Oleh:
FEBRY ANDRIAN
NRP 57213113991
Oleh:
FEBRY ANDRIAN
NRP 57213113991
Menyetujui
Mengetahui
Dr. I Ketut Sumardiasa, S.St.Pi., M.Sc Heny Budi Purnamasari, S.Pi., M.ST.Pi
Ketua Program Studi Skertaris Program Studi
Tanggal Pengesahan:
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari paper ini dengan judul “Profil Fisikokimia Dan
Mikrobiologi Ikan Gabus (Channa Striata) Asap“dibawah ini dalah sebagai berikut
Pada tekstur ikan asap nilai terendah yang dijhasilkan adalah 7,10 dan
tertinggi adalah 8,12. Hal ini diduga karena tesktur besifat sujektif, hal ini sesuai
dengan pernyataan Ernawati, (2012) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa,
penilaian dari masing-masing panelis menimbulkan pendapat yang berbeda-beda
dalam menentukan kulitas, yaitu sensitifitas dalam merasa dan meraba. Salah satu
factor yang sangat mempengaruhi tekstur adalah suhu pengasapan karena
semakin tinggi suhu yang digunakan maka akan mempercepat penggumpalan
protein yang membuat tekstur daging ikan asap menjadi lebih kompak, karena
suhu pengeringan tidak memberikan pengaruh nyata, tapii secara umum semakin
tinggi suhu pengeringan maka, nilainya semakin meningkat (Sari, Isamu, and
Sartinah 2022).
Nilai Aw tertinggi ikan gabus asap adalah 0,9% dan yang terendah adalah
0,79%, lamanya waktu penyimpanan akan membuat aktivitas air pada ikan gabus
asap semakin meningkat. Aktivitas air (aw) merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi kerusakan pangan karena aktivitas air dapat
menggambarkan kebutuhan bakteri akan air. Menurut (Buckle et al. 1987), naiknya
aktivitas air disebabkan adanya metabolisme mikroorganisme yang umumnya
diikuti pelepasan air sehingga mengakibatkan naiknya aw pada bahan pangan.
Kandungan air suatu bahan tidak dapat digunakan sebagai indikator nyata dalam
menentukan ketahanan simpan. Nilai aw yang dihasilkan tinggi yaitu 0,9 tetapi
masih tahan disimpan karena terdapat senyawa fenol dan asam organik yang
menempel pada ikan asap ini. Nilai aw pada kisaran ini tidak menutup
kemungkinan mikroorganisme untuk tumbuh. Aktivitas air sangat berpengaruh
berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba, persyaratan minimal bagi mikroba
dapat hidup untuk bakteri adalah 0,9, khamir (0,80- 0,90) dan kapang (0,60-0,70)
(Winarno 2007) (Sakti, Lestari, and Supriadi 2016).
4
Nilai kandungan proksimat meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak,
kadar protein dan kadar kabohidrat dari hasil uji proksimat kadar air diatas
didapatkan nilai terendah adalah 13,49% dan tertinggi yaitu 50,76%, menurut
(Ardianto, 2014) Penggunaan suhu dan lama waktu pemanasan tidak berpengaruh
terhadap kadar air ikan gabus asap, tetapi secara umum pemberian asap cair
dapat menghasilkan produk ikan gabus asap yang tergolong aman untuk
dikonsumsi. Karena asap cair mampu mengikat air bebas yang ada pada ikan
selama proses pengolahan. Asap cair dapat menghambat oksidasi lemak, maka
yang terjadi adalah peningkatan kadar air dan mikroorganisme dapat dihambat hal
ini disebabkan karena asap cair mengandung senyawa fenol. Sehingga ikan gabus
asap baik dan layak untuk dikonsumsi karena memenuhi standar SNI ikan asap
2013. Peningkatan kadar air juga dapat terjadi karena waktu penirisan yang cukup
singkat yang menyebabkan ikan gabus masih berair dan belum kering, menurut
Pokorny (2001) (Sari, Isamu, and Sartinah 2022).
Nilai kadar abu terendah menurut hasil table diatas adalah 2,66% dan nilai
yang tertinggi yaitu 34,64%, hal ini terjadi karena pemanasan atau pengeringan
pada oven menggunakan suhu 120oC sehingga banyak menguapkan kadar air
pada bahan yang dikeringkan sehingga meningkatkan kadar abu ikan gabus asap
Pernyatan ini juga sesuai dengan Sudarmadji et al. (1997), bahwa kadar abu
tergantung pada jenis bahan, cara pengabuan, waktu, dan suhu yang digunakan
saat pengeringan (Sari, Isamu, and Sartinah 2022).
Nilai data pada table kandungan kadar lemak ikan gabus asap terendah
adalah 3,87% dan yang tertinggi yaitu 8,95% karena pemberian asap cair pada
ikan gabus tidak akan mempengaruhu kandungan lemaknya. Hal ini disebabkan
asap cair tidak mengandung kandungan senyawa yang berfungsi menambah atau
mengurangi kadar lemak, akan tetapi didalam asap cair terdapat sebuah
5
Nilai kandungan kadar lemak yang didapatkan dari data diatas yang
tertinggi adalah Methyl Tricosanoate 19,30% dan yang terendah adalah Cis-10-
Pentadecenoit Acid Methyl yaitu 0,92. Lemak merupakan easter asam lemak dari
gliserol dan tersimpan sebagai energi dalam tubuh hawan. Didalam minyak ikan
gabus banyak sekali mengandung asam lemak jenuh (Saturated Fatty Acid/SFA)
yang lebih tinggi dibandingkan asam lemak tak jenuh. Asam lemak tak jenuh terdiri
dari Monounsaturated Fatty Acid (MUFA) dan Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA)
(Pontoh,2019). Menurut Prahesty dkk.(2017), komposisi asam lemak jenuh
yang paling tinggi pada minyak ikan gabus adalah asam heksadekanoat (asam
palmitat) (Umage, Pontoh, and Momuat 2020).
6
Ikan juga mengandung omega 3 yang sangat bermanfaat bagi tubuh seperti untuk
Kesehatan manusia serta perkembangan otak manusia dan meningkatkan
kecerdasan, ikan gabus mempunyai asam lemak utama yaitu Asam palmitat dan
docosahexanoic acid (DHA) pada minyak ikan gabus terdapat docosahexanoic
acid (DHA) dan ecosapentaenoic acid (EPA) berturut-turut sebesar 14,99% dan
8,65%. DHA dan EPA merupakan asam lemak omega-3 (Umage, Pontoh, and
Momuat 2020).
Nilai standar mutu ikan segar pada SNI (nilai TPC maksimum (5x105
CFU/g), maka nilai TPC pada ikan dengan perlakuan edible film asap cair maupun
tanpa penambahan asap cair sudah memenuhi standar dengan nilai TPC 4-
?18,5x103 CFU/g sedangkan contoh ikan pada kontrol tidak memenuhi standar
mutu (15x106 CFU/g) (Salim and Rahmi 2017). Penurunan nilai TPC pada ikan
disebabkan rendahnya suhu (suhu ± 4°C) penyimpanan fillet ikan di dalam
refrigerator. Analisis jumlah bakteri bertujuan untuk mengetahui jumlah total dan
laju pertumbuhannya selama penyimpanan produk. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa nilai TPC ikan hitam segar adalah 2.0×108CFU/g, dan tingkat
pertumbuhan secara bertahap menurun setelah penyimpanan selama 10 hari, dan
nilai TPC antara 4×103-15×106CFU/g (Salim and Rahmi 2017)
Nilai kandungan e.colly yaitu <1,0x100 kandungan bakteri E. Coli/ Coliform
dan P.aeruginosa menunjukkan hasil yang negatif pada ikan sebelum
penyimpanan. Tidak adanya kandungan bakteri pada ikan tersebut diduga karena
bahan sampel ikan yang digunakan masih dalam keadaan hidup dan utuh bukan
ikan yang telah dimatikan terlebih dahulu sehingga meminimalkan terjadinya
kontak dengan bakteri-bakteri pembusuk. Menurut Munandar et al. (2009),
aktivitas mikroorganisme akan lebih aktif pada saat ikan telah mati yang
mengakibatkan bakteri-bakteri pembusuk merusak jaringan tubuh dan jumlahnya
meningkat seiring bertambahnya lama penyimpanan (Munandar et al., 2009).
Setelah penyimpanan selama 10 hari juga tidak ditemukan adanya kandungan
bakteri E. coli dan P. aeruginosa baik pada kontrol maupun perlakuan dengan
edible film sedangkan bakteri Coliform terdeteksi baik pada kontrol maupun
dengan perlakuan (Salim and Rahmi 2017).
7
Nilai kandungan arginin terendah yaitu 1,06% dan yang tertinggi adalah
3,55% Kanetro (2009) menyatakan bahwa mutu protein dari suatu bahan pangan
ditentukan oleh jenis dan proporsi asam amino yang dikandungnya. Protein
bermutu tinggi adalah protein yang mengandung semua jenis asam amino dalam
proporsi yang sesuai untuk pertumbuhan. Terdapat 15 jenis asam amino yang
ditemukan pada protein ikan gabus, yang meliputi 9 jenis asam amino esensial
yaitu histidin, treonin, arginin, metionin, valin, fenilalanin, isoleusin, leusin, dan lisin
(Prastari, Yasni, and Nurilmala 2017). Nilai kandungan valin terendah adalah
0,91% dan tertinggi adalah 7,58%. Nilai kandungan isoleusina adalah 5,36 dan
kandungan asam aspartate yang terendah adalah 1,79% dan nilai yang tertinggi
yaitu 16,09%.
Menurut Karnila (2012), asam amino dapat dibagi menjadi dua kategori,
yaitu asam amino yang merangsang insulin dan asam amino yang tidak
merangsang insulin. Mekanisme perangsangan gugus asam amino leusin untuk
mensekresi insulin melalui berbagai jalur, yaitu (1) jalur katabolisme leusin
merupakan produk akhir asetil-KoA dan asetoasetil-KoA, sehingga ikut serta
dalam pembentukan energi di TCA In sirkulasi, (2) leusin dapat mengaktifkan
glukokinase, sehingga meningkatkan energi melalui glikolisis, sedangkan asam
amino fenilalanin, isoleusin dan metionin hanya dapat merangsang sekresi insulin
melalui jalur peningkatan energi dalam siklus TCA (Newsholme et al. 2007), Liu et
al. .2008, Kanetro 2009). Asam amino alanin juga mampu merangsang sekresi
insulin melalui dua jalur, yaitu melalui sistem kotransporter natrium dan jalur siklus
TCA. Asam amino fenilalanin, isoleusin, dan metionin merangsang sekresi insulin
secara eksklusif melalui jalur peningkatan energi dari siklus TCA (Newsholme et
al., 2007; Liu et al., 2008; Kanetro 2009) (Prastari, Yasni, and Nurilmala 2017).
8
3. SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Fitriyani, Evi, Nani Nuraenah, and Ika Meidy Deviarni. 2020. “PERBANDINGAN
KOMPOSISI KIMIA, ASAM LEMAK, ASAM AMINO IKAN TOMAN (Channa
Micropeltes) DAN IKAN GABUS (Channa Striata) DARI PERAIRAN
KALIMANTAN BARAT.” Manfish Journal 1 (02): 71–82.
https://doi.org/10.31573/manfish.v1i02.121.
Isamu, Kobajashi Togo, Mohamad Nuh Ibrahim, Ahmad Mustafa, and Sarnia.
2017. “Profil Asam Lemak Ikan Gabus (Channa Striata ) Asap Yang
Diproduksi Dari Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara.” Jurnal Sains Dan
Teknologi Pangan 2 (6): 941–48.
Sakti, Hariyanto, Susi Lestari, and Agus Supriadi. 2016. “Perubahan Mutu Ikan
Gabus (Channa Striata) Asap Selama Penyimpanan.” Jurnal Teknologi
Hasil Perikanan 5 (1): 11–18.
Salim, Rais, and Nazarni Rahmi. 2017. “Pengaruh Asap Cair Kayu Galam
(Malaleuca Leucadendra) Dalam Bentuk Biodegradable Film Terhadap
Pengawetan Ikan Gabus (The Effect of Liquid Smoke Galam (Malaleuca
Leucadendra) in Biodegradable Film Form as Fish Cork Preservation).”
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan 9 (2): 75–90.
https://doi.org/10.24111/jrihh.v9i2.3391.
Sari, Anita Komala, Kobajashi Togo Isamu, and Ari Sartinah. 2022.
“KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK DAN PROKSIMAT IKAN GABUS
(Channa Striata) ASAP CAIR MENGGUNAKAN OVEN.” Jurnal Fish
Protech 5 (2): 131. https://doi.org/10.33772/jfp.v5i2.28383.
Sarnia, Moh. Nuh Ibrahim, and Kobajashi T. Isamu. 2018. “Karakteristik Ikan
Gabus (Channa Striata) Asap Dari Produsen Yang Berbeda Di Kabupaten
Konawe Sulawesi Tenggara.” Jurnal Fish Protech 1 (1): 1–7.
10
Umage, Alvy M., Julius Pontoh, and Lidya I. Momuat. 2020. “PENENTUAN
KANDUNGAN LEMAK DAN KOMPOSISI ASAM-ASAM LEMAK PADA
BAGIAN BADAN IKAN GABUS (Channa Striata) BUDIDAYA DAN LIAR.”
Chemistry Progress 12 (1): 26–32.
https://doi.org/10.35799/cp.12.1.2019.27918.
Widiastuti, Indah, Sherly Ridhowati, Puspa Ayu Pitayati, Eklin Meinatsya Putri,
Program Studi, Teknologi Hasil, Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sriwijaya, and Sumatera Selatan. 2020. “Karakteristik Fisik Dan
Sensoris Kemplang Asap Ikan Gabus ( Channa Striata ) Dengan
Penambahan Asap Cair” 9 (2): 113–20.