Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN INDIVIDU

KASUS BIBIR SUMBING PADA KUNJUNGAN PASIEN DI POLI GIGI


RSUD WANGAYA DENPASAR

DISUSUN OLEH :
Brahmantya Aji Narendra, S.K.G
2106129012082

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2023
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN INDIVIDU
KASUS BIBIR SUMBING PADA KUNJUNGAN PASIEN DI POLI GIGI
RSUD WANGAYA DENPASAR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN II


DI RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG PERIODE 4-16 SEPTEMBER 2023

Oleh:
Brahmantya Aji Narendra, S.K.G
2106129012082
Menyetujui
Clinical Instructure Poli Gigi Kepala Staf Media Bagian Poli Gigi
RSUD Wangaya Denpasar RSUD Wangaya Denpasar

drg. Tjokorda Istri Trisna Hartayani Djelantik drg. Agus Dwi Sastrawan, Sp.BM
NIP. 19720114 200501 2 007 NIP. 19880324 201902 1 003

Pembimbing PKL
FKG UNMAS Denpasar

(drg. I Gusti Agung Ayu Chandra Iswari Dewi)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
DENPASAR
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karuniaNya
penulis dapat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan II di RSUD Wangaya Denpasar
dengan sebaik-baiknya serta dapat menyelesaikan laporan individu ini yang
merupakan tugas wajib bagi mahasiswa Praktik Kerja Lapangan II dari tanggal 4-16
September 2023.
Keberhasilan penulis menyelesaikan laporan individu ini sebagai salah satu
wujud tahapan akhir program ini. Penyusunan laporan individu ini tidak terlepas dari
bantuan yang begitu besar dari banyak pihak. Untuk itu penulis menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. drg. Dewa Made Wedagama, Sp. KG, FICD selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar.
2. drg. Tjokorda Istri Trisna Hartayani Djelantik, selaku Clinical Instructure di
Poli Gigi RSUD Wangaya Denpasar.
3. drg. Agus Dwi Sastrawan, Sp.BM, selaku kepala bagian poli gigi di RSUD
Wangaya Denpasar
4. drg. I Gusti Agung Ayu Chandra Iswari Dewi selaku pembimbing PKL II
beserta semua staf dan pegawai di RSUD Wangaya Denpasar yang telah
membimbing penulis selama kegiatan PKL berlangsung.
5. Orang tua, keluarga, serta teman-teman kelompok PKL yang telah
memberikan doa, dukungan, dan semangat.
Penulis berharap laporan Individu PKL ini memberikan manfaat bagi semua
pihak yang memerlukan, khususnya mahasiswa, tenaga medis maupun masyarakat
pada umumnya. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam laporan
ini, maka dari itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk menyempurnakan laporan
ini.
Denpasar, 05 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL...................................................................................................................................i.
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN INDIVIDU............................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................3
1.3 Tujuan Penilitian......................................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................5
2.1 Definisi Bibir Sumbing............................................................................................5
2.2 Etiologi Bibir Sumbing............................................................................................5
2.3 Klasifikasi Penyakit Pulpa........................................................................................6
2.4 Patogenesis Bibir Sumbing.......................................................................................6
2.5 Etiologi Nekrosis Pulpa............................................................................................6
2.6 Penatalaksaan Bibir Sumbing....................................................................................7
2.7 Penalataksanaan Nekrosis Pulpa................................................................................7
BAB III LAPORAN KASUS...................................................................................................9
3.1 Identitas Pasien..............................................................................................................9
3.2 Anamnesa.......................................................................................................................9
3.3 Pemeriksaan Objektif...................................................................................................10
3.4 Diagnosis......................................................................................................................11
3.5 Penalataksanaan...........................................................................................................11
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................................14
BAB V PENUTUP..................................................................................................................15
5.1 Simpulan......................................................................................................................15
5.2 Saran............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bibir sumbing merupakan salah satu cacat lahir yang sangat banyak
ditemukan di dunia ini. Bibir sumbing adalah suatu kelainan bawaan yang terjadi
pada bagian bibir dan pada langit- langit rongga mulut. Bibir sumbing terjadi pada
perkembangan wajah semenjak embrio berusia 4 minggu (Loho, 2013).
Bibir sumbing dapat terjadi pada satu sisi ataupun kedua sisi garis tengah
bibir. Pada umumnya bibir sumbing sisi kiri lebih sering ditemui dari pada sisi
kanan dikarenakan vaskularisasi sisi kanan lebih baik sehingga sumbing sisi
kanan lebih dulu mencapai bagian medial. Kelainan bibir sumbing lebih sering
terjadi pada anak laki- laki dibandingkan pada anak perempuan. Kelainan bibir
sumbing terbagi menjadi dua yaitu celah pada bibir (Labioschisis), dan celah pada
langit - langit rongga mulut (Palatoschisis). Kelainan tersebut dapat terjadi pada
satu sisi rahang (unilateral) maupun pada kedua sisi kanan serta kiri (bilateral)
(Jairaman, 2015)
Penyebab terjadinya kelainan bibir sumbing belum diketahui secara pasti.
Namun para ahli percaya bahwa kondisi ini terjadi akibat kombinasi faktor
genetik dan lingkungan. Angka kejadian kelainan bibir sumbing
bermacammacam, tergantung pada etnis. Pada etnis Asia terjadi sebanyak 2,1 :
1000 kelahiran, pada etnis Kaukasia 1 : 1000 kelahiran, serta pada etnis Afrika -
Amerika 0,41 : 1000 kelahiran. Di Indonesia, jumlah penderita bibir sumbing 2
serta celah langit- langit terjadi 3000 - 6000 kelahiran per tahunnya ataupun 1
balita masing- masing 1000 kelahiran. Suatu riset di Surabaya menampilkan dari
1596 penderita, ditemui 50.53% penderita dengan celah bibir disertai celah langit-
langit , 25.05% celah bibir, serta 24.42% celah langit-langit, dimana 20.08% dari
totalitas penderita mempunyai riwayat keluarga dengan kelainan bibir sumbing.
Dari total penderita tersebut, sebanyak 1436 penderita sudah dilakukan tindakan
operasi. Dari 1436 pasien operasi bibir sumbing, terdapat 201 penderita (14%)
anak mengalami infeksi luka operasi bibir sumbing (Fory Fortuna, 2019). Angka
kejadian bibir sumbing di kabupaten jember juga meningkat dengan kejadian 1 :
1445 kelahiran (Elfiah et al., 2019). Di Rumah Sakit Paru Jember, jumlah pasien
bibir sumbing yang telah dilakukan operasi mulai tahun 2015 sampai Juli 2021
saat ini sebanyak 724 pasien. Dari 724 pasien operasi bibir sumbing, terdapat 79
pasien (11%) anak mengalami infeksi luka operasi bibir sumbing. Hal ini
dibuktikan dengan, terdapatnya bekas minuman atau susu pada luka operasi bibir
sumbing, luka operasi kotor dan terdapat obat-obatan selain dari medis yang
diberikan oleh ibu (Data Studi Pendahuluan Di Rumah Sakit Paru Jember).
Terdapat tiga tahapan penatalaksanaan penanganan bibir sumbing antara lain
tahapan sebelum dilakukan pembedahan, tahapan saat pembedahan dan tahapan
setelah dilakukan pembedahan. Pada tahapan sebelum dilakukan pembedahan
yang perlu dipersiapkan yaitu kondisi badan balita yang baik, konsumsi gizi yang
baik dilihat dari penyeimbang berat tubuh yang dicapai serta umur yang
mencukupi. Patokan yang biasa dipakai merupakan rule of ten meliputi berat
tubuh bayi 4- 5 kilogram, Hb lebih dari 10 gram%, umur 3 lebih dari 10 minggu.
Bila bayi belum mencapai ketentuan tersebut hendaknya pemberian minum wajib
menggunakan botol minum khusus yaitu botol minum yang mempunyai lubang
tidak sangat besar yang membuat balita tidak mengalami tersedak ataupun sangat
kecil sehingga membuat konsumsi gizi balita tercukupi. Ataupun dengan
menggunakan sendok secara bertahap dalam posisi separuh duduk ataupun tegak.
Celah pada bibir wajib direkatkan dengan memakai plester spesial non alergenik
untuk melindungi gusi tidak menonjol kearah depan (protrusio pre maksila) akibat
dorongan lidah pada prolabium (Suryandari, 2017)
Tindakan pembedahan pada bibir sumbing sudah lama dilakukan. Tetapi
masih ada sebagian keluhan yang timbul setelah dilakukannya pembedahan bibir
sumbing. Keluhan yang sering terjadi setelah pembedahan yaitu infeksi luka
operasi. Infeksi luka operasi dapat menimbulkan berbagai komplikasi, termasuk
lambatnya penyembuhan luka operasi bibir sumbing dan infeksi yang menyebar
ke seluruh tubuh (sepsis). Infeksi luka operasi bibir sumbing 4 pada anak di
sebabkan oleh kolonisasi bakteri, status nutrisi anak, imunodefisiensi dan perilaku
ibu yang salah dalam perawatan pasca operasi bibir sumbing anak (Suryandari,
2017)
Berbagai tehnik perawatan pasien bibir sumbing telah dilakukan untuk
meminimalisir angka kejadian infeksi luka operasi. Tehnik perawatan tersebut di
mulai sejak pasien berada di kamar operasi dengan menutup luka pasca operasi
dengan pemberian kassa steril yang mengandung antibiotik. Selain itu,
pemasangan selang NGT pasca operasi juga dilakukan untuk tempat pemberian
nutrisi anak pasca operasi untuk meminimalisir terjadinya infeksi dan kerusakan
pada jahitan luka operasi. Tetapi keberhasilan tehnik tersebut hanya 70% dan
30% masih terjadi infeksi luka operasi. Perilaku pencegahan infeksi luka operasi
bibir sumbing pada anak sangat penting dilakukan oleh ibu dalam perawatan
pasca operasi bibir sumbing. Ibu dan keluarga harus mempunyai perilaku yang
baik terhadap anak pasca operasi bibir sumbing mengenai perawatan lanjut di
rumah dengan cara memberikan minuman atau ASI dengan menggunakan sendok
serta melalui selang NGT yang dipasang pada saat pasca operasi. Perawatan
lainnya antara lain dengan tehnik membersihkan sisa - sisa minuman atau ASI di
sekitar bibir yang telah dilakukan pembedahan, instruksi mengenai pemberian
dosis serta cara pemberian obat minum, dan penjadwalan kontrol kembali di
rumah sakit pada penderita dengan kelainan bibir sumbing celah bibir maupun
celah langit – langit rongga mulut (Elfiah et al., 2019).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, dapat dirumuskan masalah yaitu
bagaimanakah penanganan kasus Nekrosis Pulpa pada kunjungan pasien di Poli
Gigi RSUD Wangaya Denpasar?
1.3 Tujuan Penilitian
Adapun tujuan penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Untuk mengetahui keadaan umum dari bibir sumbing.
2. Untuk mengetahui bagaimana penanganan kasus Bibir Sumbing pada
kunjungan pasien di Poli Gigi RSUD Wangaya Denpasar.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat menambah wawasan atau pengetahuan terhadap Bibir Sumbing.
2. Bagi peneliti selanjutnya, laporan ini diharapkan bisa jadi referensi yang baik
dan diperbaiki lebih sempurna.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Bibir Sumbing


Cleft Lip and Palate adalah suatu kondisi dimana terdapat celah
abnormal di bibir atas dan atap mulut yang terjadi ketika beberapa bagian
gagal bergabung bersama selama awal kehamilan. Bibir dan palatum
berkembang secara terpisah, sehingga memungkin bagi bayi untuk dilahirkan
hanya dengan bibir sumbir, hanya celah pada langit langit palatum atau
kombinasi keduanya. (Tolavora, 2018)

2.2 Etiologi Bibir Sumbing


Cleft Lip atau Bibir Sumbing adalah penyakit yang disebabkan oleh
kontribusi dari faktor lingkungan serta faktor genetik. Penyebab dari
sebagian besar kejadian celah bibir masih belum diketahui hingga sekarang.
Beberapa anak mengalami celah bibir karena adanya perubahan genetik.
Kasus celah bibir merupakan hal yang diturunkan secara genetik. 1 dari 5
kasus celah bibir merupakan kasus yang terjadi akibat adanya penurunan
secara genetic. (Sjamsudin, 2017)
Faktor resiko terjadinya celah bibir pada anak bayi sudah ada sejak
bayi tersebut masih berada dalam kandungan. Beberapa faktor resiko bagi
janin untuk mengalami celah bibir adalah :
- Sang ibu merokok
- Sang ibu mengidap diabetes
- Konsumsi obat-obatan tertentu pada masa kehamilannya yang
meningkatkan kemungkinan anaknya untuk mengalami celah bibi
- Terinfeksi virus Rubella
- Terjadi kekurangan beberapa vitamin pada masa kehamilan
2.3 Klasifikasi Bibir Sumbing

Klasifikasi celah bibir dan langit-langit menurut Kernahan dan Stark yaitu:
a. Grup I
Celah langit-langit primer, meliputi celah bibir dan kombinasi
celah bibir dengan celah pada tulang alveolar. Celah biasanya
terdapat pada foramen insisivum
b. Grup II
Celah langit-langit sekunder atau celah yang terdapat di belakang
foramen insisivum, meliputi celah langit-langit lunak dan keras
dengan variasinya.
c. Grup III
Kombinasi celah langit-langit primer dan sekunder
2.4 Patogenesis Bibir Sumbing
Pada morfogenesis wajah, sel neural crest bermigrasi ke daerah wajah
dimana mereka akan membentuk jaringan tulang, jaringan ikat, serta
seluruh jaringan pada gigi kecuali enamel. Bibir atas merupakan turunan
dari prosesus medial nasal dan maxillary. Kegagalan penggabungan
prosesus medial nasal dan maksila pada minggu kelima kehamilan, baik
pada satu atau kedua sisinya, berakibat cleft lip. Cleft lip biasanya terjadi
pada pertemuan antara bagian sentral dan lateral dari bibir atas. Cleft
dapat memengaruhi bibir atas saja atau bisa juga melebar lebih jauh ke
maksila dan palatum primer. Jika terjadi kegagalan pengabungan palatal
shelves juga, terjadi cleft lip dengan cleft palatum, yang membentuk
kelainan Cleft Lip and Palate ( Margulis, 2012)
Faktor lingukungan dan genetik saling memengaruhi dan berperan
penting dalam patogenesis dari Cleft Lip and Palate (CLP). Ibu yang
merokok selama kehamilan berisiko melahirkan anak yang mengalami
CLP karena bisa terjadi mutasi gen TGF α. Merokok saat kehamilan juga
memengaruhi pertumbuhan embrionik dengan menghasilkan hipoksia
jaringan yang mengganggu pertumbuhan jaringan, khususnya
pertumbuhan palatum. Selain itu juga, serum folat juga dapat menurun
pada ibu hamil tersebut yang dapat terbentuknya celah atau cleft yang
sering diasosiasikan dengan defisiensi folat. Konsumsi alkohol pada
kehamilan sering dikaitkan dengan pola abnormalitas pada keturunannya
yang disebut Fetal Alcohol Syndrome (FAS). Hal ini dikarenakan
konsumsi alkohol oleh ibu hamil dapat memberikan efek teratogenik
seperti retardasi mental, gangguan kardiovaskuler, dan terkadang juga
terjadi clefting atau terbentuknya celah pada ronggal mulut bayinya.
Beberapa obat dapat menginduksi terjadinya CLP. Obat-obatan
kemoterapi seperti aminopterin, methotrexate, cyclophospamide,
procarbazine, dan turunan asam hydroxamic mengganggu sintesis DNA
yang menghasilkan malformasi pada fetus. Penggunaan obat-obatan anti
kejang, contohnya phenytoin, dapat menghambat pertumbuhan embrio
secara keseluruhan, termasuk facial prominences, yang ditandai dengan
menurunnya laju proliferasi sel mesenkimal pada facial prominences
sekitar 50%. (Margulis, 2012)
2.5 Penalataksanaan Bibir Sumbing
Satu-satunya cara menangani celah bibir dan langit-langit yaitu
memalui pembedahan. Pembedahan ini sudah dimulai dari tahun 317, di
mana seorang jenderal di Cina yang memiliki celah bibir dibedah dengan
cara yang masih sederhana. Setelah itu pembedahan untuk menangani
celah mulai dilakukan dan diperbaharui dengan teknik-teknik yang lebih
baik. Sebelum dibedah, pasien harus memenuhi syarat “The Rule of
Tens”, yaitu ketika berat bayi mencapai 10 pon atau setara dengan 4,5
Kg, jumlah leukosit bayi di bawah 10.000 per millimeter kubik, HB di
atas 10 gr% dan umur diatas 10 minggu, namun bila bayi belum dapat
memenuhi persyaratan ketika berumur 10 minggu, tindakan bedah celah
bibir dapat dilakukan ketika bayi berumur 3-5 bulan.
Perawatan celah bibir dan langit-langit harus dilakukan secara
terintegrasi oleh spesialis gigi anak, spesialis orthodonti, spesialis
prostodonti, spesialis bedah mulut dan maksilofasial, spesialis bedah
plastic, audiologis, spesialis THT-KL, dokter anak, speech patologis,
psikiater dan pekerja social ix dalam tim. Tim disesuaikan dengan
kebutuhan pasien serta ketersediaan spesialis serta anggota tim lainnya.
Berikut table yang menunjukkan kerja tim multidisiplin sesuai dengan
umur pasien: (Tolavora, 2018)
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama : Amelia Hana Shakira
Umur : 1 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum Menikah
Suku/Bangsa : Bali/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : Belum Sekolah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Denpasar
3.2 Anamnesa
1. Keluhan utama :
Pasien Perempuan usia 1 tahun datang dengan keluarganya dengan keluhan Bibir
bagian atas terbuka , menurut keluarga pasien pasien sudah terlahir dalam keadaan
bibir atas terbuka atau sumbing.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Saat ini pasien tidak sakit, dan ingin dilakukan perawatan
3. Riwayat Pengobatan :-
4. Riwayat Alergi :-
5. Riwayat Penyakit :-
6. Riwayat Operasi :-
7. Riwayat Transfusi :-
8. Riwayat Penyakit Keluarga :-
3.3 Pemeriksaan Objektif
Status Present
a. Keadaan Umum : Baik
b. Keadaan Gizi : Kesan Baik
c. Tekanan Darah :-
d. Respirasi : 20/menit
e. Nadi : 120x/menit
f. Suhu : 36℃
g. BB : 7.7kg
h. TB : 62cm
3.4 Diagnosis
Bibir sumbing pada bagian bibir bagian atas
3.5 Penalataksanaan
Sebelum prosedur operasi dilakukan, dokter akan memasangkan alat khusus
di bibir, mulut, dan hidung pasien untuk mengoptimalkan hasil perbaikan bibir
sumbing, yang meliputi:
 Nasal elevator, untuk mencegah celah semakin melebar ke hidung dan
membantu membentuk hidung bayi.
 Nasal alveolar molding (NAM), untuk mendukung pembentukan jaringan
bibir bayi sebelum operasi.
 Lip-taping regimen, untuk menyatukan kedua celah pada bibir bayi

Operasi untuk mengoreksi bibir sumbing ini umumnya baru bisa dilakukan
ketika anak sudah berusia 3–4 bulan. Untuk menutup celah di bibir, dokter bedah
akan membuat sayatan di kedua sisi celah bibir dan membuat lipatan jaringan
(tissue flaps). Flap kemudian dijahit menjadi satu, termasuk otot bibir.
Operasi bibir sumbing dapat dilakukan dalam satu atau dua tahap, tergantung
dari seberapa luas celah pada bibir. Pada beberapa kasus, dokter juga melakukan
operasi lanjutan untuk memperbaiki penampilan hidung yang terdampak.
Prosedur ini biasanya dilakukan setelah operasi bibir sumbing selesai.
Adapun langkah-langkah lengkap dalam operasi bibir sumbing adalah sebagai
berikut:
1. Dokter akan menandai tempat untuk membuat sayatan pada bibir.
2. Melakukan sayatan (insisi) pada kedua sisi celah bibir.
3. Mengendurkan kulit bibir bagian tengah sebelum melonggarkan otot
orbicularis oris.
4. Menutup otot orbicularis oris dan membentuk philtrum ridge.
5. Penutupan celah bibir selesai.
BAB IV
PEMBAHASAN
Cleft Lip and Palate adalah suatu kondisi dimana terdapat celah abnormal di
bibir atas dan atap mulut yang terjadi ketika beberapa bagian gagal bergabung
bersama selama awal kehamilan. Bibir dan palatum berkembang secara terpisah,
sehingga memungkin bagi bayi untuk dilahirkan hanya dengan bibir sumbir,
hanya celah pada langit langit palatum atau kombinasi keduanya. (Tolavora,
2018)
Cleft Lip atau Celah Bibir adalah penyakit yang disebabkan oleh kontribusi
dari faktor lingkungan serta faktor genetik. Penyebab dari sebagian besar
kejadian celah bibir masih belum diketahui hingga sekarang. Beberapa anak
mengalami celah bibir karena adanya perubahan genetik. Kasus celah bibir
merupakan hal yang diturunkan secara genetik. 1 dari 5 kasus celah bibir
merupakan kasus yang terjadi akibat adanya penurunan secara genetic.
(Tolavora, 2018)
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Cleft Lip and Palate adalah sebuah kondisi defek pada anak-anak yang
mengakibatkan belahan pada palatum dan bibir. Selama ini faktor genetik dicurigai
menjadi faktor penyebab kuat dari cleft lip and palate, namun beberapa studi terkini
menunjukkan bahwa faktor lingkungan dan gaya hidup dari ibu dapat berkontribusi
mengakibatkan kondisi ini pada bayi. Belahan pada kondisi ini diakibatkan tidak
terbentuknya jaringan ikat yang menutup palatum atau membentuk bibir pada masa
gestasi. Apabila cleft lip and palate tidak diatasi, kondisi ini dapat mengakibatkan
gangguan makan, gangguan berbicara, gangguan pernapasan, dll. Kondisi ini dapat
didiagnosis kini pada masa kehamilan, dan penatalaksanaan dengan tindakan operasi
dan terapi pra dan pasca operasi agar melatih fisiologis mulut dan gigi anak dengan
normal. Pencegahan dapat dilakukan dengan memperhatikan asupan nutrisi dan gaya
hidup dari ibu maupun konsultasi kehamilan untuk memeriksakan kemungkinan anak
mengalami cleft lip and palate
5.2 Saran
Diperlukan sebuah penelitian yang lebih lanjut untuk mengembangkan
diagnosis yang semakin mutakhir dan dapat melakukan skrining dini pada masa
kehamilan. Diperlukan juga sebuah tindakan penanganan cleft lip and palate yang
bersifat non-operatif atau terapi penunjang yang lebih efektif pra maupun pasca
operasi.
DAFTAR PUSTAKA

Margulis AV, Mitchell AA, Gilboa SM, Werler MM, Glynn RJ, Hernandez-Diaz S, National
Birth Defects Prevention Study. Use of topiramate in pregnancy and risk of oral
clefts. American Journal of Obstetrics and Gynecology 2012;207:405.e1-e7.Yap,
A. U. (2017). Oral health equals total health: A brief review. Journal of Dentistry
Indonesia, 24(2), 59-62.

Parker SE, Mai CT, Canfield MA, Rickard R, Wang Y, Meyer RE, Anderson P, Mason CA,
Collins JS, Kirby RS, Correa A; for the National Birth Defects Prevention
Network. Updated national birth prevalence estimates for selected birth defects
in the United States, 2004-2006. Birth Defects Research (Part A): Clinical and
Molecular Teratology 2010;88:1008-16

Sjamsudin E, Maifara D. Epidemiology and characteristics of cleft lip and palate and the
influence of consanguinity and socioeconomic in West Java, Indonesia: a five-
year retrospective study. International Journal of Oral and Maxillofacial Surgery.
2017 Mar 1;46:69.Pramita, M. D., Rahaswanti, L. A., & Ariastuti, N. L. P.
(2019). Prevalensi bottle feeding caries dan faktor risiko pada anak usia 3 sampai
5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Mengwi III Badung. Bali Dental
Journal, 3(1), 34-40.

Tolarova M. Pediatric Cleft Lip and Palate: Background, Pathophysiology, Etiology


[Internet]. Emedicine.medscape.com. 2018 [diakses pada 16 April 2018]

Tolarova MM et al. Pediatric Cleft Lip and Palate. Medscape; 2018Kartinawanti, A. T., &
Asy'ari, A. K. (2021). Penyakit pulpa dan perawatan saluran akar satu kali
kunjungan. JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi), 4(2), 64-72.

Anda mungkin juga menyukai