran
Seperti yang telah disabdakan nabi Muhammad Saw.
‫َاب هَّللا ِ َو ُسنَة نَبِي ِه‬ َ َ‫َضلُّوا بَ ْع َدهُ ِإ ِن ا ْعت‬
َ ‫ص ْمتُ ْم بِ ِه ِكت‬ ُ ‫ « َوقَ ْد ت ََر ْك‬:‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
ِ ‫ت فِي ُك ْم َما لَ ْن ت‬
]‫مسلم والحاكم‬  ‫» [أخرجه‬

Artinya: "Sungguh telah aku tinggalkan pada kalian sesuatu yang tidak
akan menjadikan kalian tersesat selagi kalian berpegang teguh denganya yaitu
al-Qur'an dan Sunah nabiNya". HR Muslim no: 1218.

DAFTAR PUSTAKA

Bekal Islam karya ustadz DR. Firanda Andirja, Lc. MA © Copyright - Firanda
Official. 2019. Diakses 25 September 2022.
https://bekalislam.firanda.com/12412-tafsir-surat-al-ahzab-
ayat21.html#:~:text=wa%20%C5%BCakarall%C4%81ha%20ka
%E1%B9%A1%C4%ABr%C4%81,21.,dan%20dia%20banyak
%20menyebut%20Allah.&text=Allah%20%EF%B7%BB%20mencela
%20orang%2Dorang,dan%20menyebutkan%20ciri%2Dciri%20mereka.
Berpegang Teguh dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. 2022. Diakses pada 25
September 2022. https://islammessage.org/id/article/4772/Berpegang-
Teguh-Dengan-al-Qur'an-Dan-as-Sunnah
Faiz Karim Fatkhullah, vol 7 No. 1, 2022: Misykah: Jurnal Pemikiran dan Studi
Islam. https://fpscs.uii.ac.id/blog/2022/03/25/menjadi-pemimpin-amanah/
Genta Group Production Anggota IKAPI: No. 164/JTI/2015. Hari-Hari Bersama
Rasulullah., Waru-Sidoarjo.
Herry Mohammad. 2008. 44 Teladan Kepemimpinan Muhammad Saw., Jakarta:
Gema Insani Press.
https://www.islamweb.net/id/fatwa/2153/Keputusan-Musyawarah-Mengikat-bagi-
Pemimpin-Suatu-Kelompok-dalam-Beberapa-Perkara-dan-Tidak-Mengikat-
dalam-Perkara-yang-Lain
Keputusan Musyawarah Mengikat bagi Pemimpin Suatu Kelompok dalam
Beberapa Perkara, dan Tidak Mengikat dalam Perkara yang Lain
KERJASAMA RASULULLAH DENGAN NON-MUSLIM MEMBANGUN
KESEJAHTERAAN UMAT Sri Ulfa Rahayu, Ernawati Bru Ginting
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
Maulana La Eda. 2017. Ilmu Hadits Universites Islam Indonesia. An-Nahdhah,
Vol. 11 No. 1 Januari. https://wahdah.or.id/pemimpin-sebagai-teladan/
Penyuluh Agama Islam Kemenag kotabaru, bisa disapa di ig @rafim_13. 2021.
Diakses 25 September 2022. https://tafsiralquran.id/tafsir-surat-al-ahzab-
ayat-21-nabi-muhammad-saw-adalah-suri-tauladan/
Red: Nashih Nashrullah. 2020. Diakses pada 24 September 2022.
https://www.republika.co.id/berita/q9knim320/keadilan-dan-kesejahteraan-
tugas-pemimpin-menurut-islam
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh M Husnaini (Penulis Buku ‘Menemukan Bahagia’).
https://www.republika.co.id/berita/mvcnit/jadilah-pemimpin-sederhana
Willi Ashadi Fakultas Psikologi dan seni budaya 25/Maret/2022.
https://fpscs.uii.ac.id/blog/2022/03/25/menjadi-pemimpin-amanah/

Anda mungkin juga menyukai