Anda di halaman 1dari 15

MEMBANGUN KESADARAN KAUM HAWA

TERHADAP RASA MALU DI GENERASI 4.0

Dina Maulinda1, Novia Alifah Mawardah2, Rayna Nur Rahmah3


1
SMAIT AR-Rahman, Banjarbaru, dinamaulinda30@gmail.com
2
SMAIT AR-Rahman, Banjarbaru, novialifh24@gmail.com
3
SMAIT AR-Rahman, Banjarbaru, raynanurrahmah@gmail.com

Abstrak

Di era generasi 4.0 banyak sekali aplikasi-aplikasi yang sangat canggih


dan jangkauan sebarannya sangat luas, salah satunya media sosial seperti
Instagram dan Tik Tok. Hal tersebut mampu memunculkan berbagai dampak,
salah satunya adalah dampak negatif. Seperti fenomena saat ini banyak kaum
hawa yang mulai kehilangan rasa malu dalam berbagai aspek penerapan sehari-
hari, mengikuti perkembagan teknologi generasi ini. Sehingga hakikat penciptaan
wanita yang seharusnya menjadi perhiasan dunia dengan keshalihahannya,
menjadi tak lagi bermakna. Padahal Allah SWT telah menjadikan rasa malu
sebagai mahkota kemuliaannya. Dan Allah SWT telah mengatur wanita dalam
menjaga kemuliannya yang bersumber dari Al-Qur’an surah An-Nur ayat
31tentang gambaran kaum hawa pada zaman Rasulullah saw. Hubungan surah ini
terhadap rasa malu diawali dengan adanya kemunculan aktivitas kaum hawa
dalam kehidupan sehari-hari, dimana mereka belum sadar bahwasanya rasa malu
itu adalah mahkotanya kaum hawa. Namun banyak kaum hawa yang sekarang
tidak lagi memakai landasan-landasan yang berdasarkan islam sehingga mereka
tidak lagi memikirkan tentang rasa malu. Telah banyak kaum hawa yang sekarang
berjoget tidak jelas, mengumbar aurat,bahkan berkata kasar. Adapun tujuan dari
karya tulis ini untuk mengetahui pandangan islam dan menumbuhkan tentang rasa
malu terhadap kaum hawa di generasi 4.0.

Kata kunci: rasa malu, kaum hawa, generasi 4.0

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Revolusi Industri 4.0 sering disebut dengan cyber physical system yaitu
menitikberatkan teknologi otomatisasi dengan teknologisiber. Ciri utamanya
adalah penggabungan informasi dan teknologi komunikasi (Andiana Moedasir,
2022). Pada revolusi industri 4.0 ini melibatkan generasi yang sering disebut
generasi Z dan generasi Alpha, di mana generasi tersebut sudah memiliki
perkembangan teknologi yang sangat canggih.
Di era generasi 4.0 berbagai inovasi teknologi lahir, tidak ketinggalan
dalam bidang informasi konunikasi. Perusahaan-perusahaan layanan jejaring
sosial berlomba memimpin kemajuan bidang tersebut, dengan meluncurkan
aplikasi-aplikasi yang sangat canggih dan dapat tersebar luas, salah satunya media
sosial seperti Instagram dan Tik Tok. Hal tersebut mampu memunculkan berbagai
dampak, salah satunya adalah dampak negatif. Seperti fenomena sekarang banyak
kaum hawa yang mulai kehilangan rasa malu dalam berbagai aspek penerapan
sehari-hari, mengikuti perkembagan teknologi generasi ini. Mereka tidak lagi
merasa malu tampil di layar media sosial seperti berjoget tidak jelas, mengumbar
aurat, membuat konten yang tidak bermanfaat, hanya untuk mencari perhatian
netizen dan dikenal dikalangan media sosial.
Pada zaman ini rasa malu pada wanita telah pudar, sehingga hakikat
penciptaan wanita yang seharusnya menjadi perhiasan dunia dengan
keshalihahannya, menjadi tak lagi bermakna. Di era ini wanita hanya dijadikan
objek kesenangan hawa nafsu (Sa'id, 1431 H).

Islam telah menerapkan syariat yang mengatur wanita dalam menjaga


marwahnya yang bersumber dari Al-Qur’an maupun hadis, serta gambaran kaum
hawa pada zaman Rasulullah saw. Hal tersebut bisa kita lihat dalam QS. An-Nur:
31 tentang perintah terhadap wanita agar menjaga kehormatannya disertai rasa
malu. Namun semua itu tidak akan merenggut kebebasan kaum hawa untuk
mengembangkan potensi diri.

2
Berbagai landasan-landasan Islam mengenai rasa malu pada diri wanita
yang mulai pudar pada generasi 4.0 ini, mendorong kami untuk mengkaji dan
berpikir secara ilmiah agar menemukan solusi dalam “Membangun Kesadaran
Kaum Hawa Terhadap Rasa Malu di Generasi 4.0” sebagai langkah dalam
membangun masyarakat yang berdasarkan paradigma qur’ani di era generasi 4.0.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan
permasalahan dari karya tulis ini, yaitu:
1. Bagaimana korelasi Nilai-Nilai QS. An-Nur: 31 dalam Kesadaran Akan
Rasa Malu Kaum Hawa di Generasi 4.0?
2. Bagaimana cara membangun kesadaran kaum hawa di zaman sekarang
yang sudah mulai kehilangan rasa malunya menurut pandangan islam?
C. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan pada esensinya untuk mengetahui tujuan
terhadap objek yang diteliti. Adapun tujuan dari karya tulis ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pandangan islam tentang rasa malu terhadap kaum
hawa;
2. Untuk menumbuhkan kembali mahkota kaum hawa yaitu sifat malu.
D. Ruang Lingkup
Karya tulis ini memiliki ruang lingkup sebagai berikut:
1. Pembahasan untuk memperluas pengetahuan tentang rasa malu yang
ditujukan untuk generasi Z dan generasi Alpha,
2. Pembahasan pengetahuan tentang dalil-dalil Al-Quran dan Hadits yang
berkaitan dengan sifat malu.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Menjaga Pandangan Bagi Wanita
Termasuk adab yang harus diperhatikan oleh seorang wanita yaitu
menjaga pandangan atau gad al-Bashar. Gad al-Bashar terdiri dari dua kata yaitu
kata gadda yang berart imenahan atau menundukan, dan kata basara yang berarti
melihat atau memandang. Para ulama tafsir, salah satunya Ibnu Katsi rmengatakan
bahwa yang dimaksud gad al-bashar adalah menahan, menundukkan, atau
menjaga pandangan. Alasan wanita harus menjaga pandangan salah satunya
adalah agar wanita tidak mengumbar penglihatan dan tidak menikmati pandangan
terhadap lawan jenis karena hal tersebut dapat menimbulkan fitnah.
Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah banyak yang mengetahui bahwa
seorang wanita itu harus menjaga pandangannya, tetapi pada kenyataan saat ini
masih banyak kaum hawa yang belum menerapkan. Ditambah lagi kondisi kita
yang kerap kali campur baur dengan lawan jenis tanpa dapat diantisipasi. Inilah
hal yang membuat urgensinya membangun rasa malu pada kaum hawa sehingga
dapat menjaga pandangan.
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Katsir, beliau berkata :

، ‫ فالينظرواإالإلىماأباحلهمالنظرإليه‬،‫هذاأمرمناللهتعالىلعبادهالمؤمنينأنيغضوامنأبصارهمعماحرمعليهم‬
‫وأنيغضواأبصارهمعنالمحارم‬

Artinya: “Ini adalah perintah dari Allah Ta’ala kepada hamba-hambaNya


yang beriman untuk menjaga (menahan) pandangan mereka dari hal-hal yang
diharamkan atas mereka. Maka janganlah memandang kecuali memandang
kepada hal-hal yang diperbolehkan untuk dipandang. Dan tahanlah
pandanganmu dari hal-hal yang diharamkan.” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/41).
Dengan menjaga pandangan mata bagi seorang wanita itu menjadi salah
satu dasar dan sarana untuk menjaga rasa malunya, serta menanggulangi kesoalan-
kesoalan yang pada dasarnya bermula dari pandangan mata yang tidak terjaga,
supaya sesuatu hal yang kita tidak inginkan itu tidak akan terjadi dikedepan hari.

4
B. Syariat Islam dalam Berpakaian
Pakaian yang baik adalah pakaian yang bisa menutupi aurat baginya. Aurat
seorang wanita adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan, yang mesti
ditutupi dengan memperhatikan hukum–hukumnya seperti batas wilayah aurat dan
orang–orang atau mahram yang dapat melihatnya. Akan tetapi pakaian yang
paling baik adalah pakaian takwa. Dalam QS. Al-A’rafayat 26, yang berbunyi :

َ‫ٰيَبَنِ ٓى َءا َد َمقَ ْدَأن َز ْلنَا َعلَ ْي ُك ْملِبَاسًايُ ٰ َو ِرى َسوْ ٰ َءتِ ُك ْم َو ِري ًشا ۖ َولِبَاسُٱلتَّ ْق َو ٰى ٰ َذلِ َك َخ ْي ٌر ۚ ٰ َذلِ َك ِم ْن َءا ٰيَتِٱللَّ ِهلَ َعلَّهُ ْميَ َّذ َّكرُون‬

Artinya: “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan


kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan.
Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian
dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.”

Prinsip dalam berpakaian muslimah di Indonesia sebenarnya telah


diketahui oleh banyak kaum wanita, namun berbagai alasan pula muncul dalam
penerapannya, seperti sebuah ungkapan yang sering ditemui dari para wanita
dalam argumentasinya “Jilbab in aja dulu hatinya, baru luarnya” ini menjadi
polemik yang tidak sesuai dengan syariat Islam bahwa menutup aurat dengan
sempurna itu menjadi kewajiban tanpa menunggu sesuatu pun.
Maka dari itu, bagi seorang wanita ketika tidak menutup auratnya dengan
benar ia merasa malu, karena berpakaian yang menutupi auratnya adalah salah
satu dasar dan sarana dalam menjaga rasa malu.
C. Bersikap dan Bertutur Kata yang Baik
Dalam Islam, seorang wanita yang baik adalah ia yang menjaga sikap dan
tuturkatanya, karena ia memahami bahwasannya Islam telah memerintahkan
untuk bersikap dan bertutur kata yang baik sesuai adab dalam syariat. Dan rasa
maluakan membentenginya dari cara berinteraksi yang kelak akan disesalinya.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Huraira, beliau berkata:
“Siapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang
baik atau lebih baik diam (apabila tidak mampu berkata baik)” (HR. Bukhari dan
Muslim).

5
Hadis tersebut mengatakan bahwasanya sebagai seorang muslim alangkah
baiknya jika bertutur kata yang baik, dan ketika seorang muslim tidak bisa
bertutur kata yang baik lebih baik diam, karenabisajadidengan tutur kata atau
kalimat yang keluar dari mulut kita itu bisa menyakiti atau menyinggung perasaan
orang lain.
Oleh sebab itu sebagai seorang wanita sangatlah diperhatikan
bagaimanacara ia bersikap dan bertutur kata, tidak sembarangan ketika
melakukannya di tempat umum maupun di media social. Karena ketika seorang
wanita berhasil mengamalkan dua hal itu, maka itu menjadi salah satu dasar dalam
menjaga rasa malunya.

6
BAB III
PEMBAHASAN

A. Korelasi Nilai-Nilai QS. An-Nur: 31 dalam Kesadaran Akan Rasa Malu


Kaum Hawa di Generasi 4.0
Malu adalah salah satu akhlak yang muncul dari diri seseorang
dikarenakan sadar akan perbuatan yang dilakukan. Berdasarkan tafsir Imam Ibnul
Qayyim menulis, “Haya’ (malu) beasal dari kata hayah (hidup). Sekedar apa hati
hidup sekedar itu pula kekuatan akhlak malu, sedikitnya akhlak malu
menunjukkan matinya hati dan ruh. Sedangkan menurut Fadhlullah Al-Jailani,
malu adalah perubahan yang menyelubungi seseorang lantaran khawatir kepada
sesuatu yang tercela, sesuatu yang sejatinya buruk.
Maka rasa malu bisa tercipta, pertama, atas dasar pemahaman diri sendiri
tentang perasaan bersalah. Kedua, berdasarkan keyakinan suatu masyarakat dalam
lokal budaya tertentu. Ini biasanya disebut dengan “kearifanlokal”. Ketiga, lahir
dari pemahaman atas doktrin ketuhanan (Akhmad Mujahidin, 2016). Bangsa
Indonesia mayoritas adalah umat beragama, dan nilai kehidupan serta budayanya
sarat dan terpengaruh oleh agama serta kepercayaan pada tuhan. Allah SWT,
tuhan semesta alam umat islam, telah dengan jelas berfirman dalam Al-Qur’an
mengenai perintah terhadap kaum wanita, yang ia tak akan mampu terwujud tanpa
dimiliknya rasa malu. Firman tersebut tertera dalam Q.S. An-Nur: 31 yang
berbunyi:
َ‫ظهَ َر ِم ْنهَا ۖ َو ْليَضْ ِر ْبن‬ َ ‫ين ِزينَتَه َُّن ِإاَّل َما‬ ‹َ ‫ظنَ فُرُو َجه َُّن َواَل يُ ْب ِد‬ ْ َ‫ص ِر ِه َّن َويَحْ ف‬ َ ٰ ‫ت يَ ْغضُضْ نَ ِم ْن َأ ْب‬ ِ َ‫َوقُل لِّ ْل ُمْؤ ِم ٰن‬
‫ين ِزينَتَه َُّن ِإاَّل لِبُعُولَتِ ِه َّن َأوْ َءابَٓاِئ ِه َّن َأوْ َءابَٓا ِء بُعُولَتِ ِه َّن َأوْ َأ ْبنَٓاِئ ِه َّن َأوْ َأ ْبنَٓا ِء‬ ‹َ ‫بِ ُخ ُم ِر ِه َّن َعلَ ٰى جُ يُوبِ ِه َّن ۖ َواَل يُ ْب ِد‬
‫ت َأ ْي ٰ َمنُه َُّن َأ ِو ٱل ٰتَّبِ ِعينَ َغي ِْر ُأ ۟ولِى‬ ْ ‫بُعُولَتِ ِه َّن َأوْ ِإ ْخ ٰ َونِ ِه َّن َأوْ بَنِ ٓى ِإ ْخ ٰ َونِ ِه َّن َأوْ بَنِ ٓى َأ َخ ٰ َوتِ ِه َّن َأوْ نِ َسٓاِئ ِه َّن َأوْ َما َملَ َك‬
‫ت ٱلنِّ َسٓا ِء ۖ َواَل يَضْ ِر ْبنَ بَِأرْ ُجلِ ِه َّن لِيُ ْعلَ َم َما ي ُْخفِينَ ِمن‬ ِ ‫ُوا َعلَ ٰى عَوْ ٰ َر‬ ۟ ‫ظهَر‬ ْ َ‫ال َأ ِو ٱلطِّ ْف ِل ٱلَّ ِذينَ لَ ْم ي‬ ِ ‫ٱِإْل رْ بَ ِة ِمنَ ٱل ِّر َج‬
َ‫ِزينَتِ ِه َّن ۚ َوتُوب ُٓو ۟ا ِإلَى ٱهَّلل ِ َج ِميعًا َأيُّهَ ْٱل ُمْؤ ِمنُونَ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬
Artinya: ”Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau

7
putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-
laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara
perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka
miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah
mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung”.
Ayat ini dengan jelas berisi perintah kepada kaum wanita untuk menahan
pandangannya, menjaga kemaluannya, menutup aurat, dan tidak menampakkan
perhiasan selain yang biasa tampak kepada yang selain mahramnya. Maksud
perhiasan disini adalah tempat dipakainya perhiasan seperti telinga, leher, kaki.
Poin-poin diatas telah dibahas di bab sebelumnya. Berbicara mengenai perintah
ini, bahwa penerapannya telah memudar oleh kaum wanita di Indonesia seperti
yang kita lihat saat ini. Dimana kemajuan teknologi memacu mereka untuk
mencapai pengakuan oleh publik tanpa memperhatikan rasa malu, yang
disebabkan kurangnya pemahaman islam.
Media sosial, sebagai tujuan utama dalam permasalahan implementasi rasa
malu ini, contoh saat kemajuan teknologi di generasi 4.0. Tak perlu dipungkiri
jika orang-orang saat ini lebih banyak terlihat sibuk dengan gadget untuk
berselancar di dunia maya daripada dengan kondisi sekitarnya. Hal tersebut
membuat presentasi diri di media sosial menjadi kegiatan yang sangat penting.
Presentasi diri (self presentation) biasanya dilakukan seseorang untuk memulai
sebuah hubungan dengan orang lain dengan cara pengungkapan diri. Presentasi
diri dilakukan agar individu dapat diterima dengan baik oleh lingkungan
sekitarnya. Agar dapat diterima oleh masyarakat, individu akan melakukan
pengelolaan kesan (Kusumasari & Hidayati, 2014).
Presentasi diri ini berjalan beriringan dengan media sosial sebagai alatnya.
Media sosial yang khasnya memiliki publikasi umum dan dapat diakes siapa saja
akhirnya menimbulkan berbagai tren yang terkadang tak sesuai dengan nilai-nilai
islam terutama sikap rasa malu. Dan kaum wanita tak ketinggalan menjadi
partisipan, yang menunjukkan memudarnya pemahaman atas rasa malu yang

8
menjadi mahkota kaum wanita. Kemudian hal tersebut yang memunculkan
dampak negatif, seperti hilangnya privasi, hingga cybercrime.
Namun perlu digaris bawahi, bahwa tidak semua penggunaan sosial media
memiliki konotasi negatif, bahkan dapat menjadi sarana dalam menyebarkan
ajaran-ajaran islam kepada umat muslim dan kaum wanita. Inilah yang perlu
dibangun dalam pemanfaatan teknologi di generasi 4.0, untuk menghadirkan
masyarakat yang berparadigma qur’ani.

B. Menumbuhkan Kesadaran Kaum Hawa di Zaman Sekarang yang Sudah


Mulai Kehilangan Rasa Malunya Menurut Pandangan Islam.
Islam telah menekankan bagaimana rasa malu merupakan identitas yang
wajib dimiliki oleh orang beriman, terutama kaum wanita yang sangat dijaga di
dalam islam. Seperti riwayat Zaid bin Thalhah Radhiallahu' Anhu bahwa
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda
“ ‫ق ْاِإل ْسالَ ِم ْالـ َحيَا ُء‬
ُ ُ‫“ ِإ َّن لِ ُك ِّل ِدي ٍْن ُخلُقًا َو َخل‬

Artinya: “Setiap agama memiliki akhlak dan akhlak Islam adalah malu.”
Berdasarakan hadist tersebut, bahwa rasa malu merupakan ciri khas dari
agama Islam, namun zaman demi zaman rasa malu itu mulai memudar
dikarenakan kurangnya pemahaman islam terhadap diri nya sendiri. Padahal rasa
malu adalah sifat mulia yang harus dimiliki oleh seluruh umat terutama kaum
hawa, dalam ikhtiar untuk menjaga kehormatan. Sebagai kaum hawa yang
fitrahnya tercipta sebagai mahkluk terindah di muka bumi Allah Swt. telah
mengaruniakan kepada kaum hawa hidayah kepadanya. Namun banyak, sebagian
dari kaum hawa yang tidak menyadari betapa berharganya diri mereka. Sehingga,
banyak dari mereka merendahkan dirinya dengan meninggalkan rasa malu.
Berbicara mengenai kesadaran tentang rasa malu, menjadi salah satu
kondisi yang berkesinambungan sebelum era ini, dimana itu terus berkelanjutan
perjalanannya dengan menemui tantangan yang berbeda seiring perubahan zaman.
Sehingga menjadi salah satu keterkaitan rasa malu dengan menutup aurat. Di era
90an pemerintahan orde baru melarang penggunaan hijab di sekolah-sekolah
karena menganggapnya sebagai bentuk sikap oposisi terhadap mereka. Kini,

9
penggunaan busana muslimah mendapatkan kebebasan, namun menjumpai
tantangan yang berbeda dimana teknologi tak lepas dari kehidupan.
Rasa malu itu sendiri terbagi menjadi 2 macam, yaitu malu yang terbentuk
secara alami (bawaan) dan malu yang terbentuk karena usaha.
Pertama, malu yang terbentuk secara alami, merupakan malu yang sudah menjadi
bawaan dari seseorang, ia tidak memerlukan usaha untuk membentuk rasa malu
itu. Malu secara alami (naluri) sebenarnya dimiliki oleh setiap orang dan
merupakan anugerah dari Allah. Rasulullah berdoa, “Rasa malu hanya
menyenangkan bagi mereka” (HR Bukhari).
Kedua, malu yang terbentuk merupakan malu yang diusahakan dan diwujudkan
dengan usaha yang sungguh-sungguh. Malu ini didapat dari proses mengenal
Allah swt , mengenal Rasulullah dan mengenal Islam secara kaffah. Malu ini juga
didapat dari kedekatan seorang hamba kepada Al-Khaliq, kepada Rasulullah dan
kepada Islam. Dengan adanya rasa cinta kepada sang pencipta sehingga dapat
mengantarkan seseorang kepada sikap patuh dan taat terhadap ajaran-ajaran islam,
salah satunya adalah terdorong untuk memiliki rasa malu.
Dalam membangun kesadaran kaum hawa akan rasa malu ini, rasa malu
memiliki tiga bentuk yang mesti dimiliki. Adapun itu yaitu:
1. Malu Kepada Allah Swt
Seseorang yang memiliki rasa malu kepada allah swt, maka ia akan selalu
mengerjakan perbuatan yang dicintai oleh Allah swt dan meninggalkan perbuatan
yang dibenci oleh Allah swt. Rasa malu ini dapat menghindari seseorang untuk
berbuat dosa dikarenakan ia merasa Allah swt selalu mengawasi dirinya tanpa
melewatkan sedikitpun keadaan.
2. Malu Kepada Diri Sendiri
Seseorang yang memiliki rasa malu kepada dirinya sendiri, ia akan
berusaha untuk tidak melakukan perbuatan yang Allah swt benci saat dirinya
sendiri. Sehingga rasa malu ini dapat menahan diri kita dari perbuatan dosa.
3. Malu Kepada Orang Lain
Bentuk rasa malu ini juga kita perlukan, karena kita tidak akan melakukan
peruatan yang tercela di hadapan orang lain dikarenakan memiliki rasa malu.

10
Seseorang yang memiliki rasa malu sudah tentu akan menjaga segala
perbuatannya karena ia sadar bahwa rasa malu sudah pasti mendatangkan
kebaikan. Maka ia akan selalu menjaga segala perbuatan yang hendak
dilakukannya baik disaat ada yang melihat ataupun tidak, karena ia mengimani
bahwa Allah SWT-lah yang Maha Melihat segala perbuatannya.
Apabila seorang hamba hilang rasa malunya, maka secara bertahap
perilakunya akan buruk, kemudian menurun kepada yang lebih buruk, dan terus
meluncur ke bawah dari yang hina menjadi lebih hina sampai ke derajat paling
rendah. Sebenarnya rasa malu itu mengikat dengan keimanan. Hal ini memberikan
isyarat bahwa rasa malu adalah bagian dari iman. Sementara keimanan dalam
Islam adalah bagian dari aqidah.
Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah bersabda bahwa, “Tidaklah suatu perbuatan ada
pada suatu perbuatan melainkan akan merusak nilai perbuatan itu, dan
menimbulkan rasa malu pada suatu perbuatan tetapi akan memperindah
itu.” (HR.Ibnu Majah dan Tirmidzi). Rasa malu yang ada pada dirinya adalah hal
yang membuat dirinya terhormat dan dimuliakan. Ketika kaum hawa menyadari
akan fitrahnya, maka dia akan paham bahwasanya rasa malu itu pun menjadi hak
baginya.
Islam telah menekankan betapa rasa malu menjadi bagian diri umat
muslim dalam berkehidupan dan melaksanakan syari'at islam. Terutama karena
hukum hukum islam yang kompleks dan menyeluruh, menimbulkan sikap malu
pada seorang muslim beriman ketika melihat atau melakukan perbuatan yang
tidak disukai Allah SWT (Ridwan Anwar, 2020).
Maka dari itu Agama Islam memerintahkan umatnya untuk memiliki rasa
malu karena dapat meningkatkan akhlak dan keimanan seseorang menjadi tinggi.
Orang yang tidak memiliki rasa malu, maka akhlak dan keimannya pasti rendah
dan pasti tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya. Sehingga saat fenomena
memudarnya rasa malu melalui kemajuan teknologi yang sedang merebak, maka
terlihatlah kualitas keimanan kita.
Yang mesti berpastisipasi dalam membangun kesadaran kaum hawa akan
rasa malu, ialah kita yang telah memahaminya. Dengan edukasi mengenai rasa
malu berdasarkan landasan islam kepada kaum hawa muslimah, untuk menjaga

11
kehormatan serta mematuhi perintah Allah swt. Hal tersebut dapat kita lakukan
secara langsung, melalui kajian-kajian keislaman yang sekarang juga mengikuti
perkembangan zaman dan tidak terlalu konservatif atau membosankan menurut
pandangan sebagian orang. Kemudian tentu saja edukasi melalui platform media
sosial sangat utama, jangakauannya pasti luas dan media yang menarik. Hal itu
disebabkan karena polemik kesadaran rasa malu ini berporos pada teknologi
media sosial, maka harus pula diimbangi dengan edukasi pada aplikasi yang sama
pula.
Membangun rasa malu pada kaum hawa ini, sama sekali tidak berarti
membatasi gerak seorang muslimah dalam beraktivitas, menyuarakan suara,
mengejar pendidikan dan pekerjaan, dll. Seperti yang dapat kita lihat pada tokoh-
tokoh wanita yang menjaga marwahnya, namun dapat mengukir prestasi di
berbagai bidang. Akan tetapi hal tersebut sebagai panduan dan batasan oleh islam
yang bertujuan untuk kebaikan dan kehormatan kaum hawa yang sangat dijaga di
dalam islam.

12
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesadaran rasa malu terhadap kaum hawa sangat kuat dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam surah An-Nur ayat 31. Nilai-nilai yang terkandung dari
ayat Al-Qur’an tersebut diantaranya menjaga pandangan, syariat berpakaian, dan
bersikap serta bertutur kata yang baik. Nilai-nilai moral tersebut merupakan esensi
dari kesadaran rasa malu terhadap kaum hawa itu sendiri.
Hubungan nilai-nilai surah An-Nur ayat 31 terhadap rasa malu diawali
dengan adanya kemunculan aktivitas kaum hawa dalam kehidupan sehari-hari,
dimana mereka belum sadar bahwasanya rasa malu itu adalah mahkotanya kaum
hawa. Kemudian dipertengahan pembahasan, diberi beberapa nasehat yang
bersumber dari surah Al-Qur’an maupun hadits, dan diakhiri dengan sadarnya
kaum hawa akan pentingnya memiliki rasa malu.
B. Saran
Perlu edukasi tentang kesadaran rasa malu yang di sampaikan dengan
menarik dan menghibur guna meningkatkan ketertarikan akan edukasi tersebut,
serta rasa cinta akan pentingnya menjaga rasa malu terhadap kaum hawa.

DAFTAR PUSTAKA

13
Elhasany, Z. (t.thn.). Makalah Sifat Malu atau Rasa Malu. Tasawuf. Dipetik
September 25, 2022, dari
http://artikelilmiahlengkap.blogspot.com/2013/01/makalah-sifat-malu-atau-
rasa-malu.html
Fatmawati, C. (2020, November). Al-Haya' Dalam Perspektif Psikologi Islam:
Kajian Konsep dan Empiris. Jurnal Studia Insania(8), 99-118. doi:10.18592
Kusumasari, H., & Hidayati, S. D. (2014). Rasa Malu Dan Presentasi Diri Remaja
di Media Sosial. Jurnal Psikologi Teori & Terapan(4), 91-105. Dipetik
September 27, 2022
Wahyuddin, W. (2017, Juni). BUDAYA MALU DALAM KEHIDUPAN
SEHARI-HARI: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN
BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA. Jurnal Pendidikan Karakter
"JAWARA"(3), 92-103. Dipetik September 27, 2022
AL-Mishri, M. (2007). Manajemen Akhlak Salaf: Membentuk Akhlak Seorang
Muslim dalam Hal Amanah, Tawadhu', dan Malu. (T. E. Arafah, Penyunt., &
I. Asy-Syafi'i, Penerj.) Solo: Pustaka Arafah. Dipetik September 26, 2022,
dari https://books.google.co.id/books?id=IubJNZ-
MERMC&pg=PA7&lpg=PA7&dq=buku+Manajemen+Akhlak+Salaf&sourc
e=bl&ots=lrzhE7pvjX&sig=YvIKTrL3CAFVn-
qq00i_jykJ0Ik&hl=id&sa=X&ei=dTb9VPqEGdCPuATe44DoAg&ved=0CB
wQ6AEwAA#v=onepage&q&f=true
Anwar, R. (2020, September). Rasa Malu Menggambarkan Kwalitas Keimanan
Seorang Muslim. Dipetik September 27, 2022, dari mahkamahagung:
https://badilag.mahkamahagung.go.id/pojok-dirjen/pojok-dirjen-badilag/rasa-
malu-menggambarkan-kwalitas-keimanan-seorang-muslim
GENERASI MUDA DALAM ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0. (2020, Februari).
Dipetik September 24, 2022, dari Inspektorat Jenderal:
https://itjen.dephub.go.id/2020/02/17/generasi-muda-dalam-era-revolusi-
industri-4-0/
Hakim, S. M. (2018, September). Menundukkan Pandangan Mata. Dipetik
September 27, 2022, dari Muslim.or.id: https://muslim.or.id/26590-
menundukkan-pandangan-mata.html
Mahardika, J. (2019, November). Apakah Yang Dimaksud Dengan Menjaga
Pandangan (Gadhul Bashar) Dalam Islam? Dipetik September 27, 2022, dari
Dictio Community: https://www.dictio.id/t/apakah-yang-dimaksud-dengan-
menjaga-pandangan-gadhul-bashar-dalam-islam/61449
Mujahidin, A. (2016, June). Rasa Malu. Dipetik September 27, 2022, dari uin-
suska: https://www.uin-suska.ac.id/2016/06/09/rasa-malu-prof-dr-akhmad-
mujahidin/#:~:text=Salah%20satu%20ciri%20utama%20fitrah,(7)%20%3A
%20179)
Rizqa, H. (2019, Juli Jumat). Rasa Malu dan Iman Seorang Muslim. Dipetik
September 27, 2022, dari REPUBLIKA.co.id:
https://www.republika.co.id/berita/pv8v7r458/rasa-malu-dan-iman-seorang-
muslim
Sa'id, U. (1431 H, Jumadil Ula). Muslimah Cantik, Bermahkota Rasa Malu.
Dipetik September 27, 2022, dari muslimah.or.id:
https://muslimah.or.id/1182-muslimah-cantik-bermahkota-rasa-malu.html

14
Sasongko, A. (2019, Juli Sabtu). Medsos dan Hilangnya Rasa Malu Anak. Dipetik
September 27, 2022, dari REPUBLIKA.co.id:
https://www.republika.co.id/berita/pu74ku318/medsos-dan-hilangnya-rasa-
malu-anak
Sasongko, A. (2019, Juli Sabtu). Medsos dan Hilangnya Rasa Malu Anak. Dipetik
September 27, 2022, dari REPUBLIKA.co.id:
https://www.republika.co.id/berita/pu74ku318/medsos-dan-hilangnya-rasa-
malu-anak
Surat Al-A’raf Ayat 26. (t.thn.). Dipetik September 27, 2022, dari TafsirWeb:
https://tafsirweb.com/2480-surat-al-araf-ayat-26.html
Surat An-Nur Ayat 31. (t.thn.). Dipetik September 27, 2022, dari TafsirWeb:
https://tafsirweb.com/6159-surat-an-nur-ayat-31.html
Umi, R. (2013, November). Bicara Baik atau Diam. Dipetik September 27, 2022,
dari Muslimah.Or.Id: https://muslimah.or.id/5118-bicara-baik-atau-diam.html
Widaningsih. (2020, Oktober Senin). Malu Sebagai Mahkota Kemuliaan
Perempuan. Dipetik September 27, 2022, dari sindonews:
https://kalam.sindonews.com/read/186056/72/malu-sebagai-mahkota-
kemuliaan-perempuan-1601874637
Wijaya, T. M. (2020, Maret Selasa). Mengapa Allah Perintahkan Ghadlul Bashar
atau Jaga Pandangan? (Mahbib, Editor) Dipetik September 27, 2022, dari
islam.nu.or: https://islam.nu.or.id/syariah/mengapa-allah-perintahkan-
ghadlul-bashar-atau-jaga-pandangan-9DCC9
Yazid. (t.thn.). Malu Adalah Akhlak Islam. Dipetik September 27, 2022, dari
almanhaj: https://almanhaj.or.id/12190-malu-adalah-akhlak-islam-2.html

15

Anda mungkin juga menyukai