4.1 Hasil 4.1.1 Pembakuan larutan HCl 0,1 N Berat Na2CO3 = 0,5 g Data titrasi pada pembakuan Volume larutan Pembacaan skala buret Volume Na2CO3 Titik awal titrasi Titik akhir titrasi titrasi (mL) 25 mL 0 mL 27,5 mL 27,5 mL 4.1.2 Penetapan kadar asetosal dalam sampel tablet Karakteristik sampel uji Merk sampel = Inzana No.Batch = C23A02 Kadar asetosal/tab sesuai label = 80 mg Berat 10 tablet = 1,206 g Berat serbuk tab yang ditimbang = 1,125 g Data penimbangan dan titrasi pada penetapan kadar Pembacaan skala buret Volume pengujian Berat Titik awal titrasi Titik akhir titrasi titrasi Sampel 1,125 g 0 13 mL 13 mL Blanko - 0 30,6 mL 30,6 mL 4.2 Perhitungan 4.2.1 Perhitungan serbuk tablet yang ditimbang 300 mg Serbuk tab timbang = × berat rata rata (g) kadar pada etiket (mg) 300 mg = × 0 ,3 g 80 mg = 1,125 g 4.2.2 Perhitungan Normalitas HCl Berat Na 2 CO 3 25 N HCl = × 53 × V HCl 100 0,5 25 = × 3 3 × 0 , 0275 100 0,5 25 = × 4575 100 = 0,085 N 4.2.3 Asetosal dalam sampel Asetosal dalam sampel = (Vblanko – Vsampel) ´ NHCl × BEasetosal = (30,6 – 13) ´ 0,005 × 90 = (14,6) ´ 0,085 ´ 90 = 111,69 mg 4.2.4 Berat kandungan asetosal pertablet Berat rata-rata pertab Mg asetosal pertablet = × Hasil perhitungan (mg) Berat zat uji 0 , 3g = × 111,69 mg 1,125 g = 29,784 mg 4.2.5 %kadar uji Kadar asetol asetosal pertablet (mg) %kadar uji = × 100% K adar pada label pertablet (mg) 29 ,7 84 mg = × 100% 80 mg = 0,372 % 4.3 Pembahasan Pada percobaan kali ini dilakukan penetapan kadar asetosal menggunakan metode titrasi asidi-alkalimetri. Asidi-alkalimetri adalah teknik analisis kimia berupa titrasi yang menyangkut asam dan basa atau sering disebut titrasi asam- basa, (Keenan, 2011). Reaksi dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu larutan dtambahkan dari buret sedikit demi sedikit sampai jumlah zat-zat yang direksikan tepat menjadi ekivalen satu sama lain. Asidimetri adalah titrasi terhadap larutan basa bebas dan larutan garamterhidrolisis dari asam Lemah. Larutan standarnya adalah asam. Sedangkan alkalimetri adalah titrasi terhadap larutan asam bebas dan larutan garamterhidrolisis dari Basa lemah. Larutan standarnya adalah basa (Didik dkk, 2019). Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu alat antara lain, buret, cawan porselen, gelas beaker, gelas ukur, labu erlenmeyer, labu ukur, lumpang alu, neraca analitik, penangas, pipet, pipet volume, spatula, dan sudip. Adapun bahan yang digunakan yaitu alkohol 70%, aluminium foil, aquadest, asam klorida, indikator fenoftalin, natrium klrorida, natrium hidroksida, obat aspilets, dan tisu. Hal pertama yang akan dilakukan adalah disiapkan alat dan bahan. Dibersihkan menggunakan alkohol 70 %. Menurut Eka Septianingtyas (2016), alkohol 70% digunakan sebagai disinfektan untuk membunuh virus, bakteri, dan mikroorganisme yang terdapat pada permukaan benda mati. Percobaan diawali dengan pembakuan larutan HCl 0,1 N. Adapun langkah awal yang dilakukan yaitu menimbang saksama 0,5 g natrium karbonat anhidrat, masukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan air suling sampai tanda batas dimana air suling digunakan untuk melarutkan natrium karbonat anhidrat. Menurut Nurlaili et al, (2017) natrium karbonat anhidrat dalam pembakuan HCl merupakan baku primer yang memiliki kemurnian yang tinggi serta dpaat diketahui kadarnya tidak dengan pembakuan. Selanjutnya diukur larutan natrium karbonat sebanyak 25 mL menggunakan pipet volum, pindahkan ke dalam erlenmeyer 250 mL, dan menambahkan 3 tetes indikator jingga metil kocok hingga homogen, dan dilakukan titrasi dengan larutan asam klorida hingga warna larutan berubah dari kuning menjadi jingga. Langkah akhir dari pembakuan larutan HCl 0,1 N yaitu menghitung normalitas larutan titer asam klorida dan didaptkan hasil 0,092 N. Selanjutnya yaitu penetapan kadar asetosal dalam sampel obat. Langkah awal yang dilakukan yaitu menimbang 10 tablet obat menggunakan neraca analitik. Penggunaan neraca analitik karena berdasarkan pemaparan Rahmah dan Fathiyah (2022), neraca analitik memiliki fungsi untuk menimbang bahan atau zat yang akan digunakan, alat ini sering digunakan untuk menimbang massa suatu bahan dengan akurat di laboratorium. Kemudian dihitung berat rata-rata 10 tablet tersebut dan didapatkan hasil 0,22317 gram. Selanjutnya dilakukan penggerusan terhadap 10 tablet aspilets menggunakan lumpang alu. Ditimbang dengan saksama serbuk tablet setara 300 mg asetosal dengan menggunakan rumus dan didapatkan hasil 0,84375 gram. Selanjutnya ke dalam labu erlenmeyer 250 mL dimasukkan serbuk obat sebanyak 0,84375 gram dan tambahkan 30 mL air suling dan 25 mL NaOH 0,1 N secara berlebihan kocok sampai tercampur. Penggunaan NaOH sebagai baku standar dalam titrasi asetosal dengan menggunakan prinsip reaksi netralisasi. metode titrasi asam basa secara tidak langsung dengan cara penambahan larutan baku asam berlebihan pada sampel basa contohnya pada sampel asetosal yang bersifat asam dan baku standar basa seperti NaOH berlebihan, (Jimmy, Ahyari. 2018). Selanjutnya labu erlenmeyer yang berisikan campuran sampel, air suling, dan NaOH berlebih dipanaskan. Menurut Didik dkk, (2019) sebelum melakukan titrasi maka sampel dipanaskan terlebih dahulu selama 10 menit dengan tujuan untuk menghomogenkan campuran. Kemudian campuran yang telah homogen didinginkan terlebih dahulu, setelah dingin sampel ditambahkan indikator fenoftalin dan berubah warna menjadi cream. Menurut Ratnasari, dkk. (2016), penambahan indikator fenolftalein yaitu untuk mengetahui titik akhir titrasi yaitu beruba perubahan warna menjadi merah muda, dimana fenolftalen memiliki nilai pKa 9,4 dan akan berubah pada rentang pH 8,4-10,4 dimana pada rentang tersebut PP mengalami pengaturan ulang struktur karena satu pohon dihilangkan dari salach satu gugus fenolnya seiring dengan mengingkatkan pH dan hasil ini menyebabkan perubahan warna dan mengalami perubahan struktur tergantung pH yang sama, sehingga cocok digunakan pada metode titrasi asam basa. Selanjutnya yaitu melakukan titrasi terhadap sampel dengan larutan asam klorida yang telah dibakukan, dihentikan proses titrasi yang ditandai dengan perubahan warna dari hijau muda menjadi merah muda dan didapatkan volume titrasi yaitu 32 mL. Percobaan terakhir yang dilakukan yaitu percobaan blanko dengan cara masukkan 30 mL air suling dan 25 mL NaOH ke dalam erlenmeyer 250 mL kocok kuar dan dipanaskan selama 10 menit menggunakan penangas, setelah dipanaskan kemudian didinginkan. Tambahkan 3 tetes indikator fenolftalein dan berubah warn amenjadi ungu muda. Titrasi menggunakan HCl yang telah dibakukan kemudian akhir dari titrasi ditandai dengan perubahan warna dari warna ungu muda menjadi tidak berwarna (bening). Didapatkan volume titrasi terhadap blanko yaitu 5,2 mL. Hasil akhir titrasi sampel yaitu 32 mL dan volume blanko yaitu 5,2 mL, dimana volume blanko dikurnagi dengan volume sampel. Setelah didapatkan hasi tersebut maka dapat digunakan untuk menetapkan kadar sampel asetosal dalam obat aspilets. Dari hasil perhitungan didapatkan kadar sampel sebesar 230,4 mg dengan konsentrasi 7,13%. Adapun kemungkinan kesalahan yang dapat terjadi praktikum kali ini yaitu kurangnya ketelitian pada saat penimbangan sampel dan pada saat mendinginkan sampel tidak ditutup menggunakan aluminium foil yang dapat menyebabkan terjadi interaksi antar sampel dengan udara luar.