Anda di halaman 1dari 16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Perilaku Vandalisme

2.1.1. Pengertian Vandalisme

Menurut Kim dan Bruchman (dalam Aminudin dan Kasanah,

2017) vandalisme yakni penodaan atau perusakan yang menarik

perhatian yang dilakukan sebagai bentuk kemarahan, kreativitas ataupun

keduanya. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau

KBBI, vandalisme adalah perbuatan merusak dan menghancurkan hasil

karya seni dan barang berharga lain.

Selanjutnya Adisti (2010) menyatakan perilaku vandalisme

sebagai perusakan fasilitas umum, termasuk mencorat-coret meja di

sekolah. Lebih lanjut Lase (2003) menyatakan bahwa vandalisme

merupakan tindakan atau perilaku yang merugikan, merusak berbagai

obyek lingkungan fisik dan lingkungan buatan, baik milik pribadi

(private properties) maupun fasilitas atau milik umum (public

amenities). Perbuatan vandalisme merupakan perbuatan yang

menyimpang dan sangat merugikan orang lain karena banyak orang yang

ingin menggunakan fasilitas umum menjadi terganggu. Selain itu,

fasilitas tersebut menjadi berkurang nilai keindahannya. Laksono dalam

(Sari, 2016) menyatakan bahwa Vandalisme dapat berupa tindakan baik

secara langsung maupun tidak langsung yang dapat merusak keindahan,

8
kelestarian serta merugikan alam. Individu yang melakukan perusakan

terhadap keindahan dan kelestarian alam memiliki sikap vandalisme

dalam dirinya merasa puas.

Berdasarkan dari beberapa definisi mengenai tentang vandalisme

menurut beberapa para ahli, dapat disimpulkan bahwa perilaku

vandalisme merupakan suatu perilaku yang dilakukan oleh remaja

diantaranya adalah mengganggu serta merusak beberapa fasilitas di

lingkungan, baik milik pribadi, orang lain ataupun juga fasilitas milik

umum, yang mengakibatkan rusaknya keindahan dan kelestarian.

2.1.2. Faktor Yang Mempengaruhi Vandalisme

Menurut Santrock (2007), faktor yang dapat mempengaruhi

perilaku vandalisme adalah krisis identitas yakni perubahan biologis dan

sosiologis seseorang memungkinkan terjadinya dua jenis integrasi serta

kontrol diri yang lemah dimana seseorang tidak bisa mempelajari dan

membedakan perilaku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat

diterima.

Lase (2003) menyebutkan 2 faktor timbulnya perilaku vandalisme

yakni:

a. Lingkungan Keluarga, disebabkan karena:

a) Hubungan yang kurang harmonis

b) Pengawasan dari orang tua yang kurang

c) Pola asuh yang terlalu otoriter ataupun juga terlalu permisif

d) Kurangnya pembinaan mengenai lingkungan

9
e) Tidak tersalurnya bakat dan minat oleh orang tua

b. Lingkungan Sekolah

a) Kurangnya perhatian guru

b) Pergaulan disekolah yang kurang sehat

c) Inspirasi dari buku bacaan

Zakiah dalam (Romadhony & Naqiyah: 2017) menyatakan bahwa

sangat penting membantu remaja untuk mencapai kematangan dan

kemandirian emosi dari oraang tua dan keluarganya sekaligus

masyarakat yang ada. Oleh sebab itu karena adanya penerimaaan sosial

dari lingkungan dan adanya dorongan dari teman hal ini yang menjadikan

faktor terjadinya vandalisme di lingkungan sekolah.

Berdasarkan dari penjabaran mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi vandalisme, kemudian dapat disarikan bahwa perilaku

vandalisme dapat disebabkan oleh yang dikemukakan tersebut dapat

disimpulkan bahwa vandalisme disebabkan oleh krisis identitas yang

dialami oleh remaja, faktor lingkungan keluarga seperti pengawasan

yang kurang, pola asuh yang tidak sesuai. Faktor lingkungan sekolah

turut mendukung terjadinya vandalisme ini dikarenakan kurang

perhatiannya guru serta pergaulan remaja dengan teman sebayanya yang

tidak sehat.

10
2.1.3. Ciri-Ciri Vandalisme

Remaja memiliki potensi untuk melakukan tindakan vandalisme.

Lase (2003) menjabarkan ada beberapa ciri vandalisme yang dapat

dijabarkan seperti dibawah ini:

a. Objek yang semakin lama semakin usang

b. Vandalisme konflik dimana objek dapat diubah menjadi alat

untuk perilaku bermain

c. Vandalisme yang cara melakukannya dengan membongkar

sesuatu untuk mengetahui bagaimana suatu objek beroperasi

d. Vandalisme yang cara melakukannya misalnya dengan

memecah kaca jendela hanya untuk mengetahui apa isi di

dalamnya

e. Vandalisme dalam bentuk godaan tentang sesuatu yang

menarik perhatian, misalnya melempar botol hanya untuk

mengetahui bagaimana botol tersebut nantinya pecah

f. Vandalisme yang berbentuk tidak ada cara lain selain

melakukan hal tersebut, misalnya buang air sembarangan di

tembok, selokan atau pohon

Romadhony dan Naqliyah (2017) dalam penelitiaannya

menjelaskan perilaku vandalisme pada siswa muncul dalam bentuk aksi

corat-coret, pemotongan pemetikan, pengambilan dan perusakan. Corat

– coret yang dilakukan oleh siswa dilakukan pada media meja, dinding,

11
pintu, kamar mandi dengan bentuk identitas siswa, labeling ataupun

komunitasnya.

Berdasarkan uraian di atas bahwa dapat disimpulkan vandalisme

memiliki beberapa ciri yaitu Ciri ciri vandalisme terjadi dalam bentuk

perilaku negatif seperti merusak, mencorat-coret meja ataupun dinding,

serta muncul dengan suatu aksi yang merugikan pihak lain. Vandalisme

juga memiliki ciri dimana perilaku vandalisme ini banyak yang diawali

dari keusilan siswa yang tujuannya untuk mencari perhatian tetapi

dilakukan secara negatif.

2.1.4. Aspek Vandalisme

Lase (2003) memaparkan beberapa aspek dari perilaku vandalisme

yaitu:

a. Mencoret-coret (graffiti)

Aksi ini biasanya dilakukan di tembok sekolah, halte, toilet dan

fasilitas lain.

b. Memotong (cutting)

Aksi ini ditandai dengan memotong pohon, buku dsb.

c. Memetik (pluking)

Aksi ini berupa memetik bunga atau buah milik orang lain

tanpa ijin.

d. Mengambil (taking)

Aksi ini ditandai dengan megambil apa-apa saja yang bukan

miliknya.

12
e. Merusak (destroying)

Aksi ini biasanya berupa merusak penataan lingkungan yang

sebelumnya rapi, mencongkel interior di rumah atau sekolah

serta membuang sampah di jalan umum maupun di sungai.

Berdasarkan pendapat penulis, dari aspek-aspek perilaku

vandalisme di atas perilaku vandalisme yaitu perilaku yang

menimbulkan potensi merugikan lingkungan serta orang lain dan

berpotensi memberikan kerugian bagi individu yang melakukan

vandalisme tersebut. Individu atau remaja yang memiliki perilaku

vandalisme akan mendapatkan penilaian serta kritikan negatif dari orang

lain atas tindakannya tersebut.

2.2. Konformitas Teman Sebaya

2.2.1. Pengertian Konformitas Teman Sebaya

Menurut Baron dan Byrne (2005) konformitas teman sebaya

merupakan satu jenis pengaruh sosial dimana seseorang mengubah sikap

dan perilakunya agar sesuai dengan norma sosial yang berlaku.

Konformitas ialah penyesuaian perilaku seseorang dengan acuan norma

kelompok, menerima ide atau aturan-aturan yang menunjukkan

bagaimana seseorang tersebut bertingkah laku.

Sedangkan menurut Raviyoga dan Marheni (2019) konformitas

teman sebaya adalah perubahan perilaku remaja sebagai upaya untuk

menyesuaikan diri dengan norma kelompok acuan yang ada di

13
lingkungan sebayanya, baik ada tekanan secara langsung maupun tidak

yang berupa tuntutan tidak tertulis dari kelompok sebayanya terhadap

anggota, tetapi berpengaruh dan dapat menyebabkan munculnya

perilaku-perilaku tertentu pada anggota kelompok.

Berdasarkan pada pendapatan diatas disimpulkan bahwa

konformitas teman sebaya adalah perilaku mengubah sikap dan

perilakunya agar sesuai dengan norma sosial yg berlaku di dalam sebuah

kelompok yang dianut.

2.2.2. Faktor Yang Mempengaruhi Konformitas

Menurut pendapat Sears, dkk (2009) faktor yang mempengaruhi

konformitas teman sebaya yakni rasa takut terhadap celaan sosial, rasa

takut pada penyimpangan, kekompakan sebuah kelompok dan

keterikatan pada penilaian bebas. Sejalan dengan Santrock (2007) yang

mengungkapkan bahwa konformitas dapat terjadi karena adanya

desakan, baik desakan nyata maupun hanya perasaan saja.

Baron dan Byrne (2005) menyatakan ada beberapa faktor yang

mempengaruhi konformitas teman sebaya, yakni:

a. Kohesifitas dan konformitas yaitu sejauh mana individu merasa

tertarik pada kelompok yang dianut

b. Ukuran kelompok, yakni semakin besar ukuran sebuah

kelompok semakin tinggi pula konformitas yang akan terjadi

c. Norma sosial yang dapat mempengaruhi perilaku individu dan

norma sosial yang tidak mempengaruhi perilaku individu.

14
Berdasarkan dari faktor-faktor yang dikemukakan tersebut dapat

disimpulkan bahwa konformitas teman sebaya yakni di kaitkan dengan

penilaian bebas dan mengungkapkan bahwa konformitas dapat terjadi

karena adanya desakan.

2.2.3. Aspek Konformitas Teman Sebaya

Baron & Bryne (2005) menjabarkan dua aspek dari konformitas

seperti dibawah ini:

a. Pengaruh Sosial Normatif

Perubahan pada tingkah laku dari individu merupakan bagian

dari pengaruh sosial normatif. Perubahan tersebut dalam upaya

untuk memenuhi keinginan orang lain agar dapat disukai dan

merasa takut apabila mendapatkan penolakan dari orang lain.

Konformitas dipandang perlu agar individu dapat belajar

bahwa melalui konformitas dapat membantu individu untuk

mendapatkan penerimaan maupun persetujuan yang

diharapkan. Pengaruh sosial normatif ini dapat meliputi

tingkah laku supaya dapat memenuhi harapan dari orang lain.

b. Pengaruh Sosial Informasional

Pengaruh sosial yang berdasarkan keinginan individu untuk

merasa benar serta mempunyai persepsi yang benar seputar

dunia sosial merupakan penjelasan dari pengaruh sosial

informasional.

15
Pengaruh sosial ini memiliki kecenderungan untuk memiliki

ketergantungan kepada orang lain sebagai sumber informasi

mengenai aspek pada dunia sosial.

Berdasarkan dari aspek konformitas teman sebaya di atas dapat

disimpulkan bahwa aspek yang melatarbelakangi konformitas antara lain

kekompakan, kesepakatan dan ketaatan, serta menurut juga menerima.

2.3. Pengaruh Konformitas Teman Sebaya terhadap Perilaku Vandalisme

Masa remaja merupakan salah satu masa perkembangan yang paling

menarik dalam kehidupan manusia. Di dalam masa remaja kebanyakan

perkembangan seseorang dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, terutama

teman atau lingkungan sekitar. Karena seorang remaja masih dapat dikatakan

labil dan belum mempunyai kontrol diri yang baik. Hal tersebut yang kerap kali

mempengaruhi kenakalan remaja atau disebut juga perilaku vandalisme.

Perilaku vandalisme dapat dikatakan sebagai suatu perilaku yang

dilakukan oleh individu seperti menggangu ataupun juga merusak fasilitas

pribadi, umum ataupun milik orang lain, dimana hal tersebut mengakibatkan

rusaknya keindahan dan kelestarian alam. Perilaku vandalisme disebabkan oleh

beberapa faktor yakni faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan

lingkungan masyarakat. Vandalisme merupakan permasalahan yang sering

dilakukan oleh remaja.

Vandalisme menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan, dimana dampak

dari vandalisme ini menimbulkan kerugian bagi pihak ataupun orang lain yang

16
menjadi subyek dari perilaku vandalisme tersebut. Perilaku vandalisme pada

remaja usia sekolah terkhusus perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak

dengan harapan remaja tersebut bisa memiliki perilaku yang lebih positif. Lase

(2003) menyatakan perilaku vandalisme ditandai dengan beberapa perilaku

diantaranya, mencoret-coret (graffiti), memotong (cutting), memetik (pluking),

mengambil (taking), merusak (destroying). Perilaku tersebut sering ditemui

pada remaja usia sekolah dimana mereka membuat coretan pada dinding kelas,

dan kamar mandi. Remaja usia sekolah memotong dan memetik tanaman serta

bunga yang sengaja ditanam untuk memperindah lingkungan sekolah,

mengambil barang milik temannya dan tidak jarang mereka merusak fasilitas

sekolah.

Vandalisme merupakan permasalahan yang sering dialami oleh remaja.

Vandalisme menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan, dimana dampak dari

vandalisme ini menimbulkan kerugian bagi pihak ataupun orang lain yang

menjadi subyek dari perilaku vandalisme tersebut. Perilaku vandalisme pada

remaja usia sekolah terkhusus perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak

dengan harapan remaja tersebut bisa memiliki perilaku yang lebih positif.

Berkaitan dengan perilaku vandalisme yang dilakukan oleh remaja usia

sekolah, hal tersebut disebabkan oleh adanya krisis identitas yang dialami oleh

remaja, faktor lingkungan keluarga seperti pengawasan yang kurang, pola asuh

yang tidak sesuai. Faktor lingkungan sekolah turut mendukung terjadinya

vandalisme ini dikarenakan kurang perhatiannya guru serta pergaulan remaja

dengan teman sebayanya yang tidak sehat. Beberapa remaja melakukan

17
vandalisme dengan tujuan agar dapat mendapatkan penerimaan oleh

kelompoknya dengan cara melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan

oleh anggota kelompok tersebut. Remaja yang belum memiliki kontrol diri

yang baik sering mengikuti apa yang temannya atau kelompoknya lakukan

sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap lingkungannya tersebut.

Perilaku vandalisme diduga dipengaruhi oleh konformitas teman sebaya.

Baron & Bryne (2005) menyatakan ada dua aspek dari konformitas yaitu

pengaruh sosial normatif dan sosial informasional. Pengaruh Sosial Normatif

lebih pada individu akan melakukan tindakan yang sesuai dengan harapan

kelompok, hal tersebut dilakukan agar dapat disukai dan takut mendapatkan

penolakan dari anggota kelompok. Pengaruh Sosial Informasional lebih

memberikan penekanan bahwa individu melakukan vandalisme ini dengan

pembenaran terhadap dirinya sendiri.

Konformitas teman sebaya diduga memiliki pengaruh terhadap perilaku

vandalisme yang dilakukan oleh remaja usia sekolah, berdasarkan penjabaran

diatas dapat dilihat bahwa remaja yang melakukan hal negatif yaitu perilaku

vandalisme biasanya tidak selalu bersumber dari diri remaja itu sendiri. Faktor

pertemanan memberikan pengaruh terhadap pola perilaku seorang remaja,

apabila remaja tersebut ingin bergabung dengan suatu kelompok maka dapat

remaja tersebut akan mengikuti apa yang menjadi kebiasaan dan mengikuti

perilaku anggota kelompok tersebut, hal tersebut dilakukan dengan dasar agar

dapat diterima di dalam kelompok tersebut.

18
Agar permasalahan yang diteliti terlihat lebih jelas,maka dibutuhkan

sebuah kerangka pemikiran yang dituangkan dalam sebuah gambar.

Konformitas (X) Vandalisme (Y)

a. pengaruh sosial a. mencoret-coret


normatif (graffiti),
b. sosial b. memotong (cutting)
informasional c. memetik (pluking)
d. mengambil (taking)
e. merusak (destroying)

Gambar 2.1.
Kerangka berpikir

2.4. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian oleh Sari (2016) dengan judul “Hubungan antara Konformitas

Negatif dengan Tindakan Vandalisme pada Siswa Kelas VII SMP N 10

Salatiga”. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara

konformitas negatif dengan tindakan vandalisme pada siswa kelas VII SMP N

10 Salatiga. Ditunjukkan dengan korelasi r tabel=0,159 r hasil < r tabel r=0,040

< 0,159 yang menunjukkan Ho diterima. Probabilitas 0,539 > 0,05

menunjukkan Ho diterima. Artinya tidak ada hubungan signifikan antara

konformitas negatif dengan tindakan vandalisme.

Pangestu (2021) melakukan penelitian untuk mengetahui Hubungan

Antara Konformitas Dengan Perilaku Vandalisme Pada Pelajar SMP. Hasil

penelitian menunjukan hasil koefisien korelasi sebesar 0,659 dan koefisien

determinasi (R2 ) = 0,435 dengan probabilitas 0,000 < 0,05. Berdasarkan hasil

19
tersebut kemudian dapat dinyatakan bahwa ada hubungan antara konformitas

dengan perilaku vandalisme pada pelajar SMP.

Daryati (2014) melakukan penelitian untuk mengetahui Hubungan antara

Konformitas Negatif dengan Vandalisme Siswa SMA Negeri 1 Ampel

Kabupaten Boyolali. Hasil analisis data dari penelitian ini adalah didapatkan

nilai P = 0,000 < 0,05 yang mengandung makna bahwa ada hubungan yang

signifikan antara konformitas negatif dengan vandalisme siswa SMA Negeri 1

Ampel Kabupaten Boyolali. Lebih lanjut didapatkan nilai rxy = 0,643 yang

termasuk dalam kategori tingkat hubungan positif kuat.

Anggono (2014) melakukan penelitian dengan topik “perilaku

vandalisme pada remaja di kabupaten Kulon Progo”. Penelitian ini adalah

penelitian kualitatif dengan subyek 3 remaja pelaku vandalisme, dimana hasil

penelitian menunjukkan dimana bentuk vandalisme yang dilakukan adalah: (1)

ideological; (2) vindicate; (3) play; (4) malicious. Lebih lanjut hasil penelitian

ini menyatakan bahwa Faktor-faktor penyebab perilaku vandalisme adalah

teman sebaya, keluarga, media masa, dan lingkungan masyarakat yang

bersikap tidak acuh.

Hasfaraini & Dimyati (2018) dalam penelitiannya dengan topik

Konformitas Sebagai Prediktor Terhadap Agresivitas Remaja. Hasil penelitian

menyatakan bahwa tidak ada pengaruh variabel konformitas terhadap

agresivitas, hal ini dibuktikan dengan didapatkannya nilai fhitung sebesar

0,030 dan nilai sig. Sebesar 0,864 > 0,05. Relevansi penelitian ini dengan

penelitian yang akan dilakukan adalah persamaan pada variabel terikat yaitu

20
koformitas. Variabel Perilaku agresif dianggap cukup relevan dengan

penelitian ini dimana perilaku agresif ini memiliki kesamaan dengan ciri ciri

pada vandalisme yaitu merusak.

Putri (2013) melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan Antara

Identitas Sosial Dan Konformitas Dengan Perilaku Agresi Pada Suporter

Sepakbola Persisam Putra Samarinda. Hasil dari penelitian yang telah

dilakukan tersebut adalah ada hubungan yang signifikan antara identitas sosial

dan konformitas dengan agresi pendukung sepak bola Persisam Putra

Samarinda yang dibuktikan dengan perolehan Fhitung sebesar 6,367, R Square

sebesar 0,150 serta nilai probabilitas sebesar 0,003. Relevansi penelitian ini

dengan penelitian yang akan dilakukan adalah persamaan pada variabel terikat

yaitu konformitas. Variabel Perilaku agresif dianggap cukup relevan dengan

penelitian ini dimana perilaku agresif ini memiliki kesamaan dengan ciri

vandalisme yaitu salah satunya merusak.

Tianingrum dan Nurjannah (2019) melakukan penelitian mengenai

Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Perilaku Kenakalan Remaja Sekolah. hasil

penelitian tersebut menyatakan bahwa teman sebagau memiliki pengaruh

terhadap perilaku kenakalan remaja, hal ini dibuktikan dengan nilai

probabilitas sebesar 0,021 dan nilai OR sebesar 1,732. Hal ini mengandung

makna bahwa remaja yang terpengaruh dengan teman sebaya memiliki peluang

untuk kenakalan remana sebesar 1,732 dibandingkan dengan yang tidak.

Relevansi hasil penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah

dimana perilaku vandalisme ini berkaitan erat dengan kenakalan remaja, serta

21
vandalisme banyak dilakukan oleh remaja muda yang terpengaruh dengan

teman sebayanya. Ditemui banyak permasalahan kenakalan remaja maupun

vandalisme ini dilakukan oleh remaja dikarenakan adanya bujukan dari teman

sebaya ataupun agar remaja dapat diterima di kelompok dimana remaja

tersebut bergabung.

Berdasarkan tujuh penelitian terdahulu mengenai pengaruh konformitas

dengan vandalisme, dapat diambil suatu garis besar dimana persamaan

penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada

persamaan variabel penelitian. Variabel penelitian dari penelitian terdahulu

membahas tentang vandalisme yang didalamnya terdapat perilaku agresif,

merusak, serta merugikan pihak lain. Selain itu beberapa hasil penelitian

mengambil subyek penelitian yang diantaranya sama dengan subyek penelitian

yang akan dilakukan yaitu pada remaja pada umumnya dimana didalamnya

terdapat remaja pada usia sekolah, namun untuk penelitian yang dilakukan oleh

Putri (2013) melakukan penelitian terhadap suporter klub sepakbola.

Perbedaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan

adalah pada hasil penelitian yang didapatkan. Penelitian yang menyatakan

tidak ada pengaruh antara konformitas dengan perilaku vandalisme dilakukan

oleh Sari (2016) dan Hasfaraini & Dimyati (2018), sedangkan lima penelitian

terdahulu menyatakan bahwa terdapat pengaruh variabel konformitas dengan

perilaku vandalisme.

22
2.5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah:

Ada pengaruh signifikan konformitas teman sebaya terhadap perilaku

vandalisme siswa kelas VIII SMP N 1 Demak.

23

Anda mungkin juga menyukai