Anda di halaman 1dari 11

seorang ayah menjadi penjaga anak-anaknya dari hal-hal buruk yang akan terjadi pada anaknya.

Seorang
ayah harus berperan menjaga persaudaraan dan kerukunan diantara anak-anaknya. Seorang ayah
seharusnya bisa mengajarkan sikap amanah pada anak-anaknya.

Sering kali seorang Ayah beranggapan bahwa tugas mendidik anak adalah tugas seorang ibu.
Sehingga seorang Ayah merasa tidak terlalu dibutuhkan dalam pendidikan anak.

Padahal peran seorang ayah sangat penting dalam pendidikan anak. Hal ini tertulis jelas di Al-
Qur’an dalam beberapa ayat.

Berikut ini beberapa peran ayah yang disebutkan dalam Al-Qur’an:

1. Mengenalkan Allah SWT

Dalam surat Al-Baqarah 132-133 bahwa seorang ayah harus mengenalkan Allah SWT pada
anak-anaknya.

‫ۗ َو َو ّٰص ى ِبَهٓا ِاْبٰر ٖه ُم َبِنْيِه َو َيْع ُقْو ُۗب ٰي َبِنَّي ِاَّن َهّٰللا اْص َطٰف ى َلُك ُم الِّدْيَن َفاَل َتُم ْو ُتَّن ِااَّل َو َاْنُتْم ُّم ْس ِلُم ْو َن‬

Dan Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. “Wahai
anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah kamu
mati kecuali dalam keadaan Muslim.”

‫َاْم ُكْنُتْم ُش َهَد ۤا َء ِاْذ َحَضَر َيْع ُقْو َب اْلَم ْو ُۙت ِاْذ َقاَل ِلَبِنْيِه َم ا َتْعُبُد ْو َن ِم ْۢن َبْع ِد ْۗي َقاُلْو ا َنْعُبُد ِاٰل َهَك َوِاٰل َه ٰا َبۤا ِٕىَك ِاْبٰر ٖه َم َو ِاْسٰم ِع ْيَل َوِاْس ٰح َق ِاٰل ًها‬
‫َّواِح ًد ۚا َو َنْح ُن َلٗه ُم ْس ِلُم ْو َن‬

Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika dia berkata kepada anak-
anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan
menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu)
Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.”

2. Menasehati anak

Seorang ayah harus bisa menasehati anak-anaknya seperti dalam surat Hud 42-43

‫َوِهَي َتْج ِر ْي ِبِهْم ِفْي َم ْو ٍج َك اْلِج َباِۗل َو َناٰد ى ُنْو ُحِۨ اْبَنٗه َو َك اَن ِفْي َم ْع ِز ٍل ّٰي ُبَنَّي اْر َكْب َّمَع َنا َو اَل َتُك ْن َّمَع اْلٰك ِفِرْيَن‬

Dan kapal itu berlayar membawa mereka ke dalam gelombang laksana gunung-gunung. Dan
Nuh memanggil anaknya, ketika dia (anak itu) berada di tempat yang jauh terpencil, “Wahai
anakku! Naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir.”

‫َقاَل َس ٰا ِو ْٓي ِاٰل ى َجَبٍل َّيْع ِصُمِنْي ِم َن اْلَم ۤا ِء ۗ َقاَل اَل َعاِص َم اْلَيْو َم ِم ْن َاْم ِر ِهّٰللا ِااَّل َم ْن َّر ِح َم ۚ َو َح اَل َبْيَنُهَم ا اْلَم ْو ُج َفَك اَن ِم َن اْلُم ْغ َرِقْيَن‬
Dia (anaknya) menjawab, “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat
menghindarkan aku dari air bah!” (Nuh) berkata, “Tidak ada yang melindungi dari siksaan
Allah pada hari ini selain Allah yang Maha Penyayang.” Dan gelombang menjadi penghalang
antara keduanya; maka dia (anak itu) termasuk orang yang ditenggelamkan.

3. Mengajarkan anak agar tidak sombong

‫ِاْذ َقاَل ُيْو ُس ُف َاِلِبْيِه ٰٓيَاَبِت ِاِّنْي َر َاْيُت َاَح َد َع َش َر َك ْو َك ًبا َّوالَّشْمَس َو اْلَقَم َر َر َاْيُتُهْم ِلْي ٰس ِج ِد ْيَن‬

(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Sungguh, aku (bermimpi)
melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.”

‫َقاَل ٰي ُبَنَّي اَل َتْقُصْص ُرْء َياَك َع ٰٓلى ِاْخ َوِتَك َفَيِكْيُد ْو ا َلَك َك ْيًداۗ ِاَّن الَّش ْيٰط َن ِلِاْل ْنَس اِن َع ُد ٌّو ُّم ِبْيٌن‬

Dia (ayahnya) berkata, “Wahai anakku! Janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-
saudaramu, mereka akan membuat tipu daya (untuk membinasakan)mu. Sungguh, setan itu
musuh yang jelas bagi manusia.”

4. Menjaga anak

Seorang ayah menjadi penjaga anak-anaknya dari hal-hal buruk yang akan terjadi pada anaknya.

‫َقاَل ِاِّنْي َلَيْح ُزُنِنْٓي َاْن َتْذ َهُبْو ا ِبٖه َو َاَخ اُف َاْن َّيْأُكَلُه الِّذْئُب َو َاْنُتْم َع ْنُه ٰغ ِفُلْو َن‬

Dia (Yakub) berkata, “Sesungguhnya kepergian kamu bersama dia (Yusuf) sangat
menyedihkanku dan aku khawatir dia dimakan serigala, sedang kamu lengah darinya.” (QS.
Yusuf:13)

5. Menjaga persaudaraan diantara anak-anaknya

Seorang ayah harus berperan menjaga persaudaraan dan kerukunan diantara anak-anaknya.

‫َو َج ۤا ُءْو َع ٰل ى َقِم ْيِصٖه ِبَد ٍم َك ِذ ٍۗب َقاَل َبْل َسَّو َلْت َلُك ْم َاْنُفُس ُك ْم َاْم ًر ۗا َفَص ْبٌر َجِم ْيٌلۗ َو ُهّٰللا اْلُم ْسَتَع اُن َع ٰل ى َم ا َتِص ُفْو َن‬

Dan mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) darah palsu. Dia (Yakub)
berkata, “Sebenarnya hanya dirimu sendirilah yang memandang baik urusan yang buruk itu;
maka hanya bersabar itulah yang terbaik (bagiku). Dan kepada Allah saja memohon
pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan.” (QS. Yusuf:18)

6. Mengajarkan sifat amanah

Seorang ayah seharusnya bisa mengajarkan sikap amanah pada anak-anaknya.

‫َقاَل َلْن ُاْر ِس َلٗه َم َع ُك ْم َح ّٰت ى ُتْؤ ُتْو ِن َم ْو ِثًقا ِّم َن ِهّٰللا َلَتْأُتَّنِنْي ِبٖٓه ِآاَّل َاْن ُّيَح اَط ِبُك ْۚم َفَلَّم ٓا ٰا َتْو ُه َم ْو ِثَقُهْم َقاَل ُهّٰللا َع ٰل ى َم ا َنُقْو ُل َوِكْيٌل‬
Dia (Yakub) berkata, “Aku tidak akan melepaskannya (pergi) bersama kamu, sebelum kamu
bersumpah kepadaku atas (nama) Allah, bahwa kamu pasti akan membawanya kepadaku
kembali, kecuali jika kamu dikepung (musuh).” Setelah mereka mengucapkan sumpah, dia
(Yakub) berkata, “Allah adalah saksi terhadap apa yang kita ucapkan.” (QS. Yusuf:66)

7. Bermusyawarah dengan anaknya

Seorang ayah juga sebaiknya bisa bermusyawarah dengan anaknya, mau mendengar masukan
dari anaknya terutama anak perempuan.

‫َقاَلْت ِاْح ٰد ىُهَم ا ٰٓيَاَبِت اْسَتْأِج ْر ُهۖ ِاَّن َخْيَر َمِن اْسَتْأَج ْر َت اْلَقِو ُّي اَاْلِم ْيُن‬

Dan salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata, “Wahai ayahku! Jadikanlah dia sebagai
pekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja
(pada kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya.” (QS. Al-Qasas:26)

8. Berdiskusi dengan anak

Seorang ayah tidak boleh otoriter tapi harus berusaha berdiskusi dengan anaknya apalagi yang
menyangkut masa depan anaknya

‫َفَلَّم ا َبَلَغ َم َع ُه الَّسْع َي َقاَل ٰيُبَنَّي ِاِّنْٓي َاٰر ى ِفى اْلَم َناِم َاِّنْٓي َاْذ َبُحَك َفاْنُظْر َم اَذ ا َتٰر ۗى َقاَل ٰٓيَاَبِت اْفَع ْل َم ا ُتْؤ َم ُۖر َس َتِج ُد ِنْٓي ِاْن َش ۤا َء ُهّٰللا ِم َن‬
‫الّٰص ِبِر ْيَن‬

Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim)
berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka
pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa
yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang
yang sabar.” (QS. As-Saffat:102)

9. Mengajarkan ilmu agama dan ilmu pengetahuan

Seorang ayah bisa menjadi pengajar bagi anak-anaknya tentang ilmu agama dan ilmu
pengetahuan

‫َو ِاْذ َقاَل ُلْقٰم ُن اِل ْبِنٖه َو ُهَو َيِع ُظٗه ٰي ُبَنَّي اَل ُتْش ِرْك ِباِهّٰللۗ ِاَّن الِّش ْر َك َلُظْلٌم َع ِظ ْيٌم‬

Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran
kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman:13)

Demikian beberapa peran ayah dalam pendidikan anak yang tercantum dalam ayat-ayat Al-
Qur’an. Semoga bisa membuat para ayah lebih terlibat dalam pendidikan anak-anaknya.*/Ummu
Aisyah
Apa saja peran dari ayah?
Ayah merupakan alasan anak menjadi seseorang yang percaya diri dan mandiri,
sehingga mampu melindungi diri sendiri. Ayah juga perlu melindungi keselamatan
pasangan dan anak-anaknya saat mengalami sesuatu yang membahayakan. Pria ini
juga memiliki peran untuk menjauhkan berbagai risiko bahaya yang bisa terjadi.

Bukan Hanya Mencari Nafkah, Ini 5 Peran Ayah dalam Keluarga


Pola Asuh Anak

3 menit

Ditinjau oleh dr. Fadhli Rizal Makarim 21 November 2022

“Bukan hanya mencari nafkah, ada beberapa peran ayah yang vital untuk kelangsungan
keluarga, termasuk pertumbuhan anak

Berbagai Peran Ayah yang Perlu Dipenuhi


dalam Keluarga
1. Pelindung Keluarga
Seorang ayah perlu mengambil peran sebagai pelindung keluarga. Pada anak, sosok ayah
menanamkan nilai dan moral pada anak, agar dapat tumbuh menjadi seseorang yang terhormat
sekaligus dihormati.

Ayah mengajari anak tentang kemampuan untuk menghadapi kesulitan dengan cara berani, serta
tidak berkompromi tentang keyakinannya dengan orang lain. Ayah merupakan alasan anak
menjadi seseorang yang percaya diri dan mandiri, sehingga mampu melindungi diri sendiri.

Ayah juga perlu melindungi keselamatan pasangan dan anak-anaknya saat mengalami sesuatu
yang membahayakan. Pria ini juga memiliki peran untuk menjauhkan berbagai risiko bahaya
yang bisa terjadi.

2. Menjadi Contoh
Ayah dapat memberikan berbagai contoh baik bagi anak, terutama pada kesehariannya saat di
rumah. Salah satunya adalah dengan mendukung pasangan, atau ibu dalam rumah tangga, dalam
memberikan pendidikan pada anak-anak.
Saat anak melihat jika ayahnya memperlakukan ibunya dengan cinta dan rasa hormat, anak jadi
paham seperti apa hubungan yang sehat sejalan dengan semakin bertambahnya usianya.

3. Motivator
Seorang ayah juga dapat mengambil peran dalam memberikan pengajaran terkait dasar-dasar
kehidupan pada anak-anak. Kepala keluarga ini kerap mengingatkan anak jika tidak ada manusia
yang sempurna dan melakukan kesalahan adalah sesuatu yang manusiawi.

Tidak apa untuk jatuh atau gagal dalam hidup selama bisa bangkit kembali. Beritahu anak jika
seorang ayah akan selalu ada saat ia sedang jatuh untuk menangkapnya dan memberikan
dukungan untuk bangkit kembali. Maka dari itu, cobalah menjadi sosok ayah sekaligus teman
yang bisa mendengarkan cerita-ceritanya.

4. Menjadi Pendengar yang Baik


Cobalah menjadi seseorang yang selalu berada di sampingnya, saat anak sedang ‘terbang’ atau
‘terjatuh’. Tunjukkan minat pada kehidupan Si Kecil, termasuk mengetahui teman-temannya dan
sesuatu yang membuatnya khawatir.

Jika seorang ayah selalu mendengarkan apa yang diceritakan anak tanpa penghakiman, maka ia
dapat tumbuh dengan menerapkan berbagai nasihat yang diberikan oleh orangtuanya.

5. Membuat Aturan
Ayah adalah seorang pemimpin di dalam keluarga yang mampu membuat aturan dan batasan di
dalam rumah. Hal ini tentu dapat membuat pekerjaan ibu menjadi lebih mudah.

Anak juga menjadi lebih paham terkait sesuatu yang harus, boleh, atau dilarang dilakukan di
rumah. Namun, ayah juga perlu konsisten dengan aturan yang dibuat, sebab anak juga
melakukan penilaian terhadap orang tuanya juga.

Itulah beberapa peran ayah yang perlu dilakukan selain mencari nafkah. Memang terkadang
tidak mudah untuk meluangkan waktu melakukan semua hal tersebut saat pekerjaan kantor
terlalu banyak. Namun dengan melakukan hal ini, kamu sebagai ayah, dapat mendorong anak
untuk tumbuh dengan lebih baik
Peran Wanita Sebagai Ibu dalam Islam
Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara
lahirnya manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung,
melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya.

Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Allah SWT telah menentukan
kodrat wanita yang berat itu, namun kadangkala kaum Adam kurang mau memahami.
Secara fisik dan rohani memang wanita dipersiapkan memiliki kesanggupan.

Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Kaum ibu yang ideal
tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas. Anak-anak
mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih
penting.

Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah
yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat
kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan
seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu
dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu
bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak,
dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-
anaknya.

Disinilah letak peranan wanita sebagai ibu, cukup berat menuntut rasa tanggung jawab
yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan kaum wanita.
Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam memberi
penghargaan terhadap kaum ibu, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad,
bahwa Rasulullah bersabda: "Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu.

Beberapa langkah yang perlu dilakukan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya :

1. Dorongan Ibu Yang Bertanggung Jawab

Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila


seorang wanita (ibu) sudah menjalankan shalat lima kali, puasa bulan Ramadhan,
menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada suaminya, maka
masuklah ia ke surga."

2. Mendidik Anaknya Mulai Ketika Masih Dalam Kandungan

Menurut ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam kandungan.
Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan perilaku yang utama, taat
kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Qur'an. Sebaiknya kaum ibu yang
sedang hamil menghindarkan diri dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.

Do'a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-
Qur'an Surat Ibrahim Ayat 40, yang artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku dan anak cucuku
orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Allah, kabulkanlah do'aku."

3. Mendidik Sopan Santun Agar Anak Memiliki Akhlak yang Mulia

Waktu anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit, antara lain
sebagai berikut :

a. Membiasakan bersyukur kepada Allah SWT


b. Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik.
c. Disadarkan jerih payah ibu bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat.
d. Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun, dimanapun
kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini cukup bermanfaat bagi
masa depan dalam mengarungi gelombang ujian kehidupan.
e. Dididik untuk menegakkan shalat.
f. Dibiasakan suka amar ma'ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong.
g. Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur'anul Karim. Sebagaimana dijelaskan
dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah pernah bersabda :

"Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu:


1). Mencintai Nabimu.
2). Mencintai keluarga Nabi.
3). Mencintai untuk membaca Al-Qur'an."

a. Sejak kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang tinggi dan
mempunyai cita-cita yang luhur.
b. Membiasakan disiplin.
Mengingat semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran ibu sangat
menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung kepada kedua
orang tuanya, karena ibulah yang paling dekat.

4. Ibu Berkewajiban Mendidik Iman

Islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang anak
manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi tidak condong
dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus kesalahan primer
pada ibu dan ayahnya. Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang
dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra
berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan
menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau
Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna."

Apabila sejak dini kaum ibu dipersiapkan sebagai ibu ideal, maka manusia
berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan kemakmuran
suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan berjiwa
taqwa. Ibu yang bijaksana mampu menciptakan kondisi rumah tangga yang damai
serasi dan dicintai anak-anaknya.

Putra-putrinya enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar
dan sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program
kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari
kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam
Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda, Empat faktor kebahagiaan
seseorang, ialah apabila seseorang:

a). Punya istri yang shalihah.


b). Punya anak-anak yang baik.
c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh).
d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri.

Begitu beratnya peran wanita sebagai seorang ibu. Namun apabila peran itu dilakukan
semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya Allah akan terlaksana
dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT.
Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum wanita, karena kepadamulah telah
dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur
akan lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak hanya
mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda kebutuhan hidup
semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka, putra-putrimu dengan
akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan. (Hernawati)

bagaimana cara mendidik anak menurut rasulullah?


Salah satu cara nabi dalam mendidik anak-anaknya ialah dengan memperlihatkan
contoh yang baik kepada anak-anaknya. Nabi juga tidak pernah melakukan kekerasan
ketika mendidik anaknya, perilaku seperti inilah yang seharusnya menjadi contoh buat
tenaga pendidik dan para orangtua dalam mendidik anaknya.

Bagaimana peran ibu dalam mendidik anak?


Ibu dalam keluarga memegang berbagai peranan penting. Ibu adalah “Menteri
Pendidikan” bagi anak-anaknya, mendidik dan mengajari tentang keyakinan beragama,
adab dan norma, fisik dan mental, intelektual, dan psikologi sehingga terbentuk
kepribadian yang baik dalam diri sang anak.

Apa saja kewajiban seorang ibu terhadap anaknya?


Setelah hamil dan melahirkan anaknya, ibu juga harus memandikan, mengganti popok,
memakaikan baju, menyusui, menyiapkan makanan MPASI, dan mengerjakan tugas-
tugas lainnya. Tak hanya itu, ibu juga harus memberikan perlindungan, perhatian, dan
kasih sayang yang tulus pada anaknya.

Apakah mendidik anak hanya tugas ibu?


Mendidik anak bukanlah hanya tugas seorang ibu semata, walau pada kenyataannya
ibulah yang lebih banyak berinteraksi dengan anak-anak. Namun pendidikan anak
adalah merupakan tugas pertama dari seorang ayah, karena ayah yang menjadi
pemimpin keluarga.

Masa mendidik anak dimulai semenjak masa pembuahan hingga proses lahir. Proses mendidik
anak secara tidak langsung meliputi hal berikut:
1. Seorang ibu mendoakan anak agar sehat hingga masa persalinan

2. Seorang ibu menjaga kehamilan dengan makan makanan yang mengandung nutrisi yang
baik serta halal.

3. Mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan kewajiban ibadah wajib maupun
sunnah.

4. Memperdengarkan tilawah atau musik klasik. Ketika anak berumur 4 bulan maka mulai
perdengarkan alunan ayat-ayat suci Al-Quran ataupun sholawat. Selain itu, musik klasik juga
dipercayai dapat mengasah otak kanan anak.

5. Keadaan emosional seorang ibu selama masa prenatal menjadi sangat penting karena
memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan janin. Seorang ibu yang mengalami
kecemasan, depresi ataupun emosi dapat mengganggu aliran darah ke kandungan sehingga
menghambat pernafasan janin.

Baca juga:
Mendidik Anak Secara Sunnah, Meneladani Nabi Muhammad SAW
Metode Mendidik Anak Dalam kandungan

Mendidik anak semenjak dalam masa kandungan bukan berarti agar anak pandai terhadap apa
yang diajarkan namun lebih kepada sebagai stimulus. Stimulus ini kemudian diproses secara
edukatif di dalam kandungan melalui sang ibu. Rangsangan tersebut kemudian diharapkan
memberikan respon balik dari anak di dalam kandungan.

1. Metode Doa

Doa merupakan unsur ampuh yang akan mengantarkan kesuksesan. Hal ini dikarenakan
semua upaya yang dilakukan berujung pada Allah yang berhak untuk menentukan hasil akhir.
Sebagai muslim, berdoa berarti memberikan semangat optimisme untuk meraih cita-cita dan
harapan.

2. Metode Ibadah

Segala bentuk ibadah yang dilakukan oleh ibu akan memberikan pengaruh luar biasa kepada
anak. Selain memberikan pengaruh bagi anak sebagai aplikasi kebiasaan kegiatan beribadah
juga berguna untuk menguatkan mental, spiritual dan keimanan anak setelah lahir nanti hingga
dewasa.

3. Metode membaca dan menghafal

Membaca buku akan memberikan informasi untuk semua ilmu pengetahuan. Anak dalam
kandungan berusia 20 minggu sudah bisa menyerap informasi melalui sensai atau rangsangan
stimulus yang diberikan oleh sang ibu.
Metode menghafal kurang lebih sama dengan teknik membaca. Namun ibu memberikan
konsentrasi lebih dan mengulang-ulang bacaan hingga benar-benar hafal.

4. Metode Dzikir
Dzikir merupakan suatu aktivitas yang dilakukan dalam waktu tertentu oleh mukmin yang
memiliki keteguhan pada tali agama. Dzikir berarti mengingat keagungan Allah serta
menumbuhkan kesadaran untuk selalu menyandarkan hidup dalam lindungan Allah.

5. Metode Dialog

Metode ini juga disebut sebagai metode interaktif dari anak di dalam kandungan dengan orang
di sekitar seperti saudara bayi, ayah, ibu, ataupun anggota keluarga lain. Metode dialog ini
mengharapkan partisipasi dari seluruh unsur anggota keluarga untuk melakukan interaksi
dengan anak secara dialogis. Metode ini sangat bermanfaat bagi bayi karena dapat
merangsang bayi untuk berinteraksi dan berkomunikasi serta mengenal dengan orang di sekitar
di luar Rahim.

Baca juga:
Penerapan Pendidikan Anak Usia Dini Sesuai Al Quran

Manfaat Mendidik Anak Semenjak Dalam Kandungan

Terdapat begitu banyak manfaat yang didapat dari pendidikan sebelum lahir atau dalam
kandungan kepada bayi. Berikut adalah beberapa manfaat di antaranya bayi yang diberikan
stimulus semenjak dalam kandungan umumnya memiliki motivasi lebih untuk belajar dan
menjadi pribadi yang perhatian dan kasih sayang.

Baca artikel detikedu, "Mendidik Anak Sejak dalam Masa Kandungan Dalam Perspektif Islam"
selengkapnya https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5586717/mendidik-anak-sejak-dalam-
masa-kandungan-dalam-perspektif-islam.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

Anda mungkin juga menyukai