Anda di halaman 1dari 52

BAB II

PENGKAJIAN

A. Gambaran Umum RSD Idaman Kota Banjarbaru


Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru merupakan rumah sakit
daerah milik Pemerintah Kota Banjarbaru yang diserahakan pengelolaannya oleh
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan pada tanggal 14 Agustus 2004.
Bedasarkan Keputusan WaliKota Banjarbaru No. 366 Tahun 2011, RSD Kota
Banjarbaru telah ditetapkan menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD),
dengan menerapkan fleksibilitas pengelolaan keuangan sesuai dengan yang telah
diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 dan Peraturan
Kementrian Dalam Negri No. 61 Tahun 2007.

Riwayat RSD Idaman Kota Banjarbaru


a. Tahun 1961 : UKIDA (Usaha Kesehatan Ibu dan Anak)
b. Tahun 1965 : Menjadi BKIA (Badan Kesehatan Ibu dan Anak)
c. Tahun 1972 : Menjadi Pilot Proyek Rumah Sakit Sakit, Rencana Peningkatan
Rumah Sakit tetapi hanya untuk melayani Pemerintah Daerah Setempat
d. Tahun 1995 : Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C (SK Menkes RI No :
104/MENKES/I/1995) milik Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan
e. Tahun 2004 : Penyerahan asset-aset RSD Kota Banjarbaru dari Pemerintah
Provinsi Kalimantan Selatan kepada Pemerintah Kota Banjarbaru
f. Tahun 2011 : Ditetapkan menjadi Badan Layanan Umum daerah (BLUD) SK
Walikota No.366 tanggal 29 Februari 2011
g. Tahun 2012 : Penetapan PPK-BLUD

B. Visi, Misi, dan Motto


1. Visi Rumah Sakit
Pada tahun 2018 Visi RSUD Idaman Kota Banjarbaru yaitu “Rumah Sakit
Unggul Dalam Pelayanan dan Berkarakter”

7
2. Misi Rumah Sakit
Misi RSUD Idaman Kota Banjarbaru adalah :
a. Mengembangkan kompetensi sumber daya manusia di seluruh unit
pelayanan rumah sakit dalam hal pengembangan skill, knowledge,
attitude (Keterampilan, keilmuan dan perilaku yang baik) di semua lini
pelayanan.
b. Mengembangkan rumah sakit yang berwawasan lingkungan.
c. Menyediakan peralatan medis dan mutakhir sesuai dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran.
d. Mengembangkan perangkat manajemen yang inovatif dan responsif
yang mampu menjawab tantangan rumah sakit di masa yang akan datang
berbasis IT.
e. Memberikan pelayanan berkarakter yang berkualitas standar dan
dikemas dengan sikap yang santun.
f. Berperan aktif dalam menurunkan kematian ibu dan bayi di rumah sakit
sebagai daya dukungan dalam penurunan kematian ibu dan bayi di Kota
Kota Banjarbaru dan sebagai penyelenggara dalam upaya penurunan
penyakit menular TB Paru (DOTs)
3. Motto Rumah Sakit : “ Kesehatan dan keselamatan Anda Prioritas kami”
4. Falsafah : “ Menjunjung Tinggi harkat dan martabat Manusia dalam
pelayanan kesehatan”
5. Value (nilai) : “ Memberikan pelayanan berdasarkan sentuhan Nurani”
6. Visi Bidang Keperawatan
Pelayanan Keperawatan yang Prima berdasarkan Ilmu pengetahuan dan
teknologi
7. Misi Bidang Keperawatan
1) Menjamin dan meningkatkan kerjasama di bidang perencanaan,
pengelolaan dan pendayagunaan tenaga keperawatan di seluruh tatanan
pelayanan kesehatan masyarakat.
2) Melaksanakan Asuhan keperawatan dan Pelayanan keperawatan
professional dengan sikap ramah, sopan, adil dan senyum yang
berlandaskan Ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengadakan Sistem

8
perencanaan pendidikan dan pelatihan keperawatan / kebidanan sesuai
kompetensi dan kebutuhan yang diharapkan.
3) Menciptakan suasana lingkungan rumah sakit / ruang keperawatan yang
bersih, aman, nyaman, indah dan tertata rapi.
4) Menyelenggarakan penelitian keperawatan / kebidanan secara
berkesinambungan.
8. Visi, Misi, falsafah dan Motto Ruang VIP (Murai) RSUD Idaman Kota
Banjarbaru
Hasil observasi dan wawancara saat pengkajian, belum ada penetapan Visi,
Misi, dan Falsafah, sedangkan Motto Ruang Vip Murai belum selesai di
buat.
9. Sifat Kekaryaan Ruang Vip Murai RSUD Idaman Kota Banjarbaru
Lingkup garapan Ruang Vip Murai saat ini memiliki 22 orang tenaga
keperawatan ditambah dengan satu orang Kepala Ruangan (Karu), satu
orang Supervisor, dan 3 orang Ketua Tim (Katim). Karu dibantu Supervisor
sebagai pengawas. Seluruh kinerja diawasi langsung oleh Supervisor dan
Katim guna menjaga mutu pelayanan keperawatan yang meliputi
pemenuhan kebutuhan dasar pasien dan keluarga. Ruang VIP Murai pada
saat ini memiliki tiga buah tim. Masing-masing Katim memiliki anggota
tim, Katim A memiliki 6 orang perawat pelaksana didalam timnya, Katim B
memiliki 6 orang perawat pelaksana dan Katim C memiliki 6 orang perawat
pelaksana di dalam timnya.

C. Pengkajian Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP)


1. Sumber Daya Manusia (Man/M1)
a. Struktur Organisasi
Terdapat struktur organisasi di ruangan VIP (Murai) tetapi struktur
organisasi yang belum di perbaharui, menurut hasil wawancara dengan
kepala ruangan, struktur organisasi yang baru sudah ada dirancang, tetapi
belum di cetak. Rancangan struktur organisasi yang diajukan adalah sebagai
berikut:

9
Direktur
dr. Hj. Endah Labati Silapurna, MH.Kes

Kepala Bidang Keperawatan


M. Hadarani, S.Kep, Ns, M.PH

Kepala Seksi Asuhan Keperawatan


M. H. Fakhruddin Noor, SKM, MKM

Kepala IRNA
Rahmul Yakin, S.Kep, M.Epid

Kepala Ruangan
Syaukani Khalid, S.Kep, Ns

Supervisor
Agus Siswahyudi, S.Kep, Ns

Katim/PP Katim/PP Katim/PP

Agus Siswahyudi, S.Kep, Muhammad Afif, AMK Maria Ulfah, S.Kep, Ns


Ns

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana

Indah Purwaningsih, AMK Raimi Hidayat, S.Kep., Ns Akhmad Azhar Basyir,AMK


Nova Rahayuni, AMK Nia Indriani, AMK Joko Sutrisno, AMK
Fudzi Rohman S, S.Kep, Ns Eva Metalita, S.Kep Tuti Puji Rahayu, AMK
Risty Winda P.S, AMK Octa Novianto, AMK Angik Vaolita, S.Kep, Ns
Wahyuni Rosadi, S.Kep Yuniati Saptorini, AMK Ribka Ariani P, S.Kep, Ns

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Ruang Murai RSDI Kota Banjarbaru

10
b. Tenaga Keperawatan
Tabel 2.1 Daftar Tenaga Keperawatan di Ruang Murai
Masa Level
PNS/ Non
No Nama Jabatan Pendidikan Kerja Pelatihan Jenjang
PNS
Karir
1. Syaukani Khalid, S.Kep, Ns PNS Kepala Ruangan S1 Keperawatan 26 tahun - Bimtek PK II
Profesi Ners Mindset
Pelayanan (07
s.d 08 Mei
2014)
- Pelatihan
Sistem Rawat
Inap dan
rekam Medik
(27 s/d 28
Maret 2014)
- Bimtek
Penilaian
Angka Kredit
(PAK) Jabatan
Fungsional I
(25 s/d 27
Agustus 2014)

2. Agus siswahyudi, S.Kep, Ns PNS Supervisor/Katim A S1 Keperawatan 20 tahun - Bimtek PK II


Profesi Ners Mindset
Pelayanan

11
Masa Level
PNS/ Non
No Nama Jabatan Pendidikan Kerja Pelatihan Jenjang
PNS
Karir
(07 s.d 08
Mei 2014)
- Pelatihan
Asesor
- Pelatihan
BTCLS

3. Endah Purwaningsih, AMK PNS Perawat pelaksana DIII Keperawatan 18 tahun PK II


-
A
4. Nova Rahayuni, AMK PNS Perawat pelaksana DIII Keperawatan 9 tahun PK II
-
A
5. Fudzi Rohman, S.S Kep, Ns PNS Perawat pelaksana S1 Keperawatan 10 tahun PK II
-
A Profesi Ners
6. Risty Winda P.S, AMK PNS Perawat Pelaksana DIII Keperawatan 11 tahun - Bimtek PK II
A Mindset
Pelayanan (07
s/d 08 Mei
2014)
- Pelatihan
BTCLS

7. Wahyuni Rosadi, S.Kep, Ns PNS Perawat Pelaksana S1 Keperawatan 8 tahun PK II


-
A Profesi Ners
8. Muhammad Afif, AMK PNS Katim B DIII Keperawatan 21 tahun - Pelatihan PK II
BTCLS

12
Masa Level
PNS/ Non
No Nama Jabatan Pendidikan Kerja Pelatihan Jenjang
PNS
Karir
9. Raimi Hidayat, S.Kep, Ns PNS Perawat Pelaksana S1 Keperawatan 12 tahun - Bimtek PK II
B Profesi Ners Penilaian
Angka Kredit
(PAK) Jabatan
Fungsional I
(25 s/d 27
Agustus 2014)
- Seminar
Kendali Mutu
dan Kendali
Biaya BPJS
Kesehatan di
RS dan
Puskesmas
dan Bedah
Buku Hukum
Kesehatan
Kontemporer
(12 September
2015)
- Pelatihan
perawatan
luka modern

13
Masa Level
PNS/ Non
No Nama Jabatan Pendidikan Kerja Pelatihan Jenjang
PNS
Karir
10. Nia indriani, AMK PNS Perawat Pelaksana DIII Keperawatan 18 tahun PK II
-
B
11. Eva Metalita, S.Kep, Ns PNS Perawat Pelaksana S1 Keperawatan 10 tahun PK II
-
B Profesi Ners
12. Octa Novianto, AMK PNS Perawat Pelaksana DIII Keperawatan 21 tahun PK II
-
B
13. Yuniati Saptorini, AMK Perawat Pelaksana DIII Keperawatan 19 tahun PK II
-
B
14. Maria Ulfah, S.Kep, Ns BLUD Katim C S1 Keperawatan 18 tahun PK II
-
Profesi Ners
15. A. Azhar Basyir, AMK PNS Perawat Pelaksana DIII Keperawatan 4 tahun - Pelatihan PK I
C Diklat
Jabpung

16. Joko Sutrisno, AMK PNS Perawat Pelaksana DIII Keperawatan 11 tahun - Mindset PK II
C Pelayanan (07
s/d 08 Mei
2014)

17. Tuti Puji Rahayu, AMK PNS Perawat Pelaksana DIII Keperawatan 14 tahun PK II
-
C
18.; Anggik Vaolita, S.Kep, Ns BLUD Perawat Pelaksana S1 Keperawatan PK II
-
C Profesi Ners
19. Ribka Ariani P, S.Kep, Ns PNS Perawat Pelaksana S1 Keperawatan 10 tahun PK II
-
C Profesi Ners
20. Renita Mediana, S.Kep, Ns BLUD Perawat pelaksana S1 Keperawatan 6 tahun - PK II

14
Masa Level
PNS/ Non
No Nama Jabatan Pendidikan Kerja Pelatihan Jenjang
PNS
Karir
Profesi Ners
21. Ricky Wahyudi Surya, Amd, Kep PNS Perawat pelaksana DIII Keperawatan 4 tahun - PK I
22. Gayatri Dwie A, AMK BLUD Perawat pelaksana DIII Keperawatan 5 tahun - PK II

15
1) Klasifikasi Pendidikan Tenaga:
1. Profesi Ners : 10 orang
2. DIII Keperawatan : 12 orang
2) Klasifikasi Masa Kerja:
1. Masa kerja 1 – 10 tahun : 9 orang
2. Masa kerja 11 – 20 tahun : 9 orang
3. Masa kerja 21 – 30 tahun : 3 orang

Pada tabel 2.1 telah terlihat untuk masa kerja masing-masing perawat di
ruang Murai pun sebagian besar sudah cukup lama yang artinya sebagian
besar perawat memiliki pengalaman yang banyak dalam pemberian
asuhan keperawatan pada pasien. Hanya beberapa perawat yang ada di
ruang Murai yang telah mendapatkan pelatihan (31,8%).

c. Tenaga Medis
Tabel 2.2 Jumlah Tenaga Medis di Ruang Murai RSD Idaman Kota
Banjarbaru
No. Nama Spesialis
1. dr. A. Dainuri, Sp. PD, dr. Abdul halim, Sp.PD, Penyakit dalam
dr. Maria, Sp. PD
2. dr. Fatmawati, Sp. S, dr. Indah, Sp. S, Saraf
dr. Winny, Sp. S
3. DR. dr. H. Parlin Ringoringo, Sp. A (K), dr. Anak
Indra W. Himawan, Sp. A (K), dr.
YanuarNusca Permana, Sp. A
4. dr. Eko, Sp.B, dr. Dyah Paramita, Sp. B Bedah
5. dr.Divia, Sp. THT, dr.Sukocu, Sp. THT THT
6. dr.Mario Agung, Sp. BM Bedah mulut
7. dr.Yulia,Sp. RM Fisioterapi
8. dr.H.M.Adijayansyah, Sp.OT Orthopedi

Berdasarkan tabel 2.2, telah terlihat bahwa semua tenaga medis di Ruang
Murai RSD Idaman Kota Banjarbaru telah menempuh pendidikan
spesialis.

16
c. Tenaga Non Kesehatan
Tabel 2.3 Daftar Tenaga Non Kesehatan di Ruang Murai RSD Idaman
Kota Banjarbaru
PNS/
No. Nama Jabatan
Non PNS
1. Ainurrahmah Kontrak Administrasi
2. Laili Rahmi Kontrak Administrasi
3. Rahman PNS Pekarya
4. Zulfikar Kontrak CS
5. Aulia Kontrak CS
6. Yanti Kontrak CS
7. Rahmawati,S.Gz PNS Gizi

d. Jumlah Tenaga Kesehatan


Tabel 2.4 Jumlah Tenaga Kerja di Ruang Murai RSD Idaman Kota
Banjarbaru
No. Jenis Tenaga Kerja Jumlah (orang)
1. Tenaga Keperawatan 22
2. Tenaga Medis 16
3. Tenaga Non Kesehatan 6
Jumlah 44

Berdasarkan tabel 2.4, terlihat bahwa hampir semua tenaga kesehatan di


Ruang Murai adalah tenaga keperawatan yang berjumlah 22 orang
(50%), sebanyak 16 adalah tenaga medis (36,36%) dan sebanyak 6 orang
adalah tenaga non kesehatan (13,63%).

e. Tenaga Mahasiswa Praktik


1) Mahasiswa Profesi Ners ULM sebanyak 11 orang

f. Kebutuhan Tenaga Keperawatan


1) Menurut Douglas
Tabel 2.5 Klasifikasi pasien berdasarkan tingkat ketergantungan
KLASIFIKASI DAN KRITERIA
Minimal Care (1-2 jam)
a. Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, mandi, ganti pakaian dan
minum.
b. Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan.
c. Observasi Tanda vital setiap shift.
d. Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
e. Persiapan prosedur pengobatan

17
KLASIFIKASI DAN KRITERIA
Intermediet Care (3-4 jam)
a. Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi.
b. Observasi tanda vital tiap 4 jam.
c. Pengobatan lebih dari 1 kali.
d. Pakai foley kateter.
e. Pasang infuse, intake out-put dicatat.
f. Pengobatan perlu prosedur.
Total Care (5-6 jam)
a. Dibantu segala sesuatunya.
b. Posisi diatur.
c. Observasi tanda vital tiap 2 jam.
d. Pakai NGT.
e. Terapi intravena, pakai suction.
f. Kondisi gelisah/disorientasi/tidak sadar.

Pada suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang dibutuhkan


tergantung pada jumlah klien dan derajat ketergantugan klien. Menurut
Douglas (1984) Loverige dan Cummings (1996) diklasifikasikan derajat
ketergantungan dibagi 3 kategori yaitu :
1. Perawatan minimal : 1-2 jam/24 jam
2. Perawatan intermediate/partial : 3-4 jam/24 jam
3. Perawatan total : 5-6 jam/24 jam

Tabel 2.6 Kebutuhan Tenaga perawat di Ruang Murai RSD Idaman Kota
Banjarbaru 10 – 12 September 2018
Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tingkat Jumlah Total
Tanggal 11 September 2018
Ketergantungan pasien
Pagi Sore Malam
Minimal 2 2x0,17= 0.34 2x0,14=0.28 2x0,07= 0.14 4,18
Parsial 12 12x0,27=3.24 12x0,15= 1,8 12x0,10= 1.2 4,78
Total 1 1x0,36= 0.36 1x0,30=0,30 1x0,20=0,20 0
Jumlah 15 3,94 2,38 1.54 7.86
Jumlah keseluruhan perawat dalam perhari adalah 8 orang

Jumlah kebutuhan pegawai perawat perhari berdasarkan tingkat


ketergantungan klien menurut teori Douglas perhitungan tanggal 11
September 2018:
1. Pagi sebanyak 3.94 = 4 orang perawat

18
2. Siang sebanyak 2.38 = 2 orang perawat
3. Malam sebanyak 1,5 = 2 orang perawat

Sehingga total keseluruhan perawat yang dinas perhari berjumlah yaitu 8


orang/hari. Jadi, rata-rata tingkat kebutuhan tenaga perawat diruang
Murai selama 2 hari yaitu tanggal 11 September 2018 berjumlah 7,86
yang dibulatkan menjadi 8 orang.

Tabel 2.7 Kesimpulan Jumlah Tenaga Kerja menurut Douglas (per hari)
Rumus/
Jumlah
Perhitungan Kebutuhan Tenaga
No. Perawat Di
Jumlah Tenaga Keperawatan
Ruang Murai
Keperawatan
1. Douglas tanggal 10 7,86 = 8 21
2. Douglas tanggal 11 7,86 = 8 21
Rata-rata (7,86+7,86) : 2 = 7,86 21

Jumlah tenaga lepas dinas perhari:


Penambahan untuk loss day: 1/3 x 8 orang = 3 orang.
Jadi total jumlah perawat yang dibutuhkan adalah 8 Orang + 3 Orang =
11 orang
Keterangan :
8 orang adalah jumlah total tenaga perawat
3 orang adalah jumlah tenaga perawat yang lepas dinas
Jumlah tenaga keperawatan yang ada di Ruang VIP (MURAI) ada 22
orang tenaga perawat dimana di dalamnya sudah termasuk Kepala
Ruangan, supervisor dan 3 orang Katim. Jumlah tenaga perawat
pelaksana sendiri ada 15 orang. dari perhitungan douglass, kebutuhan
tenaga keperawatan dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan pasien,
sedangkan didalam RSUD Idaman Kota Banjarbaru khususnya Ruang
VIP (MURAI) tenaga perawat memiliki hak untuk cuti, sehingga
perhitungan douglass lebih sedikit dibanding jumlah tenaga keperawatan
yang ada saat ini di Ruang VIP (MURAI).

19
2) Menurut Gilies
1. Ruang Murai RSD Idaman Kota Banjarbaru berkapasitas 17 tempat
tidur, jumlah rata-rata pasien yang dirawat 15 orang perhari pada
tanggal 10 dan 11 September 2018. Kriteria pasien yang dirawat
tersebut adalah 15 orang. Perawatan minimal 2 orang, perawatan
parsial 12 orang dan 1 perawatan total. Berdasarkan situasi tersebut
maka dapat dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawat di ruang
tersebut adalah sebagai berikut. Menentukan terlebih dahulu jam
perawatan yang dibutuhkan pasien per hari, yaitu:
a. Perawatan Langsung
Tabel 2.8 Klasifikasi kebutuhan tenaga perawat tiap shift pada
tanggal 11 September 2018 berdasarkan tingkat ketergantungan
pasien di ruang Murai RSD Idaman Kota Banjarbaru.
Tanggal 11 September 2018
Tingkat Jumlah Jumlah Jam
Ketergantungan pasien Jam
Perawatan yang
Perawatan
dibutuhkan
Minimal 2 2 jam 2 jam
Parsial 12 3 jam 39 jam
Total 1 6 jam 6 jam
Jumlah 15 47

b. Perawatan Tidak Langsung


15 orang pasien x 1 jam = 15 jam
c. Penyuluhan Kesehatan
15 orang pasien x 0,25 jam = 3,75 jam
d. Total jam secara keseluruhan:
34 jam + 15 jam + 3,75 jam = 52,75 jam (dibulatkan 53 jam)
2. Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan pasien
perhari: 53 jam : 15 pasien = 3,5 jam

3. Menghitung BOR ruang Murai 3 bulan terakhir (Juni – Agustus 2018)


Tabel 2.9 Data Pasien Ruang Murai Juni – Agustus 2018
Jumlah Jumlah
Jumlah
Bulan Tempat Hari
Hari/Bulan
Tidur Rawat
Juni 30 17 348
Juli 31 17 402

20
Agustus 31 17 416
Jumlah 92 17 1166
Nilai BOR ruang Murai pada pada tanggal 1 April – 30 Juni 2018
adalah:

BOR =

Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada


ruangan tersebut adalah langsung dengan menggunakan rumus gilies
diatas:

.( )

Keterangan:
A: Rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B: Rata-rata jumlah pasien/hari (BOR x jumlah tempat tidur)
C: Jumlah hari/tahun
D: Jumlah hari libur masing-masing perawat
E: Jumlah jam kerja masing-masing perawat
F: Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
G: Jumlah jam kerja efektif/tahun
H: Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut

Dari rumus diatas didapatkan hasil sebagai berikut:


= 3,5 jam/pasien/hari x (111 % x 17) x 365 hari
(365 hari – 86 hari) x 7 jam

= 3,5 jam/pasien/hari x 18,87 x 365 hari


(365 hari – 86 hari) x 7 jam

= 3,5 jam/pasien/hari x 18.87 x 365 hari


(279 hari) x 7 jam

= 24.106.5 = 12,3 (dibulatkan menjadi 12 orang)


1.953

21
Untuk cadangan 20% menjadi 12 x 20% = 2.4% (2 orang).

Jadi jumlah tenaga menurut Gilies yang dibutuhkan secara


keseluruhan 12 + 2 = 14 orang dan untuk jumlah tenaga perawat yang
ada di ruang Murai saat ini berjumlah 22 orang sehingga sudah
terpenuhi berdasarkan metode Gilies.

Jumlah tenaga perawat yang ada di Ruang Murai ada 22 orang tenaga
perawat, termasuk Kepala Ruangan dan supervisor serta katim. Jumlah
tenaga perawat pelaksananya sendiri ada 15 orang dan jumlah ketua TIM
ada 3 orang. Berdasarkan perhitungan di atas, didapatkan kebutuhan
tenaga perawat di Ruang Murai yaitu 14 orang, itu berarti di ruangan
Murai untuk tenaga perawat sudah melebihi perhitungan standar.

3) Menurut Lokakarya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)


Dalam lokakarya PPNI penentuan kebutuhan tenaga dihitung dengan
mengubah satuan hari dengan minggu. Jumlah hari kerja efektif dihitung
dalam minggu sebanyak 41 minggu dan jumlah kerja perhari selama 40
jam per minggu. PPNI berusaha menyesuaikan lama kerja dan libur yang
berlaku di Indonesia:
Rawat Inap:
Bangsal A medical = 3,4 jam
Bangsal B Perawatan Bedah = 3,5 jam
Bangsal C Nifas = 3 jam
Bangsal D Bayi = 2,5 jam
Bangsal E Anak = 4 jam

( 2 mg) hr (TT OR)


Tenaga Perawat = + 25%
mg jam

TT : Tempat Tidur
A : Jumlah jam perawatan/24 jam

22
Diketahui jumlah tempat tidur adalah 17 unit, BOR dari periode Juni –
Agustus sebanyak 111% sehingga jumlah kebutuhan tenaga yaitu:
( 2) ( )
Tenaga perawat =
2
=
2
=

= 14,65 + 25%
= 14,90 (15 orang)
Berdasarkan perhitungan tersebut tenaga perawat di ruang Murai
ada sebanyak 22 orang sehingga jumlah di Ruang Murai sudah melebihi
standar.

4) Kesimpulan Jumlah Tenaga Keperawatan


Tabel 2.10 Kesimpulan Jumlah Tenaga Kerja
No. Rumus/ Kebutuhan Jumlah Jumlah
Perhitungan Tenaga Perawat Di Tenaga
Jumlah Tenaga Perawat Ruang Perawat
Perawat Murai yang Belum
Terpenuhi
1 Douglas 11 22 -
2. Gillies 14 22 -
3. Lokakarya 15 22 -
PPNI

Berdasarkan table 2.10, menunjukan bahwa perhitungan kebutuhan


jumlah tenaga perawat terbanyak adalah dengan metode Lokakarya PPNI
sebanyak 15 orang, sedangkan menurut metode Douglas adalah sebanyak
14 orang. Sementara itu jumlah tenaga perawat di ruang Murai ada
sebanyak 22 orang sehingga jumlah di Ruang Murai sudah optimal.

23
Jumlah Tenaga Kerja

20 22

Orang 15
14
10
11

0
Douglas Gillies PPNI Tenaga Real

Gambar 2.2 Grafik jumlah tenaga perawat di Ruang VIP Murai RSDI
Kota Banjarbaru

Berdasarkan hasil perhitungan menurut metode Gillies diperlukan


sebanyak 14 perawat, sedangkan menurut mentode Douglas diperlukan
sebanyak 11 perawat dan menurut metode perhitungan lokakarya PPNI
yaitu sebanyak 15 perawat. Ketiga perhitungan tersebut sangat berbeda
seperti Douglas berdasarkan tingkat ketergantungan pasien, sehingga
untuk kebutuhan perawat tidak memiliki ketetapan, apabila semakin
banyak pasien yang minimal care maka kebutuhan perawat pun makin
sedikit. Sedangkan perhitungan menggunakan menurut metode Gillies
mengasumsikan bahwa seluruh perawat harus bekerja secara professional
dengan produktifitas optimal dengan hari libur yang lebih sedikit,
sehingga akan menghasilkan jumlah kebutuhan tenaga perawat yang
lebih besar daripada hasil perhitungan menggunakan metode Gillies yang
mana nantinya akan berpengaruh pada beban kerja perawat.
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa jumlah tenaga perawat di
ruangan Murai sebanyak 22 orang sudah melebihi dari perhitungan
ketenagaan berdasarkan douglas, gilies, dan lokakarya PPNI.

24
g. 5 Diagnosa Medis Terbanyak di Ruang Murai

Lima Penyakit Terbanyak

9,8%

11% 42,5% Hipertensi


GERD
Diare akut
Diabetes Mellitus
12,3%
Demam Typhoid

24,4%

Gambar 2.3 Lima Penyakit Terbanyak di ruang Murai RSD Idaman


Kota Banjarbaru Periode Juni – Agustus 2018

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil dokumentasi ruang Murai


bulan Juni – Agustus 2018 didapatkan penyakit terbanyak adalah
Hipertensi dengan persentase 42.5%, GERD 24.4%, Diare akut 29%,
Diabetes Melitus sebanyak 11%, dan Demam Typhoid 9.8%.
h. Diagnosa Keperawatan Terbanyak di Ruang Murai

Diagnosa Keperawatan Terbanyak


Hipertermia; Mual; 6,67%
6,67%
Kekurangan
Volume
Cairan; Nyeri Akut;
13,33% 60,00%
Gangguan
Rasa
Nyaman;
13,33%

Gambar 2.4 Tingkat diagnosa keperawatan terbanyak di ruang Murai


RSDI Kota Banjarbaru pada tanggal 10 – 12 September 2018

25
Berdasarkan hasil perhitungan diagnosa keperawatan yang didapatkan
dari rekam medis dan wawancara dari perawat di Ruang Murai, terdapat
5 diagnosa keperawatan terbanyak yaitu Nyeri akut sebanyak 60%,
gangguan rasa nyaman sebanyak 13,33%, kekurangan volume cairan
sebanyak 13,33%, hipertermia sebanyak 6,67%, mual sebanyak 6,67%.
Tetapi untuk rekapitulasi diagnosa keperawatan di Ruang Murai masih
belum optimal dalam pendokumentasian.

i. Tingkat Kepuasan Perawat


Berdasarkan data kuesioner yang disebarkan kepada 12 orang tenaga
kerja terdiri dari 8 orang pegawai PNS, 3 orang pegawai Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD) dan 1 orang pegawai kontrak di Ruang Murai.

Rata-rata Kepuasan Perawat


100%
90%
80%
70%
60%
Axis Title

50% 66% 64% 65%


40%
30%
20%
10%
0%
PNS & Non
PNS NON PNS
PNS
Rata-rata Kepuasan
66% 64% 65%
Perawat

Gambar 2.5 Tingkat Kepuasan Pegawai PNS dan Non PNS di ruang
Murai

Dari tabel 2.4, tingkat kepuasan pegawai PNS di Ruang Murai adalah
sebanyak 66%, tingkat kepuasan pegawai NON PNS di Ruang Murai
adalah sebanyak 64% dan tingkat kepuasan total pegawai di Ruang
Murai RSD Idaman Kota Banjarbaru adalah sebanyak 65%. Item

26
pertanyaan terendah dari kepuasan perawat adalah terkait gaji dan jumlah
pekerjaan yang dilakukan perawat, kebebasan untuk membuat keputusan
sendiri, dan kesempatan untuk maju dalam pekerjaan. Hasil tingkat
kepuasan pegawai di Ruang Murai RSD Idaman Kota Banjarbaru ini
masih berada di bawah standar yang ditetapkan oleh PERMENKES
yakni ≥ 90%.

a. Hasil Evaluasi Persepsi Pasien Terhadap Mutu Asuhan


Keperawatan
Kuesioner kepuasan pasien adalah alat ukur untuk mengevaluasi tentang
persepsi pasien atau keluarga terhadap mutu asuhan keperawatan dengan
cara menyebar kuesioner kepada pasien atau keluarga di Ruang Murai
yang memenuhi kriteria, yaitu sukarela mengisi kuisioner, serta telah
dirawat minimal 2 hari. Pada saat kuesioner diberikan, pasien telah diberi
penjelasan mengenai tujuan pengambilan data dan cara pengisian
kuesioner.
1) Data Umum

13% 7%
27% SD
SMP
SMA
13% 27%
S1
13% S2
Anak <5 tahun

Gambar 2.6 Rekapitulasi pendidikan pasien di Ruang Murai RSDI Kota


Banjarbaru

27
Berdasarkan diagram di atas, dari 15 responden sebagian besar berlatar
belakang pendidikan terakhir adalah SLTA sebanyak 4 orang (27%),
anak <5 tahun sebanyak 4 orang (27%), S1 sebanyak 2 orang responden
(13%) S2 sebanyak 2 orang (13%), SD sebanyak 2 orang responden
(13%), dan SMP sebanyak 1 orang (7%).

2) Lama Rawat Pasien

33% 0%

67% 1-5 Hari


6-10 Hari

Gambar 2.7 Lama Rawat Pasien di Ruang Murai RSDI Kota


Banjarbaru
Berdasarkan diagram diatas, responden dengan hari rawat 1-5 hari
sebanyak 10 responden (67%), responden yang dirawat 6-10 hari
sebanyak 5 responden (33%).

3) Tingkat Kepuasan Pasien

28
87% 87%
90%
80% 73% 73% 73%
67% 67%
70%
60%
50%
40%
30% 20% 20% 20% 20% 20%
20% 13% 13%
7% 7% 7% 7% 7% 7% 7%
10% 0%0% 0% 0%0% 0% 0%0% 0%0% 0% 0% 0%0%
0%
Item1 Item2 Item11 Item14 Item15 Item17 Item18

SSTP HTP CP SP BBP

Gambar 2.8 Kepuasan Pasien pada Ruang Murai RSDI Kota Banjarbaru

Berdasarkan hasil secara keseluruhan rata-rata tingkat kepuasan pasien


adalah cukup puas dengan persentase sebanyak 68,00%. Item dengan
skor terendah pada ruangan Murai adalah tentang lamanya
perawat/perawat berinteraksi dalam memberikan pelayanan kepada
pasien, kemampuan perawat dalam menjalankan tugasnya, cara perawat
memberikan ketenangan terhadap pasien/keluarga, perawat/perawat
mendengarkan (peduli) kepentingan serta kekhawatiran pasien, dan
kemauan perawat/perawat untuk menanggapi permintaan pasien. Dari
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap caring/peduli dan empati
dari perawat perlu ditingkatkan.

2. Sarana dan Prasarana (M2)


a. Lokasi dan denah
Lokasi penerapan manajemen yang dilakukan di ruang Murai RSD
Idaman Kota Banjarbaru dijabarkan sebagai berikut :
1) Sebelah Utara berdekatan dengan ruang poliklinik lantai 3 RSD
Idaman Kota Banjarbaru
2) Sebelah Selatan berbatasan langsung dengan halaman depan dan jalan
utama masuk RSD Idaman Kota Banjarbaru
3) Sebelah Timur bebatasan langsung dengan ruang Kasuari

29
4) Sebelah Barat berbatasan langsung dengan halaman samping RSD
Idaman Kota Banjarbaru

EXIT Darurat

B
WC
Ruang 311 Ruang 312
WC
S U
WC
Ruang 310 Ruang 313
WC
T
Ruang 309 Ruang 314 WC
WC

WC Ruang
Ruang 315 WC
308

WC
Ruang 307 Ruang 316
WC

WC Ruang 306 Ruang 317 WC

Ruang 305 Ruang 318 WC


WC

WC Ruang 304 Pantry

WC Ruang Gudang
303 Ruang
Bersih Alat
Ruang
WC 302 R. Administrasi

WC Ruang Ruang
Linen OBAT
Ruang Dokter

Ruang
Karu

Ruang Tindakan
WC WC

Gambar 2.9. Denah Ruang VIP Murai RSDI Kota Banjarbaru

b. Peralatan dan Fasilitas


Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 10 – 12 September 2018
didapatkan hasil bahwa Ruang Murai dikategorikan bersih. Contohnya
dilihat dari adanya bekas tempat makan pasien di depan ruangan.
Terdapat sendal pengunjung yang diletakan sembarangan di depan ruang
rawat.

30
Terdapat sandal pengunjung
Terdapat bekas tempat makan
yang diletakkan sembarangan
pasien di depan ruangan
ruangan

c. Sarana dan prasarana


Observasi pada tanggal 10 – 12 September 2018 didapatkan hasil fasilitas
yang ada di Ruang Murai seperti jumlah tempat tidur di Ruang Murai
adalah 17 tempat tidur pasien dan 17 tempat tidur penunggu. WC dan
kamar mandi tersedia di tiap kamar pasien, kebersihannya cukup terjaga.
Peralatan di WC sudah tertata cukup rapi dan aliran air di WC juga tidak
mengalami gangguan. Kendala lain yaitu terdapat sampah medis dan non
medis yang sama-sama menggunakan plastik hitam yang seharusnya
menggunakan plastik kuning. Ada tempat pispot yang dibiarkan
tergeletak di rak sepatu. Terdapat kursi roda yang terletak diatas dan
tidak pada tempatnya, terdapat tempat pel diatas wastafel.

31
Terdapat masker di tempat
Terdapat tempat pel di atas wastafel
lemari sendal

Terdapat kursi roda tidak pada


Terdapat pispot di rak sepatu
tempatnya

Terdapat plastik medis dan non medis


yang tidak dibedakan

32
Gambaran umum jumlah tempat tidur di ruang Murai dijabarkan sebagai
berikut :
Ruang Rawat inap 1-17: 1 tempat tidur pasien, 1 tempat tidur penunggu
pasien
Ruang Rawat tindakan : 1 tempat tidur

Total jumlah tempat tidur di Ruang Murai yaitu 17 tempat tidur pasien
dan 17 tempat tidur penunggu pasien dengan kondisi tempat tidur dalam
kondisi yang bagus terawat. Di Ruang Murai juga sudah tersedia APAR.
Buku Kelengkapan Administrasi
Tabel 2.11 Buku kelengkapan administrasi
No. Jenis Buku Administrasi Jumlah
1. Buku registrasi pasien 1
2. Buku Laporan harian dinas dan Visite Dokter 1
3. Buku Pemeriksaan Vital Sign 1
4. Buku Injeksi (form/dokter) 1
5. Buku Diet 1
6. Buku Pemeriksaan Laboratorium (termasuk dalam 1
buku laporan)
7. Buku Sensus Pasien 1
8. Buku Timbang Terima 1
9. Buku Standar Asuhan Keperawatan 1
10. Buku Standar Prosedur Operasional 1
11. Buku Dressing -
12. Buku CSSD 1
13. Buku Pesanan Kamar -
14. Buku Ambulan -

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tanggal 10 – 12 September


2018 dengan staff adminstrasi Ruang Murai dikatakan terdapat Arsip
pembayaran pasien (umum, BPJS, dan Jamkesda).

d. Daftar Inventaris Barang


Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan data inventaris tanggal 10 –
12 September 2018 Ruang Murai mengenai perlengkapan alat-alat
kantor, alat-alat keperawatan dan kedokteran seperti uraian dibawah ini:

33
Tabel 2.12 Daftar Barang Alat Keperawatan dan Kedokteran di Ruang
Murai
Keadaan Barang
Ratio ideal
No Nama Barang Jlh
Permenkes Baik Kurang Rusak
Baik
1 Tensi Meter 2 4/ruangan 2 - -
2 Stetoskop 6 4/ruangan 6 - -
3 Kereta Oksigen - - - -
4 Tabung Oksigen 2 2 - -
Kecil
5 Brankar - - -
6 Suction pump 2 2 - -
7 Regulator 8 8 - -
Oksigen
8 Termometer 3 1:1 3 - -
9 EKG 3 - - -
10 Tourniquet 3 2 1 -
11 Nebulizer 2 2 - -
12 APAR 1 1 - -
13 Lampu rontgen 1 1 - -
14 Saturasi Oksigen 2 2 - -
15 Timbangan 2 2/ruangan 2 - -
BB/TB
16 Trolly instrumen 5 4 1 -
17. Oksigen sentral 38 38 - -
18. Standar infus 20 20 - -
19. Penlight 2 2 - -
20. Pispot 26 20 6 -
21. Ambubag 3 3 - -
resusitasi
22. Tabung oksigen - - - -
besar
23. Alat sterilisasi 4 4 - -
24. Infus Pump 2 - 2 -
25. Loker obat 3 3 - -
26. Flow meter 1 1 - -
28. Doppler 0 - - -
29. Kacamata - - -
pelindung
30. Topi pelindung 0 - - -
31. Tromol 3 3 - -
32. Dressing set 6 6 - -
33. Bak instrumen 10 10 - -
34. Refleks hammer 2 1 1 -
35. Kom 6 5 1 -
36. Pinset 5 5 - -

34
37. Klem 4 4 - -
38. Gunting 5 5 - -
39. Set kateter 20 20 - -
40. Lampu pembaca 1 - - -
rontgen
42. Syringe Pump 2 2 - -
43. Suction 2 2 - -
endoskopi
44. Defibrilator 2 2 - -
45. Kursi roda 3 3 - -
46. Minor surgical 2 2 - -

Tabel 2.13 Daftar Alat Rumah Tangga di Ruang Murai


No. Sarana Kerja Keterangan
1. CPU Ada
2. Mouse Ada
3. Keyboard Ada
4. Monitor Ada
5. Kalkulator Ada
6. Kipas Angin Ada
7. Televisi Ada
8. APAR (Alat Pemadam Api Ringan) Ada
9. Pesawat Telepon Ada
10. File Catatan Keperawatan Ada
11. Buku Folio Ada
12. AC Ada
13. Lemari / Cabinet Ada
14. Kursi Ada
15. Loker Penyimpanan Obat Ada
16. Meja Komputer Ada
17. Peralatan Infus Ada
18. Jam Dinding Ada
19. Vas Bunga Tidak Ada
20. Pigura Ada
21. Kotak Kunci Tidak Ada
22. Tempat Sampah Ada
23. Matras Ada
24. Sofa Ada
25. Kulkas Ada
26. Gorden Ada
27. Meja receptionest Ada

Pengadaan peralatan pelayanan di Ruang Murai RSD Idaman Kota


Banjarbaru, ada beberapa peralatan yang sudah tersedia seperti bantal,
selimut dan lemari pasien. Pengelolaan sampah di Ruang RSD Idaman

35
Kota Banjarbaru seperti sampah medis dan non medis masih belum
optimal karena tidak dibedakan antara plastik kuning (infeksius) dan
hitam (non infeksius).
Tabel 2.14 Daftar Alat Kantor di Ruang Murai
No Nama Barang Jumlah Ratio Ideal
Alat
1 Loker perawat 1 1/ Ruangan
2 Lemari arsip 1 -
3 Loker obat 3 2/ Ruangan
4 Lemari RM 1 -
4 Telepon 2 1/ Ruangan
5 Lemari 10 -
6 Meja kerja 5 4/ Ruangan
7 Printer 3 1/ Ruangan
8 Komputer 4 1/ Ruangan
Kelengkapan alat kantor seperti telepon, lemari obat, meja kerja, printer,
loker perawat, komputer dan lemari penyimpanan rekam medik pasien
serta arsip sudah tersedia.
Tabel 2.15 Daftar Barang Linen di Ruang Murai
No Nama Barang Jumlah Ratio Ideal
Alat
1 Gorden 18
2 Linen 60 1:5
3 Selimut 30
4 Sarung bantal 50 2: 12
5 Perlak 50 -
6 Kasur 22 1:1
7 Bantal 25

Pada tanggal 10 – 12 September 2018 didapatkkan hasil observasi, linen


yang disediakan untuk ruang Murai sudah tercukupi, setiap ruangan tidak
ada penggantian keseluruhan linen setiap hari. Menurut standar
PERMENKES, yaitu 1 : 5 atau 1 klien harus memiliki 5 buah seprei dan
untuk pemenuhan seprai belum memenuhi standar, dan dapat memenuhi
standar tersebut.

36
e. Alur Masuknya Barang

Pengusulan Barang

Disetujui Tidak Disetujui

Pengusulan ke APBD

Penyimpanan
barang

Distribusi ke
ruang Murai

Gambar 2.10 Alur Masuknya barang ke ruang Murai


RSDI Kota Banjarbaru

3. Metode (Method/ M3)


a. Penerapan SP2KP
SP2KP (Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional)
adalah penatalaksanaan struktur dan proses sistem pemberian asuhan
keperawatan profesional. Model Asuhan Keperawatan yang digunakan di
Ruang Murai RSDI Kota Banjarbaru adalah SP2KP. SP2KP adalah
sistem pemberian pelayanan keperawatan professional yang
merupakanpengembangan dari MPKP (Model Praktek Keperawatan
Profesional) dimana dalam SP2KP ini terjadi kerjasama profesional
antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet (PA) serta tenaga
kesehatan lainnya.
Pada SP2KP yang diterapkan pada Ruang Murai (VIP) sudah terjalin
kerjasama yang baik antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet
(PA). Metode SP2KP pada Ruang Murai (VIP) menggunakan tim yang
terdiri dari anggota yang yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan

37
keperawatan terhadap sekelompok klien. Perawat ruangan dibagi menjadi
3 tim, yaitu tim A, B dan C.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruang Murai pada 10
September 2018, di ruangan memiliki 1 orang kepala ruangan, 3 orang
kepala tim yang memiliki 5 anggota perawat pelaksana, dengan adanya
pembagian tim berdasarkan jumlah pasien sehingga beban kerja perawat
terbagi merata. Berdasarkan hasil wawancara juga didapatkan bahwa
sebagian besar perawat di ruang Murai sudah memahami peran dan
tugasnya masing-masing, baik itu sebagai ketua tim atau perawat
pelaksana. Kepala ruangan menyatakan bahwa model asuhan yang
digunakan saat ini sudah relevan karena beragamnya tingkat pendidikan
perawat di ruangan. Namun, kepala ruangan Murai juga mengatakan ada
beberapa kelemahan dalam penerapan model asuhan saat ini yaitu masih
adanya ketidaksesuaian job dengan lulusan akademik, seperti ketua tim
masih tingkat pendidikannya ada yang belum Ners. Perawat ruang Murai
juga mengatakan hambatan dalam penerapan sistem ini yaitu
ketidakmerataan skill atau kemampuan perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan yang kompleks di ruang Murai.
b. Penerimaan Pasien Baru
Berdasarkan hasil kuesioner pada tanggal 10-12 September 2018
didapatkan hasil bahwa dari hasil kuesioner kepada 11 orang perawat di
ruang Murai didapatkan bahwa hasil keseluruhan kuesioner penerimaan
pasien barubaik yaitu (92%). Namun, terdapat 2 item pertanyaan yang
rendah yaitu pada item pertanyaan nomor 6 dan item pertanyaan nomor
10. Pada pertanyaan item no 6 yaitu pasien dan keluarga di perkenalkan
dengan lingkungan dan ruangan (dapur, kamar mandi, ruangan dokter
dan ruangan perawat, depo obat) dengan hasil yang menjawab “selalu
dilakukan” yaitu 5 orang perawat (45%), “kadang-kadang dilakukan”
yaitu 6 orang perawat (55%), dan untuk hasil “tidak pernah dilakukan”
tidak ada (0%). Pada item pertanyaan nomor 10 yaitu perawat yang
bertugas menyarankan untuk menggunakan masker/penutup hidung bagi
keluarga/kerabat yang berkunjung dengan hasil yang menjawab “selalu

38
dilakukan” yaitu 5 orang perawat (45%), “kadang-kadang dilakukan”
yaitu 6 orang perawat (55%), dan untuk hasil “tidak pernah dilakukan”
tidak ada (0%).

60% 55% 55%


45% 45%
50%
40%
30%
20%
10%
0% 0% 0%
Selalu dilakukan
Kadang-kadang
dilakukan Tidak pernah
dilakukan

p6 p10

Gambar 2. 11 Tabulasi Data Penerimaan Pasien Baru (Perawat)


“p = pertanyaan”
Berdasarkan hasil wawancara bersama kepala ruangan dan
ketua tim pada 10 september dan 13 September 2018 didapatkan bahwa
penerimaan pasien baru diruangan sudah dilakukan yaitu pasien saat
masuk ruangan perawat menerima pasien dan memperkenalkan diri,
pasien diberitahukan dengan dokter dan perawat yang akan bertanggung
jawab untuk merawat pasien, perawat menjelaskan fasilitas-fasilitas yang
ada diruangan, namun perawat tidak memberikan penjelasan tentang
penggunaaan masker/penutup hidung bagi keluarga/kerabat yang
berkunjung, dilakukan hanya pada pasien yang menderita penyakit
infeksi.
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 10-12 September
2018 pada perawat diruangan Murai didapatkan data bahwa pada saat
penerimaan pasien baru tidak semua pasien baru dilakukan pengkajian
oleh perawat. Perawat memberikan penjelasan tentang fasilitas
diruangan, memperkenalkan lingkungan, tata tertib ruangan dan hak
kewajiban pasien. Dan tidak semua perawat memperkenalkan identitas

39
serta tidak semua perawat menjelaskan tentang petugas-petugas yang
berdinas pada shif tersebut.
c. Supervisi Keperawatan
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner yang dilakukan pada 11 orang
perawat didapatkan data bahwa rata-rata 86% kegiatan supervisi sudah
dilaksanakan dengan baik. Dari kuesioner tersebut didapatkan point
kuesioner yang masih rendah, antara lain yaitu pada pernyataan 1
(Supervisor menetapkan kegiatan yang akan di supervisi) sebanyak 8
orang mengatakan kegiatan supervisi selalu ditetapkan, 1 orang
mengatakan kegiatan supervisi kadang-kadang ditetapkan dan 2 orang
mengatakan kegiatan supervisi tidak pernah ditetapkan. Pernyataan 4
(Supervisor meneliti dokumentasi status pasien) sebanyak 8 orang
mengatakan dokumentasi status pasien selalu diteliti, 1 orang mengatakan
dokumentasi status pasien kadang-kadang diteliti dan 2 orang
mengatakan dokumentasi status pasien tidak pernah diteliti. Pernyataan
10 (Supervisor memberikan reward atau umpan balik kepada ketua tim
dan perawat pelaksana) sebanyak 3 orang mengatakan selalu diberikan
reward, 6 orang mengatakan kadang-kadang diberikan reward dan 2
orang mengatakan tidak pernah diberikan reward.

Kuesioner Supervisi
80,00%
70,00%
60,00%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
P1 P4 P10

PILIHAN JAWABAN PILIHAN JAWABAN PILIHAN JAWABAN

Gambar 2.12 diagram supervise


“p = pertanyaan”

40
Namun, berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 10-
12 September 2018 didapatkan bahwa kegiatan supervisi belum
terlaksana dengan maksimal. Hasil wawancara yang dilakukan bersama
kepala ruang Murai diketahui bahwa fungsi supervi di ruang Murai sudah
berjalan dengan baik. Sedangkan, hasil wawancara yang didapatkan dari
supervisor pada 12 September 2018 diketahui bahwa supervisor memiliki
hambatan dalam menjalankan fungsinya sebagai supervisi di ruang
Murai. Hal tersebut dikarenakan tugas supervisor yang merangkap
menjadi ketua tim A.
d. Discharge Planning
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner yang dilakukan pada 11 orang
perawat didapatkan data bahwa rata-rata 84% kegiatan discharge
planning sudah dilaksanakan dengan baik. Dari kuesioner tersebut
didapatkan point kuesioner yang masih rendah, antara lain yaitu pada
pernyataan 2 (Setiap pasien yang pulang diberikan health education)
sebanyak 4 orang mengatakan bahwa pasien yang pulang selalu diberikan
health education dan 7 orang mengatakan bahwa pasien yang pulang
kadang-kadang diberikan health education. Pernyataan 6 (Kepala ruangan
memimpin discharge planning) sebanyak 2 orang mengatakan kepala
ruangan selalu memimpin discharge planning, 7 orang mengatakan
kepala ruangan kadang-kadang memimpin discharge planning dan 2
orang mengatakan kepala ruangan tidak pernah memimpin discharge
planning. Pernyataan 8 (Discharge planning dilakukan setelah pelunasan
administrasi) sebanyak 4 orang mengatakan discharge planning selalu
dilakukan setelah pelunasan administrasi dan 7 orang mengatakan
discharge planning kadang-kadang dilakukan setelah pelunasan
administrasi.

41
70%
64% 64% 64%
60%

50%

40% 36% 36%

30%
18% 18%
20%

10%
0% 0%
0%
P2 P6 P8

PILIHAN JAWABAN PILIHAN JAWABAN PILIHAN JAWABAN

Gambar 2.13 Diagram Discharge Planning di Ruang Murai RSDI Kota


Banjarbaru
“p = pertanyaan”
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 10-12
September 2018 didapatkan bahwa kegiatan discharge planning belum
dilaksanakan. Hasil wawancara yang dilakukan bersama kepala ruang
Murai diketahui bahwa kegiatan discharge planning kadang dilaksanakan
kadang juga tidak dilaksanakan. Sedangkan, hasil wawancara yang
didapatkan dari salah satu ketua tim pada 12 September 2018 diketahui
bahwa kegiatan discharge planning hanya dilakukan pada saat pasien
pulang saja.

42
e. Ronde Keperawatan

Kuesioner Ronde Keperawatan


60% 55%

50% 45%

40%

30% 27% 27% 27%

18%
20%

10%

0%
item 2 item 4

selalu dilakukan kadang-kadang dilakukan tidak pernah dilakukan

Gambar 2.14 Diagram Ronde Keperawatan di Ruang Murai


RSDI Kota Banjarbaru
“p = pertanyaan”

Berdasarkan kuesioner kepada 11 orang perawat di ruang Murai


didapatkan hasil ronde keperawatan yaitu 76%. Terdapat 2 item
pertanyaan yang terendah yaitu pada item pertanyaan penetapan kasus
minimal satu hari sebelum waktu pelaksanaan ronde dengan hasil yang
menjawab selalu dilakukan 2 orang (18%), kadang-kadang dilakukan 6
orang (55%), tidak pernah dilakukan 3 orang (27%) dan item pertanyan
perawat (ketua tim) menjelaskan keadaan dan data demografi pasien
menjawab selalu dilakukan 3 orang (27%), kadang-kadang dilakukan 5
orang (45%) tidak pernah dilakukan 3 orang (27%).
Kepala ruangan mengatakan saat wawancara pada 10 September
2018, di ruang Murai tidak pernah dilakukan ronde keperawatn secara
formal, tetapi ronde keperawatan dilakukan dengan secara fleksibel
dimana hanya ada dokter, gizi dan perawat yang berkumpul dalam
membicarakan masalah pasien. Kepala ruangan mengatakan kendala
dalam menjalankan ronde keperawatan karena pada ruang Murai terdiri
dari 3 tim dengan setiap tim dengan dokter berbeda.

43
Berdasakan hasil observasi pada 10-12 September 2018 didaptkan
hasil tidak terdapat ronde keperawatan yang dilakukan di ruang Murai.
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah pasien, sehingga ronde keperawatan tidak wajib
dilakukan, ronde keperawatan dilakukan hanya pada saat ada masalah
pasien yang tidak dapat dipecahkan.

f. Timbang Terima
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner yang dilakukan pada 11 orang
perawat didapatkan data bahwa rata-rata 94% kegiatan timbang terima
sudah dilaksanakan dengan baik. Dari kuesioner tersebut didapatkan
point kuesioner yang masih rendah, antara lain yaitu pada pernyataan 4
(Timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan pada pergantian shift dari
malam ke pagi dari pagi ke sore. Sedangkan pergantian shift dari sore ke
malam dipimpin oleh ketua tim) sebanyak 5 orang mengatakan bahwa
timbang terima selalu dipimpin oleh kepala ruangan pada pergantian shift
dari malam ke pagi dari pagi ke sore, sedangkan pergantian shift dari sore
ke malam dipimpin oleh ketua tim dan 6 orang mengatakan timbang
terima kadang-kadang dipimpin oleh kepala ruangan pada pergantian
shift dari malam ke pagi dari pagi ke sore, sedangkan pergantian shift
dari sore ke malam dipimpin oleh ketua tim. Pernyataan 8 (Hal-hal yang
sifatnya khusus dicatat dan di serah terimakan pada perawat shift
berikutnya) sebanyak 8 orang mengatakan hal-hal yang sifatnya khusus
selalu dicatat dan di serah terimakan pada perawat shift berikutnya dan 3
orang mengatakan hal-hal yang sifatnya khusus kadang-kadang dicatat
dan di serah terimakan pada perawat shift berikutnya.

44
80%
73%
70%

60% 55%

50% 45%

40%

30% 27%

20%

10%
0% 0%
0%
P4 P8

Selalu dilakukan Kadang-kadang dilakukan Tidak pernah dilakukan

Gambar 2.15 Diagram Timbang Terima di Ruang VIP Murai


RSDI Kota Banjarbaru
“p = pertanyaan”
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 10-12
September 2018 didapatkan bahwa kegiatan timbang terima telah
dilakukan, hanya saja timbang terima pada saat shift siang dan shift
malam hanya dilakukan di nurse station saja tanpa berkeliling ke masing-
masing ruangan pasien. Hasil wawancara yang dilakukan bersama kepala
ruang Murai diketahui bahwa kegiatan timbang terima sudah dilakukan
pada setiap shift. Pada saat shift pagi timbang terima dilakukan di nurse
station dan berkeliling ke masing-masing pasien, sedangkan untuk shift
siang dan malam dilakukan secara fleksibel saja.

g. Dokumentasi Keperawatan
Berdasarkan kuesioner pada tanggal 10-12 September 2018
didapatkan hasil bahwa dari hasil kuesioner kepada 11 orang perawat di
ruang Murai didapatkan bahwa hasil keseluruhan kuesioner
pendokumentasian asuhan keperawatan baik yaitu 98%. Namun, terdapat
3 item pertanyaan yang rendah yaitu pada item pertanyaan nomor 4, 11,
dan 16. Pada pertanyaan item no 4 yaitu masalah dirumuskan
berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola

45
fungsi kehidupan dengan hasil yang menjawab “selalu dilakukan” yaitu 8
orang perawat (73%), “kadang-kadang dilakukan” yaitu 3 orang perawat
(27%), dan untuk hasil “tidak pernah dilakukan” tidak ada (0%). Pada
item pertanyaan no 11 yaitu tindakan keperawatan sesuai dengan
diagnosis dan masalah yang didapatkan saat pengkajian dengan hasil
yang menjawab “selalu dilakukan” yaitu 9 orang perawat (82%),
“kadang-kadang dilakukan” yaitu 2 orang peraweat (18%), dan jawaban
“tifdak pernah dilakukan” tidak ada (0%). sedangkan pada pertanyaan
item no 16 yaitu evaluasi ditulispada format yang baku dengan hasil yang
menjawab “selalu dilakuikan” yaitu 9 orang perawat (82%), “kadang-
kadang dilakukan” yaitu 2 orang peraweat (18%), dan jawaban “tifdak
pernah dilakukan” tidak ada (0%).

Kuesioner dokumentasi keperawatan


Selalu dilakukan Kadang-kadang dilakukan Tidak pernah dilakukan

82% 82%
73%

27%
18% 18%

0% 0% 0%

p4 p11 p16

Gambar 2.16 Dokumentasi Keperawatan


“p = pertanyaan”
Berdasarkan hasil wawancara bersama supervaisor pada 12
September 2018 didapatkan bahwa pendokumentasian asuhan
keperawatan pada pasien baru tidak dilakukan pengkajian jika sudah
dilakukan pengkajian dari IGD atau dari ruangan lain.
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 10-12 September 2018
pada 11 data rekam medis pasien diruangan Murai didapatkan data
bahwa pada pendokumentasian keperawatandi ruang Murai memiliki
format lembar pengkajian,asuhan keperawatan yang berisikan diagnosis,

46
bataasan karakteristik, serta faktor yang berhubungan dengan masalah
keperawatan. Namun, dari 38 item pertanyaan terdapat 4 item dengan
nilai yang rendah yaitu item pertanyaan nomor 4, 11, 16, dan 34. Pada
pertanyaan item no 4 yaitu pengkajian keperawatan tidak menunjukkan
kondisi ekonomi pasien dari 11 data rekam medik pasien. pada
pertanyaan item nomor 11 pengkajian tidak menggambarkan adanya
kebutuhan edukasi terhadap pasien selama dirawat yaitu pada 10 data
rekam medis pasien (91%) dan menggambarkan adanya adanya
kebutuhan edukasi pasien yaitu pada 1 data rekam medis pasien (9%)..
pada pertanyaan item nomor 16 yaitu diagnosis keperawatan tidak
ditegakkan lebih dari 1 diagnosis yaitu pada 11 data rekam medis pasien
(100%). dan pada pertanyaan item nomor 34 yaitu evaluasi keperawatan
tidak dengan cara membandingkan kondisi terkini pasien dengan kriteria
hasil yang ditetapkan target capaian sebelumnya (jawaban tidak) yaitu
pada 10 data rekam medis pasien (91%), danadanya evaluasi
keperawatan dengan cara membandingkan kondisi terkini pasien dengan
kriteria hasil yang ditetapkan target capaian sebelumnya (jawaban ya)
yaitu pada 1 data rekam medis pasien (9%).

Kuesioner Observasi Dokumentasi


Keperawatan
HASIL YA HASIL TIDAK
100%
91% 100%
91%

0% 9%
0% 9%
P4
P11
P16
P34

Gambar 2.17 Observasi Dokumentasi Keperawatan


“p = pertanyaan”

47
4. Keuangan (Money/M4)
Sumber pembiayaan/ pengadaan Ruang VIP Murai, pendanaan bagi
ruangan (misalnya renovasi ruangan), sumber dana operasional ruangan,
pendanaan alat kesehatan, pendanaan fasilitas kesehatan, dan bahan kesehatan
(habis pakai) berasal dari anggaran Rumah Sakit. Sumber pembiayaan/ jasa
pelayanan petugas diperoleh dari Rumah Sakit yang berasal dari jasa pelayanan
berupa uang yang diberikan berdasarkan jumlah pasien dan tindakan yang
dilakukan. Pendanaan fasilitas kesehatan bagi petugas diperoleh dari BPJS bagi
tenaga PNS. Pembiayaan pasien sebagian besar berasal dari BPJS sedangkan
yang lain dari BPJS dan Umum (bayar sendiri). Hasil wawancara dengan kepala
ruangan, pengadaan alat di ruangan yang rusak biasanya dilakukan dengan cara
memberikan surat telaah yang ditujukan kepada bagian IPSR. Kemudian bagian
IPSRS akan melihat alat yang rusak dan langsung mengganti alat yang rusak
tersebut.

a. Tarif Jasa Pelayanan di Ruang Murai


Tabel 2.16 Daftar Tarif Jasa Pelayanan di Ruang Murai
No Jenis Pelayanan Nominal (Rp)
(Rawat Inap) Jasa Jasa Total
Sarana Pelayanan Tarif
1. Fasilitas Kesehatan
Ruang Rawat Inap Kelas VIP 250.000 60.000 310.000
2. Konsultasi Gizi
Kelas III 3.000 8.000 11.000
Kelas II 3.000 10.000 13.000
Kelas I 3.000 17.000 20.000
Kelas VIP 5.000 20.000 25.000
3. Asuhan Gizi
Kelas III 3.000 8.000 11.000
Kelas II 3.000 10.000 13.000
Kelas I 3.000 17.000 20.000
Kelas VIP 5.000 20.000 25.000
4. Tarif Pelayanan Keperawatan
Minimal care 12.000 20.000 32.000
Partial care 25.000 35.000 60.000
Total care 40.000 65.000 105.000
Intensif care 60.000 80.000 140.000
Tindakan Kecil 8.000 12.000 20.000
Tindakan Sedang 16.000 24.000 40.000

48
Tindakan Besar 20.000 45.000 65.000
Tindakan Khusus 32.000 120.000 152.000
5. Pasang NGT 30.000 85.000 85.000
6. Pasang Kateter 28.000 42.000 70.000
7. Lepas Kateter 8.000 12.000 20.000
8. Pasang Infus 4.000 6.000 10.000
9. Lepas drain 8.000 12.000 20.000
10. Nebulizer 12.000 18.000 30.000
11. Perawatan Luka (Paket) 14.000 21.000 35.000
12. Skin test 8.000 12.000 20.000
13. Perawatan Luka Operasi 20.000 30.000 50.000
14. Monitor bed side 5.200 7.800 13.000
15. O2 >10 L per jam 43.200 64.800 108.000
16. O2 1-3L/M/Jam 10.000 10.000 21.000
18. O2 4-6 L/M/Jam 14.000 21.000 35.000
19. O2 6-8 L/M/Jam 30.000 45.000 75.000
20. O2 8-10 L/M/Jam 36.400 54.600 91.000

b. Alur Pasien Masuk


Hasil wawancara dengan kepala ruang VIP Murai, alur pasien masuk ke
ruang VIP Murai yaitu, pasien datang melalui IGD, dilakukan anamnesis dan
langsung dibawa ke ruang Murai. Bisa juga melalui poliklinik namun harus
melewati IGD. Dan ada juga pasien pindahan dari ruang perawatan yang lain.
Alur pasien masuk belum ada bagan secara tertulis.
5. Mesin (Machine/M5)
a. Bed Occupancy Ratio (BOR)
Bed Occupancy Ratio (BOR) menunjukkan sampai seberapa jauh
pemakaian tempat tidur yang tersedia di Rumah Sakit dalam jangka waktu
tertentu, bila nilai ini mendekati 100% berarti ideal.
Rumus untuk menghitung BOR adalah sebagai berikut :
Jumlah pasien
x 100%
Jumlah TT
Berdasarkan hasil pengkajian pada hari Selasa dan tanggal 11 dan 12
September 2018, didapatkan gambaran kapasitas tempat tidur ruang VIP
Murai yaitu 17 tempat tidur dengan rincian sebagai berikut :

49
Tabel 2.17 Daftar Bed Occupancy Ratio (BOR)
No Tanggal Total bed Bed terisi BOR
1 11 September 2018 17 Bed 15 bed 15/17x100% = 88, 2%
2 12 September 2018 17 Bed 17 bed 17/17x100% = 100%

Berdasarkan data yang didapat dari bagian IRNA RSD Idaman Kota Banjarbaru, Nilai
BOR Ruang VIP(Murai) pada tanggal 1 April – 30 Juni 2018 adalah:

BOR =

=
Jadi, rata-rata persentase pemakaian tempat tidur di ruang VIP (Murai) tanggal 1
April sampai dengan 30 Juni 2018 adalah 75, 3 %, untuk periode 1 Juli – 30
September 2018 belum didapatkan data hasil rekapitulasi.

b. Average Length of Stay (ALOS)


Nilai ALOS Ruang VIP(Murai) pada tanggal 1 April sampai dengan 30 Juni
2018 adalah:
ALOS = =
( )
2
ALOS = = 5 hari

Jadi, rata-rata lama perawatan klien di Ruang VIP(Murai) pada tanggal 1 April
sampai dengan 30 Juni 2018 adalah 5 hari

c. Bed Turn Over (BTO)


Nilai BTO Ruang VIP(Murai) pada tanggal 1 April sampai dengan 30 Juni 2018
adalah :
( )
BTO = =

BTO = = 19

Jadi, selama 91 hari pada tanggal 1 April sampai dengan 30 Juni 2018, BTO 23
kali.

50
Berikut data BOR, ALOS, BTO, dan TOI Ruang VIP Murai pada 1 April
sampai dengan 30 Juni 2018 pada Tabel 2.18

Tabel 2.18 Penilaian BOR, ALOS, BTO dan TOI Ruang VIP Murai
No Penilaian Hasil Parameter Ideal Menurut
DEPKES 2005
1 BOR 75,3 % 60- 85%
2 ALOS 5 Hari 6-9 Hari
3 BTO 19 Kali 40 – 50 Kali

Tabel. 2.22 Penilaian BOR, ALOS, BTO Ruang VIP Murai Periode 1
April sampai dengan 30 Juni 2018
Berdasarkan hasil data laporan instalasi rawat inap RSD Idaman Kota
Banjarbaru di Ruang VIP Murai Periode 1 April sampai dengan 30 Juni 2018
didapatkan data BOR sebesar 75,3%.hal ini menunjukkan hasil paramater
BOR berada di kriteria ideal yaitu 60-85%. ALOS 5 hari, hal ini
menunjukkan hasil diluar dari kriteria ALOS yaitu 6-9 hari. BTO 19 kali
dengan parameter ideal yaitu 40-60 kali/Tahun. (Depkes RI, 2005). Namun
penghitungan ini tidak bisa ditetapkan sebagai kriteria ideal karena
penghitungan hanya dilakukan pada periode April – Juni 2018 saja.
c. Keselamatan Pasien
1) Ketepatan Identifikasi Pasien
Dari hasil observasi tanggal pada tanggal 04 September 2018
didapatkan data kepatuhan perawat dalam mengidentifikasi pasien dengan
melihat nama lengkap, tanggal lahir, dan rekam medis pada saat pemberian
obat, 6 perawat mengidentifikasi pasien dengan melihat kartu identitas
pasien.
2) Angka Kejadian Flebitis
Berdasarkan data dari PPI RSDI Kota Banjarbaru dari bulan April 2018-
Juni 2018 angka kejadian flebitis, yaitu
Tabel 2.19 Daftar Angka Kejadian Flebitis
Angka Kejadian Flebitis
April 3/286 x 1000 = 15,23 o/oo
Mei 3/277 x 1000 = 14,44 o/oo
Juni 0

51
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa angka kejadian flebitis pada
bulan April 2018 adalah 3 kasus dari jumlah hari pemasangan infus (286
hari). Pada bulan Mei 2018 ada 3 kejadian flebitis dari jumlah hari
pemasangan infus (277 hari). Sedangkan pada bulan Juni tidak ada
kejadian flebitis pada pasien di ruang VIP Murai.
3) Angka Kejadian ISK (Infeksi Saluran Kemih)
Berdasarkan data dari PPI RSDI Kota Banjarbaru dari bulan April 2018
– Juni 2018 jumlah pasien yang mengalami kejadian ISK sebanyak 0
kejadian . Berdasarkan data terkait ISK tersebut dapat dikaitkan dengan
tindakan keperawatan atau klinis secara teratur.

6. Pemasaran (Marketing / M6)

Tabel 2.20 Standar Asuhan Keperawatan (SAK) di Ruang VIP (Murai)


No Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
1. SAK Gangguan Rasa Nyaman
SAK Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
2.
Tubuh
3. SAK Kelebihan Volume Cairan
4. SAK Hambatan Mobilitas Fisik
5. SAK Gangguan Pertukaran Gas
6. SAK Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak
7. SAK Ansietas
8. SAK Gangguan Fungsi Hati
9. SAK Konstipasi
10. SAK Hipertemi
11. SAK Hipotermi
12. SAK Kekurangan Volume Cairan
13. SAK Diare
14. SAK Nyeri Akut
15. SAK Nausea
16. SAK Ketidakefektifan Pola Napas
17. SAK Penurunan Curah Jantung
18. SAK Risiko Trauma
19. SAK Gangguan Eliminasi Urin
20. SAK Gangguan Integritas Kulit
21. SAK Gangguan Pola Tidur

52
Tabel 2.21 SPO yang ada di Ruang Murai RSDI Kota Banjarbaru
No. Standar Operasional Prosedur (SPO)
1. Mengukur suhu tubuh per axila
2. Menghitung denyut nadi
3. Menghitung pernafasan
4. Mengukur tekanan darah
5. Memandikan pasien di tempat tidur
6. Menjaga kebersihan rongga mulut, gigi pada pasien tidak sadar
7. Perawatan gigi palsu
8. Perawatan mulut klien sadar
9. Merawat kateter internus
10. Melepaskan kateter internus
11. Pengambilan urine untuk pemeriksaan
12. Membantu klien buang air besar di tempat tidur
13. Memasang kanul rektal
14. Mengeluarkan feses secara manual
15. Huknah Clensing enema / lavament
16. Pemberian spuit glyserin / Retention enema
17. Pengambilan bahan pemeriksaan feses
18. Pemeriksaan fisik
19. Mengajarkan latihan nafas dalam
20. Mencukur
21. Memasang gurita
22. Mengganti balutan
23. Merawat luka dengan drain
24. Mengangkat jahitan
25. Merawat dekubitus
26. Memasang restrains
27. Mencuci tangan
28. Menyikat tangan
29. Pemakaian alat pelindung mata
30. Pemakaian skort
31. Pemakaian masker
32. Pemakaian sarung tangan steril
33. Membuka bungkusan steril
34. Prosedur membantu klien bergeser ke sisi atas tempat tidur
35. Memberikan posisi fowler’s
36. Memberikan posisi supine
37. Memberikan posisi lateral (side lying)
38. Logrolling klien
39. Posisi prone (tengkurap)

53
40. Sim’s (semi prone)
41. Memberikan posisi dorsal recumbent
42. Memberikan posisi trendelenberg
43. Memberikan posisi anti trendelenberg
44. Membantu klien untuk duduk di tempat tidur
45. Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi / kursi roda
46. Memindahkan klien ke kereta dorong
47. Membantu klien ambulasi
48. Melatih ROM (Range of Motion)
49. Membantu klien untuk mengatasi nyeri
50. Memberikan kompres es
51. Memberi kompres hangat
52. Asuhan keperawatan pasien yang berhubungan dengan aspek budaya
dan spiritual
53. Prosedur pemberian obat oral
54. Pemberian obat bukal dan sublingual
55. Prosedur pemberian obat topical
56. Prosedur pemberian obat mata
57. Prosedur pemberian tetes telinga
58. Pemberian tetes hidung
59. Prosedur pemberian obat inhalasi
60. Memasukkan supositoria atau cream vagina
61. Prosedur pemberian obat melalui rektal
62. Menghisap obat dari ampul
63. Menghisap obat dari vial
64. Memberikan obat intra cutan
65. Memberi suntikan subcutan
66. Memberikan suntikan intramuscular
67. Menambahkan obat ke dalam botol infus
68. Memasukkan obat intravena secara bolus pada infus
69. Fungsi vena untuk pengambilan darah
70. Prosedur pemasangan infus
71. Menghitung tetesan infus dan memonitor infus
72. Mengganti balutan infus
73. Prosedur melepas infus
74. Prosedur pemasangan kateter pria
75. Prosedur pemasangan kateter wanita
76. Menyiapkan klien untuk biopsi pleura / paru
77. Melakukan PPD test
78. Melakukan fisioterapi pada postural drainage
79. Melakukan penghisapan lender melalui mulut, hidung dan
tracheostomy
80. Perawatan klien pasca tracheostomy
81. Menyiapkan klien untuk terapi nebulizer
82. Merawat klien dengan Water Seal Drainage (WSD)
83. Memasang Naso Gastric Tube (NGT)
84. Melakukan Lavage (bilas lambung)

54
85. Merawat luka gastrostomy
86. Memberi makanan cair melalui Gastrostomy
87. Merawat colostomy
88. Melakukan lavamentcolostomy (irigasi colostomy)
89. Persiapan dan perawatan klien untuk pemeriksaan colonoscopy
90. Menyiapkan klien untuk pemeriksaan gastroscopy
91. Persiapan dan perawatan klien pada pemeriksaan OMD Foto
92. Persiapan dan perawatan klien pada pemeriksaan colon foto
93. Persiapan dan perawatan klien pada pemeriksaan laparoscopy
94. Persiapan dan perawatan klien pada pemeriksaan cholecystografy
95. Persiapan dan perawatan klien punksi asites (Paracentesis)
96. Memberi rendaman duduk
97. Menyiapkan klien untuk pemeriksaan laboratorium tes fungsi lever
98. Menyiapkan klien untuk pemeriksaan EKG
99. Mengambil darah untuk pemeriksaan preparat malaria
100. Memberikan transfuse darah
101. Menyiapkan dan melakukan asisten terhadap klien dengan BMP
102. Melakukan test rumple leed
103. Persiapan dan perawatan klien dengan lumbal punksi
104. Menyiapkan klien untuk pemeriksaan CT Scan
105. Merawat klien sebelum dan sesudah pemeriksaan EEG
106. Perawatan klien dengan gips
107. Perawatan klien dengan traksi
108. Membantu pasien menggunakan tongkat/kruk dan penyangga tubuh
109. Membantu pasien menggunakan walker
110. Menyiapkan klien dan bahan untuk pemeriksaan GDS
111. Menyiapkan klien dan bahan untuk pemeriksaan NPP
112. Melakukan pemeriksaan gula darah dengan glucometer
113. Melakukan injeksi insulin (insulin pen)
114. Menyiapkan klien untuk pemeriksaan USG ginjal
115. Melakukan irigasi kandung kemih pada klien post operasi BPH
116. Menyiapkan klien untuk pemeriksaan USG kandung kemih
117. Menyiapkan klien untuk pemeriksaan Bno-IVP
118. Penerimaan pasien baru
119. Alur pasien pulang
120. Pasien dipindah ke ruang lain karena alih rawat
121. Pasien rawat inap dari poliklinik
122. Pasien dipindah ke ruang lain karena perubahan kelas
123. Pelaksanaan discharge planning
124. Timbang terima pasien
Berdasarkan hasil wawancara secara langsung dengan kepala ruangan
mengenai SPO diruang Murai sudah mengikuti SPO yang dibuat oleh RSDI
Kota Banjarbaru.

55
a. Hasil Penilaian Observasi Tindakan SPO (Instrumen C) di Ruang VIP Murai
di RSDI Kota Banjarbaru
Tabel 2.22 Hasil Observasi Tindakan SPO (Instrumen C)
No Kegiatan Jumlah Persentase
Tindakan (%)
1. Menghisap obat dari ampul 4 100%
2. Menghisap obat dari vial 4 75%
3. Memasukkan obat intravena 4 100%
secara bolus pada infus
Hasil observasi dilakukan pada tanggal 10-13 September 2018,
tindakan keperawatan seperti menghisap obat dari ampul, menghisap obat
dari vial, memasukkan obat intravena secara bolus pada infus dilakukan oleh
perawat ruangan diRuang VIP Murai.
Berdasarkan hasil observasi menghisap obat dari ampul yang dilakukan
perawat sudah baik dengan persentase 100% sesuai dengan SPO, untuk
hasil observasi menghisap obat dari vial dilakukan perawat sudah baik, hanya
ada poin yang kiranya perlu dioptimalkan dalam tindakannya yaitu
membersihkan tutup karet dengan kapas alkohol sesuai dengan SPO rumah
sakit. Memasukkan obat intravena secara bolus pada infus sudah baik
dilakukan, dimulai dari membuka jarum, memasukkan jarum pada port
tusukan dan menutup aliran selang sementara sudah baik namun pada point
menyuntikkan obat perlahan dengan kecepatan tidak lebih dari 1 ml permenit
perlu lebih dioptimalkan.

b. Hasil Penilaian Observasi Kebersihan Tangan 5 Moment Menurut WHO


di Ruang VIP Murai RS Idaman Kota Banjarbaru

MOMENT Perawat ( n = 6 )
Ya Tidak
Sebelum Kontak dengan Pasien 83 % 17%
Sebelum Melakukan Tindakan Aseptik 100 % 0
Setelah Terkena Cairan yang Beresiko 100 % 0
Setelah Kontak dengan Pasien 100 % 0%
Setelah Kontak dengan Lingkungan Pasien 83% 17%
Tabel 2.28 Observasi Kebersihan Tangan

56
Berdasarkan hasil observasi pada perawat yang ada di Ruang VIP
Murai dari 6 orang, semua sudah melakukan kebersihan tangan setelah kontak
dengan pasien, sebelum melakukan tindakan aseptik, setelah terkena cairan
yang berisiko (100%) dan ada 1 orang (17%) perawat ruangan tidak
melakukan kebersihan tangan pada moment sebelum kontak dengan pasien
dan setelah kontak dengan lingkungan pasien. Dokter spesialis melakukan
kebersihan tangan dengan baik sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
menggunakan handrub.
c. Hasil Penilaian Observasi Penggunaan APD (Sarung Tangan) di Ruang
VIP Murai RS Daerah Idaman Kota Banjarbaru
Penggunaan APD Perawat (n=6)
Ya Tidak
Cuci Tangan Sebelum Memasang Sarung Tangan 100 % 0
Membuka dan Memasang Sarung Tangan 100 % 0
Melepas Sarung Tangan Dengan Benar 83% 17 %
Membuang Sarung Tangan Ketempat Sampah Medis 100 % 0
Cuci Tangan Setelah Menggunakan Sarung Tangan 100% 0
Tabel 2.24 Observasi Penggunaan APD Perawat

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 10 s/d 12


September 2018 pada penilaian penggunaan APD (sarung tangan) yang
dilakukan oleh perawat ruangan yang sedang berada di Ruang VIP Murai
dengan mengambil sampel sebanyak 6 orang perawat.
Menurut hasil observasi pada perawat di Ruang VIP Murai, untuk
pemasangan APD (sarung tangan) yaitu 6 perawat memasang sarung tangan
sesaat sebelum melakukan tindakan invasif. Tetapi ada 1 perawat yang tidak
langsung melepas sarung tangan setelah melakukan tindakan, dan menyentuh
area meja di nurse station.
Dalam hal pembuangan sarung tangan, 6 perawat ruangan
membuangnya pada tempat sampah medis, tidak nampak ada yang
membuangnya sembarangan. Dalam hal melakukan kebersihan tangan
setelah membuang sarung tangan, perawat ruangan telah melakukannya
sesuai standar. Pengguanaan APD, khususnya penggunaan sarung tangan,
sesuai standar yang tepat sangatlah penting dalam pencegahan penularan
infeksi, terutama bagi tenaga medis dan kesehatan.

57
Ruang Murai memiliki perawat yang pernah mengikuti pelatihan
perawatan luka modern, hal ini diharapkan yang bersangkutan dapat
memberikan sharing ilmu kepada perawat lain. Tersedianya leaflet di
ruangan untuk pemasaran atau promosi kesehatan dan pelayanan unggulan
agar klien mendapatkan edukasi terkait pencegahan penyakit dan penyakit
yang kemungkinan dapat terjadi pada klien tersebut, namun leaflet yang
tersedia di ruangan belum mencakup lima penyakit terbanyak yang ada di
ruang Murai.

58

Anda mungkin juga menyukai