Anda di halaman 1dari 5

𝗦𝗘𝗝𝗦𝗘𝗝𝗔𝗥𝗔𝗛 𝗞𝗢𝗡𝗦𝗧𝗔𝗡𝗧𝗜𝗡𝗢𝗣𝗘𝗟 - 𝗗𝗔𝗥𝗜 𝗔𝗪𝗔𝗟 𝗦𝗔𝗠𝗣𝗔𝗜 𝗞𝗘𝗝𝗔𝗧𝗨𝗛𝗔𝗡𝗡𝗬𝗔

Sejarah Konstantinopel berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama sejalan dengan
sejarah Kekaisaran Romawi Timur dan setelahnya Kekaisaran Bizantium. Namun sebelum
menjadi bagian dari Romawi Timur, tempat ini merupakan bagian dari Yunani dengan nama
yang berbeda. Seiring dengan berakhirnya Kekaisaran Romawi Timur, Konstantinopel tidak ada
lagi. Namun, tempatnya masih digunakan untuk peradaban manusia. Kini, namanya berganti
menjadi Istanbul yang merupakan bagian dari negara Turki. Sejak awal berdirinya peradaban
hingga saat ini, daerah ini selalu menjadi ibukota.
𝗬𝘂𝗻𝗮𝗻𝗶 𝗞𝘂𝗻𝗼
Byzantium
Sebelum bernama Konstantinopel, daerah yang kini bernama Istanbul tersebut dikuasai
bangsa Yunani dan bernama Byzantium. Kota Yunani kuno ini dibuat sejak sekitar tahun 658
SM yang didirikan oleh Byzas dari Mergara. Kota ini dinobatkan menjadi ibukota Yunani kuno
dikarenakan beberapa alasan, yaitu :

1). Pelabuhan alaminya dapat digunakan untuk persinggahan dan dikelola untuk
menghasilkan pendapatan kota.
2). Kondisi alamnya cocok untuk bertahan dari serangan musuh.
3). Daerahnya kaya akan sumber daya alam berupa ikan laut.

Pembentukan Byzantium dipenuhi mitos Yunani Kuno. Byzas yang notabene pendiri
Byzantium, berdasarkan mitos, diceritakan sebagai anak dari salah satu dewa Yunani yang
bernama Poseidon. Ia lahir dari hubungan Poseidon dengan Koreissa yang memiliki darah Zeus
dan Io. Sebelum sampai dan mendirikan Byzantium, Byzas berkonsultasi dengan seorang
peramal Apollo yang berlokasi di Delphi. Ia mendapatkan wejangan darinya bahwa ia dapat
mendirikan kota di seberang tempat orang-orang buta. Khalsedon adalah nama tempat orang
buta yang dimaksud. Herodotus menjabarkan bahwa julukan tempat orang buta berasal dari
Jendral Persia yang bernama Megabazus. Ia menjuluki tempat itu demikian karena orang
Khalsedon dinilai buta setelah mendirikan peradaban di tanah yang tak layak huni.
Kebudayaan Yunani Kuno
Byzantium memiliki peninggalan yang terkenal dengan nama Tembok Byzantium yang kelak
dikenal juga sebagai Tembok Konstantinopel. Tembok ini memagari keseluruhan Bukit
Akropolis. Tembok ini mengalami beberapa rekonstruksi untuk tujuan militer. Kekuatan tembok
ini amat terkenal di masanya akibat mampu menahan gempuran musuh yang sanggup
menaklukkan kota Yunani lainnya. Penduduk Byzantium berasal dari Megara yang berbangsa
Yunani Dorian. Oleh karena mereka Yunani Dorian, maka kehidupan berpolitiknya lebih dekat
ke Bangsa Sparta daripada Athena. Warisan Megara terhadap budaya Byzantium berupa abjad,
kalender dan juga kehidupan religiusnya. Sedangkan, warisan Sparta terhadap budaya
Byzantium adalah penerapan budak belian terhadap masyarakat Trakia.
Pemerintahan Byzantium secara keseluruhan bersifat demokratis, tetapi sesekali dapat
berubah ke oligarki bahkan tiran. Majelis Dewan dan Rakyat ada dalam sistem pemerintahan
Byzantium. Panggilan untuk majelis ini adalah jendral. Penduduk Byzantium merupakan
masyarakat pemuja dewa-dewa Yunani Olympia, dewa Mesir yang bernama Serapis, dan Dewi
Anatolia yang bernama Cybele. Namun, mereka dikenal sebagai orang yang cabul dan para
pedagangnya dikenal sebagai pemabuk. Perlombaan Obor merupakan acara paling penting
dalam kebudayaan Byzantium. Ini merupakan acara ketika seorang pemuda dengan keadaan
telanjang berlari untuk menghidupkan api pengorbanan. Lintasan lari berawal dari
Promentorium Bhosporium dan berakhir di Akropolis.
Perpindahan Kepemilikan Kota
Byzantium merupakan bagian dari Yunani Kuno yang mengacu kepada bangsa Sparta.
Namun seiring ekspansi bangsa Persia terhadap daerah sekitarnya, Byzantium jatuh ke tangan
Persia tahun 546SM. Kala itu, Persia di bawah kepemimpinan Koresh Agung. Kepemilikan
Persia atas kota ini berlanjut hingga tiga penerusnya, yakni Cambysses II, Darius, serta Xerxes.
Pada masa kepemimpinan Xerxes, Yunani memenangi perang dengan Persia yang berujung
pada jatuhnya Byzantium ke tangan Yunani kembali. Setelah Yunani kembali mendominasi.
Selepas tragedi berdarah tersebut, ketiga putra Konstantin membagi daerah kekuasaan
masing-masing. Konstantin dan Konstan memerintah daerah barat, sedangkan Konstantius
memerintah bagian timur dengan ibukota Konstantinopel. Namun, pembagian ini tetap
menimbulkan pergesekan diantara ketiganya. Pergesekan ini terjadi bertahun-tahun dan pada
akhirnya berhenti pada tahun 353 M. Pergesekan ini berhenti karena Konstantin dan Konstan
mati. Pada tahun tersebut, Konstantius menjadi pemimpin tunggal dari kekaisaran Romawi.
Konstantius digambarkan memiliki kebaikan seperti seorang pemimpin yang adil, menjaga
martabat agung dari kekaisaran Romawi, pandai dalam bidang atletik, dan juga baik dalam
memelihara pasukan. Namun, dibalik kebaikannya ada pula keburukannya, seperti kecurigaan
yang berlebihan terhadap aksi makar terhadap dirinya, terlalu ikut campur dalam urusan gereja
dan juga kontrol istri dan kasim Eusebius terhadap dirinya yang terlampau besar. Salah satu
contoh besarnya kontrol Eusebius adalah pemenggalan kepala Caesar Gallus karena dituduh
makar.
Keburukan Konstantius berupa ikut campur yang berlebihan dalam urusan gereja membawa
kenangan pahit berdarah. Konstantius merupakan penganut arianisme. Kejadian berdarah
bermula saat uskup gereja kristen meninggal dan berusaha diganti dengan uskup dari
arianisme. Pihak gereja menolak dan mengangkat uskup mereka sendiri. Kejadian ini
menimbulkan peperangan antara pihak kaisar dan gereja. Pihak kaisar menyerang pihak gereja
dan pendukungnya. Kurang lebih 3000 orang dari pihak gereja dibantai dalam peperangan ini.
Oleh karena kejadian ini, Konstantius dibenci masyarakat Konstantinopel.
● 𝗔𝘄𝗮𝗹 𝗣𝗲𝗻𝘆𝗮𝘁𝘂𝗮𝗻 𝗥𝗼𝗺𝗮𝘄𝗶
Konstantius mengakhiri pemerintahannya karena meninggal pada Nopember tahun 361 saat
melakukan ekspedisi ke Persia. Tempatnya sebagai kaisar digantikan oleh keponakannya
Julian yang merupakan adik Gallus pada Desember 361 M. Julian membawa beberapa
perubahan diantaranya memecat kasim dan pekerja yang bekerja dibawah pamannya,
menghukum mati Eusebius, menerapkan toleransi umat beragama dan mendirikan rumah
senat, pelabuhan, serta perpustakaan. Julian tidak lama bercokol di Konstantinopel, hanya lima
bulan saja. Ia melakukan ekspedisi ke Persia dan tak kembali. Pada tahun 363, Julian
meninggal dan dikuburkan di daerah yang bernama Tarsus.
Selepas kepergian Julian, Jovianus meneruskan pemerintahannya. Namun, ia tak pernah
sampai ke ibukota Konstantinopel. Ia terserang penyakit dan meninggal dunia pada tahun 364.
Valentinian dipilih sebagai penerus oleh para jendral ketika pasukan sedang menuju Nicea.
Pada 26 Februari, ia diangkat menjadi Augustus. Namun berdasarkan kesepakatan, ia harus
membagi kekuasaannya. Ia memilih Valens, adiknya, untuk berbagi kekuasaan. 28 Maret 364
M, Valens diberi gelar Augustus. Valentinian berkuasa di barat dengan ibukotanya Milan. Valens
berkuasa di Timur dengan Konstantinopel sebagai ibukotanya.
Pada tahun 365, terjadi pemberontakan oleh Procopius (sepupu Julian) yang diteruskan
Marcellus (saudara Procopius) di Konstantinopel. Keduanya kalah oleh Valens dan dihukum
mati. Valens murka dan menghukum warga Khalsedon dan Konstantinopel yang mendukung
pemberontakan mereka. Valentinian meninggal pada 37 Nopember 375 M. Kekuasaannya di
barat jatuh ke anaknya Gratian dan Valentinian II. 9 Agustus 378, Valens terbunuh oleh Bangsa
Goth pada peperangan kedua mereka. Gratian menunjuk Theodosius I untuk menggantikan
Valens. Ia diangkat pada 19 Januari 379 dan memerintah di Konstantinopel mulai 24 Nopember
380. Theodosius I membawa perubahan, berupa membasmi sekte yang merusak kristen dan
pelarangan berhala. Gratian dibunuh pada tahun 383 dan Valentinian II pada tahun 392 M.
Theodosius menghukum mati orang-orang yang menggulingkan mereka dan berkuasa atas
Romawi Barat dan Timur.
● 𝗥𝗼𝗺𝗮𝘄𝗶 𝗕𝗲𝗿𝘀𝗮𝘁𝘂 𝗗𝗮𝗻 𝗣𝗲𝗰𝗮𝗵 𝗞𝗲𝗺𝗯𝗮𝗹𝗶
Theodosius berkuasa atas kedua ibukota pada tahun 392 M. Kemudian, ia membagi
keduanya kepada kedua putranya. Pada tahun 393, Honorius menjadi augustus dari barat dan
Arkadius menjadi augustus dari timur, tetapi ia tetap memerintah kedua ibukota hingga tahun
395. Di tahun tersebut, Theodosius sakit parah dan akhirnya wafat. Ia dimakamkan di Gereja
Rasul Suci dan diberi julukan Theodosius Agung.
Arkadius dan Honorius masih berusia belasan ketika memerintah masing-masing ibukota.
Oleh karenanya, Theodosius I menyiapkan penasihat untuk mereka. Arkadius diasuh oleh
Rufinus dan Honorius diasuh oleh Stilicho dalam menjalankan pemerintahan. Sayangnya,
kedua penasehat menggunakan kesempatan tersebut untuk memperkaya diri sendiri dan
berusaha merebut kekaisaran. Namun, rencana mereka gagal. Pengganti Arkadius berasal dari
anak hasil pernikahan Arkadius dengan Eudoxia yang bernama Theodosius II, sedangkan
Valentinian III kelak menggantikan Honorius. Satu tahun setelah kelahirannya, ia diangkat
menjadi kaisar Romawi.
Tahun 395, Gainas datang ke Konstantinopel dan membunuh Rufinus. Tahun 400, ia
berhasil mengambil kekuasaan di Konstantinopel. Namun, rakyat melawan, membantai 7000
orang pasukan Goth, serta memukul mundur Gainas yang akhirnya jatuh ke tangan bangsa
Hun. Uldin, Raja Hun, menghadiahkan Arkadius kepala Gainas.
Eudoxia diberi gelar Augusta oleh Arkadius pada 9 Januari 400 M. Pemberian gelar ini
padanya, tidak membuatnya memperdulikan Arkadius. Ini dikarenakan ia berselingkuh dengan
kepala penasihat John yang ditengarai sebagai bapak kandung Theodosius II. John
Chrysostom, patriark gereja, mencium hal ini. Ini menjadikan Chrysostom dan Arkadius
berkonflik dengan akhir pengasingan terhadap Chrysostom pada 20 Juni 404. Tiga tahun
setelah pengasingan, sang patriark meninggal dunia. Masyarakat murka mengetahui patriark
mereka diusir. Kejadian ini menimbulkan kerusuhan. 6 Oktober 404, Eudoxia meninggal dunia
setelah melahirkan. Ia dikuburkan di areal Gereja Rasul Suci. 1 Mei 408, Arkadius menyusul
istrinya. Ia dikebumikan di samping makam istrinya.
● 𝗞𝗶𝘀𝗮𝗵 𝗧𝗵𝗲𝗼𝗱𝗼𝘀𝗶𝘂𝘀 𝗗𝗮𝗻 𝗧𝗲𝗺𝗯𝗼𝗸 𝗞𝗼𝗻𝘀𝘁𝗮𝗻𝘁𝗶𝗻𝗼𝗽𝗲𝗹
Theodosius II naik tahta pada usia tujuh tahun. Ia dibimbing oleh Anthemius hingga tahun 414
M. Pada tahun tersebut Anthemius meninggal. Saudarinya, Putri Pulcheria, menjadi wali setelah
kematian Anthemius hingga tahun 416 M ketika Theodosius mengambil tampuk kepemimpinan
sepenuhnya. Namun, hingga 10 tahun setelahnya Pulcheria mengontrol sepenuhnya
pemerintahan dari balik layar.
Theodosius II beranjak dewasa dan mencari istri. Ia kemudian dikenalkan dengan Athenais,
putri dari Leontius. Pada pernikahan mereka Athenais merubah namanya menjadi Eudocia. Ia
melahirkan putra bernama Arkadius dan putri bernama Licinia Eudoxia. Sayang, Arkadius tidak
bertahan lama di dunia. Licinia menikah dengan Valentinian III yang menggantikan Honorius
pada usia 6 tahun sejak tahun 425 M. Valentinian III berkuasa hingga 455 M, tetapi kekuasaan
sebenarnya ada di tangan ibundanya yang bernama Galla Pladicia yang merupakan putri dari
Theodisius I.
Theodosius II meneruskan jejak bersejarah berupa Tembok Theodosius yang merupakan
terusan dari Tembok Konstantin. Tembok tersebut memagari hingga bukit keempatbelas.
Pembangunan tembok sudah selesai ketika Anthemius masih hidup. Namun, gempa yang
terjadi pada tahun 447 menghancurkan tembok dan menara pertahanan. Oleh karenanya
tembok dibuat kembali dari rentang tahun 447 hingga 450. Tahun 447 merupakan tahun ketika
Theodosius II dan kakaknya Pulceria berbaikan kembali setelah konflik akibat hasutan salah
seorang kasim Theodosius. Pemerintahan Theodosius II berakhir 28 Juli tahun 450 ketika ia
meninggal akibat terjatuh dari kuda.
● 𝗕𝗲𝗿𝗮𝗸𝗵𝗶𝗿𝗻𝘆𝗮 𝗥𝗼𝗺𝗮𝘄𝗶 𝗕𝗮𝗿𝗮𝘁
Setelah tahun 450 M, banyak kekacauan terjadi di Romawi. Peperangan dan pemberontakan
terjadi di mana-mana. Banyak wilayah Romawi lepas. Puncaknya adalah Romawi Barat
berakhir. Augusta terakhir dari Romawi Barat bernama Romulus Agustulus yang digulingkan
pada tahun 476. Romawi Barat dikuasai orang Barbar. Tahun 476 menandakan Konstantinopel
menjadi satu-satunya kota terbesar kekaisaran Romawi.
Sepeninggal Theodosius II, Marcianus naik tahta. Agar dapat naik tahta, ia menikahi
Pulceria. Beberapa perubahan yang dibawanya adalah berupa pembunuhan kasim yang
mengontrol Theodosius II, tidak membayarkan upeti kepada Attila dari Hun, dan mengurangi
beban pajak ke masyarakat.
● 𝗞𝗲𝗺𝗮𝗷𝘂𝗮𝗻 𝗗𝗮𝗻 𝗞𝗲𝗺𝘂𝗻𝗱𝘂𝗿𝗮𝗻 𝗣𝗲𝗺𝗲𝗿𝗶𝗻𝘁𝗮𝗵𝗮𝗻 𝗬𝘂𝘀𝘁𝗶𝗻𝗶𝗮𝗻𝘂𝘀
Pada masa ini, Romawi diperintah oleh Augusta Yustinianus. Beliau merupakan salah satu
kaisar yang terkenal. Ia terkenal karena banyaknya kemenangan dalam peperangan, bangunan
yang didirikan, serta pelbagai penyelesaian masalah hukum. Faksi hijau dan biru selalu
membawa konflik, bahkan hingga masa kepemimpinan Yustinianus. Puncaknya adalah
Kerusuhan Nika yang terjadi pada tahun 532 M. Kerusuhan ini menghancurkan 50% bangunan
di Konstantinopel dan menghilangkan nyawa puluhan ribu manusia. Tak lama setelah
kerusuhan itu, Yustinianus memberikan titah kepada ajudannya untuk membangun kembali
kota. Pada tahun 534, Yustinianus berhasil memenangkan pertempuran memperebutkan
keuskupan di Afrika. Tahun tersebut juga, pasukannya berhasil memulangkan harta benda baik
Allah Yerusalem ke Yerusalem. Pada pemerintahan Yustinianus, populasi masyarakat Romawi
mencapai 500.000 jiwa. Namun, sempat mengalami penurunan drastis sebesar 40% akibat
Wabah Yustinianus. Ini merupakan wabah penyakit pes yang hampir merenggut nyawa Augusta
Yustinianus.
● 𝗞𝗲𝗺𝘂𝗻𝗱𝘂𝗿𝗮𝗻 𝗞𝗲𝗸𝗮𝗶𝘀𝗮𝗿𝗮𝗻 𝗕𝗶𝘇𝗮𝗻𝘁𝗶𝘂𝗺
Konstantinopel mempunyai kaisar yang terkenal setelah Yustinianus adalah pada awal 610-an.
Kaisarnya bernama Heraclius. Pada saat itu, Konstantinopel mengalami peperangan yang
dahsyat dan juga kemunduran populasi. Peperangan dahsyat terjadi akibat serangan bangsa
Avar, Bulgar, Kekaisaran Sassaniyah, dan juga Kekhalifahan Ummayah. Semuanya tidak dapat
mengalahkan kokohnya Tembok Konstantinopel. Pada serbuan terakhir di tahun 717-718 M,
bangsa Bulgar menolong Romawi dalam memukul mundur Kekhalifahan Ummayah.
Kemunduran populasi dari 500.000 hingga 40.000 jiwa terjadi akibat pasokan gandum dari
Mesir terputus pada tahun 618 M.
Setelah masa Heraclius, Leo III pada tahun 736 M mengalami masalah besar berupa
kontroversi religius. Ia memulai krisis ikonoklasme. Semua hal yang dianggap berhala ditentang
olehnya. Ini menimbulkan konflik dan terbunuhnya beberapa kaum kaum ikonodul. Kebijakan
Leo III diteruskan beberapa penerusnya hingga tahun 845 M yang menoleransi praktik berhala
dengan mencabut sinode ikonoklasme. Ini terjadi di pemerintahan Michael III dengan wali
Theodora.
Turki Ottoman
● 𝗞𝗲𝗷𝗮𝘁𝘂𝗵𝗮𝗻 𝗞𝗼𝗻𝘀𝘁𝗮𝗻𝘁𝗶𝗻𝗼𝗽𝗲𝗹 𝗞𝗲 𝗧𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗠𝘂𝘀𝗹𝗶𝗺
Konstantinopel terus digempur oleh pasukan muslim sejak masa Heraclius berkuasa. Pada
akhirnya, Konstantinopel jatuh ke tangan muslim. Konstantinopel jatuh ke tangan Kesultanan
Utsmaniyah. Pemimpin yang berhasil menjatuhkannya bernama Muhammad al-Fatih yang
ketika itu masih berumur 21 tahun. Jatuhnya Konstantinopel ke tangan muslim berdampak pada
:

1). Dominasi kristen menjadi lemah saat itu


2). Masa Renaisans dimulai
3). Perubahan jalur perdagangan akibat monopoli Kesultanan Utsmaniyah yang menandai
awalnya era penjelajah
4). Penduduk setempat diusir, dibunuh atau diperbudak

Kejatuhan Konstantinopel terjadi ketika pengepungan terakhir kota ini pada tanggal 6 April
1453 sampai 29 Mei 1453. Pihak yang berperang adalah antara Kekaisaran Bizantium dan
sekutu (sebelumnya Romawi Timur) dengan Kesultanan Utsmaniyah. Sejak saat itu
Konstantinopel berada di bawah Kesultanan Utsmaniyah atau Turki Ottoman dan berganti nama
menjadi Istanbul pada tahun 1930.

Anda mungkin juga menyukai