Anda di halaman 1dari 3

1.

Sign and symptoms :


Gejala rhinitis alergi terjadi setelah respon peradangan yang melibatkan pelepasan
histamin, yang diprakarsai oleh gen alergen yang diendapkan pada mukosa hidung dan
saluran pernapasan. Tanda dan gejala dari rhinitis adalah sebagai berikut :
a. Rinorea (pilek)
Hidung meler adalah gejala rinitis alergi yang umum dialami. Kotoran seringkali
encer, jernih dan berair, tetapi bisa berubah menjadi lebih kental, berwarna,bernanah.
Hal ini menunjukkan adanya infeksi sekunder, meskipun pengobatan untuk rinitis
alergi tidak diubah.
b. Hidung tersumbat
Respon inflamasi yang disebabkan oleh alergen menghasilkan vasodilatasi pembuluh
darah hidung sehingga menyebabkan hidung tersumbat. Kemacetan parah dapat
menyebabkan sakit kepala dan terkadang sakit telinga. Infeksi sekunder seperti otitis
media dan sinusitis dapat terjadi tetapi jarang terjadi
c. Hidung gatal
Hidung gatal sering terjadi dimana karena terjadi iritasi yang terkadang dialami di
langit-langit mulut.
d. Mata berair, iritasi, discharge dari mata
Mata gatal dan juga berair diperkirakan gejala ini adalah akibat dari kemacetan
saluran air mata dan juga efek langsung dari butiran serbuk sari yang masuk ke mata,
yang memicu respons peradangan lokal.
e. Bersin
Pada demam, reaksi alergi biasanya dimulai dengan gejala bersin, kemudian rinore,
berlanjut ke hidung tersumbat. Secara klasik, gejala demam lebih parah pada pagi dan
sore hari. Ini karena serbuk sari naik di siang hari setelah dilepaskan di pagi hari dan
kemudian mengendap di malam hari.(Krinsky et al., 2018)
2. Karakteristik pasien
 Anak-anak
Faktor risiko untuk mengembangkan rinitis alergi terjadi baik dari riwayat keluarga
atopi (gangguan alergi) pada salah satu atau kedua orang tua; mutasi gen filaggrin
(protein penghalang kulit); peningkatan serum imunoglobulin E (IgE) lebih dari
100 IU/mL sebelum usia 6 tahun; tingkat sosial ekonomi yang lebih tinggi; eksim;
dan reaksi positif terhadap tes kulit alergi. Kemudian disebutkan juga bahwa
terdapat bukti yang muncul dimana menunjukkan bahwa pola makan dapat menjadi
faktor risiko pada anak-anak dan remaja. Anak-anak yang mengonsumsi tiga atau
lebih makanan cepat saji per minggu menunjukkan peningkatan kejadian gangguan
alergi.Mekanisme yang tepat untuk peningkatan tersebut tidak diketahui tetapi
diperkirakan terkait dengan kandungan asam lemak yang lebih tinggi dalam
makanan, terutama asam lemak trans, yang memicu respon imun. (Krinsky et al.,
2018)
 Dewasa
Rhinitis atau alergi selain terjadi pada anak-anak, namun dapat terjadi juga pada
orang dewasa. Rinitis alergi dipicu oleh alergen lingkungan dalam dan luar
ruangan.Rhinitis alergi dapat didiagnosis pada semua usia tetapi biasanya dimulai
setelah usia 2 tahun. Setelah usia 65 tahun, jumlah kasus menurun. Aeroalergen luar
ruangan yang umum (alergen lingkungan udara) termasuk serbuk sari dan spora
jamur. Aeroalergen dalam ruangan yang umum termasuk yang berasal dari tungau
debu rumah dan kecoak, spora jamur, dan bulu hewan peliharaan. Aeroalergen
kerja termasuk debu wol, lateks, resin, enzim biologis, debu organik (misalnya
tepung), dan berbagai bahan kimia (misalnya isosianat, glutaraldehida). (Krinsky et
al., 2018)
3. Terapi non farmakologi
Terapi non farmakologi merupakan salah satu pilihan yang dapat dilakukan. Kemudian
beberapa pilihan terapi non farmakologi yaitu :
 Mengurangi populasi tungau, termasuk menurunkan kelembaban rumah tangga
hingga kurang dari 40%
 Menerapkan pemakaian pestisida (acaricides)
 Membersihkan lingkungan sekitar dengan mencegah terjadinya penumpukan debu
pada karpet, furnitur berlapis kain, boneka binatang, dan rak buku untuk mengurangi
populasi tungau
 Menghindari aktivitas yang mengganggu bahan tanaman yang membusuk (misalnya,
menyapu daun) mengurangi paparan jamur di luar ruangan. membuang tanaman hias,
ventilasi area persiapan makanan dan kamar mandi, memperbaiki ruang bawah tanah
yang lembab. (Blenkinsopp et al., 2018)

Daftar Pustaka

Blenkinsopp, A., Paxton, P., & Blenkinsopp, J. (2018). Symptoms in the Pharmacy Eighth
Edition A Guide to Management of Common Illnesses. In Wiley Blackwell.

Krinsky, D. L., Ferreri, S. P., Hemstreet, B. A., Hume, A. L., Rollins, C. J., & Tietze, K. J.
(2018). Handbook of Nonprescription Drugs. American Journal of Health-System
Pharmacy, 34(6), 644–647. https://doi.org/10.1093/ajhp/34.6.644a

Anda mungkin juga menyukai