Anda di halaman 1dari 14

Nama Peserta : Saiful Qodri, S.Pd.

Nomor UKG : 201901347030


Kelas : PPGUNS_K2_BK2

LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang
Analisis eksplorasi
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah
penyebab masalah
diidentifikasi
1 Peserta didik Sumber : Daryono.2010.Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya 1. Peserta didik
sering melakukan Tindakan Vandalisme Koleksi Perpustakaan Dan kurang perhatian
aksi corat-coret di Upaya Pencegahannya. Media Pustakawan Vol.17 dari orang tua.
No.1&2 Hal.24 Tahun 2010. 2. Kurangnya orang
lingkungan https://ejournal.perpusnas.go.id/mp/article/view/866
sekolah. tua dalam
: diakses tanggal 1 September 2022.
memfasilitasi
kebutuhan
Faktor Penyebab Vandalisme corat-coret tembok
peserta didik.
Lasa (2003) menjelaskan dua faktor penyebab
3. Keinginan anak
vandalisme, yaitu faktor lingkungan keluarga dan untuk corat-coret
sekolah. sebagai bentuk
1. Faktor Lingkungan Keluarga. menunjukan
Masalah dalam lingkungan keluarga yang eksistensinya.
memicu terjadinya tindakan vandalisme 4. Peserta didik
remaja terhadap lingkungan buatan adalah: menemui
 Ketidakharmonisan dalam keluarga hambatan antara
mengakibatkan remaja mengekspresikan keinginannya
perasaannya melalui tindakan vandalisme. dengan kenyataan
Tempat tinggal berjauhan dari sekolah, yang ada.
sehingga sang remaja harus berpisah 5. Tindakan dalam
dengan orang tua . remaja yang tinggal di penanganan
rumah saudara, rumah temannya atau kos. permasalahan
Perilaku remaja menjadi bebas dan kurang tersebut dengan
menggunakan
mendapat pengawasan dari orang tua.
konseling
 Pola asuh keluarga yang terlalu ketat atau
kelompok dengan
terlalu longgar. Hal ini sebagai bentuk teknik REBT.
ekspresi kasih sayang dan perhatian dari
orang tua.
 Kurangnya pembinaan melalui jalur
agama, khususnya tentang menghargai
lingkungan hidup sebagai ciptaan Tuhan,
yang harus dimanfaatkan, dipelihara dan
dilestarikan.
 Pekerjaan orang tua juga memiliki
pengaruh besar, khususnya pekerjaan Ibu.
Kurangnya waktu ibu dan perhatian ibu
bersama anak-anaknya berdampak pada
perilaku anak.
 Pendidikan orang tua juga memiliki
pengaruh besar, khususnya pendidikan
ibu. Bila pendidikan ibu rendah maka
dalam mendidik anak juga kurang. Tetapi
sebaliknya bila pendidikan ibu tinggi maka
dalam mendidik anak juga tinggi.
 Kurangnya kebebasan anak
mengekspresikan perasaannya di dalam
lingkungan keluarga yang menjadi
haknya, misalnya memiliki kamar tidur
sendiri, memiliki fasilitas belajar, ruangan
belajar sendiri, dan sebagainya. Bila hak
pribadinya tidak terpenuhi maka berakibat
pada perilaku anak.
 Kurangnya kebersamaan antara orang tua
dengan anak, misalnya beribadah bersama,
berdoa bersama, makan bersama,
berekreasi bersama dan lain sebagainya.
2. Faktor Lingkungan Sekolah
Sejumlah faktor lingkungan sekolah penyebab
vandalisme meliputi:
 Kurang kasih sayang guru, artinya tidak
mendapat perhatian dari guru dalam
proses belajar mengajar.
 Ekspresi kejengkelan karena sering
dipanggil guru, yang umumnya berkaitan
dengan tingkah laku negatif.
 Sering berurusan dengan polisi dalam
berbagai bentuk permasalahan.
 Berpindah-pindah sekolah dengan
berbagai alasan.
 Banyaknya remaja memiliki peluang
untuk bebas setelah pulang sekolah.
 Senang membaca buku eksak, umumnya
mengindikasikan seorang remaja memiliki
kemampuan berpikir.
 Senang membaca buku komik, dari
membaca buku komik remaja bisa muncul
perilaku yang ditiru dari tokoh yang
diidolakan.

HASIL WAWANCARA
1. Dari hasil wawancara dengan peserta didik
(MNY;GLW;MAT) diketahui sebagai berikut :
a. Peserta didik mendapat perhatian penuh dari
ibu namun kurang dari bapaknya.
b. Peserta didik jarang mengerjakan ibadahnya.
c. Peserta didik sering mengalami kekerasan
baik verbal maupun fisik oleh bapaknya.
d. Peserta didik sebenarnya memiliki keinginan
untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi.
2. Dari hasil komunikasi dengan orang tua (YAW)
diketahui sebagai berikut :
a. Peserta didik dekat dengan ibunya.
b. Bapak memang kurang banyak perhatian
karena sibuk pekerjaannya.
3. Sedangkan hasil wawancara dengan wali kelas
(DH dan DP), peserta didik jarang berkomunikasi
dengan orang tua karena kesibukan kerja.
4. Dari pembicaraan guru STP2K (SM) dengan salah
satu bapak peserta didik diketahui bahwa
perhatian orang tua memang kurang.
5. Informasi dari guru piket (NAP) diketemukan
boardmarker khusus di dalam tas yang digunakan
untuk aksinya.
6. Berdasarkan info dari kesiswaan (AMW)
diterangkan bahwa banyak dari bangunan, ruang
kelas dan pintu sekolah termasuk almari harus
dicat ulang dan tentu berimplikasi kepada biaya
dan waktu tambahan bagi sekolah.
7. Berdasarkan wawancara dengan pakar yaitu
Ipung Hananto,M.Pd. dosen di Program Studi
Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri
Tidar dijelasakan sebagai berikut :
a. Bahwa usia SMA merupakan usia dimana
peserta didik masuk dalam kategori remaja
dimana Abraham Maslow mengemukakan
bahwa kebutuhan fisiologis berupa rasa
aman dan penghargaan untuk aktualisasi
diri.
b. Kebutuhan aktualisasi diri ini seringkali
kurang terfasilitasi oleh orang tua maupun
lingkungan sekitar
c. Akibat yang terjadi adalah terjadi gap atau
kesenjangan antara keadaan seharusnya
dengan realita yang terjadi sehingga
menimbulkan tingkah laku diluar norma
berupa vandalisme, penyimpangan sosial
seperti perkelahian, maupun menarik diri
dari lingkungan.

2 Peserta didik Sumber :Khairunisa.2019. Kecemasan Berbicara Di 1. Peserta didik


mengalami Depan Kelas Pada Peserta Didik Sekolah Dasar. masih perlu
kecemasan dalam Jurnal Tunas Bangsa Vol. 6, No.2, halaman 217.pengarahan dalam
berbicara di depan https://ejournal.bbg.ac.id/tunasbangsa menstabilkan
kelas /article/download/959/897/ : di akes emosinya
tanggal 1 September 2022. 2. Peserta didik perlu
belum memahami
Faktor Kecemasan Berbicara di depan Kelas posisi dirinya dalam
Menurut Monarth & Kase (2007) Faktor-faktor bersikap dan
yang mempengaruhi individu mengalami bertingkah laku.
kecemasan berbicara, adalah sebagai berikut:
1. Factor biologis
Rasa takut maupun cemas dialami semua
orang ketika berhadapan dengan bahaya.
Pada saat menghadapi situasi yang
membuatnya merasa tidak nyaman.
2. Faktor Pikiran Negatif
Pikiran akan memicu respon biologis
sebaliknya adakalanya respon biologis yang
menampakkan kecemasan dan pikiran
negatif akan menyertainya. Pikiran negatif
yang umumnya timbul, pertama bahwa
berbicara di depan kelas
menakutkan. Kedua, pikiran yang terlalu
berlebihan terhadap konsekuensi negatif
dari suatu situasi sosial. Ketiga, penalaran
emosi merupakan suatu pemikiran tentang
adanya perasaan cemas misalnya sakit perut
akan menyebabkan individu
mengungkapkan pendapat dengan buruk.
Keempat, Adanya perasaan kurang mampu
mengatasi beberapa kesulitan pada situasi
sosial. Kelima, fokus terhadap aspek negatif
dari suatu situasi dan mengabaikan hal-hal
yang positif.
3. Faktor Perilaku Menghindar
Kita ingin menghindari situasi yang
membuat tegang tersebut secepat mungkin
dan tidak ingin kembali pada situasi yang
sama.
4. Faktor Emosional
Saat kita menunjukan situasi takut, kita
mengalami respon fisiologis, kognitif dan
perilaku yang menggambarkan situasi
tersebut sehingga kita sendiri yang
mengembangkan rasa takut tehadap situasi
tertentu. Individu tersebut cenderung
merasakan perasaan cemas, takut, kuatir,
merasa tidak mudah menghadapi situasi
sosial, tegang, panik, dan gugup menghadapi
situasi berbicara di depan umum.

HASIL WAWANCARA
1. Dari hasil wawancara dengan beberapa peserta
didik yang bermasalah dengan kecemasan dalam
berbicara di depan kelas, diketahui bahwa
peserta didik mengalami ketakutan jika salah
dalam menjawab, malu mendapat cemoohan dari
teman, dan adanya keadaan tubuh yang
mengalami panas-dingin karena pandangan dari
banyak orang yang hanya tertuju kepadanya.
2. Berdasarkan observasi selama layanan klasikal
berlangsung, setiap kali peserta didik ditanya
maka kelas akan menjadi hening dan terasa
tegang, namun setelah guru BK kembali
menjelaskan situasi kembali santai dan ada
respon candaan dari beberapa peserta didik.
3. Berdasarkan wawancara dengan peserta didik,
diketahu bahwa mereka merasa baik-baik saja
mengenai kecemasan tersebut, akan tetapi hal
tersebut merupakan kendala utama kaitannya
dalam mengoptimalkan prestasi belajar peserta
didik terkait kemampuan afektif dan
pembentukan karakter peserta didik.

3 Peserta didik bolos Sumber : Walgito, Bimo. 2005. Pengantar Psikologi 1. peserta didik
dan pergi ke Umum. Yogyakarta: Andi masih belum
Kantin karena mencapai
memiliki motivasi Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar kematangan pola
belajar rendah Walgito (2005:152) individu perlu dipersiapkan pikir dan
pelajaran untuk memiliki kesiapan mental (mental set) emosinya.
Matematika. untuk mampu menghadapi tugas. Hal ini 2. Perlu adanya
meliputi : pengarahan
terhadap sikap
1) Motif, hal ini yang mendorong peserta dan perilaku
didik untuk belajar atau tidak belajar. peserta didik.
2) Minat, tanpa adanya minat motif tidak akan
berjalan karena minat merupakan alasan
peserta didik untuk belajar. Jika tidak
memiliki minat belajar maka peserta didik
akan melakukan hal lain yang lebih
diminati.
3) Konsentrasi perhatian, dalam belajar
memerlukan konsentrasi dan perhatian
yang tinggi agar mencapai hasil yang
maksimal.
4) Natural curiousity (keingintahuan alami),
merupakan rasa ingin tahu yang
mendorong anak untuk mencari tahu lebih
dalam mengenai suatu hal.
5) Balance personality (pribadi yang seimbang),
untuk belajar pribadi yang seimbang sangat
diperlukan karena individu yang
pribadinya seimbang mampu dengan
mudah menyesuaikan diri dengan situasi
lingkungannya.
6) Self confidence (kepercayaan diri), hal ini
sangat diperlukan dalam belajar. Peserta
didik harus memiliki pemahaman bahwa
dirinya mempunyai kemampuan untuk
berprestasi sama dengan temannya.
7) Self discipline (kedisiplinan diri), faktor
kedisiplinan harus ditanamkan sejak dini.
Mulai dari waktu dan hal apa saja yang
dipelajari harus direncanakan dan
dilaksanakan.
8) Inteligensi, hal ini berkaitan bagaimana
peserta didik menentukan cara dan strategi
yang sesuai dengan inteligensi dirinya. Jadi
peserta didik harus memahami dan
memanfaatkan inteligensinya untuk
meningkatkan kualitas belajar.
9) Ingatan, berkaitan dengan apa saja yang
telah dipelajari dan peserta didik
bertanggungjawab untuk selalu mengingat-
ingat materi yang telah diperoleh dengan
cara selalu mengulang melihat, membaca
dan mengaplikasikan apa yang telah
dipelajari.
Faktor lingkungan juga memegang peran yang
penting bagi peserta didik. Hal ini meliputi :
1) Tempat, meliputi tempat belajar peserta
didik baik di sekolah maupun di rumah.
Semakin baik tempatnya semakin baik pula
hasil belajar yang diperoleh.
2) Alat untuk belajar, ketersediaan alat belajar
yang memadai akan membantu proses
belajar dengan baik.
3) Suasana, suasana belajar baik di sekolah
maupun di rumah perlu diciptakan agar
peserta didik dapat menyerap hal yang
dipelajari dengan baik.
4) Waktu, dalam belajar harus memiliki waktu
yang terjadwal sehingga belajar menjadi
teratur dan terencana.
5) Pergaulan, teman sebaya mempengaruhi
keinginan untuk belajar peserta didik, maka
hendaknya peserta didik mampu memilih
teman yang baik dan bisa menjadi motivasi
belajar.
Menurut Syah (2006:182) rendahnya motivasi
belajar peserta didik yang menjadi penyebab
kesulitan belajar tercermin pada faktor intern
peserta didik yaitu faktor intern yang berifat
afektif seperti labilnya emosi dan sikap peserta
didik.
Dalyono (2009:228) “…mereka yang
motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh,
mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju
pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering
meninggalkan pelajaran akibatnya banyak
mengalami kesulitan belajar”.

HASIL WAWANCARA
1. Dari pengamatan salah satu peserta didik saat
menjelaskan alasannya membolos, diketahui
bahwa pola pikir, emosi, dan sikap peserta didik
terlihat masih labil.
2. Diketahui setelah dilakukan konseling dengan 8
siswi yang bersangkutan bahwa anak tersebut
melakukan hal tersebut karena tidak
bersemangat di pelajaran tersebut. Pelajaran
terasa sangat sulit diterima karena gurunya
sangat teliti, dan dalam menjelaskan seringkali
dengan marah-marah.
3. Dari hasil wawancara, diketahui bahwa siswi-
siswi tersebut sebenarnya memiliki semangat
yang tinggi dalam belajar dan mengerjakan tugas,
adapun alasan membolos dikarenakan guru mata
pelajaran yang sering marah-marah di kelas
karena hasil pekerjaan tidak sesuai dengan
keinginan guru tersebut.
4. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Sekolah,
dijelaskan bahwa kaitannya dengan
permasalahan guru mata pelajaran, maka
diketahui dulu:
a) Komunikasi antara peserta didik dengan
guru mata pelajaran apakah terjalin dengan
baik, apabila belum maka memang perlu
tindakan dari kepala sekolah dalam memberi
pemahaman kepada guru mata pelajaran
yang bersangkutan, sedangkan guru BK
membantu memberi pemahaman kepada
peserta didik.
b) Sifat dan sikap peserta didik apakah mungkin
secara tidak sengaja menyinggung guru yang
dimaksud.
c) Peserta didik apakah sudah melakukan
klarifikasi kepada guru mata pelajaran yang
bersangkutan. Jika belum, maka perlu
diberikan arahan dari guru BK untuk mencari
jalan tengah atau mediasi.

4 Peserta didik yang Sumber : Adiputra,Sofwan.2015. Penggunaan Teknik 1. Peserta didik


memiliki prestasi Modeling Terhadap Perencanaan Karir Peserta yang memiliki
belajar yang didik. Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, nilai rendah
Januari 2015 Hlm. 45-56. memiliki
rendah berakibat
https://ejournal.umpri.ac.id/index.php kepercayaan diri
pada kurangnya
/fokus/article/download/70/21 : yang rendah.
perencanaan karir diakses tanggal 1 September 2022
2. Keadaan ekonomi
Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan yang kurang
karir mampu membuat
Dillard dalam Adiputra (2015:47-48), peserta didik
mengemukakan bahwa perencanaan karir kurang berminat
merupakan proses pencapaian tujuan karir untuk
individu, yang ditandai dengan adanya: tujuan melanjutkan ke
yang jelas setelah menyelesaikan pendidikan, perguruan tinggi.
cita-cita yang jelas terhadap pekerjaan,
dorongan untuk maju dalam bidang pendidikan 3. Peserta didik
dan pekerjaan yang dicita-citakan, persepsi meyakini bahwa
yang realistis terhadap diri dan lingkungan, yang mampu
kemampuan mengelompokkan pekerjaan yang masuk ke
diminati, memberikan penghargaan yang perguruan tinggi
hanya yang
positif terhadap pekerjaan dan nilainilai,
pintar dan
kemandirian dalam proses pengambilan
mampu saja.
keputusan, kematangan dalam hal mengambil
keputusan, dan menunjukan cara-cara realistis
dalam mencapai cita-cita pekerjaan.
Terdapat beberapa factor penting yang
mempengaruhi perencanaan karier, dimana
seseorang akan mengakui dan mau
mempertimbangkan factor-faktor tersebut saat
mereka merencanakan karier, yaitu :
1. Tahap kehidupan karir
2. Dasar karir
3. Jalur Karir
Gejala yang dapat diamati oleh guru BK dalam
proses penanganan selama ini ditinjau dari : 1)
motivasi belajar peserta didik yang rendah;
2)Keaktifan peserta didik dalam mengerjakan
tugas; 3)Kehadiran peserta didik di sekolah;
4)Meninjau peserta didik yang termasuk
memiliki permasalahan dalam hasil analisis
instrumen AKPD terhadap beberapa poin
permasalahan yang menyangkut poin-poin
perencanaan karir peserta didik.
HASIL WAWANCARA
1. Diketahui bahwa terdapat 47 peserta didik yang
terdapat dalam angket AKPD yang
membutuhkan layanan Bimbingan dan
Konseling terkait perencanaan karir.
2. Peserta didik yang mendapatkan nilai yang
kurang dipanggil oleh guru BK dan diketahui
dari hasil wawancara dan diskusi ditemukan
bahwa kebanyakan peserta didik berasal dari
keluarga yang kurang mampu, keadaan tersebut
menjadi alasan peserta didik ketika ditanya
tentang perencanaan karir terkait kuliah maka
kebanyakan jawaban adalah orangtuanya tidak
mampu membiayai.
3. Beberapa peserta didik yang diminta
mengungkapkan keinginannya setelah lulus
mengungkapkan bahwa setelah lulus akan
langsung bekerja atau mengambil gapyear.
Daftar Pustaka

Iftitah Nurul Laily. 2022. Vandalisme adalah Perusakan Barang, Pahami Sejarah dan Penyebabnya.
https://katadata.co.id/intan/berita/62049d0bede83/vandalisme-adalah-perusakan-barang-pahami-
sejarah-dan-penyebabnya : diakses tanggal 1 September 2022
Daryono.2010.Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tindakan Vandalisme Koleksi Perpustakaan Dan Upaya
Pencegahannya. Media Pustakawan Vol.17 No.1&2 Hal.24 Tahun 2010.
https://ejournal.perpusnas.go.id/mp/article/view/866/848 : diakses tanggal 1 September 2022.
Khairunisa.2019. Kecemasan Berbicara Di Depan Kelas Pada Peserta Didik Sekolah Dasar. Jurnal Tunas
Bangsa Volume 6, Nomor 2 halaman 217.
https://ejournal.bbg.ac.id/tunasbangsa/article/download/959/897/ : diakes tanggal 1
September 2022.

Walgito, Bimo. 2005. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi


Nur Fauziyatun N.2014. Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Rendahnya Motivasi Belajar Siswa Kelas Ix
Smp Negeri 22 Semarang Tahun Ajaran 2013/2014. Universitas Negeri Semarang.
http://lib.unnes.ac.id/20086/ : diakses tanggal 1 September 2022
Adiputra,Sofwan.2015. Penggunaan Teknik Modeling Terhadap Perencanaan Karir Peserta didik. Jurnal
Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 45-56.
https://ejournal.umpri.ac.id/index.php/fokus/article/download/70/21 : diakses tanggal 1
September 2022

Agustina, Siska . 2019. Analisis Perencanaan Karir Bagi Siswa Di Sma Islam Karangrayung Dalam Memilih
Jurusan Di Perguruan Tinggi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/73117/
: diakses tanggal 1 September 2022
Lampiran 1
Dokumentasi Wawancara

Wawancara dengan Siswa Wawancara dengan Wali Kelas


(RNY; GLW; MAT) Dedi Hariyanto, S.Pd

Wawacara dengan Petugas STP2K Wawancara dengan Kesiswaan


Drs.Sumanta Arendra Murti W.P.A.A.P., S.Pd
Wawancara dengan Kepala Sekolah
Robertus Susanto,S.Pd

Wawancara dengan Dosen Pakar


Ipung Hananto, M.Pd
Lampiran 2
Pedoman Wawancara

A. PERMASALAHAN TERKAIT PESERTA DIDIK SERING MELAKUKAN AKSI CORAT-


CORET DI LINGKUNGAN SEKOLAH.
Pertanyaan Siswa:
1. Apakah kamu senang membaca buku komik?
2. Apakah anda sering sholat ?
3. Apakah kamu sering dipanggil guru? Jika iya, apakah kamu merasa kesal karena sering
dipanggil?
4. Apakah kamu merasa kurang kasih sayang guru?
5. Apakah kamu sering berurusan dengan polisi? Jika iya, terlibat dalam masalah apa?
6. Bagaimana kebersamaan antara orang tua dengan anak di dalam keluarga anda?
7. Apakah terjadi ketidakharmonisan dalam keluarga?
8. Apakah pola asuh keluarga yang terlalu ketat atau terlalu longgar?
9. Menurut anda, apakah pekerjaan orang tua juga memiliki pengaruh besar?
10. Menurut kamu, apakah pendidikan orang tua juga memiliki pengaruh besar?
11. Bagaimana pendapatmu tentang kebebasan anak mengekspresikan perasaannya di dalam
lingkungan keluarga?

Pertanyaan Orangtua:

1. Apakah keharmonisan dalam keluarga merupakan prioritas bagi anda?


2. Menurut anda, pekerjaan anda saat ini berpengaruh pada hubungan anda dengan anak?
3. Pernahkah anda bertanya tentang kegiatan di sekolah kepada anak? Berapa seringkah?
4. Bagaimana pendapat anda tentang kebebasan anak mengekspresikan perasaannya di dalam
lingkungan keluarga?

Pertanyaan Wali Kelas :

1. Apakah anda sudah pernah berbicara secara pribadi dengan peserta didik yang pernah
melakukan corat-coret?
2. Apakah anda pernah berkomunikasi dengan orang tua dari peserta didik yang pernah
melakukan corat-coret?
3. Bagaimana pendapat anda terkait peserta didik yang melakukan corat-coret ini?

Pertanyaan Kepada Pakar :


1. Apakah yang anda ketahui tentang vandalisme atau aksi corat-coret tersebut?
2. apa saja faktor-faktor yang mungkin menyebabkan peserta didik melakukan aksi corat-coret
seperti itu?
3. Menurut anda teknik apakah yang sekiranya cocok diterapkan kepada peserta didik yang
suka melakukan corat-coret seperti itu?
B. PESERTA DIDIK MENGALAMI KECEMASAN DALAM BERBICARA DI DEPAN KELAS
Pertanyaan Siswa:
1. Apakah anda pernah merasa takut maupun cemas?
2. Ketika apa, anda merasakan perasaan tersebut?
3. Apakah anda mampu melawan perasaan tersebut?
4. Apakah anda sering berpikir negatif?
5. Bagaimana anda menggambarkan perasaan negatif tersebut?
6. Apakah anda pernah mengalami situasi yang membuat tubuh anda tegang?
7. Apakah anda ingin segera menghindari situasi yang membuat tegang tersebut secepat
mungkin?
8. Apakah anda cenderung merasakan perasaan cemas, takut, kuatir, merasa tidak mudah
menghadapi situasi sosial, tegang, panik, dan gugup menghadapi situasi berbicara di
depan umum? Jika iya, Apakah anda sudah mampu menguasai perasaan tersebut?

C. PESERTA DIDIK BOLOS DAN PERGI KE KANTIN KARENA MEMILIKI MOTIVASI


BELAJAR RENDAH PELAJARAN MATEMATIKA.
Pertanyaan Siswa :
1. Apakah motif kamu dalam belajar di sekolah?
2. Apakah anda sudah menemukan minat tertentu?
3. Apakah anda dapat konsentrasi/perhatian dalam belajar?
4. Apakah anda memiliki rasa ingin tahu yang mendorong untuk mencari tahu lebih?
5. Apakah anda mampu dengan mudah menyesuaikan diri dengan situasi lingkungan?
6. Apakah anda memiliki pemahaman bahwa diri anda mempunyai kemampuan untuk
berprestasi sama dengan teman-teman lainnya?
7. Apakah anda setuju kedisiplinan harus ditanamkan sejak dini?
8. Seperti apa anda memulai untuk disiplin waktu dan hal apa saja yang dipelajari harus
direncanakan dan dilaksanakan terkait belajar?
9. Bagaimana anda menentukan cara dan strategi yang sesuai dengan kemampuan
inteligensi diri anda?
10. Apakah anda mampu mengingat-ingat materi yang telah diperoleh?
11. Apakah anda sering mengulang melihat, membaca mengaplikasikan apa yang telah
dipelajari?
12. Apakah tempat belajar anda baik di sekolah maupun di rumah terasa nyaman?
13. Apakah tersedia perlengkapan belajar yang memadai?
14. Apakah suasana belajar baik di sekolah maupun di rumah nyaman
15. Apakah anda memiliki jadwal waktu belajar?
16. Apakah lingkungan teman disekitar anda menambah keinginan untuk belajar?
Pertanyaan Kepala Sekolah :

1. Apakah bapak pernah menemui kejadian siswa yang membolos mata pelajaran tertentu?
2. Menurut bapak, apa penyebab peserta didik membolos jam pelajaran tersebut?
3. Bagaimanakah sikap bapak atas kejadian tersebut?
4. Menurut bapak, langkah-langkah apa saja yang bapak lakukan dalam menangani
kejadian tersebut?
D. PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI PRESTASI BELAJAR YANG RENDAH BERAKIBAT
PADA KURANGNYA PERENCANAAN KARIR
Pertanyaan Siswa :
1. Apakah anda memiliki tujuan yang jelas setelah menyelesaikan pendidikan? Jelaskan!
2. Apakah anda sudah memiliki cita-cita yang jelas terhadap perguruan tinggi dan
pekerjaan anda nantinya?
3. Bagaimana anda meraih jurusan perguruan tinggi dan pekerjaan yang anda cita-citakan
tersebut?
4. Apakah anda memiliki dorongan untuk maju dalam bidang perguruan tinggi dan
pekerjaan yang dicita-citakan tersebut?
5. Apakah anda memandang bahwa belajar akan menjadikan anda menjadi orang yang
sukses?
6. Apakah anda memiliki kemampuan mengelompokkan perguruan tinggi dan pekerjaan
yang anda minati?
7. Apakah anda pernah memberikan penghargaan yang positif terhadap hasil belajar anda?
8. Bagaimana anda memahami kebijaksanaan dalam proses pengambilan keputusan
memilih jurusan di perguruan tinggi?

Anda mungkin juga menyukai