Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENELITIAN

ANALISIS KADAR FE DALAM DAUN BAYAM HIJAU DAN BIJI KETUMBAR DENGAN MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (AAS)

Laporan ini disusun untuk Melengkapi Tugas Penelitian Mata Pelajaran Analisis Kimia Instrumen

KELOMPOK 2 :

AISYA WARDHA MUSLIMAT 202110070


ALDY RAMZY 202110072
RADELA NUR ANGGRAENI 202110082
YASMIN ‘ANBARCITRA 202110090

LABOLATORIUM KIMIA

PROGRAM KEAHLIAN KIMIA ANALISIS

SMK BINA PUTERA NUSANTARA

TASIKMALAYA

2023
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Penelitian Spektrofotometri Serapan Atom (AAS)

Judul : Analisis Kadar Fe dalam Daun Bayam hijau dan Biji Ketumbar dengan menggunakan

Spektofotometri Serapan Atom (AAS)

DISUSUN OLEH :

AISYA WARDHA MUSLIMAT 202110070


ALDY RAMZY 202110072
RADELA NUR ANGGRAENI 202110082
YASMIN ‘ANBARCITRA 202110090

Laporan Penelitian ini di setujui dan disahkan sebagai laporan penelitian Analisis Kadar Fe dalam
Daun Bayam Hijau dan Biji Ketumbar dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (AAS) untuk
Melengkapi Tugas Laporan Penelitian Mata Pelajaran Analisis Kimia Instrumen Program Keahlian Kimia
Analisis 4th.

Tasikmalaya, 26 Mei 2023

Menyetujui,

Guru Mata Pelajaran

Basuki Ariadi S.Si

NIP : -

Mengetahui,

Kaprog Kimia Analisis

Ai Surtiawati S.Pd.Kim

NIP : -
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat kebaikan-
Nya kami mampu menyelesaikan tugas laporan penelitian ini dengan baik dan tepat waktu.

Tidak lupa, tim penyusun atau kelompok dua ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Basuki selaku guru Analisis Kimia Instrumen (ANKI) yang sudah membantu kami dalam proses
penggarapannya.

Laporan penelitian yang berjudul “Analisis Kadar Fe dalam Daun Bayam hijau dan Biji Ketumbar
dengan menggunakan Spektofotometri Serapan Atom (AAS)” disusun oleh kami selaku kelompok dua
untuk memenuhi tugas mata pelajaran Analisis Kimia Instrumen (ANKI) . Lewat proses panjang, kami
pun yang beranggotakan empat orang sedikitnya bisa mengetahui proses analisis kadar Fe dalam daun
bayam hijau dan biji ketumbar, yang mana kadar Fe tersebut memiliki dampak positif dan negatif.
Semoga hal-hal yang sudah kami dapatkan bisa bermanfaat untuk mengembangkan kembali penelitian
ini.

Kami pun mengetahui jika laporan penelitian yang sudah digarap masih jauh dari kata
sempurna. Masih banyak kekurangan sehingga kami sangat berharap saran dan kritiknya kepada kami
agar di kemudian hari kami bisa membuat satu makalah yang lebih berkualitas.

Terakhir, semoga laporan penelitian berikut bisa mempunyai dampak dan manfaat bagi para
pembaca.

Tasikmalaya, 26 Mei 2023


DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................................... 5
1.2 Tujuan penelitian ................................................................................................................................ 7
1.3 Rumusan masalah ............................................................................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................................................................... 7
2.1 Bayam Hijau ........................................................................................................................................ 7
2.2 Ketumbar ............................................................................................................................................ 9
2.3 Unsur Besi (Fe) .................................................................................................................................. 10
2.4 Destruksi ........................................................................................................................................... 11
2.5 Spektrofotometri Serapan Atom (AAS/SSA) ..................................................................................... 11
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................................................................... 15
3.1 Alat dan Bahan .................................................................................................................................. 15
3.1.1 Alat ............................................................................................................................................. 15
3.1.2 Bahan ......................................................................................................................................... 15
3.2 Prosedur ............................................................................................................................................ 15
3.2.1 Pembuatan Larutan Induk 1000ppm ......................................................................................... 15
3.2.2 pembuatan larutan baku 50ppm ............................................................................................... 15
3.2.3 Pembuatan larutan standar 2ppm, 4ppm, 6ppm, 8ppm, 10ppm.............................................. 16
3.2.4 Preparasi sampel ........................................................................................................................ 16
3. 3 Data Pengamatan ............................................................................................................................. 16
3.4 Perhitungan....................................................................................................................................... 17
3.4 Pembahasan ...................................................................................................................................... 19
BAB IV KESIMPULAN ................................................................................................................................... 20
4.1 Kesimpulan........................................................................................................................................ 20
4.2 Daftar Pustaka ................................................................................................................................... 21
4.3 Lampiran ........................................................................................................................................... 22
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian tentang kadar zat besi dalam daun bayam dan ketumbar dilakukan dengan tujuan untuk
mencari informasi yang berguna terkait potensi kedua tanaman ini sebagai sumber zat besi. Beberapa
alasan mengapa penelitian ini dilakukan adalah sebagai berikut:

 Kekurangan zat besi adalah masalah kesehatan umum: Kekurangan zat besi merupakan masalah
kesehatan global yang dapat menyebabkan anemia dan memengaruhi kesehatan umum,
terutama pada kelompok rentan seperti wanita hamil, bayi, dan anak-anak. Penelitian ini dapat
membantu mengidentifikasi sumber makanan yang kaya zat besi, seperti bayam dan ketumbar,
yang dapat membantu mengatasi kekurangan zat besi ini.
 Ketersediaan sumber makanan yang potensial: Bayam dan ketumbar adalah sayuran hijau yang
umum dikonsumsi di berbagai negara. Keduanya dikenal memiliki kandungan nutrisi yang kaya
dan beragam manfaat kesehatan. Namun, penelitian sebelumnya terbatas dalam hal
mengevaluasi kadar zat besi dalam daun bayam dan ketumbar. Oleh karena itu, penelitian ini
dilakukan untuk menentukan potensi kedua tanaman ini sebagai sumber zat besi yang baik dan
memberikan informasi lebih lanjut kepada masyarakat.
 Variasi genetik dan faktor lingkungan: Kadar zat besi dalam tanaman dapat dipengaruhi oleh
faktor genetik dan lingkungan. Penelitian ini dapat mencoba membandingkan beberapa varietas
bayam dan ketumbar yang berbeda untuk menentukan variasi dalam kadar zat besi mereka.
Selain itu, penelitian ini juga dapat mengevaluasi peran faktor lingkungan seperti komposisi
tanah dan praktik pertanian dalam menentukan kadar zat besi dalam daun bayam dan
ketumbar.
 Pilihan diet yang sehat: Penelitian ini juga dilakukan untuk memberikan informasi yang berguna
bagi individu yang ingin mengatur pola makan sehat. Mengetahui kandungan zat besi dalam
makanan tertentu, seperti bayam dan ketumbar, dapat membantu seseorang merencanakan
diet yang memadai untuk memenuhi kebutuhan nutrisi mereka, terutama dalam hal asupan zat
besi.

Baik bayam maupun ketumbar mengandung zat besi yang bermanfaat bagi tubuh. Namun, perlu
dicatat bahwa zat besi yang terkandung dalam tanaman (non-heme iron) memiliki penyerapan yang
lebih rendah oleh tubuh dibandingkan dengan zat besi yang terdapat dalam sumber hewani (heme iron).

 Bayam:

Bayam merupakan salah satu sumber tanaman yang kaya akan zat besi. Kadar zat besi dalam bayam
bervariasi tergantung pada faktor genetik, lingkungan tumbuh, dan metode pengolahan. Secara umum,
bayam mengandung sekitar 2-3 mg zat besi per 100 gram bayam segar. Namun, kadar zat besi dalam
bayam cenderung tinggi dibandingkan dengan banyak sayuran hijau lainnya.

 Ketumbar:
Ketumbar juga mengandung zat besi, meskipun dalam jumlah yang sedikit lebih rendah
dibandingkan dengan bayam. Kadar zat besi dalam ketumbar bervariasi tergantung pada berbagai
faktor, termasuk jenis tanah, iklim, dan kondisi pertumbuhan. Secara umum, ketumbar mengandung
sekitar 1-2 mg zat besi per 100 gram ketumbar segar.

Meskipun kadar zat besi dalam bayam dan ketumbar relatif rendah dibandingkan dengan sumber
hewani, penting untuk diketahui bahwa makanan nabati seperti bayam dan ketumbar juga mengandung
komponen lain yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi oleh tubuh. Misalnya, bayam kaya akan
vitamin C, yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi non-heme, sementara ketumbar mengandung
senyawa fitokimia seperti asam fenolat yang juga dapat meningkatkan penyerapan zat besi.

Dalam rangka memperoleh manfaat zat besi yang optimal dari tanaman ini, disarankan untuk
mengonsumsi bayam dan ketumbar bersama dengan sumber vitamin C atau asam sitrat (seperti lemon,
jeruk, atau tomat), yang dapat membantu meningkatkan penyerapan zat besi. Selain itu, mengonsumsi
makanan kaya zat besi nabati bersama dengan makanan yang mengandung heme iron (seperti daging,
ikan, atau unggas) juga dapat meningkatkan penyerapan zat besi secara keseluruhan.

Dengan demikian, penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang
potensi bayam dan ketumbar sebagai sumber zat besi, serta memberikan informasi yang berguna bagi
individu dan masyarakat dalam menjaga kesehatan dan mengatasi kekurangan zat besi.

Penggunaan metode AAS (Atomic Absorption Spectroscopy) dalam penelitian tentang kadar zat besi
dalam daun bayam dan ketumbar memiliki beberapa alasan yang mungkin meliputi:

 Keakuratan analisis zat besi: Metode AAS dikenal sebagai metode yang akurat untuk mengukur
konsentrasi unsur logam, termasuk zat besi, dalam sampel. AAS menggunakan prinsip absorpsi
sinar atom, di mana atom-atom zat besi dalam sampel menyerap sinar yang memiliki panjang
gelombang tertentu. Pengukuran absorpsi sinar yang terjadi memberikan informasi tentang
konsentrasi zat besi dalam sampel dengan tingkat keakuratan yang tinggi.
 Sensitivitas yang tinggi: Metode AAS memiliki sensitivitas yang tinggi dalam mendeteksi unsur
logam. Ini memungkinkan pengukuran yang akurat bahkan pada konsentrasi rendah zat besi
dalam sampel. Dalam penelitian ini, sensitivitas metode AAS dapat membantu dalam
mendeteksi dan mengukur kadar zat besi yang mungkin ada dalam daun bayam dan ketumbar.
 Kecepatan analisis: Metode AAS juga dapat memberikan hasil yang cepat. Pengukuran kadar zat
besi dalam sampel menggunakan AAS dapat dilakukan dalam waktu relatif singkat,
memungkinkan efisiensi waktu dalam penelitian.
 Validasi metode: Metode AAS telah banyak digunakan dan teruji untuk analisis unsur logam,
termasuk zat besi. Metode ini telah diakui secara internasional dan telah banyak digunakan
dalam penelitian sebelumnya. Dengan menggunakan metode yang sudah tervalidasi, dapat
dipastikan bahwa hasil penelitian tentang kadar zat besi dalam daun bayam dan ketumbar
memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi.

Pada dasarnya, penggunaan metode AAS dalam penelitian ini bertujuan untuk mengukur secara
akurat dan sensitif kadar zat besi dalam sampel daun bayam dan ketumbar. Dengan demikian, metode
AAS dipilih sebagai metode analisis yang paling tepat untuk mencapai tujuan penelitian.
1.2 Tujuan penelitian
Menetukan kadar Fe dalam tanaman bayam hijau dan ketumbar dengan menggunakan SSA
(Spektrofotometri Serapan Atom)

1.3 Rumusan masalah


Bagaimana menentukan kadar Fe dalam daun bayam hijau dan ketumbar?

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Bayam Hijau
Bayam merupakan tumbuhan yang biasa ditanam untuk dikonsumsi daunnya sebagai sayuran
hijau. Tumbuhan ini dikenal sebagai sayuran sumber zat besi yang penting. Bayam merupakan
tumbuhan yang berasal dari Amerika tropic, namun kini sudah tersebar di daerah tropis dan subtropis
seluruh dunia. Di Indonesia, bayam dapat tumbuh sepanjang tahun tumbuh di daerah panas dan dingin,
tetapi tumbuh lebih subur di dataran rendah pada lahan terbuka yang udaranya gak panas (Dalimarta,
2006).

Bayam (Amaranthus spp.) juga merupakan salah satu jenis sayuran yang kaya akan nutrisi dan
sering dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia dan negara-negara lain. Salah satu unsur penting yang
terkandung dalam bayam adalah zat besi (Fe), yang berperan penting dalam membentuk hemoglobin
dalam sel darah merah.

Kadar Fe dalam bayam dapat bervariasi tergantung pada jenis tanah tempat tumbuhnya dan kondisi
lingkungan lainnya. Oleh karena itu, penting untuk melakukan analisis kadar Fe dalam bayam untuk
mengetahui kandungan gizi dan nilai nutrisinya.

Gambar 2.1 Sayuran Bayam


Morfologi Bayam Hijau :

a. Akar (Radix)

Amaranthus hybridus L. memiliki akar tunggang, tidak berkayudan berwarna putih kekuningan.
Akarnya ketika masih segar berwarna kuning abu-abu (Dalimartha, 2006).

b. Batang ( Caulis )

Amaranthus spinosus L. berbentuk berbatang bulat, tegak,termasuk berbatang basah. Batang


berwarna hijau atau kemerahan, bercabang banyak (Sahat & Hidayat, 2006).

c. Daun (Folium)

Daun spesies ini termasuk daun tunggal,bundar telur, memanjang sampai lanset, tata letak daun
tersebar, daun berselang-seling,bulat atau oval, menyempit kebagian ujungnya, panjang tangkai daun 2-
8 cm, berujung runcing serta urat-urat daun yang kelihatan jelas, tulang daun menyirip,tepi daun rata,
bertangkai panjang,letak berseling warnanya hijau, berbentuk bundar telur memanjang. Panjang daun
1,5 cm sampai 6,0 cm. Lebar daun 0,5 Berwarna kehijauan, bentuk bundar telur memanjang.Tangkai
daun berbentuk bulat dan permukaannya opacus. Panjang tangkai daun 0,5 sampai 9,0 cm. Bentuk
tulang daun bayam duri penninervis dan tepi daunnya repandus (Dalimartha, 2006).

d. Bunga (flos)

Bunga berkelamin tunggal, bunga majemuk kumpulan bunganya berbentuk bulir untuk bunga
jantannya sedangkan bunga betina berbentuk bulat, yang terdapat 10 dibagian bawah duduk di ketiak
daun atau ujung atas batang,bagian atas berkumpul menjadi karangan bunga di ujung tangkai dan
ketiak percabangan, padat berwarna hijau. Kelopak bunganya berbentuk corong. Ujung bertaju, warna
hijau agak putih. Daun tenda bunga setinggi-tingginya 2,5 mm Merupakan bunga berkelamin tunggal,
yang berwarna hijau. Bunga setiap bunga memiliki berbilangan 5 daun mahkota berlepasan, panjangnya
1,5-2,5 mm. Bakal biji satu. Bunga ini termasuk bunga inflorencia (Sahat & Hidayat, 2006).

e. Buah (Fruktus)

Buah mengandung biji yang sangat kecil, berbentuk bulat panjang dan berwarna hitam mengkilat.
Berbentuk lonjong berwarna hijau dengan panjang 1,5 mm (Dalimartha, 2006).

f. Biji (Semen)

Berbiji bulat kecil berwarna hitam dengan panjang antara 0,8 – 1 mm (Sahat & Hidayat, 2006).

Manusia normal membutuhkan sekitar 20-25 mg zat besi per hari untuk memproduksi sel darah
merah. Diperkirakan jumlah besi yang dikeluarkan tubuh sekitar 1,0 mg/hari, untuk wanita ditambah 0,5
mg hilang karena mentruasi. D alam memenuhi kebutuhan zat besi, seseorang biasanya
mengkonsumsi suplemen, akan tetapi salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan zat besi dapat
dilakukan dengan konsumsi sayuran yang mengandung zat besi dalam menu makanan contohnya bayam
untuk mencegah terjadinya anemia. Bayam hijau memiliki manfaat baik bagi tubuh karena merupakan
sumber kalsium, vitamin A, vitamin E dan vitamin C, serat, dan juga betakaroten. Selain itu, bayam juga
memiliki kandungan zat besi yang tinggi untuk mencegah anemia. Kandungan kalsium dalam bayam juga
dapat mencegah pengapuran tulang. Bayam hijau memiliki kandungan klorofil dan betakaroten lebih
tinggi daripada bayam merah. Bayam hijau mempunyai sifat antioksidan, antikanker, antihipertensi, dan
antihiperglikemik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kandungan zat besi yang terdapat pada
Ekstrak Bayam Hijau (Amarathus Hybridus l) dengan metode AAS.

2.2 Ketumbar

Gambar 2.2 Biji Ketumbar

Selain digunakan sebagai bumbu, ketumbar juga memiliki potensi untuk dijadikan bahan obat-
obatan, kosmetik, dan industri lainnya. Salah satu kandungan penting dalam ketumbar adalah zat besi
(Fe), yang berperan penting dalam tubuh manusia sebagai pembentuk hemoglobin dalam sel darah
merah. Namun, kelebihan atau kekurangan kadar Fe dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai
masalah kesehatan. Oleh karena itu, penting untuk,mengetahui kadar Fe dalam ketumbar yang
dikonsumsi agar dapat mengetahui kandungan gizi dan efek kesehatannya.

Untuk mengukur Kadar Fe dalam ketumbar, dapat digunakan metode spektrofotometri serapan
atom (AAS). Metode ini menggunakan spektrometer yang memanfaatkan energi elektromagnetik untuk
mengukur serapan atom Fe pada panjang gelombang tertentu. Hasil pengukuran kemudian dapat
dikonversi menjadi kadar Fe dalam sampel ketumbar.

Beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk mengetahui kadar Fe dalam ketumbar
menggunakan metode AAS. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kadar Fe dalam sampel ketumbar
yang berbeda dan mengevaluasi metode AAS sebagai metode yang tepat dan akurat untuk analisis Fe
dalam ketumbar.

Hasil penelitian dapat memberikan informasi yang berguna bagi masyarakat dan industri dalam
mengetahui kandungan gizi dan kesehatan dari ketumbar yang dikonsumsi serta membuka peluang
untuk pengembangan produk-produk yang memanfaatkan ketumbar sebagai bahan baku. Selain itu,
penelitian ini dapat menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai manfaat dan potensi lain dari
tanaman ketumbar dalam bidang kesehatan dan industri.

2.3 Unsur Besi (Fe)


Zat besi adalah suatu zat dalam tubuh manusia yang erat dengan ketersediaan jumlah darah
yang diperlukan. Dalam tubuh manusia zat besi memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu untuk
mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan dan mengangkut electron di dalam proses pembentukan
energi di dalam sel. Untuk mengangkut oksigen, zat besi harus bergabung dengan protein membentuk
hemoglobin di dalam sel darah merah dan myoglobin di dalam serabut otot. Bila bergabung dengan
protein di dalam sel zat besi membentuk enzim yang berperan di dalam pembentukan energi di dalam
sel.

Kebutuhan zat besi pada manusia berbeda-beda tergantung pada usia, jenis kelamin, dan
kondisi kesehatan individu. Secara umum, kebutuhan harian zat besi untuk dewasa adalah sekitar 8-18
mg per hari. Kecukupan yang dianjurkan untuk anak 2-6 tahun 4,7 mg/hari, usia 6-12 tahun 7,8 mg/hari,
laki-laki 12-16 tahun 12,1 mg/hari, gadis 12-16 tahun 21,4 mg/hari, laki-laki dewasa 8,5 mg/hari, wanita
dewasa usia subur 18,9 mg/hari, menopause 6,7 mg/hari, dan menyusui 8,7 mg/hari. Angka kecukupan
ini dihitung berdasarkan ketersediaan hayati (bioavailability) sebesar 15%. Zat besi dalam makanan
dapat berasal dari sumber nabati dengan ketersediaan hayati 2-3% dan sumber hewani dengan
ketersediaan hayati 20-23%. Untuk meningkatkan ketersediaan hayati, zat besi yag berasal dari tumbuh-
tumbuhan dapat ditambahkan dengan vitamin C dan asam organik lainnya. Zat besi merupakan mineral
yang berperan penting dalam pembentukan hemoglobin. Hemoglobin adalah bagian dari sel darah
merah yang bertugas untuk mengantarkan oksigen ke seluruh jaringan tubuh.

Manfaat Zat Besi bagi manusia adalah sebagai berikut :

 Menjaga daya tahan tubuh


 Meningkatkan kadar oksigen dalam tubuh
 Mencegah anemia
 Meningkatkan konsentrasi

Beberapa sumber makanan yang kaya akan zat besi antara lain:

 Daging merah, daging sapi dan kambing


 Hati dan ginjal
 Telur
 Ikan
 Kacang-kacangan seperti kacang kedelai, kacang merah, dan kacang hijau
 Sayuran hijau seperti bayam dan brokoli
 Buah-buahan seperti apel, pisang, dan kurma.

Namun, kadar zat besi dalam makanan dapat bervariasi tergantung pada jenis makanan dan cara
memasaknya. Selain itu, beberapa faktor seperti kehamilan, menstruasi, dan penyakit tertentu juga
dapat mempengaruhi kebutuhan zat besi individu
Kekurangan zat besi juga dapat menyebabkan anemia, yaitu kondisi di mana tubuh tidak memiliki
cukup sel darah merah yang sehat untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Gejala anemia meliputi
kelelahan, sesak napas, pusing, pucat, dan detak jantung yang cepat.

Namun, terlalu banyak mengonsumsi zat besi juga dapat berbahaya bagi kesehatan. Kelebihan zat
besi dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan pada organ-organ penting seperti hati, jantung, dan
pankreas. Oleh karena itu, penting untuk memastikan asupan zat besi yang seimbang dan tepat sesuai
kebutuhan individu.

Beberapa faktor juga dapat mempengaruhi penyerapan zat besi dalam tubuh, seperti keberadaan
vitamin C, kafein, dan kalsium dalam makanan. Sementara itu, beberapa makanan seperti teh dan susu
dapat menghambat penyerapan zat besi.

Jadi, selain mengonsumsi makanan yang kaya zat besi, sebaiknya juga memperhatikan faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi penyerapan zat besi dalam tubuh. Jika khawatir tentang kebutuhan zat besi,
sebaiknya konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi.

2.4 Destruksi

Destruksi adalah proses penghancuran atau penghilangan sebagian atau seluruh sampel yang
dimiliki, biasanya dalam konteks penelitian atau pengujian laboratorium. Destruksi dapat dilakukan
dengan berbagai cara, tergantung pada jenis sampel dan tujuan penghancuran tersebut.

Tujuan penghancuran dalam hal ini adalah untuk memastikan bahwa sampel tidak lagi dapat
digunakan atau dikembalikan ke pasaran setelah pengujian selesai, sehingga meminimalkan risiko
penggunaan yang salah atau berbahaya.

Dalam semua kasus, destruksi harus dilakukan dengan hati-hati dan mematuhi standar
keamanan dan etika yang ketat. Ini termasuk penggunaan perlindungan diri yang sesuai dan
penanganan sampel yang benar untuk memastikan tidak ada risiko bagi orang yang terlibat dalam
proses tersebut atau lingkungan sekitarnya.

2.5 Spektrofotometri Serapan Atom (AAS/SSA)


Spektrofotometri Serapan Atom (AAS) adalah suatu metode analisis yang didasarkan pada
proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada tingkat energi dasar (ground state).
Penyerapan tersebut menyebabkan tereksitasinya elektron dalam kulit atom ke tingkat energi yang
lebih tinggi. Keadaan ini bersifat labil, elektron akan kembali ke tingkat energi dasar sambil
mengeluarkan energi yang berbentuk radiasi. Dalam AAS, atom bebas berinteraksi dengan berbagai
bentuk energi seperti energi panas, energi elektromagnetik, energi kimia dan energi listrik. Interaksi ini
menimbulkan proses-proses dalam atom bebas yang menghasilkan absorpsi dan emisi (pancaran) radiasi
dan panas. Radiasi yang dipancarkan bersifat khas karena mempunyai panjang gelombang yang
karakteristik untuk setiap atom bebas (Basset, 1994).

Spektrofotometer serapan atom (AAS) merupakan teknik analisis kuantitatif dari unsur-unsur
yang pemakaiannya sangat luas, diberbagai bidang karena prosedurnya selektif, spesifik, biaya analisa
relatif murah, sensitif tinggi (ppm-ppb), dapat dengan mudah membuat matriks yang sesuai dengan
standar, waktu analisa sangat cepat dan mudah dilakukan. Analisis AAS pada umumnya digunakan untuk
analisa unsur, teknik AAS menjadi alat yang canggih dalam analisis.ini disebabkan karena sebelum
pengukuran tidak selalu memerluka pemisahan unsur yang ditetukan karena kemungkinan penentuan
satu logam unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan, asalkan katoda berongga yang
diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan untuk mengukur logam sebanyak 61 logam. Sember cahaya
pada AAS adalah sumber cahaya dari lampu katoda yang berasal dari elemen yang sedang diukur
kemudian dilewatkan ke dalam nyala api yang berisi sampel yang telah terakomisasi, kemudian radiasi
tersebut diteruskan ke detektor melalui monokromator. Chopper digunakan untuk membedakan radiasi
yang berasal dari nyala api. Detektor akan menolak arah searah arus ( DC ) dari emisi nyala dan hanya
mnegukur arus bolak-balik dari sumber radiasi atau sampel. Atom dari suatu unsur padakeadaan dasar
akan dikenai radiasi maka atom tersebut akan menyerap energi dan mengakibatkan elektron pada kulit
terluar naik ke tingkat energi yang lebih tingi atau tereksitasi. Atom-atom dari sampel akan menyerpa
sebagian sinar yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan energi cahaya terjadi pada panjang
gelombang tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom tersebut (Basset, 1994).

Hubungan kuantitatif antara intensitas radiasi yang diserap dan konsentrasi unsur yang ada
dalam larutan cuplikan menjadi dasar pemakaian SSA untuk analisis unsur-unsur logam. Untuk
membentuk uap atom netral dalam keadaan/tingkat energi dasar yang siap menyerap radiasi
dibutuhkan sejumlah energi. Energi ini biasanya berasal dari nyala hasil pembakaran campuran gas
asetilen-udara atau asetilen-N2O, tergantung suhu yang dibutuhkan untuk membuat unsur analit
menjadi uap atom bebas pada tingkat energi dasar (ground state). Disini berlaku hubungan yang dikenal
dengan hukum Lambert-Beer yang menjadi dasar dalam analisis kuantitatif secara SSA. Hubungan
tersebut dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut (Ristina, 2006).

I = Io . a.b.c
Atau,
Log I/Io = a.b.c
A = a.b.c
dengan,
A = absorbansi, tanpa dimensi
a = koefisien serapan, L2/M
b = panjang jejak sinar dalam medium berisi atom penyerap, L
c = konsentrasi, M/L3
Io = intensitas sinar mula-mula
I = intensitas sinar yang diteruskan
Pada persamaan diatas ditunjukkan bahwa besarnya absorbansi berbanding lurus dengan
konsentrasi atom-atom pada tingkat tenaga dasar dalam medium nyala. Banyaknya konsentrasi atom-
atom dalam nyala tersebut sebanding dengan konsentrasi unsur dalam larutan cuplikan. Dengan
demikian, dari pemplotan serapan dan konsentrasi unsur dalam larutan standar diperoleh kurva
kalibrasi. Dengan menempatkan absorbansi dari suatu cuplikan pada kurva standar akan diperoleh
konsentrasi dalam larutan cuplikan. Bagian-bagian AAS adalah sebgai berikut (Day, 1986).

Gambar 2.5 Alat Spektrofotometri Serapan Atom (AAS/SSA)

a. Lampu katoda

Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda memiliki masa pakai atau
umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda
tergantung unsur yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk pengukuran
unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu :

Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur.

Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa logam sekaligus.

b. Tabung gas

Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas asetilen. Gas asetilen
pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20000 K, dan ada juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih
panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu ± 30000 K. Regulator pada tabung gas asetilen berfungsi
untuk pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas yang berada di dalam tabung.
Spedometer pada bagian kanan regulator merupakan pengatur tekanan yang berada di dalam tabung.
Gas ini merupakan bahan bakar dalam Spektrofotometri Serapan Atom
c. Burner

Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner berfungsi sebagai
tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur merata, dan dapat terbakar pada
pemantik api secara baik dan merata. Lobang yang berada pada burner, merupakan lobang pemantik
api.

d. Monokromator

Berkas cahaya dari lampu katoda berongga akan dilewatkan melalui celah sempit dan difokuskan
menggunakan cermin menuju monokromator. Monokromator dalam alat SSA akan memisahkan,
mengisolasi dan mengontrol intensitas energi yang diteruskan ke detektor. Monokromator yang biasa
digunakan ialah monokromator difraksi grating.

e. Detektor

Detektor merupakan alat yang mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, yang memberikan
suatu isyarat listrik berhubungan dengan daya radiasi yang diserap oleh permukaan yang peka. Fungsi
detektor adalah mengubah energi sinar menjadi energi listrik, dimana energi listrik yang dihasilkan
digunakan untuk mendapatkan data. Detektor AAS tergantung pada jenis monokromatornya, jika
monokromatornya sederhana yang biasa dipakai untuk analisa alkali, detektor yang digunakan adalah
barier layer cell. Tetapi pada umumnya yang digunakan adalah detektor photomultiplier tube.
Photomultiplier tube terdiri dari katoda yang dilapisi senyawa yang bersifat peka cahaya dan suatu
anoda yang mampu mengumpulkan elektron. Ketika foton menumbuk katoda maka elektron akan
dipancarkan, dan bergerak menuju anoda. Antara katoda dan anoda terdapat dinoda-dinoda yang
mampu menggandakan elektron. Sehingga intensitas elektron yang sampai menuju anoda besar dan
akhirnya dapat dibaca sebagai sinyal listrik. Untuk menambah kinerja alat maka digunakan suatu
mikroprosesor, baik pada instrumen utama maupun pada alat bantu lain seperti autosampler.

f. Sistem pembacaan

Sistem pembacaan merupakan bagian yang menampilkan suatu angka atau gambar yang dapat
dibaca oleh mata.

g. Ducting

Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa pembakaran pada AAS,
yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang
dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran
pada spektrofotometry serapan atom (AAS), diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar asap yang
dihasilkan tidak berbahaya.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
 Gelas kimia 100ml dan 250ml
 Gelas ukur 5ml dan 10ml
 Pipet volume 1ml, 2ml, 5ml, dan 10ml
 Labu ukur 50ml, 100ml, dan 250ml
 Pipet tetes
 Bola hisap
 Batang pengaduk
 Botol semprot
 Krus dan mortir
 Spatula
 Pemanas hotplate
 Neraca analitik
 Oven
 Seperangkat alat AAS

3.1.2 Bahan
 Sampel tanaman bayam hijau
 Sampel ketumbar
 Larutan HNO3 pH 2
 H2SO4 pekat
 Kristal (NH4)2.Fe(SO4)2.6H2O
 Aquadest

3.2 Prosedur
3.2.1 Pembuatan Larutan Induk 1000ppm
 Siapkan alat dan bahan
 Timbang (NH4)2.Fe(SO4)2.6H2O sebanyak 0,3509gr
 Larutkan dengan aquadest
 Masukan dalam labu ukur 50ml
 Encerkan menggunakan HNO3 pH 2 hingga tanda batas, kemudian homogenkan

3.2.2 pembuatan larutan baku 50ppm


 Pipet larutan baku 1000ppm sebanyak 2,5ml
 Dimasukan dalam labu ukur 100ml
 Encerkan menggunakan HNO3 pH 2 hingga tanda batas, kemudian homogenkan

3.2.3 Pembuatan larutan standar 2ppm, 4ppm, 6ppm, 8ppm, 10ppm


 Dipipet larutan baku masing masing 1ml, 2ml, 3ml, 4ml, dan 5ml
 Diencerkan menggunakan HNO3 pH 2 hingga tanda batas, kemudian homogenkan
 Diukur absorbansinya dengan AAS

3.2.4 Preparasi sampel


 Cuci bersih sampel bayam hijau
 Daun bayam dan ketumbar di keringkan dalam oven pada suhu 100°C selama 2jam
 Sampel yang sudah kering digerus sampai berbentuk serbuk halus
 Ditimbang sebanyak 0,5gr
 Dimasukan ke dalam gelas kimia
 Tambahkan masing masing sampel dengan H2SO4 kedalam gelas kimia sampai semua sampel
larut ( larutan berwarna hitam)
 Panaskan sampai terbentuk suspensi yang lebih padat
 Ditambahkan masing masing sampel dengan HNO3 sampai terbentuk larutan berwarna orange
dan bening
 Bila masih terdapat endapan, maka larutan perlu di saring
 Setelah itu masukan 0,50ml masing masing larutan sampel ke dalam labu ukur 50ml
 Diencerkan menggunakan HNO3 pH 2 hingga tanda batas, homogenkan
 Diukur absorbansinya dengan AAS

3. 3 Data Pengamatan

PPM Absorbansi
0 0,327
2 0,002
4 0,005
6 0,006
8 0,007
10 0,006
Sampel Bayam 2,655
Sampel Ketumbar 0,655
Kurva kalibrasi :

absorbansi
0,008
y = 0,0009x + 0,0002
R² = 0,9893
0,006

0,004 absorbansi
Linear (absorbansi)
0,002

0
0 2 4 6 8 10

3.4 Perhitungan
 Pembuatan larutan standar 2ppm, 4ppm, 6ppm, 8ppm, 10ppm
 0 PPM
V1.M1 = V2.M2
V1.100 = 50.0
V1 = .0
= 0 ml
 2 PPM
V1.M1 = V2.M2
V1.100 = 50.2
V1 = .2
= 1 ml
 4 PPM
V1.M1 = V2.M2
V1.100 = 50.4
V1 = .4
= 2 ml
 6 PPM
V1.M1 = V2.M2
V1.100 = 50.6
V1 = .6
= 3 ml
 8 PPM
V1.M1 = V2.M2
V1.100 = 50.8
V1 = .8
= 4 ml
 10 PPM
V1.M1 = V2.M2
V1.100 = 50.10
V1 = .10
= 5 ml

 Sampel Bayam
 Kadar Fe dalam sampel : y = mx+c = ppm

y = 0,0009x + 0,0002

2,655 = 0,0009x + 0,0002

2,655 – 0,0002 = 0,0009x


X= = 2,43ppm

 Kadar dalam ppm : = mg

= = 12,15 mg

 Kadar dalam persen : = %

= = 2,43%

 Sampel Ketumbar
 Kadar Fe dalam sampel : y = mx+c = ppm
y = 0,0009x + 0,0002

0,655 = 0,0009x + 0,0002

0,655 – 0,0002 = 0,0009x


X= = 0,43 ppm
 Kadar dalam ppm : = mg

= = 2,15 mg

 Kadar dalam persen : = %

= = 0,43%

3.4 Pembahasan
Analisis unsur Fe (besi) dalam bayam dan ketumbar dapat dilakukan dengan metode
spektrometri serapan atom (AAS). Metode AAS adalah metode analisis kuantitatif yang digunakan untuk
menentukan konsentrasi unsur dalam suatu larutan dengan cara mengukur jumlah cahaya yang diserap
oleh atom-atom tersebut pada panjang gelombang tertentu.

Landasan teori dari metode AAS adalah hukum Beer-Lambert, yang menyatakan bahwa jumlah
cahaya yang diserap oleh suatu larutan secara proporsional terhadap konsentrasi zat dalam larutan
tersebut dan ketebalan larutan. Dalam hal ini, cahaya yang diserap oleh unsur Fe dalam sampel bayam
atau ketumbar akan dipancarkan melalui sebuah nyala atomisasi, dan kemudian cahaya tersebut akan
melewati sebuah monokromator untuk memisahkan warna-warna tertentu. Cahaya yang diserap oleh
unsur Fe akan diukur pada panjang gelombang tertentu, dan kemudian konsentrasi unsur Fe dalam
sampel akan dihitung berdasarkan jumlah cahaya yang diserap.

Pada proses analisis ini, sampel bayam dan ketumbar di lakukan preparasi dengan cara sampel
di cuci bersih untuk menghilangkan kotoran organik dan mencegah terjadinya interferensi dari ion-ion
lainnya. lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 100°C kemudian di hancurkan sampai berbentuk serbuk
yang halus, setelah itu sampel di timbang sebanyak 0,5gr dan dicampur dengan H2SO4 pekat sampai
warna menjadi hitam dan sampel larut. Kemudian sampel di panaskan di atas hot plate sampai asap
yang keluar habis, lalu setalah di panaskan masukan juga sedikit demi sedikit larutan HNO3 sampai
warna larutan berubah menjadi orange dan bening. Asam nitrat banyak digunakan untuk mempercepat
proses destruksi dan merupakan oksidator yang kuat sehingga dengan penambahan oksidator ini dapat
menurunkan suhu destruksi dengan demikian komponen yang dapat menguap atau terdekomposisi
pada suhu tinggi dapat dipertahankan. Penambahan asam mempunyai tujuan tersendiri. Pada destruksi
ini penambahan HNO3 sebagai pengoksidasi karena HNO3 merupakan pelarut logam yang baik, sampel
yang teroksidasi oleh HNO3 sehingga menjadi larut. Asam nitrat dikombinasikan dengan H2SO4 sebagai
campuran asam untuk mendestruksi, dimana H2SO4 bertindak sebagai oksidator. Sehingga dapat
mengubah logam menjadi senyawa logam Sulfat dan selanjutnya diubah menjadi kompleks anion yang
stabil
Setelah sampel siap, lanjutkan dengan pembuatan larutan standar dalam 0ppm, 2ppm, 4ppm,
6ppm, 8ppm dan 10ppm. Kemudian masing masing Sampel daun bayam dan ketumbar di masukan ke
dalam labu ukur 50ml sebanyak 0,5ml. Diencerkan menggunakan HNO3 pH 2 hingga tanda batas.
Pengukuran dilakukan dengan memasukkan deret standar dan sampel ke dalam alat spektrofotometer
AAS secara berurutan, yang nantinya akan menghasilkan sinar atomisasi. Sinar ini kemudian melewati
sampel dan kemudian akan diteruskan ke sebuah monokromator yang memilih panjang gelombang
tertentu untuk diukur absorbansinya. Absorbansi cahaya diukur dan dibandingkan dengan standar
kalibrasi untuk menentukan konsentrasi unsur Fe dalam sampel.

Dari hasil pengukuran menggunakan AAS di hasilkan absorbansi pada blanko yaitu 0,327ppm,
pada deret standar 2ppm yaitu 0,002, 4ppm yaitu 0,005, 6ppm yaitu 0,006, 8ppm yaitu 0,007, dan
10ppm yaitu 0,006. Adapun absorbansi dari sampel daun bayam adalah 2,655 dan pada sampel
ketumbar adalah 0,655. Dari dua sempel tersebut, daun bayam hijau memiliki kadar fe dari hasil kurva
kalibrasi yaitu 2,43ppm dengan kadar ppm 12,15mg dan kadar dalam persen 2,43% dan adapun pada biji
ketumbar kadar fe yaitu 0,43ppm dengan kadar ppm 2,15mg dan kadar dalam persen yaitu 0,43%.

Hasil analisis unsur Fe dalam daun bayam dan ketumbar yang diukur dengan metode AAS dapat
memberikan informasi tentang kandungan besi dalam kedua jenis tanaman tersebut. Kadar zat besi
dalam daun bayam hijau secara umum mengandung sekitar 2,7 hingga 3,6 miligram besi per 100 gram
dan ketumbar Kadar zat besi dalam ketumbar dapat berkisar antara 1 hingga 4 miligram per 100 gram.
Kandungan unsur fe dari kedua sampel terdebut dapat bergantung pada faktor-faktor seperti jenis tanah
tempat tanaman tumbuh, metode pertanian yang digunakan, dan kondisi lingkungan sekitar tempat
tanaman tumbuh.

Dalam praktikum atau penelitian, analisis unsur Fe dalam daun bayam dan ketumbar dengan
metode AAS dapat dilakukan untuk mengetahui kandungan besi dalam tanaman dan memastikan bahwa
tanaman tersebut dapat memberikan asupan yang cukup bagi tubuh bila di konsumsi. Hal ini penting
karena besi merupakan salah satu mineral esensial bagi tubuh manusia dan berperan dalam membentuk
sel darah merah serta memelihara kesehatan tulang.

BAB IV

KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Analisis kadar Fe dalam daun bayam dan biji ketumbar dengan menggunakan metode AAS. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kadar Fe dalam daun bayam lebih tinggi yaitu 2,43% dibandingkan
dengan biji ketumbar yaitu 0,43%. Kedua jenis sampel memiliki kandungan Fe yang cukup baik.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa metode AAS dapat digunakan untuk mengukur kadar Fe dalam
sampel tanaman. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk mempelajari faktor-faktor yang
mempengaruhi kadar Fe dalam tanaman, seperti jenis tanah dan varietas tanaman.
4.2 Daftar Pustaka
Fatimah, Siti. 2009. Malang. Studi Kadar Klorofil dan Zat Besi (Fe) pada Beberapa Jenis Bayam Terhadap
Jumlah Eritrosit Tikus Putih (Rarrus norvegicus) Anemi. UIN Malang. [Online]

http://etheses.uin-malang.ac.id/1047/2/04520010%20Skripsi.pdf

Ketumbar (Coriandrum sativum). UMM Malang. Tesis. [Online]

https://eprints.umm.ac.id/53145/3/BAB%20II.pdf

asmorowati, Dian Sri. Sumarti,Sri susilogati. dan Kristanti, Ida Iryani. 2020. Semarang. Perbandingan
Metode Destruksi Basah dan Destruksi Kering untuk Analisis Timbal dalam Tanah di Sekitar
Laboratorium Kimia FMIPA UNNES. Universitas Negeri Malang. [Online]

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs/article/download/41521/17204

Mantiq, Ahmad. 2016. Destruksi. Bisa kimia. [Online]

https://bisakimia.com/2016/05/09/destruksi/

Hulyadi. 2020. Mataram. Analisa Jenis Asam Terhadap Kecepatan Destruksi Daun Singkong. Karya Ilmiah
IKIP Mataram. [Online]

https://e-journal.undikma.ac.id/index.php/jiim/article/download/3304/2257

Zat Besi. Wikipedia [Online]

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Zat_besi

Saleh, Salminah. Musa, Bulkis. 2011. Makassar. Analisis Unsur Fe dalam Tanaman Bayam Dengan
Menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Universitas Hasanuddin Makassar. [Online]

https://id.scribd.com/doc/84274918/LAPORAN-PRAKTIKUM-AAS#
4.3 Lampiran

Anda mungkin juga menyukai