2. Komponen Kompensasi
Kompensasi pada dasarnya mencakup penghargaan baik yang berupa
penghargaan finansial maupun penghargaan non finansial. Kompensasi finansial ada
yang langsung dan ada yang tidak langsung. Kompensasi finansial langsung terdiri atas
pembayaran yang diterima oleh seorang karyawan dalam bentuk upah, gaji, bonus,
dan komisi. Kompensasi finansial tidak langsung (atau biasa disebut tunjangan) terdiri
atas semua penghargaan seperti finansial yang tidak termasuk dalam kompensasi
finansial langsung, tunjangan cuti, tunjangan hari besar/hari raya, dan berbagai
macam asuransi. Sedangkan menurut Ber dan Russell (1998), kompensasi finansial
3. Kriteria Kompensasi Efektif
Patton (dalam Ivancevich, 1992) mengemukakan tujuh kriteria agar suatu
kompensasi efektif, yaitu kompensasi harus:
1) Layak, 2) Adil, 3) Seimbang, 4) Efektif, 5) Aman, 6) Memberikan Insentif, dan 7)
Mudah Dipahami oleh Karyawan
B. Penentuan kompensasi
kompensasi untuk suatu posisi tertentu dibuat relatif dengan tiga kelompok
berikut.
1. Kelompok A, yaitu karyawan bekerja pada suatu pekerjaan di
mana pekerjaan tersebut mirip dengan pekerjaan tertentu di
organisasi lain.
2. Kelompok B, yaitu karyawan bekerja pada suatu pekerjaan di
mana pekerjaan tersebut berbeda dengan pekerjaan tertentu
dalam satu organisasi yang sama.
3. Kelompok C yaitu karyawan bekerja pada suatu pekerjaan di
mana pekerjaan tersebut sama dengan pekerjaan tertentu
dalam satu organisasi yang sama.
C. Keadilan dalam pemberian kompensasi
Ada beberapa teori motivasi berkaitan dengan kompensasi, yaitu:
1. Teori keadilan (equity theory)
2. Teori pengharapan (expectancy theory)
3. Teori penguatan (reinforcement theory)
D. Kompensasi dasar
Kompensasi dasar adalah pendapatan yang diterima karyawan sebagai
imbalan atas pekerjaannya yang dapat didasarkan atas jam kerja, mingguan, atau
bulanan. Dalam pembuatan rentang upah tersebut mencakup:
1. Menentukan nilai relatif antara jabatan yang satu dengan
jabatan yang lain dalam satu organisasi (keadilan internal).
2. Menentukan nilai relatif antara jabatan yang sama/serupa
dalam organisasi yang berbeda (keadilan eksternal).
3. Menentukan nilai relatif antara individu yang satu dengan
lainnya dalam jabatan yang sama (keadilan individu).
KB. 2 Sistem pengupahan individual dan
insentif
A. PENENTUAN UPAH INDIVIDUAL
1. Pengaruh upah pada individu karyawan
program pengupahan secara spesifik digunakan untuk memperkuat,
mengarahkan, dan mengendalikan perilaku karyawan. Ada tiga teori yang
dapat membantu menjelaskan pengaruh upah terhadap perilaku karyawan
yaitu:
a. Teori keadilan (equity theory),
b. Teori pengharapan (expectancy theory),
c. Teori penguatan (reinforcement theory),
d. Teori agen (agency theory).
2. Dasar pembedaan upah
menurut ivancevich (1992). Ada dua dasar pembedaan upah, yaitu atas dasar:
a. Perbedaan individu dalam pengalaman, keahlian, dan kinerja;
b. Harapan bahwa karyawan yang senioritasnya lebih lama dan atau kinerjanya
lebih tinggi diupah dengan upah yang lebih tinggi.
3. Metode pengupahan
ada beberapa metode pembayaran yang dapat digunakan oleh organisasi baik
secara parsial maupun sekaligus. Organisasi dapat mengupah karyawannya
berdasar jam kerja, atau dapat pula berdasar pada keluaran (output) yang
dihasilkan, seperti penjahit pada perusahaan konfeksi, pelinting rokok pada
perusahaan rokok, ataukah kombinasi antara keduanya.
4. Tarif Rata (Flat Rate)
Pada umumnya perusahaan yang memiliki serikat buruh, di mana
upah diselenggarakan melalui suatu kesepakatan kerja bersama,
menerapkan tarif rata tunggal.
5. Upah Berdasarkan Waktu
Salah satu topik pada sistem upah berdasarkan waktu adalah apakah
setiap orang harus dibayar dengan gaji atau upah. Gaji adalah
pembayaran yang dihitung atas dasar tarif tahunan atau bulan dan
tidak ada upah lembur. sedangkan upah adalah pembayaran yang
dihitung atas tarif jam kerja dan ada upah lembur. Jika karyawan
menginginkan pembayaran per jam kerja, maka mereka tidak akan
mengetahui pendapatannya secara pasti setiap minggunya atau setiap
bulannya, sehingga sukar membuat penganggaran rumah tangga
mereka.
B. Pengupahan Insentif
1. Tipe program insentif
Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, terdapat
beberapa tipe program insentif, yaitu program yang diterapkan untuk level
individu, memberikan pendapatan di atas atau di bawah upah dasar kepada
individu karyawan yang memenuhi standar kinerja individu spesifik. Program
insentif kelompok, sama dengan program insentif individu tetapi mereka
memberi upah di atas atau di bawah upah dasar kepada seluruh anggota
kelompok apabila kelompok tersebut secara kolektif mencapai suatu standar
khusus untuk kinerja, produktivitas atau perilaku lain yang berkaitan dengan kerja
program insentif organisasi biasanya berupa program pembagian keuntungan.
Program ini memberi karyawan berupa bagian dari keuntungan organisasi dalam
periode tertentu (dessler, 2000).
3. Penilai
Biasanya, penilaian kinerja karyawan dilakukan oleh supervisor, namun
demikian banyak juga perusahaan yang menggunakan penilai lain untuk melengkapi
hasil penilaian kinerja yang dilakukan oleh supervisor. Beberapa pihak yang dapat
dijadikan sebagai penilai dalam menilai kinerja karyawan antara lain:
a. Dinilai oleh suatu komite dari beberapa atasan
b. Dinilai oleh teman (Peer)
c. Dinilai oleh bawahan
d. Dinilai oleh orang dari luar (teknis reviu lapangan)
e. Dinilai oleh diri sendiri (self-evaluation)
f. Dinilai dengan kombinasi pendekatan
g. Penilaian kinerja 360˚
E. METODE PENILAIAN KINERJA
Noe, et al (2000), mengemukakan sejumlah pendekatan untuk mengukur
kinerja yang didasarkan pada atribut, perilaku dan hasil kerja karyawan serta
perbandingan secara menyeluruh diantara kinerja karyawan sebagai berikut.
1. Pendekatan komparatif
2. Pendekatan atribut
3. Pendekatan keprilakuan
4. Manajemen berdasarkan sasaran (Management By Objective/MBO)
F. HUBUNGAN ANTARA PENGHARGAAN DAN KINERJA
Bila karyawan telah dikembangkan pengetahuan dan kemampuannya, dan
ternyata setelah dievaluasi hasil pekerjaannya melampaui target yang telah
ditetapkan, maka pantas jika mereka diberi penghargaan yang sesuai dengan jasa yang
telah mereka berikan kepada organisasi. Teori yang mendasari hubungan antara
kinerja dan penghargaan adalah bahwa karyawan kan termotivasi untuk mencapai
kinerja tinggi jika mereka yakin bahwa motivasi tersebut akan membawa mereka
kepada penghargaan yang mereka inginkan.
3. Prinsip
Menurut Deal Yoder dalam mengembangkan program pelatihan dan
pengembangan, beberapa prinsip penting yang harus dalam pelatihan dan
pengembangan sebagai berikut:
a. perbedaan individu;
b. hubungan dengan analisis jabatan;
c. motivasi;
d. partisipasi aktif;
e. seleksi peserta pelatihan;
f. selekasi pelatih;
g. pelatihan bagi pelatih;
h. metode pelatih;
i. prinsip belajar;
4. Penentuan Kebutuhan
Kesengajaan yang di maksud adala perbedaan antara kondisi yang
diharapkan oleh suatu organisasi dengan kondisi yang berlangsung dalam organisasi
sehingga perlu diadakan pelatihan dan pengembangan bagi karyawan dalam
organisasi tersebut.
analisis kebutuhan pelatihan dilakukan meliputi:
a. Analisis di tingkat organisasi untuk mengetahui bagian/divisi mana yang
memerlukan pelatihan.
b. Analisis di tingkat jabatan/tugas/pekerjaan untuk memperoleh informasi isi pelatih
yang di butuhkan agar benar-benar sesuai dengan kebutuhan karyawan.
c. Analisis di tingkat individu, yaitu untuk mengidentifikasi kebutuan karyawan.
A. MENGANALISIS KEBUTUHAN
Analisis kebutuhan, pada dasarnya merupakan suatu prosesyang di gunakan
untuk menentukan bahwa suatu pelatih perlu diadakan. Ada tiga hal yang dapat kita
lakukan saat menganalisis kebutuhan suatu pelatihan, diantaranya:
1. Analisis Organisasi
2. Analisis Individu
3. Analisis Tugas
3. Analisis Cost-Benefit
Analisis biaya dan keuntungan adalah proses menentukan keuntungan
ekonomi dari program pelatihan dengan mengunakan metode akunting yang
melibatkan penentuan biaya dan keuntungan pelatihan
KB. 3
Pelatihan Berbasis Web (Web-Based Training)
2. Kelebihan taknis
a. mengurangi pengeluaran perjalanan dan akomodasi
b. memungkinkan untuk belajar kapanpun dan di manapun
c. menyediakan pembelajaran just-in-tame
d. memaksimalkan manfaat infrastruktur
e. meningkatkan penyampaian tanpa batas sistem Operasi
f. menyediakan alat yang dapat merekam kemajuan
g. mudah untuk di perbaharui
B. KEKURANGAN MENGGUNAKAN PELATIHAN BERBASIS WEB
Pelatihan berbasis web memiliki kekurangan di samping kelebihan-kelebihan
yang melekat padanya. salah satu kelemahan dari pemanfaatan pelatihan berbasis
web adalah tidak dapat di hitungnya ROI dalam sebuah pelatihan. Berikut ini adalah
beberapah kelemahan lain dari pelatihan berbasis web.
1. Metode belajar yang baru
2. Manajemen sumber eksternal
3. Cara berfikir baru
4. Pengeluaran lain dan perpanjang waktu
5. Keterbatasan Bandwith
6. Keterbatasan Browser
A. PENGEMBANGAN MANAJEMEN
Selain mengembangkan karyawan, organisasi juga selanjutnya harus
mengembangkan tim manajemen, yaitu supervaisor, manajer tingkat menengah, dan
eksekutif tingkat atas.
1. Pengertian pengembangan manajemen
pengembangan manajemen merupakan suatu usaha untuk meningkatkan
kinerja manajerial dengan menampakan pengetahuan, mengubah sikap, atau
meningkatkan keahlian.
Proses pengembangan manajemen pada umumnya meliputi:
a. perkiraan kebutuhan organisasi;
b. penilaian kinerja manajer;
c. pengembangan manajer itu sendiri;
2. Metode pengembangan manajemen
Pengembangan manajemen, sebagaimana pengembangan pada karyawan
harus di rancang sedemikian rupa sehingga apa yang di kembangan tersebut efektif,
sesuai dengan kebutuhan organisasi tersebut yang tentunya diketahui melalui analisis
kebutuhan.
Penjelasan dari masing-masing metode pengembangan tersebut adalah;
a. Understudy assigment transtory, anticipatory experience
b. Coaching
c. Rotasi jabatan (job rotation)
d. Pelatihan kelas
e. Seminar universitas dan asosiasi profesi
B. PENGEMBANGAN ORGANISASI
Tidak ada fungsi yang terlibat dalam perubahan dpembaharuan dalam
organisasi kecuali sumber daya manusia.
Pengembangan organisasi merupakan suatu perluasan yang terencana
dengan tujuan meningkatkan kinerja organisasional melalui intervensi dan
pengalaman pelatihan.
1. Definisi pengembangan organisasi
2. Karakteristik pengembangan organisasi
3. Model pengembangan organisasi
4. Strategi pengembangan organisasi
MODUL 9
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Kepemimpinan dan Produktivitas KB 1
Keselamatan dan kesehatan kerja
Tempat kerja menurut Husni (2001), adalah setiap tempat didalamnya terdapat 3
(tiga) unsur, yaitu :
1. Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomis maupun usaha sosial;
2. Adanya sumber usaha;
3. Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya, baik secara terus-menerus maupun
sewaktu-waktu.
B. Manajemen Keselamatan Kerja
Program manajemen keselamatan kerja yang efektif biasanya terdiri dari :
1. Tanggung Jawab dan Komitmen Perusahaan
2. Kebijakan dan Disiplin Keselamatan Kerja
3. Komunikasi dan Pelatihan Keselamatan Kerja
4. Komite Keselamatan Kerja
5. Inspeksi, Penyelidikan Kecelakaan Kerja, dan Riset
6. Evaluasi terhadap Usaha-usaha Keselamatan Kerja.
Siagian S.(1999:208) menyebut ada 3 gaya kepemimpinan yang terkenal secara luas
yaitu :
1. Demokratis
2. Otokrasi
3. Laissez faire
1. Peran Pemimpin Kelompok
Seorang pemimpin harus dapat melakukan sesuatu bagi anggotanya sesuai
dengan jenis kelompok yang dipimpinnya. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh
pemimpin untuk dapat mendinamiskan kelompok yaitu :
a. Mengidentifikasi dan menganalisis kelompok beserta tujuannya,
b. Membangun stuktur kelompok,
c. Inisiatif,
d. Usaha pencapaian tujuan,
e. Mempermudah komunikasi dalam kelompok,
f. Mempersatukan anggota kelompok, dan
g. Mengimplementasikan filosofi (Slamet, 2002:34).
3. Peran Informatif
Masing-masing peran informatif itu dilakukan sebagai berikut :
a. Peran selaku pemantau
b. Peran selaku penyebar
c. Peran selaku public relation (hubungan masyarakat).
2). Hellreger dan Slocum dalam bukunya Management mengemukakan bahwa teori
kepemimpinan itu dapat dibedakan menjadi tiga golongan besar, teori tersebut
adalah:
a. Teori ciri atau sifat
b. Teori tingkah laku
c. Teori kontingensi (situasional)
Orang yang melakukan produktivitas disebut “orang produktif” yang memiliki ciri-ciri
sebagai berikut.
1. Berjiwa transparan
2. Memegang amanah
3. Cerdas/kreatif
4. Berjiwa enterpreunership
5. Sportif
6. Disiplin
7. Kooperatif
C. Gaya Kepemimpinan Situasional Dan Produktivitas Kerja
Gaya kepemimpinan, secara langsung maupun tidak langsung mempunyai
pengaruh yang positif terhadap peningkatan produktivitas kerja karyawan/ pegawai.
Hal ini didukung oleh Sinungan (1987) yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan di
dalam lingkungan organisasi merupakan faktor potensi dalam meningkatkan
produktivitas kerja.
Gaya kepemimpinan situasional dianggap para ahli manajemen sebagai gaya yang
sangat cocok untuk diterapkan saat ini.
Menurut Gaya Kepemimpinan Situasional, ada empat kategori tingkat kematangan
bawahan yaitu:
1. M1 yang ditandai dengan bawahan/karyawan yang tergolong pada kemampuan
yang kurang/tidak mampu dan tidak mau.
2. M2 bawahan yang tidak mampu tetapi berkemauan, maka gaya kepemimpinan yang
sesuai adalah gaya “Konsultasi (G2)”, karena bawahan seperti ini masih penagarahan,
karena kurang mampu, juga memberikan perilaku yang mendukung.
3. M3 bawahan yang mampu tetapi tidak mau melaksanakan tugas/tanggung
jawabnya.
4. M4 bawahan yang memiliki kemauan juga kemampuan dalam bekerja.
Dengan penerapan gaya kepemimpinan situasional ini, maka bawahan/
pegawai merasa diperhatikan oleh pemimpin, sehingga diharapkan produktivitas
kerjnya akan meningkat.
TERIMAKASIH