Assessment 1
Assessment 1
NIM : 1501210347
Kelas : AB-45-ENTRE 2
Assessment 1
1. Perilaku konsumen merujuk pada tindakan, keputusan, dan pola pembelian yang
dilakukan oleh individu atau kelompok dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan
mereka. Ini adalah bidang studi dalam ilmu ekonomi, psikologi, dan pemasaran yang
bertujuan untuk memahami mengapa dan bagaimana konsumen membuat pilihan
pembelian.
Beberapa faktor yang memengaruhi perilaku konsumen adalah :
Kebutuhan dan Keinginan: Konsumen membeli barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal, serta untuk memenuhi
keinginan dan aspirasi pribadi.
Pengaruh Sosial: Perilaku konsumen sering dipengaruhi oleh orang lain, seperti
keluarga, teman, dan tokoh masyarakat. Persepsi sosial dan tekanan kelompok dapat
memengaruhi keputusan pembelian.
Budaya dan Nilai: Budaya, nilai, dan norma-norma masyarakat juga memainkan
peran penting dalam perilaku konsumen. Setiap budaya memiliki norma dan nilai
yang memengaruhi preferensi konsumen.
Pengalaman Pribadi: Pengalaman pribadi dengan produk atau merek tertentu dapat
memengaruhi keputusan pembelian di masa depan.
Faktor Psikologis: Aspek psikologis seperti persepsi, sikap, motivasi, dan emosi
memainkan peran penting dalam perilaku konsumen. Misalnya, konsumen mungkin
tertarik pada produk yang membuat merasa bahagia atau percaya diri.
Informasi dan Pengetahuan: Pengetahuan tentang produk atau layanan, serta informasi
yang tersedia, dapat memengaruhi bagaimana konsumen membuat keputusan
pembelian.
2.
Pengaruh Media Sosial
Gen Z sangat aktif di media sosial, dan platform-platform seperti Instagram dan
TikTok telah memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan makanan. Gen Z sering
membagikan foto dan video makanan, dan tren makanan yang muncul dan menjadi
viral melalui media sosial.
Preferensi Pemesanan Online
Banyak Gen Z memiliki gaya hidup yang sibuk, yang dapat mencakup sekolah,
pekerjaan, kegiatan ekstrakurikuler, dan komitmen sosial. Hal tersebut dapat membuat
kurangnya memiliki waktu atau energi untuk memasak.
3.
Menggunakan Media Sosial
Dengan memanfaatkan platform media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Snapchat
untuk berbagi konten yang menarik terkait dengan makanan dan gaya hidup. Konten
ini dapat mencakup resep cepat dan mudah, video memasak singkat, atau ulasan
restoran.
Dengan menekankan produk atau layanan yang menawarkan kenyamanan dan harga
yang bersaing, seperti makanan siap saji yang sehat atau layanan pengiriman makanan
dengan penawaran diskon.
Dengan menawarkan produk yang sehat, organik, atau berkelanjutan. Yang dapat
mencakup makanan vegetarian, vegan, atau bebas pengawet.
Memanfaatkan Teknologi
Gen Z cenderung mencari pengalaman rasa yang beragam. Hal tersebut dapat dibuat
guna menawarkan produk atau menu yang mencakup berbagai cita rasa internasional
untuk memenuhi preferensi mereka.
4.
Kebutuhan Fisiologis:
Tidak dipungkiri bahwa kehidupan sosial Gen Z yang tidak jauh dengan kehidupan
nongkrong dan hangout , yang tentunya dengan identik dengan cafe dan tempat kopi.
Setiap individu pastinya akan memesan makanan dan minuman dalam setiap
pertemuan tersebut yang berakibat pada aktivitas konsumtif yang tinggi.
Gen Z juga menjadikan makanan dan minuman sebagai sebuah penghargaan diri atau
self reward bagi mereka setelah melewati hari yang berat ataupun baru saja mendapat
sebuah pencapaian dalam hidup mereka.
5. Teori addictive consumption biasanya mengacu pada perilaku konsumtif yang berkaitan
dengan ketergantungan atau kecanduan terhadap produk atau layanan tertentu, seperti
alkohol, narkoba, rokok, atau bahkan perjudian. Maka kesimpulan yang dapat ditarik
adalah bahwa perilaku terhadap enggannya memasak bukan termasuk dalam Teori
addictive consumption karena teori tersebut sangat berkaitan dengan ketergantungan atau
kecanduan. Sementara Gen Z memiliki perilaku yang cenderung mengandalkan makanan
siap saji atau menghindari memasak, hal ini tidak sesuai dengan konsep ketergantungan
atau kecanduan. Enggan memasak bisa lebih disebabkan oleh faktor-faktor seperti
keterbatasan waktu, keterampilan memasak terbatas, gaya hidup yang sibuk, atau
preferensi makanan yang beragam.