Memilih Pemimpin
I. Pendahuluan
Dalam memilih pemimpin, islam memberikan kategorisasi yang sangat jelas karena
pemimpin adalah cermin dari yang dipimpinnya. Suatu bangsa atau entitas apapun di
dunia ini tentunya membutuhkan pemimpin untuk dijadikan sebagai acuan dan tolak ukur
dalam segala aktivitasnya. Semakin bagus seorang pemimpin dalam mengatur, maka
akan semakin maju pula entitas yang berada dalam pimpinannya.
Permasalahan memilih pemimpin akhir-akhir ini menjadi perbincangan yang sangat
menarik khususnya dalam pilgub Jakarta kemaren yang memunculkan sosok pemimpin
non-muslim yang menjadi calon wakil gubernur yang akan memimpin mayoritas umat
islam di Jakarta selama satu periode kepengurusan. Hal ini menjadi sangat dilematis
karena ternyata umat islam di Jakarta tidak lagi memperdulikan teks-teks keagamaan baik
itu yang terdapat di dalam Al-Quran maupun dalam hadis yang sangat tegas dalam
kategorisasi pemilihan pemimpin.
Umat islam dewasa ini lebih cenderung untuk tidak memperhatikan aspek agama dalam
memilih pemimpin. Hal ini merupakan sebuah musibah yang sangat besar karena ajaran
agama sudah tidak dianggap sebagai rujukan yang otoritatif. Ajaran agama saat ini hanya
dianggap sebagai simbol moral yang hanya berlalu dalam aspek moralitas saja. Bahkan
yang lebih parah lagi, ajaran agama dianggap hanya berlaku di masjid saja, dalam urusan
dunia yang cakupannya lebih luas seperti dalam hal memilih pemimpin, ajaran agama
sudah dianggap tidak relevan dan membutuhkan penyesuaian dengan realitas yang ada.
Sejatinya ajaran agama islam merupakan ajaran yang holistik dan mencakup segala
macam aspek kehidupan baik itu akidah, syariah, maupun akhlak. Dari bangun tidur
sampai mau tidur kembali, islam memiliki tata cara yang sangat rapi. Dari urusan buang
hajat sampai urusan memilih pemimpin negara, islam memiliki ketentuan yang sangat
indah.
Tulisan ini hendak membahas tentang memilih pemimpin di dalam Al-Quran dengan
metode tafsi>r maud}u>i a>ya>h dengan harapan dapat menjadi acuan kita sebagai umat
islam dalam memilih pemimpin yang dapat mewakili aspirasi kita sebagai umat islam.
II. Pembahasan
Banyak ayat al-Quran dan hadis yang membahas tentang bagaimana seharusnya kita
memilih pemimpin yang tepat. Beberapa ayat bahkan sangat tegas memberikan acuan
agar kita tetap berjalan di dalam manhaj yang telah ditetapkan. Di bawah ini penulis
paparkan kategorisasi al-Quran tentang bagaimana kita seharusnya memilih pemimpin,
A. Islam
Firman Allah swt. :
Kata wali berarti penolong. Wali dipakai secara mutlak untuk Allah swt. dan
secara terbatas untuk makhluknya seperti dalam firman Allah swt.
Dalam ayat pertama disebutkan bahwa Allah adalah wali dari orang-orang yang
beriman yang berarti Allah menjadi penolong dan penguat mereka. Adapun dalam
ayat yang kedua disebutkan bahwa orang-orang yang beriman dan bertakwa
adalah para wali Allah yang berarti para penolong Allah sehingga Allah
menolong mereka seperti dalam firman Allah swt. :
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan
karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab
itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri
ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanitawanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan
pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika
mereka
menaatimu,
maka
janganlah
kamu
mencari-cari
jalan
untuk
bagi
wanita.
Qawwa>mah
memiliki
makna
selalu
bekerja
sehingga
10
Dari tiga teks hadis di atas dapat disimpulkan bahwa Rasulullah memberikan
peringatan bagi suatu kaum yang menyerahkan urusan kepemimpinan kepada
wanita. Namun yang perlu digarisbawahi adalah peringatan ini hanya khusus
kepada bangsa Persia saja karena jika kita melihat sebab wurud hadis di atas dapat
kita ketahui perkataan Rasulullah saw. Tersebut diucapkan setelah wafatnya
Kisra, Rasulullah lalu bertanya : siapa yang mengantikannya, lalu sahabat
menjawab : anak wanitanya, lalu rasulullah menyabdakan hadis di atas. Hal ini
mungkin karena anak perempuan Kisra tersebut tidak memiliki kapabilitas untuk
menjadi pemimpin. Dalam surat al-Naml ayat 23 disebutkan
Ibnu Ashu>r menyatakan dalam tafsirnya bahwa pemakaian al-Quran terhadap
kata dalam bentuk nakirah mengindikasikan suatu perkara yang luar biasa
sehingga wanita tersebut merupakan wanita yang cerdas dan kapable. Juga dalam
Firman Allah :
12
:
:
" :
14
."
Namun alangkah menyedihkan ketika kita melihat realitas bangsa kita sebagai
bangsa yang mayoritas beragama islam. Kita melihat hukum dipermainkan
sedemikian rupa. Hukum bahkan berharga sangat mahal.
D. Profesionalisme
Firman Allah swt. :
15
Dalam ayat di atas Nabi Yusuf meminta untuk diberikan tanggung jawab sebagai
pejabat yang bertugas untuk mengatur hasil bumi. Permintaan Nabi Yusuf
tersebut dikarenakan Nabi Yusuf tahu bahwa ia memiliki kapabilitas dan
profesionalisme dalam mengatur hasil bumi.
Sifat yang menjadikan Nabi Yusuf berani untuk meminta jabatan tersebut adalah
dua sifat yang disebutkan dalam ayat di atas yaitu h}afi>z} berarti dapat
dipercaya untuk menjaga amanah yang diembannya. Sifat kedua adalah ali>m
yaitu pengetahuan terhadap tugas yang ia emban.16
17
15
:
:
:
:
:
:
:
:
.
: - -
:
:
:
:
E. Sehat jasmani dan rohani
Dalam sebuah hadis disebutkan :
:
:
:
:
18
Diriwayatkan dari Abu Dhar ia berkata : saya berkata : wahai Rasulullah, kenapa
engkau tidak memakaiku ? Abu Dhar berkata : lalu Rasulullah menepuk
pundakku kemudian bersabda : Wahai Abu Dhar sesungguhnya engkau adalah
seorang yang lemah dan ia adalah amanah yang pada hari kiamat merupakan
kehinaan dan penyesalan, kecuali orang yang mengambilnya dengan haknya dan
menunaikannya.
Imam al-Nawawi menyatakan dalam sharah hadis ini bahwa lemah disini adalah
lemah dalam mengemban tugas-tugas yang diembannya. Adapun kehinaan dan
penyesalan di akhirat diakibatkan karena ketidakcocokan dengan tugasnya atau
18
cocok namun tidak dapat berbuat adil.19 Dalam istilah kontemporer kita kenal
dengan right man in the right place.
III. Penutup
Dari pembahasan di atas kita dapat mengambil beberapa kesimpulan bahwa dalam
memilih pemimpin al-Quran memberikan kategorisasi yang begitu jelas dan tegas.
Seharusnya sebagai umat islam, kita harus mengedepankan kategorisasi al-Quran dalam
pemilihan pemimpin di atas pertimbangan apapun.
Secara singkat kategorisasi tersebut adalah :
A. Beragama islam
B. Berjenis kelamin laki-laki atau perempuan yang memiliki kemampuan di atas
laki-laki.
C. Bersifat adil dan dapat menegakkan supremasi hukum.
D. Bersikap profesional dalam mengemban tugas.
E. Sehat jasmani dan rohani sehingga dapat mengemban amanah dengan sebaikbaiknya.
Daftar Pustaka
19
Abu Zakariya Muhyiddin Yahya bin Sharaf al-Nawawi, al-Miha>j Sharh S{ah}i>h Muslim bin alHajja>j, Vol 12 ( Beirut : Da>r Ih}ya> al-Tura>th al-Arabi>, 1392 H.), 210.
Bukha>ri (al), Muhammad bin Ismail Abu Abdillah. S{ahi>h al-Bukha>ri>. Vol 06.
t.t : Da>r T{auq al-Naja>h, 1422 H.
Dawud, Abu. Musnad Abi Dawud al-Taya>lisi>. Vol 2. Mesir : Da>r Hajar, 1999.
H{ajja>j (al), Muslim bin. S{ah{i>h Muslim. Vol 3. Beirut : Da>r Ih}ya> al-Tura>th
al-Arabi>, t.th.
Nawawi (al), Abu Zakariya Muhyiddin Yahya bin Sharaf. al-Miha>j Sharh S{ah}i>h
Muslim bin al-Hajja>j. Vol 12. Beirut : Da>r Ih}ya> al-Tura>th al-Arabi>,
1392 H.
Shara>wi (al), Muhammad Mutawally>. Tafsi>r al-Shara>wi>. Vol 3. Kairo :
Mat}a>bi Akhba>r al-Yaum, 1997.
Shayba>ni> (al), Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hila>l bin
Asad. Musnad al-Ima>m Ahmad bin Hanbal. Vol 34. t.tp : Muassasah alRisa>lah, 2001.
T{u>nisi> (al), Muhammad al-T{a>hir bin Muhammad bin Muhammad al-T{a>hir
bin A<shu>r. al-Tah}ri>r wa al-Tanwi>r. Vol 19. Tunis : Da>r al-Tunusiah li
al-Nashr, 1984.