Anda di halaman 1dari 9

LEADERSHIP: KEPEMIMPINAN DALAM PERSPEKTIF

HADITS

Qodri Hasan

Uneversitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanudin Banten

Email: qodrihsn@gmail.com

Abstract: Leaders and leadership are two interrelated problems of daily life in
society, organization, nation and state. The development level of society,
organizations and nations and countries influenced by the leaders and leadership.
Islam itself as a religion rahmatan lil 'Alamin also put the issue of leaders and
leadership as one of the major issues in his teaching. In the Qur'an and Hadith
leadership gets a share of the discussion is not small, many verses of the Koran
and the hadiths of the Prophet who Membincang about leadership. In the Islamic
concept itself, leadership can be defined as a concept of interaction,
relationships, processes of authority, influence activities, directs and coordinates
both horizontally and vertically.

Keywords: leadership, al-Qur’an, hadith

Abstrak: Pemimpin dan kepemimpinan merupakan dua persoalan keseharian


yang saling berkaitan dalam kehidupan bermasyarakat, berorganisasi, berbangsa
dan bernegara. Maju dan mundurnya masyarakat, organisasi maupun bangsa dan
Negara dipengaruhi oleh para pemimpin dan kepemimpinannya. Islam sendiri
sebagai agama rahmatan lil ‘alamin juga menempatkan persoalan pemimpin dan
kepemimpinan sebagai salah satu persoalan pokok dalam ajarannya. Dalam al-
Qur’an dan Hadits kepemimpinan mendapatkan porsi bahasan yang tidak sedikit,
banyak ayat-ayat al-Qur’an maupun hadits-hadits Nabi yang membincang tentang
kepemimpinan. Dalam konsep Islam sendiri, kepemimpinan dapat diartikan
sebagai sebuah konsep interaksi, relasi, proses otoritas, kegiatan mempengaruhi,
mengarahkan dan mengkoordinasi baik secara horizontal dan vertikal.
Kata-Kata Kunci: kepemimpinan, al-Qur’an, hadits

Pendahuluan

Manusia diciptakan oleh Allah Swt. ke muka bumi ini sebagai khalifah
(pemimpin), oleh sebab itu manusia tidak terlepas dari perannya sebagai
pemimpin yang merupakan peran sentral dalam setiap upaya pembinaan. Hal ini
telah banyak dibuktikan dan dapat dilihat dalam gerak langkah setiap organisasi.
Peran kepemimpinan begitu menentukan bahkan seringkali menjadi ukuran dalam
mencari sebab-sebab jatuh bangunnya suatu organisasi. Dalam menyoroti
pengertian dan hakekat kepemimpinan, sebenarnya dimensi kepemimpinan
memiliki aspek-aspek yang sangat luas, serta merupakan proses yang melibatkan
berbagai komponen di dalamnya dan saling mempengaruhi.

Kalau kita mendengar perkataan kepemimpinan dalam Islam biasanya


asosiasi pertama terarah pada “kepemimpinan tertinggi bagi umat Islam” yang
terkenal dengan sebutan khalifah, imamah, imaratul mukminin dan sebagainya.
Artinya, kepemimpinan tertinggi bagi umat Islam dalam. Definisi yang populer
mengenai khalifah adalah pemimpin tertinggi dalam urusan agama dan dunia
menggantikan Rasululloh Saw.

Imam al-Mawardi dalam kitabnya al-Ahkam al-Sulthoniyah memberikan


definisi khilafah sebagai berikut “Penggantian (tugas) kenabian untuk memelihara
agama dan mengatur urusan dunia”.

Dari kepemimpinan tertinggi ini, kemudian berkembang ke seluruh aspek


kehidupan manusia, sampai ke kelompok yang paling kecil, keluarga dan
individunya. Dalam hal ini, sudah barang tentu kita tidak akan membahas masalah
khalifah, suksesi pimpinan nasional dan sebagainya, akan tetapi kita hanya akan
mempelajari secara sepintas bagaimana mestinya kalau kita kebetulan diserahi
tugas untuk memimpin satu lembaga atau organisasi.
Oleh karena itu, yang perlu kita ketahui adalah sifat-sifat pemimpin
tersebut, sehingga kita dapat meneladaninya atau memudahkan kita untuk
memilih seorang pemimpin.

Pengertian dan Hakikat Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri


seseorang yang memimpin. Yang tergantung dari macam-macam faktor, baik
faktor intern maupun ekstern. Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang
melekat pada diri seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan
tertentu pada situasi tertentu. Kepemimpinan merupakan salah satu aspek
manajerial dalam kehidupan organisasi yang merupakan posisi kunci. Karena
kepemimpinan seorang manajer berperan sebagai penyelaras dalam proses kerja
sama antarmanusia dalam organisasi1

۳ : ‫)ويسفك الدماء وحنن نسبح حبمدك ونقدس لك قال اىن اعلم ماال تعلمون )البقرة‬

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,


”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi”. Mereka berkata
“Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan
darah disana, sedangkan kami bertasbih, memuji-Mu, dan menyucikan nama-
Mu?” Dia berfirman,”Sungguh Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui”(al-Baqarah:30).2

Allah Ta‟ala memberitahukan ihwal pemberian karunia kepada Bani


Adam dan penghormatan kepada mereka dengan membicarakan mereka di al-
Mala‟ul A‟la, sebelum mereka diadakan. Maka Allah berfirman, “Dan ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat.” Maksudnya, hai Muhammad,
ceritakanlah hal itu kepada kaummu. “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
khalifah di bumi.” Yakni, suatu kaum yang akan menggantikan satu sama lain,
kurun demi kurun, dan generasi demi generasi, sebagaimana Allah Ta‟ala

1
Nizar, samsul, dkk, Kepemimpinan Pendidikan dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: Kencana, 2019)
hal. 2-3
2
Syofriansida, Tafsir Maudhu’iy, (Yogyakarta: CV Budi utama, 2015) hal. 24
berfirman, “Dialah yang menjadikanmu sebagai khalifah-khalifah di bumi.” (al-
Faathir: 39). Abdur Razaq, dari Muammar, dan dari Qatadah berkata berkaitan
dengan firman Allah, “Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi orang yang
akan membuat kerusakan padanya.” Seolah-olah Allah memberitahukan kepada
para malaikat bahwa apabila di bumi ada makhluk, maka mereka akan membuat
kerusakan dan menumpahkan darah disana. Perkataan malaikat ini bukanlah
sebagai bantahan kepada Allah sebagaimana diduga orang, karena malaikat
disifati Allah sebagai makhluk yang tidak dapat menanyakan apa pun yang tidak
diizinkan-Nya. Ibnu Juraij berkata bahwa sesungguhnya para malaikat itu berkata
menurut apa yang telah diberitahukan Allah kepadanya ihwal keadaan penciptaan
Adam. Maka malaikat berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya?” Ibnu Jarir berkata, “Sebagian
ulama mengatakan, „Sesungguhnya malaikat mengatakan hal seperti itu, karena
Allah mengizinkan mereka untuk bertanya ihwal hal itu setelah diberitahukan
kepada mereka bahwa khalifah itu terdiri atas keturunan Adam. Mereka berkata,
“Mengapa Engkau hendak menjadikan orang yang akan membuat kerusakan
padanya?” Sesungguhnya mereka bermaksud mengatakan bahwa di antara
keturunan Adam itu ada yang melakukan kerusakan. Pertanyaan itu bersifat
meminta informasi dan mencari tahu ihwal hikmah. Maka Allah berfirman
sebagai jawaban atas mereka, “Allah berkata, “Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui” yakni Aku mengetahui kemaslahatan yang baik
dalam penciptaan spesies yang suka melakukan kerusakan seperti yang kamu
sebutkan, dan kemaslahatan itu tidak kamu ketahui, karena Aku akan menjadikan
diantara mereka para nabi, rasul, orang-orang shaleh, dan para wali.3

‫وىو الذى جعلكم خلئف االرض ورفع بعضكم فوق بعض درجاة ليبلوكم ىف ما اتاكم ان ربك‬
١٦٥: ‫)سريع العقاب وانو لغفور رحيم )االنعام‬

Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi dan


Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas

3
Muhammad Nasib ar-Rifa‟i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid I (Jakarta: Gema Insani Press,
1999), 103-105
(karunia) yang diberikan-Nya, sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat memberi
hukuman dan sungguh Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Al-An‟am: 165)

Memakmurkan berarti membangun untuk meningkatkan segala aspek


kehidupan manusia dan pemenuhan kebutuhan sehingga dengan begitu akan
tercapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia bahkan di akhirat. Perintah
memakmurkan bumi di tunjukan kepada manusia karena memang manusia yang
ditugaskan untuk menjadi khalifah (penguasa) di bumi.

Tugas memakmurkan dan menjadi penguasa bumi bukanlah hal yang


ringan dan mudah. Hal ini memerlukan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
kedua hal tersebut tidak mungkin datang sendiridan diperoleh tanpa adanya
belajar atau usaha mencarinya. Hal ini mengandung pengertian bahwa suatu ilmu
pengetahuan hanya akan diperoleh melalui proses pencarian berupa belajar
mengajar. Itulah sebabnya agama islam sangat menganjurkan bahkan mewajibkan
setiap pemeluknya untuk santiasa menuntut ilmu sepanjang hidup dalam rangka
mengemban tugas-tugas untuk memakmurkan dan menjadi penguasa bumi. 4

Kriteria-Kriteria Khalifatullah

Pada dasarnya manusia diciptakan Allah sebagai Khalifah-nya. Namun hal


ini masih berupa potensi, seperti yang telah dijelaskan terdahulu. Nah agar potensi
itu berkembang dan mewujud secara nyata, maka terdapat seperangkat kriteria
yang harus dipenuhi sehingga manusia benar-benar menjadi khalifah Allah swt.
Kriteria-kriteria Allah itu adalah:

a. Ilmu

Kriteria pertama adalah ilmu, dalam surat al-baqarah ayat 31 sebagai


lanjutan dari ayat 30 yang bercerita tentang khalifah dijelaskan:

َ z‫ َر‬z‫ َع‬z‫ َّم‬zُ‫ ث‬z‫ ا‬z‫ َه‬zَّ‫ ل‬z‫ ُك‬z‫ َء‬z‫ ا‬z‫ َم‬z‫س‬zْ َ ‫أْل‬z‫ ا‬zَ‫ م‬zَ‫د‬z‫ آ‬zَ‫ م‬zَّ‫ ل‬z‫ َع‬z‫َو‬
z‫ن‬zْ zِ‫ إ‬z‫ اَل ِء‬z‫ ٰ َهُؤ‬z‫ ِء‬z‫ ا‬z‫ َم‬z‫س‬zْ zَ‫ أ‬z‫ ِب‬z‫ ي‬z‫ ِن‬z‫ و‬zُ‫ ئ‬z‫ ِب‬z‫َ ْن‬z‫ أ‬z‫ َل‬z‫ ا‬zَ‫ ق‬zَ‫ ف‬z‫ ِة‬z‫ َك‬z‫ اَل ِئ‬z‫ َم‬zْ‫ل‬z‫ ا‬z‫َ ى‬z‫ ل‬z‫ َع‬z‫ ْم‬z‫ ُه‬z‫ض‬

z‫ن‬ َ z‫ ْم‬zُ‫ ت‬z‫ ْن‬z‫ُك‬


َ z‫ ي‬z‫ ِق‬z‫ ِد‬z‫ ا‬z‫ص‬

4
Ikhsan, sokhibul, Jurus Jitu Mendidik Anak, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2019) hal.42
Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang
benar!"

Para mufasir berbeda pendapat tentang pengertian asma yang tercantum


pada ayat di atas. Walaupun berbeda pendapat tentang makna asma, tetapi yang
pasti (al-qadru al-mutayaqqan) dan yang tidak dipersilihkan lagi adalah bahwa
Adam AS dibekali pengetshuan dan ilmu yang tidak dimiliki oleh para malaikat.

Thabathaba’i memberi komentar tentang pengertian asma pada surat al-


baqarah ayat 31 tersebut, beliau menjelaskan bahwa Allah telah menyimpan
dalam diri manusia sebuah potensi ilmu, yang akan nyata dengan mengikuti
petunjuk-nya, jadi untuk menjadi khalifatullah, hendaknya manusia berilmu.
Manusia yang tidak berilmu, tidak bisa dikatakan khalifah Allah swt.

b. Iman dan amal

Pada ayat yang lain, allah berfirman tentang kriteria khalifah yaitu dalam
surat an-nur ayat 55:

zِ z‫ر‬zْ َ ‫أْل‬z‫ ا‬z‫ ي‬z‫ ِف‬z‫ ْم‬z‫ ُه‬z‫ َّن‬zَ‫ ف‬zِ‫ ل‬z‫خ‬zْ َz‫ ت‬z‫س‬zْ َz‫َ ي‬z‫ ل‬z‫ت‬
َ َz‫ ل‬z‫خ‬zْ zَ‫ ت‬z‫س‬zْ z‫ ا‬z‫ ا‬z‫ َم‬z‫ َك‬z‫ض‬
z‫ف‬ zَّ z‫ل‬z‫ ا‬z‫ا‬z‫ و‬zُ‫ ل‬z‫ ِم‬z‫ َع‬z‫ َو‬z‫ ْم‬z‫ ُك‬z‫ ْن‬z‫ ِم‬z‫ا‬z‫ و‬z‫ ُن‬z‫ َم‬z‫ آ‬z‫ َن‬z‫ ي‬z‫ ِذ‬zَّ‫ل‬z‫ ا‬zُ‫هَّلل‬z‫ ا‬zَ‫ د‬z‫ َع‬z‫َو‬
zِ z‫ ا‬z‫ َح‬zِ‫ل‬z‫ ا‬z‫ص‬

z‫ ا‬z‫ ًن‬z‫َ ْم‬z‫ أ‬z‫ ْم‬z‫ ِه‬z‫ ِف‬z‫و‬zْ z‫ َخ‬z‫ ِد‬z‫ع‬zْ zَ‫ ب‬z‫ن‬zْ z‫ ِم‬z‫ ْم‬z‫ ُه‬z‫َ َّن‬z‫ ل‬zِّz‫َ د‬z‫ ب‬z‫َ ُي‬z‫ ل‬z‫ َو‬z‫ ْم‬z‫َ ُه‬z‫ى ل‬ َ َz‫ ت‬z‫ر‬zْ z‫ ا‬z‫ ي‬z‫ ِذ‬zَّ‫ل‬z‫ ا‬z‫ ُم‬z‫ ُه‬zَ‫ن‬z‫ ي‬z‫ ِد‬z‫ ْم‬z‫َ ُه‬z‫ ل‬z‫ن‬
ٰ z‫ض‬ zَّ zَ‫ ن‬z‫ ِّك‬z‫ َم‬z‫َ ُي‬z‫ ل‬z‫ َو‬z‫ ْم‬z‫ ِه‬zِ‫ ل‬z‫ ْب‬zَ‫ ق‬z‫ن‬zْ z‫ ِم‬z‫ َن‬z‫ ي‬z‫ ِذ‬zَّ‫ل‬z‫ا‬

َ z‫ و‬z‫ ُق‬z‫س‬zِ z‫ ا‬zَ‫ ف‬zْ‫ل‬z‫ ا‬z‫ ُم‬z‫ ُه‬z‫ َك‬z‫ ٰ َلِئ‬z‫ و‬zُ‫ أ‬zَ‫ ف‬z‫ذ َك‬zَِ‫ ٰ ل‬zَ‫ د‬z‫َ ْع‬z‫ ب‬z‫ َر‬zَ‫ ف‬z‫ َك‬z‫ن‬zْ z‫ َم‬z‫ ۚ َو‬z‫ ا‬z‫ ًئ‬z‫ ْي‬z‫ َش‬z‫ ي‬z‫ ِب‬z‫ َن‬z‫ و‬z‫ ُك‬z‫ر‬zِ z‫ش‬zْ z‫ اَل ُي‬z‫ ي‬z‫َ ِن‬z‫ن‬z‫ و‬z‫ ُد‬z‫ ُب‬z‫ع‬zْ zَ‫ۚ ي‬
z‫ن‬

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi
mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan
menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman
sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu
apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka
mereka itulah orang-orang yang fasik.

Pada ayat tersebut, jelas sekali Allah berjani akan menjadikan hamba-
hamba nya sebagai khalifah yang akan menguasai dan memimpin dunia. Tetapi
janji itu akan ditepatinya bagi manusia yang beriman dan beramal kebaikan.
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa kriteria lain dari seseorang
khalifatullah adalah iman dan amal soleh.

c. Memberi keputusan dengan benar (haqq) dan tidak mengikuti hawa


nafsu

Allah berfirman dalam shad ayat 26:

‫ى‬ ٰ z‫ َو‬z‫ َه‬zْ‫ل‬z‫ ا‬z‫ع‬zِ z‫ ِب‬z‫َ َّت‬z‫ اَل ت‬z‫ َو‬z‫ق‬ zِّ z‫ َح‬zْ‫ل‬z‫ ا‬z‫ ِب‬z‫س‬ zِ z‫ر‬zْ َ ‫أْل‬z‫ ا‬z‫ ي‬z‫ ِف‬z‫ ًة‬zَ‫ف‬z‫ ي‬zِ‫ ل‬z‫ َخ‬z‫ َك‬z‫َ ا‬z‫ ن‬zْ‫ ل‬z‫ َع‬z‫ َج‬z‫ ا‬z‫ َّن‬zِ‫ إ‬z‫ ُد‬z‫ و‬z‫ ُو‬z‫ ا‬zَ‫ د‬z‫ ا‬zَ‫ي‬
zِ z‫ ا‬z‫ َّن‬z‫ل‬z‫ ا‬z‫ َن‬z‫ ْي‬zَ‫ ب‬z‫ ْم‬z‫ ُك‬z‫ح‬zْ z‫ ا‬zَ‫ ف‬z‫ض‬

َz‫ م‬z‫و‬zْ َz‫ ي‬z‫ا‬z‫ و‬z‫س‬zُ zَ‫ ن‬z‫ ا‬z‫ َم‬z‫ ِب‬z‫ ٌد‬z‫ ي‬z‫ ِد‬z‫ َش‬z‫ب‬ zٌ z‫ ا‬zَ‫ ذ‬z‫ َع‬z‫ ْم‬z‫َ ُه‬z‫ ل‬zِ‫هَّلل‬z‫ ا‬z‫ل‬zِ z‫ ي‬z‫ ِب‬z‫ َس‬z‫ن‬zْ z‫ َع‬z‫ َن‬z‫ و‬zُّ‫ ل‬z‫ض‬ zَّ zِ‫ ۚ إ‬zِ‫هَّلل‬z‫ ا‬z‫ل‬zِ z‫ ي‬z‫ ِب‬z‫ َس‬z‫ن‬zْ z‫ َع‬z‫ َك‬zَّ‫ ل‬z‫ض‬
zِ zَ‫ ي‬z‫ َن‬z‫ ي‬z‫ ِذ‬zَّ‫ل‬z‫ ا‬z‫ن‬ zِ z‫ ُي‬zَ‫ف‬

zِ z‫ ا‬z‫ َس‬z‫ح‬zِ zْ‫ل‬z‫ا‬


z‫ب‬

Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka


bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari
jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan
mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.

Thabathaba’i berkata, “ maksud khalifah di sini secara lahiriyah adalah


khalifatullah, sama dengan maksud dari firman Allah pada surat al-baqarah ayat
30. Seseorang khalifah seharusnya menyerupai yang mengangkat dirinya sebagai
khalifah dalam sifat-sifatnya dan perbuatan-perbuatannya. Oleh karena itu
khalifatullah di bumi hendaknya berakhlak dengan akhlak-akhlak allah.
Berhendak, bertindak sebagaimana yang allah kehendaki dan memberi kepuasan
dengan keputusan allah serta berjalan di jalan allah.

Selanjutnya ketika menafsirkan ayat; “ dan janganlah engkau dalam


memutuskan (sesuatu) janganlah mengikuti hawa nafsu, maka engkau akan
disesuaikan olehnya dari kebenaran, yaitu jalan allah.

d. Amar ma’ruf dan nahi munkar

Diatas telah bahwa seseorang khalifah adalah siapa yang diberi kekuasaan
mengelola suatu wilayah, baik besar atau kecil. Cukup banyak ayat yang
menggambarkan tugas-tugas seorang khalifah. Namun, ada suatu yang bersifat
umum dan dianggap dapat mewakili sebagian besar ayat lain yang berbicara
tentang hal di atas, yaitu dalam surat al-haj ayat 41:
zِ z‫ و‬z‫ر‬zُ z‫ ْع‬z‫ َم‬z‫ ْل‬z‫ ا‬z‫ ِب‬z‫ا‬z‫ و‬z‫ر‬zُ z‫َ َم‬z‫ أ‬z‫ َو‬zَ‫ة‬z‫ ا‬z‫ َك‬z‫ َّز‬z‫ل‬z‫ ا‬z‫ ا‬z‫َ ُو‬z‫ت‬z‫ آ‬z‫ َو‬zَ‫ اَل ة‬z‫ص‬
z‫ ا‬z‫و‬zْ z‫ َه‬zَ‫ ن‬z‫ َو‬z‫ف‬ zَّ z‫ل‬z‫ ا‬z‫ا‬z‫ و‬z‫ ُم‬z‫ ا‬zَ‫َ ق‬z‫ أ‬z‫ض‬zِ z‫ر‬zْ َ ‫أْل‬z‫ ا‬z‫ ي‬z‫ ِف‬z‫ ْم‬z‫ ُه‬z‫ ا‬z‫ َّن‬z‫ َّك‬z‫ َم‬z‫ن‬zْ zِ‫ إ‬z‫ َن‬z‫ ي‬z‫ ِذ‬zَّ‫ل‬z‫ا‬

z‫ ِر‬z‫ و‬z‫ ُم‬zُ‫أْل‬z‫ ا‬z‫ ُة‬zَ‫ ب‬z‫ ِق‬z‫ ا‬z‫ َع‬zِ‫ هَّلِل‬z‫ ۗ َو‬z‫ر‬zِ z‫ َك‬z‫ ْن‬z‫ ُم‬z‫ ْل‬z‫ ا‬z‫ن‬zِ z‫َع‬

(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi
niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat
ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah
kembali segala urusan.

Mendirikan solat merupakan gambaran dari hubungan yang baik dengan


Allah, sedangkan menunaikan zakat merupakan gambaran dari keharmonisan
hubungan dengan sesame manusia. Ma’ruf adalah suatu istilah yang berkaitan
dengan segala sesuatu yang dianggap baik oleh agama, akal dan budaya, dan
sebaliknya dari munkar.

Dari gambaran itu semua, seseorang yang diberi kedudukan oleh Allah
untuk mengelola sesuatu wilayah, ia berkewajiban untuk menciptakan suatu
masyarakat yang hubungannya baik dengan Allah, kehidupan masyarakatnya
harmonis, agama, akal dan budayanya terpelihara.5

5
Syofrianisda, Tafsir Maudhu’iy, (Yogyakarta: CV Budi utama, 2015) hal. 36-41
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Nasib ar-Rifa‟i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid I (Jakarta: Gema Insani
Press, 1999), 103-105

Samsul Nizar, dkk, Kepemimpinan Pendidikan dalam Perspektif Hadits, (Jakarta:


Kencana, 2019) hal. 2-3

sokhibul Ikhsan, Jurus Jitu Mendidik Anak, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2019)
hal.42

Syofriansida, Tafsir Maudhu’iy, (Yogyakarta: CV Budi utama, 2015) hal. 24

Syofrianisda, Tafsir Maudhu’iy, (Yogyakarta: CV Budi utama, 2015) hal. 36-41

Anda mungkin juga menyukai