Doktrin Providensia Allah
Doktrin Providensia Allah
B) Definisi ‘Providence’.
Kalau dilihat dalam kamus, maka ‘Providence’ berarti ‘pemeliharaan
baik’. Tetapi dalam Theologia, ‘Providence’ berarti lebih dari
sekedar ‘pemeliharaan baik’. ‘Providence’ adalah pelaksanaan yang
tidak mungkin gagal dari Rencana Allah, atau, pemerintahan /
pengaturan terhadap segala sesuatu sehingga Rencana Allah
terlaksana.
“... providence means not that by which God idly observes from heaven
what takes place on earth, but that by which, as keeper of the keys, he
governs all events.” [= ... providensia tidak berarti sesuatu dengan
mana Allah dengan bermalas-malasan / tak berbuat apa-apa
mengawasi dari surga apa yang terjadi di bumi, tetapi sesuatu dengan
mana, seperti seorang penjaga kunci, Ia memerintah segala kejadian.]
- ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XVI, no 4.
-o0o-
II. PROVIDENCE TIDAK MUNGKIN GAGAL
A) Rencana Allah sudah ada dalam kekekalan.
Allah mempunyai rencana, dan seluruh rencana Allah itu sudah ada
/ sudah direncanakan dalam kekekalan.
Kalau manusia membuat rencana, maka manusia membuatnya
secara bertahap. Misalnya pada waktu kita ada di SMP kita
merencanakan untuk masuk SMA tertentu, dan pada waktu di SMA
baru kita merencanakan untuk masuk perguruan tinggi tertentu.
Setelah lulus dari perguruan tinggi, baru kita merencanakan untuk
bekerja di tempat tertentu, dsb. Tidak ada manusia yang dari lahir
lalu bisa merencanakan segala sesuatu dalam seluruh hidupnya!
Mengapa? Karena manusia tidak maha tahu sehingga ia tidak
mampu melakukan hal itu. Manusia membutuhkan penambahan
pengetahuan untuk bisa membuat rencana lanjutan. Tetapi Allah
yang maha tahu dan maha bijaksana, merencanakan seluruh
rencanaNya sejak semula!
John Owen: “If God’s determination concerning any thing should have
a temporal original, it must needs be either because he then perceived
some goodness in it of which before he was ignorant, or else because
some accident did affix a real goodness to some state of things which it
had not from him; neither of which, without abominable blasphemy, can
be affirmed, seeing he knoweth the end from the beginning,” [= Jika
penentuan Allah tentang sesuatu apapun mempunyai asal usul dalam
waktu, itu pasti disebabkan atau karena Ia pada saat itu melihat suatu
kebaikan dalam hal itu yang tidak diketahuiNya sebelumnya, atau
karena ada suatu kecelakaan yang melekatkan kebaikan yang
sungguh-sungguh pada suatu keadaan yang tidak datang dari Dia;
yang manapun dari dua hal ini tidak bisa ditegaskan tanpa
melakukan suatu penghujatan yang menjijikkan, karena Ia
mengetahui akhirnya dari semula,] - ‘The Works of John Owen’, vol
10, hal 20.
Tetapi pada waktu Allah berbicara dalam ayat ini, jelas Ia sedang
menyesuaikan diriNya dengan kapasitas / pengertian manusia.
Kontextnya sendiri juga demikian; baca Yer 18:8,10 yang
mengatakan ‘maka menyesallah Aku’.
Yer 18:8,10 - “(8) Tetapi apabila bangsa yang terhadap siapa Aku
berkata demikian telah bertobat dari kejahatannya, MAKA
MENYESALLAH AKU, bahwa Aku hendak menjatuhkan
malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka. ... (10) Tetapi
apabila mereka melakukan apa yang jahat di depan mataKu dan
tidak mendengarkan suaraKu, MAKA MENYESALLAH AKU,
bahwa Aku hendak mendatangkan keberuntungan yang Kujanjikan
itu kepada mereka.”.
2) Kemahatahuan Allah.
Pada waktu Allah merencanakan, bukankah Ia sudah tahu
apakah rencanaNya akan berhasil atau gagal? Kalau Ia tahu
bahwa rencanaNya akan gagal, lalu mengapa Ia tetap
merencanakannya?
3) Kemahabijaksanaan Allah.
Kebijaksanaan Allah menyebabkan Ia pasti membuat rencana
yang terbaik. Kalau rencana ini lalu diubah, maka akan menjadi
bukan yang terbaik. Ini tidak mungkin!
4) Kemahakuasaan Allah.
Manusia sering gagal mencapai rencananya atau terpaksa
mengubah rencananya karena ia tidak maha kuasa, sehingga
tidak mampu untuk mencapai / melaksanakan rencananya.
Tetapi Allah yang maha kuasa tidak mungkin gagal mencapai
rencanaNya atau terpaksa harus mengubah rencanaNya! Ini
terlihat dari ayat-ayat di bawah ini:
Yes 14:24,26-27 - “(24) TUHAN semesta alam telah bersumpah,
firmanNya: ‘Sesungguhnya seperti yang Kumaksud,
demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang,
demikianlah akan terlaksana: ... (26) Itulah rancangan yang
telah dibuat mengenai seluruh bumi, dan itulah tangan yang
teracung terhadap segala bangsa. (27) TUHAN semesta alam
telah merancang, siapakah yang dapat menggagalkannya?
TanganNya telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya
ditarik kembali?”.
Yes 25:1 - “Ya TUHAN, Engkaulah Allahku; aku mau
meninggikan Engkau, mau menyanyikan syukur bagi namaMu;
sebab dengan kesetiaan yang teguh Engkau telah melaksanakan
rancanganMu yang ajaib yang telah ada sejak dahulu.”.
Yes 37:26 - “Bukankah telah kaudengar, bahwa Aku telah
menentukannya dari jauh hari dan telah merancangnya dari
zaman purbakala? Sekarang Aku mewujudkannya, bahwa
engkau membuat sunyi senyap kota-kota yang berkubu menjadi
timbunan batu,”.
Yes 43:13 - “Juga seterusnya Aku tetap Dia, dan tidak ada yang
dapat melepaskan dari tanganKu; Aku melakukannya, siapakah
yang dapat mencegahnya?”.
5) Kedaulatan Allah.
Kedaulatan Allah tidak memungkinkan Ia untuk mengubah
rencanaNya, karena perubahan rencana membuat Ia menjadi
tergantung pada situasi dan kondisi (tidak lagi berdaulat).
Ayub 42:1-2 - “(1) Maka jawab Ayub kepada TUHAN: (2) ‘Aku tahu,
bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan TIDAK ADA
RENCANAMU YANG GAGAL.”.
Contoh:
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
Yes 38:1,5 - “(1) Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir
mati. Lalu datanglah nabi Yesaya bin Amos dan berkata kepadanya:
‘Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada
keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi.’ ... (5)
‘Pergilah dan katakanlah kepada Hizkia: Beginilah firman TUHAN,
Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah
Kulihat air matamu. Sesungguhnya Aku akan memperpanjang
hidupmu lima belas tahun lagi,”.
Catatan: dalam text ini memang tak ada kata-kata ‘Aku / Tuhan /
Allah menyesal’, tetapi terlihat seakan-akan ada perubahan rencana
Allah.
Yer 18:8,10 - “(8) Tetapi apabila bangsa yang terhadap siapa Aku
berkata demikian telah bertobat dari kejahatannya, maka
menyesallah Aku, bahwa Aku hendak menjatuhkan malapetaka yang
Kurancangkan itu terhadap mereka. ... (10) Tetapi apabila mereka
melakukan apa yang jahat di depan mataKu dan tidak mendengarkan
suaraKu, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak mendatangkan
keberuntungan yang Kujanjikan itu kepada mereka.”.
Amos 7:3,6 - “(3) Maka menyesallah TUHAN karena hal itu. ‘Itu
tidak akan terjadi,’ firman TUHAN. ... (6) Maka menyesallah
TUHAN karena hal itu. ‘Inipun tidak akan terjadi,’ firman Tuhan
ALLAH.”.
Penjelasan:
1Sam 15:29 - “Lagi Sang Mulia dari Israel tidak berdusta dan
Ia tidak tahu menyesal; sebab Ia bukan manusia yang harus
menyesal.’”.
KJV: ‘for in six days the LORD made heaven and earth, and on the
seventh day he rested, and was refreshed.’ [= karena dalam enam
hari TUHAN membuat langit dan bumi, dan pada hari ketujuh Ia
beristirahat, dan segar kembali.].
Tetapi Allah itu maha tahu, sehingga dari semula Ia telah tahu
segala sesuatu yang akan terjadi. Karena itu tidak mungkin Ia
bisa menyesal!
-o0o-
III. PROVIDENCE BERHUBUNGAN
DENGAN SEGALA SESUATU
xxx
A) Rencana Allah berhubungan dengan segala sesuatu.
Luk 12:6-7 - “(6) Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua
duit? Sungguhpun demikian tidak seekorpun dari padanya yang
dilupakan Allah, (7) bahkan rambut kepalamupun terhitung
semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih
berharga dari pada banyak burung pipit.”.
Calvin: “But anyone who has been taught by Christ’s lips that all
the hairs of his head are numbered (Matt 10:30) will look farther
afield for a cause, and will consider that all events are governed by
God’s secret plan.” [= Tetapi setiap orang yang telah diajar oleh
bibir Kristus bahwa semua rambut kepalanya terhitung
(Mat 10:30) akan melihat lebih jauh untuk suatu penyebab, dan
akan menganggap bahwa semua kejadian / peristiwa diatur oleh
rencana rahasia Allah.] - ‘Institutes of the Christian Religion’,
Book I, Chapter XVI, no 2.
Calvin: “It is childish, as I have already said, to restrict this to
particular acts, since Christ says, without exception, that not even a
tiny and insignificant sparrow falls to the ground without the
Father’s will (Matthew 10:29). Surely if the flight of birds is
governed by God’s definite plan, we must confess with the prophet
that he so dwells on high as to humble himself to behold whatever
happens in heaven and on earth (Psalm 113:5-6).” [= Adalah
kekanak-kanakan, seperti telah saya katakan, untuk membatasi
ini pada tindakan-tindakan khusus, karena Kristus berkata,
tanpa perkecualian, bahwa bahkan seekor burung pipit yang
kecil dan tidak penting tidak jatuh ke tanah tanpa kehendak
Bapa (Mat 10:30). Pasti, jika penerbangan dari burung-burung
diatur / diperintah oleh rencana yang pasti / tertentu dari Allah,
kita harus mengaku bersama sang nabi bahwa Ia tinggal di atas
sedemikian rupa supaya merendahkan diriNya sendiri untuk
memperhatikan apapun yang terjadi di surga dan di bumi (Maz
113:5-6).] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter
XVI, no 5.
Calvin: “... it is certain that not one drop of rain falls without
God’s sure command.” [= ... adalah pasti bahwa tidak satu titik
hujanpun jatuh tanpa perintah yang pasti dari Allah.] -
‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XVI, no 5.
R. C. Sproul: “For want of a nail the shoe was lost; for want of
the shoe the horse was lost; for want of the horse the rider was
lost; for want of the rider the battle was lost; for want of the
battle the war was lost.” [= Karena kekurangan sebuah paku
maka sebuah sepatu (kuda) hilang; karena kekurangan
sebuah sepatu (kuda) maka seekor kuda hilang; karena
kekurangan seekor kuda maka seorang penunggang kuda
hilang; karena kekurangan seorang penunggang kuda maka
sebuah pertempuran hilang (kalah); karena kekurangan
sebuah pertempuran maka peperangan hilang (kalah).] -
‘Chosen By God’, hal 27.
zzz
kata ‘kebetulan’ dalam Alkitab.
Matthew Henry (tentang Rut 2:3): “She knew not whose field
it was, nor had she any reason for going to that more than any
other, and therefore it is said to be ‘her hap;’ but Providence
directed her steps to this field. Note, God wisely orders small
events; and those that seem altogether contingent serve his own
glory and the good of his people. Many a great affair is brought
about by a little turn, which seemed fortuitous to us, but was
directed by Providence with design.” [= Ia tidak tahu itu ladang
siapa, juga ia tidak mempunyai alasan apapun untuk pergi ke
ladang itu dari pada ke ladang yang lain, dan karena itu
dikatakan bahwa itu adalah ‘nasib baiknya / kemujurannya’;
tetapi Providensia mengarahkan langkah-langkahnya ke
ladang ini. Perhatikan, Allah dengan bijaksana mengatur /
menentukan peristiwa-peristiwa yang kecil; dan hal-hal yang
kelihatannya sepenuhnya kebetulan melayani kemuliaanNya
sendiri dan kebaikan dari umatNya. Banyak peristiwa-
peristiwa yang besar dihasilkan / ditimbulkan oleh suatu
perubahan yang kecil, yang kelihatannya kebetulan bagi kita,
tetapi diarahkan oleh Providensia dengan rancangan /
tujuan.].
B. B. Warfield:
“Throughout the Old Testament, behind the processes of nature,
the march of history and the fortunes of each individual life alike,
there is steadily kept in view the governing hand of God working
out His preconceived plan - a plan broad enough to embrace the
whole universe of things, minute enough to concern itself with the
smallest details, and actualizing itself with inevitable certainty in
every event that comes to pass.” [= Sepanjang Perjanjian Lama,
dibalik proses alam, gerakan dari sejarah dan nasib dari setiap
kehidupan, terus menerus ditunjukkan tangan pemerintahan
Allah yang melaksanakan rencana yang sudah direncanakanNya
lebih dulu - suatu rencana yang cukup luas untuk mencakup
seluruh alam semesta, cukup kecil / seksama untuk
memperhatikan detail-detail yang terkecil, dan mewujudkan
dirinya sendiri dengan kepastian yang tidak dapat dihindarkan /
dielakkan dalam setiap peristiwa / kejadian yang terjadi.] -
‘Biblical and Theological Studies’, hal 276.
“But, in the infinite wisdom of the Lord of all the earth, each event
falls with exact precision into its proper place in the unfolding of
His eternal plan; nothing, however small, however strange, occurs
without His ordering, or without its peculiar fitness for its place in
the working out of His purpose; and the end of all shall be the
manifestation of His glory, and the accumulation of His praise.” [=
Tetapi, dalam hikmat yang tidak terbatas dari Tuhan seluruh
bumi, setiap peristiwa / kejadian jatuh dengan ketepatan yang
tepat pada tempatnya dalam pembukaan dari rencana
kekalNya; tidak ada sesuatupun, betapapun kecilnya, betapapun
anehnya, terjadi tanpa pengaturan / perintahNya, atau tanpa
kecocokannya yang khusus untuk tempatnya dalam pelaksanaan
RencanaNya; dan akhir dari semua adalah akan diwujudkannya
kemuliaanNya, dan pengumpulan pujian bagiNya.] - ‘Biblical
and Theological Studies’, hal 285.
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
XXX
2) Kemahatahuan Allah.
Bahwa Rencana Allah berhubungan dengan segala sesuatu, atau
bahwa Allah telah menetapkan segala sesuatu, juga bisa terlihat
dari kemaha-tahuan Allah.
Penjelasan:
2. Pada saat itu, karena Allah itu maha tahu (1Sam 2:3), maka
Ia sudah mengetahui segala sesuatu (dalam arti kata yang
mutlak, tanpa perkecualian apapun) YANG AKAN TERJADI,
termasuk semua dosa. Semua manusia yang waras harus
menyetujui hal ini.
3. Segala sesuatu yang Allah ketahui akan terjadi itu, pasti
terjadi persis seperti yang Ia ketahui. Semua manusia yang
waras harus menyetujui hal ini.
Loraine Boettner:
“This fixity or certainty could have had its ground in nothing
outside of the divine Mind, for in eternity nothing else existed.”
[= Ketertentuan atau kepastian ini tidak bisa mempunyai
dasar pada apapun di luar Pikiran ilahi, karena dalam
kekekalan tidak ada apapun yang lain yang ada.] - ‘The
Reformed Doctrine of Predestination’, hal 45.
“Yet unless Arminianism denies the foreknowledge of God, it
stands defenseless before the logical consistency of Calvinism;
for foreknowledge implies certainty and certainty implies
foreordination.” [= Kecuali Arminianisme menyangkal /
menolak pengetahuan lebih dulu dari Allah, ia tidak
mempunyai pertahanan di depan kekonsistenan yang logis
dari Calvinisme; karena pengetahuan lebih dulu secara tidak
langsung menunjuk pada kepastian, dan kepastian secara
tidak langsung menunjuk pada penetapan lebih dulu.] - ‘The
Reformed Doctrine of Predestination’, hal 44.
“The Arminian objection against foreordination bears with
equal force against the foreknowledge of God. What God
foreknows must, in the very nature of the case, be as fixed and
certain as what is foreordained; and if one is inconsistent with
the free agency of man, the other is also. Foreordination renders
the events certain, while foreknowledge presupposes that they
are certain.” [= Keberatan Arminian terhadap penentuan
lebih dulu mengandung / menghasilkan kekuatan yang sama
terhadap pengetahuan lebih dulu dari Allah. Apa yang Allah
ketahui lebih dulu pastilah sama tertentunya dan pastinya
seperti apa yang ditentukan lebih dulu; dan jika yang satu
tidak konsisten dengan kebebasan manusia, yang lain juga
demikian. Penentuan lebih dulu membuat peristiwa-peristiwa
pasti / tertentu, sedangkan pengetahuan lebih dulu
mensyaratkan bahwa mereka itu pasti / tertentu.] - ‘The
Reformed Doctrine of Predestination’, hal 42.
John Murray (NICNT): “It should be observed that the text says
‘whom he foreknew’; ‘whom’ is the object of the verb and there
is no qualifying addition.” [= Harus diperhatikan bahwa text
itu mengatakan ‘yang Ia ketahui lebih dulu’; ‘yang’ adalah
obyek dari kata kerja dan di sana tidak ada tambahan
persyaratan.] - ‘Romans’, hal 316.
Charles Haddon Spurgeon: “it is further asserted that the Lord
foreknew who would exercise repentance, who would believe in
Jesus, and who would persevere in a consistent life to the end.
This is readily granted, but a reader must wear very powerful
magnifying spectacles before he will be able to discover that
sense in the text. Upon looking carefully at my Bible again I do
not perceive such statement. Where are those words which you
have added, ‘Whom he did foreknew to repent, to believe, and to
persevere in grace’? I do not find them either in the English
version or in the Greek original. If I could so read them the
passage would certainly be very easy, and would very greatly
alter my doctrinal views; but, as I do not find those words there,
begging your pardon, I do not believe in them. However wise
and advisable a human interpolation may be, it has no authority
with us; we bow to holy Scripture, but not to glosses which
theologians may choose to put upon it. No hint is given in the
text of foreseen virtue any more than of foreseen sin, and,
therefore, we are driven to find another meaning for the word.”
[= Selanjutnya ditegaskan / dinyatakan bahwa Tuhan
mengetahui lebih dulu siapa yang akan bertobat, siapa yang
akan percaya kepada Yesus, dan siapa yang akan bertekun
dalam hidup yang konsisten sampai akhir. Ini dengan mudah
diterima, tetapi seorang pembaca harus memakai kaca mata
pembesar yang sangat kuat sebelum ia bisa menemukan arti
itu dalam text itu. Melihat dalam Alkitab saya dengan teliti
sekali lagi, saya tidak mendapatkan arti seperti itu. Dimana
kata-kata yang kamu tambahkan itu ‘Yang diketahuiNya
lebih dulu akan bertobat, percaya, dan bertekun dalam kasih
karunia’? Saya tidak menemukan kata-kata itu baik dalam
versi Inggris atau dalam bahasa Yunani orisinilnya. Jika saya
bisa membaca seperti itu, text itu pasti akan menjadi sangat
mudah, dan akan sangat mengubah pandangan doktrinal
saya; tetapi, karena saya tidak menemukan kata-kata itu di
sana, maaf, saya tidak percaya padanya. Bagaimanapun
bijaksana dan baiknya penyisipan / penambahan manusia, itu
tidak mempunyai otoritas bagi kami; kami membungkuk /
menghormat pada Kitab Suci, tetapi tidak pada komentar /
keterangan yang dipilih oleh ahli-ahli theologia untuk
diletakkan padanya. Tidak ada petunjuk yang diberikan
dalam text itu tentang kebaikan atau dosa yang dilihat lebih
dulu, dan karena itu, kami didorong untuk mencari /
mendapatkan arti yang lain untuk kata itu.] - ‘Spurgeon’s
Expository Encyclopedia’, vol 7, hal 22.
4. Disamping itu, penafsiran Arminian ini menafsirkan kata
‘foreknew’ [= mengetahui lebih dulu] sekedar sebagai suatu
pengetahuan intelektual. Tetapi saya percaya bahwa
penafsiran seperti itu adalah salah. Untuk itu mari kita
melihat penjelasan di bawah ini:
(a)Kej 4:1 (KJV/Lit): ‘And Adam knew Eve his wife, and
she conceived,’ [= Dan Adam tahu / kenal Hawa
istrinya, dan ia mengandung,].
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
John Calvin: “But Ambrose, Origen, and Jerome held that God
distributed his grace among men according as he foresaw that
each would use it well. Besides, Augustine was of this opinion
for a time, but after he had gained a better knowledge of
Scripture, he not only retracted it as patently false, but stoutly
refuted it.” [= Tetapi Ambrose, Origen, dan Jerome
menegaskan bahwa Allah membagikan kasih karuniaNya di
antara manusia menurut apa yang Ia lihat lebih dulu bahwa
masing-masing akan menggunakannya dengan baik. Juga,
Agustinus tadinya mempunyai pandangan ini untuk suatu
waktu, tetapi setelah ia mendapatkan pengetahuan yang lebih
baik dari Kitab Suci, ia bukan hanya menariknya kembali
sebagai salah secara terbuka / jelas, tetapi menyangkalnya
dengan kuat.] - ‘Institutes of The Christian Religion’, Book III,
Chapter 22, No 3.
Catatan: lihat Augustine, Retractations I. 23.2-4 (MPL 32.
62, f.); Exposition of Romans lv, lx (MPL 35. 2076, 2078).
Mengetahui lebih dulu dengan pasti, apa yang bisa terjadi dan
bisa tidak terjadi, atau, mengetahui lebih dulu secara pasti apa
yang tidak pasti, merupakan sesuatu yang menggelikan!
XXX
3) Allah tidak terbatas oleh waktu, atau Allah ada di atas waktu.
Satu hal lagi yang menunjukkan bahwa Rencana / ketetapan
Allah itu mencakup segala sesuatu, adalah bahwa Allah tidak
terbatas oleh waktu, atau ada di atas waktu.
xxx
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
John Calvin: “For example, the prophet forbids God’s children ‘to fear
the stars and signs of heaven, as disbelievers commonly do’ (Jeremiah
10:2 p.). Surely he does not condemn every sort of fear. But when
unbelievers transfer the government of the universe from God to the
stars, they fancy that their bliss or their misery depends upon the decrees
and indications of the stars, not upon God’s will; so it comes about that
their fear is transferred from him, toward whom alone they ought to
direct it, to stars and comets. Let him, therefore, who would beware of
this infidelity ever remember that there is no erratic power, or action, or
motion in creatures, but that they are governed by God’s secret plan in
such a way that nothing happens except what is knowingly and willingly
decreed by him.” [= ] - ‘Institutes of The Christian Religion’, Book I,
Chapter 16, No 3.
John Calvin: “Yet this error, also, is not tolerable; for by this providence
which they call universal, they teach that nothing hinders all creatures
from being contingently moved, or man from turning himself hither and
thither by the free choice of his will. And they so apportion things
between God and man that God by His power inspires in man a
movement by which he can act in accordance with the nature implanted
in him, but He regulates His own actions by the plan of His will. Briefly,
they mean that the universe, men’s affairs, and men themselves are
governed by God’s might but not by His determination. I say nothing of
the Epicureans (a pestilence that has always filled the world) who
imagine that God is idle and indolent; and others just as foolish, who of
old fancied that God so ruled above the middle region of the air that he
left the lower regions to fortune. As if the dumb creatures themselves do
not sufficiently cry out against such patent madness!” [= ] - ‘Institutes
of The Christian Religion’, Book I, Chapter 16, No 4.
Contoh:
1. Kelihatannya tumbuh-tumbuhan hidup karena sinar matahari,
tetapi Allah menciptakan tumbuh-tumbuhan pada hari ke 3 dan
matahari pada hari ke 4, dan ini menunjukkan bahwa tumbuh-
tumbuhan itu mendapatkan kehidupan dari Allah, bukan dari
matahari. Memang setelah matahari ada, Tuhan lalu berkenan
menggunakan matahari untuk memberikan hal yang vital bagi
kehidupan tumbuh-tumbuhan, tetapi semuanya tetap di bawah
kontrol dari Tuhan.
Calvin (tentang Kej 1:11): “it did not happen fortuitously, that herbs
and trees were created before the sun and moon. We now see, indeed,
that the earth is quickened by the sun to cause it to bring forth its
fruits; nor was God ignorant of this law of nature, which he has since
ordained: but in order that we might learn to refer all things to him
he did not then make use of the sun or moon. He permits us to
perceive the efficacy which he infuses into them, so far as he uses
their instrumentality; but because we are wont to regard as part of
their nature properties which they derive elsewhere, it was necessary
that the vigor which they now seem to impart to the earth should be
manifest before they were created. We acknowledge, it is true, in
words, that the First Cause is self-sufficient, and that intermediate
and secondary causes have only what they borrow from this First
Cause; but, in reality, we picture God to ourselves as poor or
imperfect, unless he is assisted by second causes.” [= ].
John Calvin: “Then when we read that at Joshua’s prayers the sun
stood still in one degree for two days (Joshua 10:13), and that its
shadow went back ten degrees for the sake of King Hezekiah (2 Kings
20:11 or Isaiah 38:8), God has witnessed by those few miracles that
the sun does not daily rise and set by a blind instinct of nature but
that he himself, to renew our remembrance of his fatherly favor
toward us, governs its course. Nothing is more natural than for spring
to follow winter; summer, spring; and fall, summer - each in turn. Yet
in this series one sees such great and uneven diversity that it readily
appears each year, month, and day is governed by a new, a special,
providence of God.” [= ] - ‘Institutes of The Christian Religion’,
Book I, Chapter 16, No 2.
Amos 4:9 - “‘Aku telah memukul kamu dengan hama dan penyakit
gandum, telah melayukan taman-tamanmu dan kebun-kebun
anggurmu, pohon-pohon ara dan pohon-pohon zaitunmu dimakan
habis oleh belalang, namun kamu tidak berbalik kepadaKu,’
demikianlah firman TUHAN.”.
KJV: ‘blasting’ [= angin yang keras].
NASB: ‘scorching wind’ [= angin yang membakar /
mengeringkan].
John Calvin: “To end this at once: there is nothing more ordinary in
nature than for us to be nourished by bread. Yet the Spirit declares
not only that the produce of the earth is God’s special gift but that
‘men do not live by bread alone’ (Deuteronomy 8:3; Matthew 4:4);
because it is not plenty itself that nourishes men, but God’s secret
blessing; just as conversely he threatens that he is going to ‘take away
the stay of bread’ (Isaiah 3:1). And indeed, that earnest prayer for
daily bread (Matthew 6:11) could be understood only in the sense that
God furnishes us with food by his fatherly hand. For this reason, the
prophet, to persuade believers that God in feeding them fulfills the
office of the best of all fathers of families, states that he gives food to
all flesh (Psalm 136:25; cf. Psalm 135:25, Vg.).” [= ] - ‘Institutes of
The Christian Religion’, Book I, Chapter 16, No 7.
Mat 6:11 - “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang
secukupnya”.
2) Kel 3:19-20 - “(19) Tetapi Aku tahu, bahwa raja Mesir tidak akan
membiarkan kamu pergi, kecuali dipaksa oleh tangan yang kuat.
(20) Tetapi Aku akan mengacungkan tanganKu dan memukul
Mesir dengan segala perbuatan yang ajaib, yang akan Kulakukan
di tengah-tengahnya; sesudah itu ia akan membiarkan kamu
pergi.”.
Kel 11:2-3 - “(2) Baiklah katakan kepada bangsa itu, supaya setiap
laki-laki meminta barang-barang emas dan perak kepada
tetangganya dan setiap perempuan kepada tetangganya pula.’ (3)
Lalu TUHAN membuat orang Mesir bermurah hati terhadap
bangsa itu; lagipula Musa adalah seorang yang sangat terpandang
di tanah Mesir, di mata pegawai-pegawai Firaun dan di mata
rakyat.”.
Catatan: dalam NIV ay 3 ini diletakkan dalam tanda kurung,
sehingga ini merupakan keterangan.
Kel 12:36 - “Dan TUHAN membuat orang Mesir bermurah hati
terhadap bangsa itu, sehingga memenuhi permintaan mereka.
Demikianlah mereka merampasi orang Mesir itu.”.
5) Ezra 1:1 - “Pada tahun pertama zaman Koresy, raja negeri Persia,
TUHAN menggerakkan hati Koresy, raja Persia itu untuk
menggenapkan firman yang diucapkan oleh Yeremia, sehingga
disiarkan di seluruh kerajaan Koresh secara lisan dan tulisan
pengumuman ini:”.
7) Maz 75:7-8 - “(7) Sebab bukan dari timur atau dari barat dan
bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, (8) tetapi
Allah adalah Hakim: direndahkanNya yang satu dan
ditinggikanNya yang lain.”.
John Calvin: “Thus, also, another prophet rebukes the impious who
ascribe to men’s toil, or to fortune, the fact that some lie in squalor
and others rise up to honors. ‘For not from the east, nor from the
west, nor from the wilderness comes lifting up; because God is judge,
he humbles one and lifts up another.’ (Psalm 75:6-7.) Because God
cannot put off the office of judge, hence he reasons that it is by His
secret plan that some distinguish themselves, while others remain
contemptible.” [= ] - ‘Institutes of The Christian Religion’, Book I,
Chapter 16, No 6.
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
Amsal 16:1 (NIV): ‘To man belong the plans of the heart, but from
the LORD comes the reply of the tongue.’ [= Milik manusialah
rencana-rencana dari hati, tetapi dari TUHAN datang jawaban
lidah.].
Amsal 16:9 (NIV): ‘In his heart a man plans his course, but the
LORD determines his steps.’ [= Dalam hatinya seorang manusia
merencanakan jalannya, tetapi TUHAN menentukan langkah-
langkahnya.].
Calvin (tentang Yer 10:23): “he treats not here of counsels, but that
though men wisely guided their affairs, the Prophet denies that the
issue is in their own hands or at their own will: and hence he
expressly speaks of a man walking. He concedes that men walk, but
yet he intimates that they cannot move a foot, except they receive
strength from God. ... We may hence gather a general truth - that men
greatly deceive themselves, when they think that fortune or the issue
of events is in their own hands: for though they may consult most
wisely, yet things will turn out unsuccessfully, unless God blesses
their counsels.” [= di sini ia tidak membahas rencana, tetapi bahwa
sekalipun manusia secara bijaksana mengarahkan urusan-urusan
mereka, sang Nabi menyangkal bahwa hasilnya ada dalam tangan /
kuasa mereka sendiri atau pada kehendak mereka sendiri: dan
karena itu ia secara explicit berbicara tentang seseorang yang
berjalan. Ia mengakui bahwa manusia berjalan, tetapi ia
menyatakan secara tak langsung bahwa mereka tidak bisa
menggerakan satu kaki, kecuali mereka menerima kekuatan dari
Allah. ... Karena itu kami menyimpulkan suatu kebenaran umum -
bahwa manusia sangat menipu diri mereka sendiri, pada waktu
mereka berpikir bahwa sukses atau hasil dari peristiwa-peristiwa
ada dalam tangan mereka sendiri; karena sekalipun mereka bisa
mempertimbangkan dengan sangat bijaksana, tetapi hal-hal akan
berakhir secara tidak sukses, kecuali Allah memberkati rencana
mereka.].
Bdk. Yak 4:13-15 - “(13) Jadi sekarang, hai kamu yang berkata:
‘Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami
akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung’, (14)
sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti
hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja
kelihatan lalu lenyap. (15) Sebenarnya kamu harus berkata: ‘JIKA
TUHAN MENGHENDAKINYA, kami akan hidup dan berbuat ini
dan itu.’”.
Calvin (tentang Yer 10:23): “On this account Solomon says, that
man deliberates, but that it is God who governs the tongue (Prov.
16:1). He had said in the former clause, that it is man who sets in
order his ways; but he said this ironically, as it is what most believe;
for when they undertake anything, they are not so solicitous about the
event, but they always promise to themselves more than what they
have a right to do. Men, he says, set in order or arrange their ways,
but God governs the tongue; that is, they cannot speak a word unless
the Lord lets loose the bridle of their tongues; and yet we know that
many things are vainly said by men, for they are never accomplished.
Since then the voice itself is not in the power of man, but depends on
the will of God, what ought we to think of the issue?” [= Karena itu
Salomo berkata, bahwa manusia memutuskan, tetapi bahwa adalah
Allah yang memerintah lidah (Amsal 16:1). Ia telah mengatakan,
dalam anak kalimat sebelumnya, bahwa adalah manusia yang
mengatur jalannya; tetapi ia mengatakan ini secara ironis,
sebagaimana kebanyakan dipercaya; karena pada waktu mereka
mulai melakukan apapun, mereka tidak kuatir tentang peristiwa
itu, tetapi mereka selalu berjanji kepada diri mereka sendiri, lebih
dari pada apa yang mereka berhak melakukannya. Manusia, ia
berkata, mengatur jalan mereka, tetapi Allah memerintah lidah;
artinya, mereka tidak bisa mengucapkan satu katapun kecuali
Tuhan melepaskan kekang dari lidah mereka; tetapi kita tahu
bahwa banyak hal dikatakan dengan sia-sia oleh manusia, karena
hal-hal itu tidak pernah tercapai. Maka karena suara itu sendiri
tidak berada dalam kuasa manusia, tetapi tergantung kehendak
Allah, apa yang seharusnya kita pikirkan tentang pokok ini?].
Calvin (tentang Yer 10:23): “We now then see the truth which may
be learnt from this passage, - that men deceive themselves when they
dare to undertake this or that business, and promise themselves a
happy issue. But we must farther observe, that not only events are at
the disposal of God, but counsels also; for God directs the hearts and
minds of men as it seemeth him good. BUT ALL THINGS ARE NOT
SAID IN EVERY PASSAGE. The Prophet does not here avowedly
speak of what men can do, but grants this to them - that they consult,
that they decide; yet he teaches us that the execution is not in their
own power.” [= Maka sekarang kita melihat kebenaran yang bisa
dipelajari dari text ini, - bahwa orang-orang menipu diri mereka
sendiri pada waktu mereka berani memulai / mencoba bisnis ini
atau itu, dan menjanjikan diri mereka sendiri suatu hasil yang
menggembirakan. Tetapi kita harus mengamati lebih lanjut, bahwa
bukan hanya peristiwa-peristiwa ada dalam kuasa Allah untuk
membagi-bagikan, tetapi juga rencana-rencana; karena Allah
mengarahkan hati dan pikiran dari manusia seperti yang kelihatan
baik bagiNya. TETAPI TAK SEMUA HAL DIBICARAKAN /
DIKATAKAN DALAM SETIAP TEXT. Di sini sang Nabi tidak
secara positif berbicara tentang apa yang manusia bisa lakukan,
tetapi mengakui / memberikan hal ini kepada mereka - bahwa
mereka berkonsultasi / berunding, bahwa mereka memutuskan;
tetapi ia mengajar kita bahwa pelaksanaannya bukanlah ada
dalam kuasa mereka sendiri.].
Misalnya:
Ro 7:15-19 - “(15) Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu.
Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi
apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. (16) Jadi jika aku
perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa
hukum Taurat itu baik. (17) Kalau demikian bukan aku lagi yang
memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku. (18) Sebab
aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai
manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang
ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. (19)
Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku
perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang
jahat, yang aku perbuat.”.
Calvin (tentang Yer 10:23): “Some foolishly elicit from this passage,
that something belongs to man, that he possesses some power of free-
will. There seems indeed to be here something plausible at the first
view. Jeremiah says, that his way is not in man’s power, and that it is
not in the power of him who walks to direct his steps; he then, it is
said, has left something to man - he walks; it hence follows that free-
will is not reduced to nothing, but that a defect is proved, for man of
himself has no sufficient power unless he is helped from above. These
are only puerile trifles; for, as we have said, the Prophet does not
shew here what are the powers of free-will, and what power man has
to deliberate, but he takes this as granted; yet the children of this
world, though they seem to themselves to be very acute in all things,
and take their own counsels, and rely on their own resources, are yet
deceived, because God can in one moment dissipate all their hopes, as
the events of things are wholly in his power. It is therefore by way of
concession that he says that man walks, according to what Paul says
in Romans 9:16, though in that passage he ascends higher; yet in
saying, that it is not of him who wills nor of him who runs, he seems
to concede to men the power of willing and running. But there is to be
understood here a species of irony; for we know that men can never
be stripped of that vain and deceptive conceit which fills them, while
they think that they can obtain righteousness by their own strength.
They dare not, indeed, actually to boast that they are the authors of
their own salvation, and that righteousness is within their own power,
but they wish to be associates with God. Though they admit him as a
partner, they yet wish to divide with him. This is the folly which Paul
ridicules; and he says, that it is not of him who wills, or of him who
runs, but of God only who shews mercy; that is, that man’s salvation
is alone from the mercy of God, and that it is not from the toil and
running of man. When the Pelagians sought by this cavil to evade the
sentence of Paul, ‘It is not of him who wills and runs,’ deducing
hence, that man has some liberty to will and to run, Augustine said
wisely, ‘If it be so, then, on the other hand, we may infer, that it is not
of God who shews mercy, but of him who wills and runs.’ How so? If
men co-operate in half with God, and if there is a concurrence of
human power with the grace and aid of the Holy Spirit, and if this
sentence, ‘It is not of him who wills, or of him who runs,’ is true
according to the sense given to it, so we may also say, that it is not
only of God who shews mercy, but also of him who wills and runs.
Why? Because the mercy of God is not sufficient if it is to be aided by
man’s power. But this is extremely absurd, and there is no one who
does not abhor the thought, that man’s salvation is not from God’s
mercy, but from their willing and running. It then follows, that all
human power, and all labours, are wholly excluded by these words of
Paul.” [= ].
Dalam kutipan di atas ini Calvin memberi contoh yang lain, yaitu
Ro 9:16.
Ro 9:16 - “Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau
usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah.”.
KJV: ‘So then it is not of him that willeth, nor of him that runneth ,
but of God that sheweth mercy.’ [= Maka itu bukan dari dia yang
menghendaki, ataupun dari dia yang berlari / berusaha, tetapi
dari Allah yang menunjukkan belas kasihan / kemurahan hati.].
Apakah dari text ini kita harus menarik ajaran bahwa manusia
mempunyai kebebasan untuk menghendaki dan mengusahakan?
Tentu tidak. Penjelasannya seperti dalam penjelasan tentang
ayat-ayat di atas.
Calvin (tentang Yer 10:23): “Now, the Prophet does not speak of
eternal salvation, but only of the actions of the present life. As then
the Israelites thought that they had sufficient protection in their own
wisdom, in their own power, in their own numbers, and also in their
confederacies with other nations, the Prophet says, that they were
deceived, for they arrogated to themselves the ruling power, which
belongs to God alone; for what men commonly call fortune is nothing
else but God’s providence. Since then God by his hidden counsel
governs the affairs of men, it follows that all events, prosperous or
adverse, are at his will. Whatever, then, men may consult, determine,
and attempt, they yet can execute nothing, for God gives such an issue
as he pleases. We now see what the Prophet speaks of, and also see
that he touches not on the powers of free-will; for he does not refer
here to man’s will, but only shews that after men have arranged their
affairs in the best manner, all their counsels, strivings, and toils come
to nothing, and that God disappoints their confidence, because they
dare rashly to promise to themselves more than what is right.” [=
sang Nabi berkata, bahwa mereka ditipu, karena mereka
mengclaim dengan sombong bagi diri mereka sendiri kuasa
memerintah, yang hanyalah milik dari Allah saja; karena apa yang
manusia biasanya sebut sebagai ‘nasib baik’ bukan lain dari
Providensia Allah. Maka karena Allah oleh rencanaNya yang
tersembunyi memerintah urusan-urusan manusia, konsekwensinya
adalah bahwa semua peristiwa-peristiwa, yang sukses /
menyenangkan atau yang merugikan / tak menyenangkan, ada /
tergantung pada kehendakNya. Jadi, apapun yang manusia
pertimbangkan, tentukan, dan usahakan, mereka tidak bisa
melakukan apapun, karena Allah memberikan hasil sedemikian
rupa seperti yang Ia berkenan.].
Catatan: saya hanya menterjemahkan bagian yang saya garis-
bawahi.
Dari semua kutipan dari Calvin dalam point ini kita bisa melihat
betapa kerasnya pandangan Calvin dalam hal ini, karena ia
mengatakan bahwa manusia tak bisa melakukan hal-hal terkecil
sekalipun, seperti melangkah, atau bahkan berbicara, kalau
bukan karena Providensia Allah!
John Calvin: “But the Lord does not allow this, claiming for himself
the determining of them. He teaches that it is not by their own power
that pebbles are cast into the lap and drawn out, but the one thing
that could have been attributed to chance he testifies to come from
himself (Proverbs 16:33).” [= ] - ‘Institutes of The Christian
Religion’, Book I, Chapter 16, No 6.
John Calvin: “What then? you will ask. Does nothing happen by
chance, nothing by contingency? I reply: Basil the Great has truly
said that ‘fortune’ and ‘chance’ are pagan terms, with whose
significance the minds of the godly ought not to be occupied. For if
every success is God’s blessing, and calamity and adversity his curse,
no place now remains in human affairs for fortune or chance. And
that saying of Augustine also ought to impress us: "It grieves me that
in my books ‘Against the Academics’ I have so often mentioned
Fortune; although I did not mean some goddess or other to be
understood by this name, but only a fortuitous outcome of things in
outward good or evil. From FORTUNA also come those words which
we should have no scruple about using: FORTE, FORSAN,
FORSITAN, FORTASSE, FORTUITO (haply, perchance, mayhap,
perhaps, fortuitously); which nevertheless must be wholly referred to
divine providence. And I did not pass over this in silence but said it,
for perhaps what is commonly called ‘fortune’ is also ruled by a
secret order, and we call a ‘chance occurrence’ only that of which the
reason and cause are secret. Indeed, I said this: but I regret having
thus mentioned ‘fortune’ here, since I see that men have a very bad
custom, that where one ought to say ‘God willed this,’ they say,
‘fortune willed this.’" In fine, Augustine commonly teaches that if
anything is left to fortune, the world is aimlessly whirled about. And
although in another place he lays down that all things are carried on
partly by man’s free choice, partly by God’s providence, yet a little
after this he sufficiently demonstrates that men are under, and ruled
by, providence; taking as his principle that nothing is more absurd
than that anything should happen without God’s ordaining it,
because it would then happen without any cause. For this reason he
excludes, also, the contingency that depends upon men’s will; soon
thereafter he does so more clearly, denying that we ought to seek the
cause of God’s will.” [= tetapi sedikit setelahnya, ia (Agustinus)
secara cukup menunjukkan bahwa orang-orang ada di bawah, dan
diperintah oleh, providensia; mengambil sebagai prinsipnya bahwa
tak ada apapun yang lebih menggelikan dari pada bahwa ada
apapun yang terjadi tanpa Allah menentukannya, karena itu
berarti itu terjadi tanpa penyebab apapun.] - ‘Institutes of The
Christian Religion’, Book I, Chapter 16, No 8.
Catatan: saya hanya menterjemahkan bagian yang saya garis-
bawahi.
13)Amsal 21:1 - “Hati raja seperti batang air dalam tangan TUHAN,
dialirkannya ke mana Ia ingini.”.
Hati raja diarahkan oleh Tuhan sesuai kehendakNya. Sebetulnya
tentu saja bukan hati raja saja yang diarahkan oleh Tuhan, tetapi
juga hati / pikiran semua manusia. Karena itu, kalau tadi dalam
Amsal 16:1,9 dan Amsal 19:21 dikatakan bahwa manusia bisa
memikirkan / menimbang jalannya, maka semua itu tetap ada
dalam penentuan dan kontrol dari Allah!
John Calvin: “In the same vein is that saying of Solomon, ‘The poor
man and the usurer meet together; God illumines the eyes of both’
(Proverbs 29:13; cf. ch. 22:2). He points out that, even though the
rich are mingled with the poor in the world, while to each his
condition is divinely assigned, God, who lights all men, is not at all
blind. And so he urges the poor to patience; because those who are
not content with their own lot try to shake off the burden laid upon
them by God.” [= ] - ‘Institutes of The Christian Religion’, Book I,
Chapter 16, No 6.
Ayat ini menunjukkan bahwa hari mujur maupun hari malang juga
dijadikan oleh Allah. Jadi, siapapun mengalami kemujuran atau
kesialan, itu bukan kebetulan, tetapi merupakan pekerjaan
Tuhan.
17)Yes 45:6b-7 - “(6b) Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain, (7)
yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan
nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah TUHAN yang
membuat semuanya ini.”.
KJV: ‘I form the light, and create darkness: I make PEACE, and
create EVIL: I the LORD do all these things.’ [= Aku membentuk
terang, dan menciptakan kegelapan: Aku membuat DAMAI, dan
menciptakan BENCANA: Aku TUHAN melakukan semua hal-hal
ini.].
RSV: ‘I form light and create darkness, I make WEAL and create
WOE, I am the LORD, who do all these things.’ [= Aku
membentuk terang dan menciptakan kegelapan, Aku membuat
KEMAKMURAN dan menciptakan KESIALAN, Aku adalah
TUHAN, yang melakukan semua hal-hal ini.]
NIV: ‘I form the light and create darkness, I bring PROSPERITY
and create DISASTER; I, the LORD, do all these things.’ [= Aku
membentuk terang dan menciptakan kegelapan, Aku membawa
KEMAKMURAN dan menciptakan BENCANA / MALAPETAKA;
Aku, TUHAN, melakukan semua hal-hal ini.].
NASB: ‘The One forming light and creating darkness, Causing
WELL-BEING and creating CALAMITY; I am the LORD who does
all these.’ [= Yang membentuk terang dan menciptakan
kegelapan, Menyebabkan KESEJAHTERAAN dan menciptakan
BENCANA; Aku adalah TUHAN yang melakukan semua ini.].
Kel 2:23 - “Lama sesudah itu matilah raja Mesir. Tetapi orang
Israel masih mengeluh karena perbudakan, dan mereka berseru-
seru, sehingga teriak mereka minta tolong karena perbudakan itu
sampai kepada Allah.”.
18)Rat 3:37-38 - “(37) Siapa berfirman, maka semuanya jadi?
Bukankah Tuhan yang memerintahkannya? (38) Bukankah dari
mulut Yang Mahatinggi keluar apa yang buruk dan apa yang
baik?”.
Ayat ini menunjukkan bahwa dari mulut Tuhan keluar apa yang
buruk dan yang baik. Dengan kata lain, apa yang buruk ataupun
yang baik bisa terjadi hanya karena Tuhan memerintahkan /
mengatur supaya hal itu terjadi.
Yak 4:13-16 - “(13) Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: ‘Hari
ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan
tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung’, (14)
sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti
hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja
kelihatan lalu lenyap. (15) Sebenarnya kamu harus berkata: ‘Jika
Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.’
(16) Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu,
dan semua kemegahan yang demikian adalah salah.”.
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
Karena itu kalau kita percaya bahwa Allah itu berdaulat, maka kita
juga harus percaya bahwa Ia menetapkan SEGALA SESUATU, dan
bahwa Ia melaksanakan ketetapanNya itu tanpa tergantung pada
siapapun dan apapun di luar diriNya! Jelas adalah omong kosong
kalau seseorang berbicara tentang kedaulatan Allah / mengakui
kedaulatan Allah, tetapi tidak mempercayai bahwa Rencana Allah
dan Providence of God itu mencakup SEGALA SESUATU dalam arti
kata yang mutlak!
Louis Berkhof: “Reformed Theology stresses the sovereignty of God in
virtue of which He has sovereignly determined from all eternity
whatsoever will come to pass, and works His sovereign will in His entire
creation, both natural and spiritual, according to His predetermined
plan. It is in full agreement with Paul when he says that God ‘worketh
all things after the counsel of His will,’ Eph 1:11.” [= Theologia
Reformed menekankan kedaulatan Allah atas dasar mana Ia secara
berdaulat telah menentukan dari sejak kekekalan apapun yang akan
terjadi, dan mengerjakan kehendakNya yang berdaulat dalam
seluruh ciptaanNya, baik yang bersifat jasmani maupun rohani,
menurut rencanaNya yang sudah ditentukan sebelumnya. Ini sesuai
dengan Paulus pada waktu ia berkata bahwa Allah ‘mengerjakan
segala sesuatu menurut keputusan kehendakNya’, Ef 1:11.] -
‘Systematic Theology’, hal 100.
John Murray: “to say that God is sovereign is but to affirm that God is
one and that God is God.” [= mengatakan bahwa Allah itu berdaulat
adalah sama dengan menegaskan bahwa Allah itu satu / esa dan
bahwa Allah adalah Allah.] - ‘Collected Writings of John Murray’, vol
4, hal 191.
-o0o-
IV. PROVIDENCE DAN DOSA
Sebelum saudara membaca pelajaran ke IV ini, saya ingin memberikan
peringatan, yaitu: jangan membaca pelajaran IV ini tanpa melanjutkan
dengan membaca pelajaran ke V, yaitu tentang ‘Providence dan
kebebasan / tanggung jawab manusia’, karena hanya mengerti dan
menerima pelajaran IV tanpa mengerti dan menerima pelajaran V,
akan menjadikan saudara tersesat ke dalam pandangan Hyper-
Calvinisme!
AAA
A) Rencana Allah dan dosa.
Bahwa dalam Rencana Allah juga tercakup dosa bisa terlihat dari:
Calvin (tentang Kis 2:23): “For we must know this, that God doth
decree nothing in vain or rashly; whereupon it followeth that there
was just cause for which he would have Christ to suffer. The same
knowledge of God’s providence is a step to consider the end and
fruit of Christ’s death. For this meeteth us by and by in the counsel
of God, that the just was delivered for our sins, and that his blood
was the price of our death.” [= Karena kita harus mengetahui hal
ini, bahwa Allah tidak menentukan apapun dengan sia-sia atau
dengan gegabah / sembrono; dan karena itu di sana ada alasan
yang benar untuk mana Ia mau Kristus menderita. Pengetahuan
yang sama tentang Providensia Allah adalah suatu langkah
untuk mempertimbangkan tujuan dan buah dari kematian
Kristus. Karena ini segera datang kepada kita dalam rencana
Allah, bahwa Orang Benar diserahkan untuk dosa-dosa kita, dan
bahwa darahNya adalah harga dari kematian kita.].
Calvin (tentang Kis 2:23): “Peter doth teach that God did not only
foresee that which befell Christ, but it was decreed by him. ...
Therefore, it belongeth to God not only to know before things to
come, but of his own will to determine what he will have done.” [=
Petrus mengajar bahwa Allah bukan hanya melihat lebih dulu
apa yang terjadi pada Kristus, tetapi itu ditetapkan olehNya. ...
Karena itu, Allah bukan hanya tahu sebelumnya tentang hal-hal
yang akan datang, tetapi dari kehendakNya sendiri menentukan
apa yang akan Ia lakukan.].
Edwin H. Palmer: “If sin were outside of God’s decree, then very
little would be included in this decree. All the great empires would
have been outside of God’s eternal, determinative decrees, for they
were built on greed, hate, and selfishness, not for the glory of the
Triune God. Certainly the following rulers, who influenced world
history and countless numbers of lives, did not carry out the
expansion of their empires for the glory of God: Pharaoh,
Nebuchadnezzar, Cyrus, Alexander the Great, Ghenghis Khan,
Caesar, Nero, Charles V, Henry VIII, Napoleon, Bismarck, Hitler,
Stalin, Hirohito. If sin were beyond the foreordination of God, then
not only were these vast empires and their events outside God’s plan,
but also all the little daily events of every non Christians are outside
of God’s power. For whatever is not done to the glory of the Christian
God and out of faith in Jesus Christ is sin. ... The acts of the Christian
are not perfect - even after he is born again and Christ is living in
him. Sin still clings to him; he is not perfect until he is in heaven. For
example, he does not love God with all of his heart, mind, and soul,
nor does he truly love his neighbor as himself. Even his most
admirable deeds are colored by sin. ... if sin is outside the decree of
God, then the vast percentage of human actions - both the trivial and
the significant - are removed from God’s plan. God’s power is
reduced to the forces of nature, such as spinning of the galaxies and
the laws of gravity and entropy. Most of history is outside His
control.” [= Seandainya dosa ada di luar ketetapan Allah, maka
sangat sedikit yang termasuk dalam ketetapan ini. Semua
kekaisaran yang besar akan ada di luar ketetapan Allah yang kekal
dan bersifat menentukan, karena mereka dibangun pada
keserakahan, kebencian, dan keegoisan, bukan untuk kemuliaan
Allah Tritunggal. Pasti pemerintah-pemerintah di bawah ini, yang
mempengaruhi sejarah dunia dan tak terhitung banyaknya jiwa,
tidak melakukan perluasan kekaisaran mereka untuk kemuliaan
Allah: Firaun, Nebukadnezar, Koresy, Alexander yang Agung,
Jengggis Khan, (Yulius) Caesar, Nero, Charles V, Henry VIII,
Napoleon, Bismarck, Hitler, Stalin, Hirohito. Seandainya dosa ada
di luar penentuan lebih dulu dari Allah, maka bukan saja
kekaisaran-kekaisaran yang luas ini dan semua peristiwa yang
berhubungan dengan mereka ada di luar rencana Allah, tetapi juga
semua peristiwa sehari-hari yang remeh dari setiap orang non
Kristen ada di luar kuasa Allah. Karena apapun yang tidak
dilakukan bagi kemuliaan Allah Kristen dan di luar iman dalam
Yesus Kristus adalah dosa. ... Tindakan-tindakan dari orang
Kristenpun tidak sempurna - bahkan setelah ia dilahirkan kembali
dan Kristus hidup dalam dia. Dosa tetap melekat padanya; ia tidak
sempurna sampai ia ada di surga. Misalnya, ia tidak mengasihi
Allah dengan segenap hati, pikiran, dan jiwanya, juga ia tidak
sungguh-sungguh mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri.
Bahkan tindakan-tindakannya yang paling mengagumkan / terpuji
diwarnai oleh dosa. ... jika dosa ada di luar ketetapan Allah, maka
sebagian besar dari tindakan-tindakan manusia - baik yang remeh
maupun yang penting - dikeluarkan dari rencana Allah. Kuasa
Allah direndahkan sampai pada kekuatan-kekuatan alam, seperti
menggerakkan galaxy dan hukum-hukum gravitasi dan entropi.
Bagian terbesar dari sejarah ada di luar kontrolNya.] - ‘The Five
Points of Calvinism’, hal 97,98.
Catatan: entropy / entropi = ukuran / takaran dari perubahan
dalam alam semesta yang bergerak dari keteraturan menjadi
kekacauan.
5) Ayat-ayat Kitab Suci yang menunjukkan adanya dosa dalam
Rencana Allah:
a) Kel 3:19 - “Tetapi Aku tahu bahwa raja Mesir tidak akan
membiarkan kamu pergi, kecuali dipaksa oleh tangan yang
kuat.”.
Catatan: ayat ini kelihatan sepintas hanya menunjukkan bahwa
Allah tahu dosa yang akan terjadi. Jadi bukannya Allah
menentukan bahwa dosa itu akan terjadi. Demikian juga
dengan banyak ayat di bawah ini. Tetapi nanti saya akan
menunjukkan bahwa Allah tahu / Allah memberikan nubuat
melalui nabi-nabi dsb, karena Ia sudah menentukan hal itu.
AAA
BBB
e. Yer 4:28 - “Karena hal ini bumi akan berkabung, dan langit
di atas akan menjadi gelap, sebab Aku telah mengatakannya,
Aku telah merancangnya, Aku tidak akan menyesalinya dan
tidak akan mundur dari pada itu.’”.
AAA
6) Penentuan dosa sejalan dengan doktrin-doktrin Reformed yang
lain, seperti:
Catatan:
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
CCC
B) Terjadinya dosa.
RSV: ‘for thou hast hid thy face from us, and hast delivered us
into the hand of our iniquities’ [= sebab Engkau telah
menyembunyikan wajahMu dari kami, dan telah menyerahkan
kami ke dalam tangan dari kejahatan-kejahatan kami].
NASB: ‘For Thou hast hidden Thy face from us, And hast
delivered us into the power of our iniquities’ [= Sebab Engkau
telah menyembunyikan wajahMu dari kami, Dan telah
menyerahkan kami ke dalam kuasa dari kejahatan-kejahatan
kami].
KJV: ‘for thou hast hid thy face from us, and hast consumed
us, because of our iniquities’ [= karena Engkau telah
menyembunyikan wajahMu dari kami, dan telah menghabiskan
kami, karena kejahatan-kejahatan kami].
NIV: ‘for you have hidden your face from us and made us
waste away because of our sins’ [= karena Engkau telah
menyembunyikan wajahMu dari kami dan membuat kami
merana karena dosa-dosa kami].
1. Setan.
Contoh:
b. 1Sam 16:14 18:10 19:9 - ‘roh jahat dari pada Tuhan’. Ini
pasti menunjuk kepada setan.
Calvin: “God wills that the false king Ahab be deceived; the
devil offers his services to this end; he is sent, with a definite
command, to be a lying spirit in the mouth of all the prophets
(1Kings 22:20,22). If the blinding and insanity of Ahab be
God’s judgment, the figment of bare permission vanishes:
because it would be ridiculous for the Judge only to permit
what he wills to be done, and not also to decree it and to
command its execution by his ministers.” [= Allah
menghendaki bahwa raja Ahab yang tidak benar ditipu;
setan menawarkan pelayanannya untuk tujuan ini; ia
dikirim, dengan perintah yang pasti, untuk menjadi roh
dusta dalam mulut semua nabi-nabi itu (1Raja 22:20,22).
Jika pembutaan dan kegilaan Ahab adalah penghakiman
Allah, isapan jempol tentang ‘sekedar ijin’ hilang: karena
adalah menggelikan bagi sang Hakim untuk hanya
mengijinkan apa yang Ia kehendaki untuk dilakukan, dan
tidak juga menetapkannya dan memerintahkan
pelaksanaannya oleh pelayan-pelayanNya.] - ‘Institutes of
the Christian Religion’, Book I, Chapter XVIII, no 1.
2. Manusia.
Contoh:
Kedua point di atas (Allah bekerja secara pasif & adanya penggunaan
‘second causes’) menyebabkan Allah bukanlah pencipta dosa (God is
not the author of sin).
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
EEE
John Calvin: “But particular examples will shed more light. From
the first chapter of Job we know that Satan, no less than the angels
who willingly obey, presents himself before God [Job 1:6; 2:1] to
receive his commands. He does so, indeed, in a different way and
with a different end; but he still cannot undertake anything unless
God so wills. However, even though a bare permission to afflict the
holy man seems then to be added, yet we gather that God was the
author of that trial of which Satan and his wicked thieves were the
ministers, because this statement is true: ‘The Lord gave, the Lord
has taken away; as it has pleased God, so is it done’ [Job 1:21, Vg.
(p.)]. Satan desperately tries to drive the holy man insane; the
Sabaeans cruelly and impiously pillage and make off with
another’s possessions. Job recognizes that he was divinely stripped
of all his property, and made a poor man, because it so pleased
God. Therefore, whatever men or Satan himself may instigate, God
nevertheless holds the key, so that he turns their efforts to carry out
his judgments.” [= Tetapi contoh-contoh khusus akan memberi
terang lebih banyak. Dari Ayub pasal satu kita tahu bahwa Iblis,
tak kurang dari malaikat-malaikat yang mau taat,
menghadirkan dirinya sendiri di hadapan Allah (Ayub 1:6; 2:1)
untuk menerima perintah-perintahNya. Ia melakukan demikian,
memang dengan suatu cara yang berbeda dan dengan suatu
tujuan yang berbeda; tetapi ia tetap tidak bisa mengusahakan /
mulai melakukan apapun kecuali Allah menghendaki demikian.
Tetapi, sekalipun kelihatannya lalu ditambahkan suatu ijin
semata-mata untuk menyebabkan orang kudus itu menderita,
kita menyimpulkan bahwa Allah adalah pencipta dari ujian /
pencobaan tentang mana Iblis dan pencuri-pencuri jahatnya
adalah pelayan-pelayanNya, karena pernyataan ini adalah
benar: ‘Tuhan memberi, Tuhan mengambil; karena itu telah
menyenangkan Allah, demikianlah itu dilakukan / terjadi’ (Ayub
1:21, Vulgate). Iblis berusaha dengan sangat hebat untuk
membuat orang kudus ini gila; Orang-orang Syeba secara kejam
dan jahat merampok dan membawa pergi milik orang lain.
Ayub mengetahui bahwa ia ditelanjangi dari semua miliknya
secara ilahi (oleh Allah), dan dibuat menjadi orang miskin,
karena itu memperkenan Allah. Karena itu, apapun yang
manusia atau Iblis sendiri bisa mulai, bagaimanapun Allah yang
memegang kuncinya, sehingga Ia membelokkan usaha-usaha
mereka untuk melaksanakan penghakiman-penghakimanNya.] -
‘Institutes of The Christian Religion’, Book I, Chapter XVIII, No
1.
John Calvin: “God wills that the false king Ahab be deceived; the
devil offers his services to this end; he is sent, with a definite
command, to be a lying spirit in the mouth of all the prophets
(1Kings 22:20,22). If the blinding and insanity of Ahab be God’s
judgment, the figment of bare permission vanishes: because it
would be ridiculous for the Judge only to permit what he wills to be
done, and not also to decree it and to command its execution by his
ministers.” [= Allah menghendaki bahwa raja Ahab yang tidak
benar ditipu; setan menawarkan pelayanannya untuk tujuan ini;
ia dikirim, dengan perintah yang pasti, untuk menjadi roh dusta
dalam mulut semua nabi-nabi itu (1Raja 22:20,22). Jika
pembutaan dan kegilaan Ahab adalah penghakiman Allah,
isapan jempol tentang ‘sekedar ijin’ hilang: karena adalah
menggelikan bagi sang Hakim untuk hanya mengijinkan apa
yang Ia kehendaki untuk dilakukan, dan tidak juga
menetapkannya dan memerintahkan pelaksanaannya oleh
pelayan-pelayanNya.] - ‘Institutes of the Christian Religion’,
Book I, Chapter XVIII, no 1.
John Calvin: “The Jews intended to destroy Christ; Pilate and his
soldiers complied with their mad desire; yet in solemn prayer the
disciples confess that all the impious ones had done nothing except
what ‘the hand and plan’ of God had decreed [Acts 4:28, cf. Vg.].
So Peter had already preached that ‘by the definite plan and
foreknowledge of God, Christ had been given over’ to be killed
[Acts 2:23, cf. Vg.]. It is as if he were to say that God, to whom
from the beginning nothing was hidden, wittingly and willingly
determined what the Jews carried out. As he elsewhere states:
‘God, who has foretold through all his prophets that Christ is going
to suffer, has thus fulfilled it’ [Acts 3:18, cf. Vg.].” [= Orang-
orang Yahudi bermaksud untuk menghancurkan Kristus;
Pilatus dan tentara-tentaranya mentaati / bertindak sesuai
dengan keinginan gila mereka; tetapi dalam doa yang khidmat
para murid mengakui bahwa semua orang-orang jahat itu tidak
melakukan apapun kecuali yang ‘tangan dan rencana’ dari
Allah telah tetapkan (Kis 4:28, bdk. Vulgate). Demikian juga
Petrus telah berkhotbah bahwa ‘oleh rencana tertentu dan pra-
pengetahuan Allah, Kristus telah diserahkan’ untuk dibunuh
(Kis 2:23, bdk. Vulgate). Itu adalah seakan-akan ia mengatakan
bahwa Allah, bagi siapa dari semula tak ada yang tersembunyi,
secara sengaja dan sukarela menentukan apa yang orang-orang
Yahudi laksanakan. Seperti yang ia nyatakan di tempat lain:
‘Allah, yang telah memberitahu lebih dulu melalui semua nabi-
nabiNya bahwa Kristus akan menderita, dengan cara ini telah
menggenapinya’ (Kis 3:18, bdk. Vulgate).] - ‘Institutes of The
Christian Religion’, Book I, Chapter XVIII, No 1.
Kis 4:27-28 - “(27) Sebab sesungguhnya telah berkumpul di
dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-
bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu
yang kudus, yang Engkau urapi, (28) untuk melaksanakan
segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh
kuasa dan kehendakMu.”.
Kis 2:23 - “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan
rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan
bangsa-bangsa durhaka.”.
Kis 3:18 - “Tetapi dengan jalan demikian Allah telah
menggenapi apa yang telah difirmankanNya dahulu dengan
perantaraan nabi-nabiNya, yaitu bahwa Mesias yang diutusNya
harus menderita.”.
Yeh 14:7,9 - “(7) Karena setiap orang, baik dari kaum Israel
maupun dari orang-orang asing yang tinggal di tengah-tengah
Israel, yang menyimpang dari padaKu dan menjunjung berhala-
berhalanya dalam hatinya dan menempatkan di hadapannya
batu sandungan, yang menjatuhkannya ke dalam kesalahan, lalu
datang menemui nabi untuk meminta petunjuk dari padaKu
baginya - Aku, TUHAN sendiri akan menjawab dia. ... (9)
Jikalau nabi itu membiarkan dirinya tergoda dengan
mengatakan suatu ucapan - Aku, TUHAN yang menggoda nabi
itu - maka Aku akan mengacungkan tanganKu melawan dia dan
memunahkannya dari tengah-tengah umatKu Israel.”.
Calvin (tentang Yes 10:6): “‘I will command him to take the spoil
and to take the prey.’ He says that he has given a loose rein to the
fierceness of enemies, that they may indulge without control in every
kind of violence and injustice. Now, this must not be understood as if
the Assyrians had a ‘command’ from God by which they could excuse
themselves. There are two ways in which God ‘commands;’ by his
secret decree, of which men are not conscious; and by his law, in
which he demands from us voluntary obedience. This must be
carefully observed, that we may reply to fanatics, who argue in an
irreligious manner about the decree of God, when they wish to excuse
their own wickedness and that of others. It is of importance, I say, to
make a judicious distinction between these two ways of
‘commanding.’ When the Lord reveals his will in the law, I must not
ascend to his secret decree, which he intended should not be known to
me, but must yield implicit obedience.” [= ‘Aku akan
memerintahkan dia untuk mengambil rampasan dan untuk
mengambil jarahan’. Ia berkata bahwa Ia telah memberikan suatu
kekang yang longgar pada kebengisan dari musuh-musuh, supaya
mereka bisa memuaskan nafsu mereka tanpa kendali dalam setiap
jenis kekerasan / kekejaman dan ketidak-adilan. Ini tidak boleh
dimengerti seakan-akan orang-orang Asyur mendapatkan suatu
‘perintah’ dari Allah dengan mana mereka bisa memaafkan diri
mereka sendiri. Ada dua cara dalam mana Allah ‘memerintah’;
oleh / dengan ketetapan rahasiaNya, tentang mana manusia tidak
menyadarinya; dan oleh / dengan hukumNya, dalam mana Ia
menuntut dari kita ketaatan secara sukarela. Ini harus
diperhatikan dengan teliti, supaya kita bisa menjawab orang-orang
fanatik, yang berargumentasi dengan suatu cara yang jahat / tidak
religius tentang ketetapan Allah, pada waktu mereka ingin
memaafkan / mencari dalih bagi kejahatan mereka sendiri dan
kejahatan orang-orang lain. Merupakan sesuatu yang penting, saya
katakan, untuk membuat suatu perbedaan yang bijaksana antara
kedua cara ‘memerintah’ ini. Pada waktu Tuhan menyatakan
kehendakNya dalam hukum (Taurat), saya tidak boleh naik pada
ketetapan rahasiaNya, yang Ia maksudkan untuk tidak saya
ketahui, tetapi harus memberikan ketaatan tanpa
mempertanyakan.].
Ini betul-betul perintah, yang harus kita taati. Dan tentu saja
ayat-ayat yang seperti ini ada banyak sekali dalam Alkitab.
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
Simson mau kawin dengan orang Filistin / kafir (Hak 14:1-2), dan
ayahnya menasehatinya untuk tidak melakukan hal itu, karena itu
jelas adalah dosa (Hak 14:3). Dan dalam ay 4 dikatakan bahwa
hal itu datang dari Tuhan, karena Tuhan menghendaki Simson
mencari gara-gara terhadap orang Filistin!
Calvin: “is it appropriate for God to strip a man of his wives, and give
them over not to a mere fornicator, but to someone who commits
incest? ... We know that God hates iniquity (Heb. 1:9). Why,
therefore, did he attribute this to himself? ... we see how God presides
in admirable fashion in that he always remains just and beyond
reproach, however much he uses the wicked as his instruments. It was
Absalom who was the rod that God used to punish David. And in what
way? By the incest that we have already mentioned. But how could
God not be soiled? After all, it does seem that he involved himself
with Absalom to be his partner in crime. Well, I have already said
that God has an admirable way when he executes his judgment, a way
which surpasses all human intelligence, so that it only remains for us
to humble ourselves before him and to confess that everything that he
does is just. If his judgments are a profound abyss, let us not fail to
submit to them, in order to put a stop to the babble of these fanatics
who would like to tell God what to do. For when someone tells them
that nothing happens here below unless God ordains it, and that he
disposes the whole thing according to his good will, then what will
they say? They will reply that God commits sin and is the Author of it.
Indeed, that seems to be so, but the Scripture does not explain it in
that way. ... That is what these fanatics conclude out of their own
presumption when they decide that God is the Author of sin if he
controls everything by his providence. When Job confessed that it was
God who had snatched away his assets, he immediately understood
fully that human thieves were like the hands of God, like rods which
he was guiding by his providence (Job 1:21). He certainly knew that
the devil was the instrument by which God was executing his
sentence, in order to prove his patience. So he did not fail to say:
‘God has done it’. And how were his assets stolen, his houses ruined,
and all his possessions taken as prey? God did it by the hands of
thieves. Will this make us say that God is contaminated? Indeed not,
for he does it by his counsel, which is quite other than human. This is
why Psalm 39 says: ‘I have made myself silent, and have not opened
my mouth, for you have done it’ (v. 9). The Psalmist wanted to despise
himself, unable to bear his afflictions, in utter anguish and great
distress. But since he knew that it was God who was pursuing him, he
quieted himself and kept silent, confessing that this was reason
enough for him to submit himself to all that God would give him.
What was it that David endured? Persecution, violence, and cruelty at
the hands of his enemies; he suffered it all. It is true that he asked
vengeance for it, but yet he attributed it to God. When he thus spoke,
it was not to make God an accomplice in his murders, but to show
that when we are afflicted by men, God is in charge of it, secretly
ordaining everything that they do, so that he should be considered
just in all his deeds, and men should be condemned. Now that is how
God presided by the hand of Absalom when he violated his father’s
wives. God planned it, yet without Absalom knowing that God was
doing it. In fact, what would happen if the wicked - and even the
devil, who is their father - could do something by themselves without
the express permission of God? What would our condition be like? ...
would he not soon have swallowed us up? If, therefore, the devil were
not held in control, and all the wicked were not governed by the
counsel and the secret and incomprehensible power of God, where
would we be? Thus, let us realise that whenever the wicked are in
control over us, and trouble us, although they do it unjustly, God is
still in charge of it, ... though the wicked are pursuing their
disordered lusts, yet God is guiding them nevertheless. ... Let us learn,
therefore, to discern the fact that however much men fail to
understand the meaning of their iniquities, and however much we
must always detest the evil that they commit against the Law, God
does not fail to exercise his justice in such a way that the evil is
turned into good. That is to say, as far as he is concerned, he knows
how to use evil beyond our thoughts, so that he converts it into good -
that is, to a good end - in such a way that he will not only always
remain just, but we shall have occasion, all the time of our life, to
glorify him everywhere, in every way.” [= apakah tepat bagi Allah
untuk mengambil istri-istri seseorang, dan memberikan mereka
kepada seseorang yang bukan semata-mata seorang pencabul,
tetapi kepada seseorang yang melakukan incest? ... Kita tahu
bahwa Allah membenci kejahatan (Ibr 1:9). Karena itu, mengapa
Ia menganggap ini berasal dari diriNya sendiri? ... kita melihat
bagaimana Allah mengontrol dalam cara yang sangat bagus /
mengagumkan sehingga Ia selalu tetap benar dan di luar / di atas
celaan, betapapun banyaknya Ia menggunakan orang-orang jahat
sebagai alat-alatNya. Absalomlah yang merupakan tongkat yang
Allah gunakan untuk menghukum Daud. Dan dengan cara apa?
Dengan incest yang telah kami sebutkan. Tetapi bagaimana Allah
bisa tidak menjadi kotor / dinajiskan? Bagaimanapun, itu memang
terlihat bahwa Ia melibatkan diriNya sendiri dengan Absalom
untuk menjadi partner dalam kejahatan. Saya sudah mengatakan
bahwa Allah mempunyai suatu cara yang sangat bagus /
mengagumkan pada waktu Ia melaksanakan penghakimanNya,
suatu cara yang melampaui semua kecerdasan manusia, sehingga
kita hanya bisa merendahkan diri kita sendiri di hadapanNya dan
mengakui bahwa segala sesuatu yang Ia lakukan adalah benar.
Jika penghakiman-penghakimanNya merupakan suatu kedalaman
yang sangat dalam, hendaklah kita tidak gagal untuk tunduk
kepada penghakiman-penghakiman itu, untuk menghentikan
ocehan dari orang-orang fanatik yang mau memberitahu /
memerintah Allah apa yang harus dilakukan. Karena pada waktu
seseorang memberitahu mereka bahwa tak ada apapun yang
terjadi di bawah sini kecuali Allah menentukannya, dan bahwa Ia
mengatur seluruhnya sesuai dengan perkenanNya yang baik, lalu
apa yang akan mereka katakan? Mereka akan menjawab bahwa
Allah melakukan dosa dan adalah Pencipta dosa. Memang, itu
kelihatan demikian, tetapi Kitab Suci tidak menjelaskannya dengan
cara seperti itu. ... Itu adalah apa yang orang-orang fanatik ini
simpulkan dari anggapan mereka sendiri pada waktu mereka
memutuskan bahwa Allah adalah Pencipta dosa jika Ia mengontrol
segala sesuatu oleh ProvidensiaNya. Pada waktu Ayub mengakui
bahwa adalah Allah yang mengambil miliknya, ia segera / langsung
mengerti sepenuhnya bahwa pencuri-pencuri manusia adalah
seperti tangan Allah, seperti tongkat yang sedang Ia bimbing
dengan ProvidensiaNya (Ayub 1:21). Ia pasti tahu bahwa Iblis
adalah alat dengan mana Allah sedang melaksanakan
ketetapanNya, untuk membuktikan kesabarannya. Maka ia tidak
gagal untuk mengatakan: ‘Allah telah melakukannya’. Dan
bagaimana miliknya dicuri, rumahnya dihancurkan, dan semua
miliknya diambil sebagai jarahan? Allah melakukannya oleh
tangan dari pencuri-pencuri. Akankah hal ini membuat kita
berkata bahwa Allah tercemar / dikotori? Tidak, karena Ia
melakukan itu dengan rencanaNya, yang sangat berbeda dengan
rencana manusia. Ini sebabnya Maz 39 berkata: ‘Aku telah
membuat diriku sendiri diam, dan tidak membuka mulutku,
karena Engkau telah melakukannya’ (ay 10). Pemazmur ingin
merendahkan / menghinakan dirinya sendiri karena tak mampu
menahan penderitaan-penderitaannya, dalam siksaan yang hebat
dan penderitaan yang besar. Tetapi karena ia tahu bahwa adalah
Allah yang sedang mengejarnya, ia menenangkan dirinya sendiri
dan tetap diam, dengan mengakui bahwa ini adalah alasan yang
cukup baginya untuk menundukkan dirinya sendiri pada semua
yang Allah akan berikan kepadanya. Apa yang Daud tahan?
Penganiayaan, kekerasan, dan kekejaman dari tangan dari musuh-
musuhnya; ia menderita itu semua. Adalah benar bahwa ia
meminta pembalasan untuk hal itu, tetapi ia tetap menganggapnya
berasal dari Allah. Pada waktu ia berbicara seperti itu, itu tidak
membuat Allah seorang penolong / partner dalam pembunuhan-
pembunuhannya, tetapi untuk menunjukkan bahwa pada waktu
kita dibuat menderita oleh manusia, Allah mengontrolnya, secara
rahasia menentukan segala sesuatu yang mereka lakukan, sehingga
Ia harus dianggap benar dalam semua tindakan-tindakanNya, dan
manusia harus dikecam / dihukum. Itulah cara bagaimana Allah
mengontrol dengan tangan Absalom pada waktu ia memperkosa
istri-istri ayahnya. Allah merencanakannya, tetapi tanpa
sepengetahuan Absalom bahwa Allah sedang melakukannya.
Sebetulnya, apa yang akan terjadi seandainya orang-orang jahat -
dan bahkan Iblis, yang adalah bapa mereka - bisa melakukan
sesuatu oleh diri mereka sendiri tanpa ijin yang spesifik dari Allah?
Bagaimana jadinya keadaan kita? ... tidakkah ia akan segera
menelan kita sampai habis? Karena itu, seandainya Iblis tidak
dikontrol, dan semua orang-orang jahat tidak diperintah oleh
rencana dan kuasa yang rahasia dan tak bisa dimengerti dari
Allah, dimana kita akan berada? Jadi, hendaklah kita menyadari
bahwa kapanpun orang-orang jahat bisa menguasai kita dan
mengganggu kita, sekalipun mereka melakukan itu secara tidak
benar / tidak adil, Allah tetap mengendalikannya, ... sekalipun
orang-orang jahat sedang mengejar nafsu-nafsu mereka yang
kacau / tak terkendali, tetapi bagaimanapun Allah sedang
membimbing mereka. ... Karena itu, hendaklah kita belajar untuk
membedakan fakta bahwa betapapun manusia gagal untuk
mengerti arti dari kejahatan-kejahatan mereka, dan betapapun
kita harus selalu membenci kejahatan yang mereka lakukan
terhadap Hukum (Taurat), Allah tidak gagal untuk melaksanakan
keadilanNya sedemikian rupa sehingga kejahatan / bencana
dibalikkan menjadi kebaikan. Artinya, sejauh berkenaan dengan
Dia, Dia tahu bagaimana menggunakan kejahatan / bencana di luar
pikiran-pikiran kita, sehingga Ia mengubahkannya menjadi
kebaikan - yaitu, pada suatu tujuan baik - dengan suatu cara
sehingga Ia bukan hanya selalu tetap adil / benar, tetapi kita akan
mendapat kesempatan, pada seluruh waktu dari kehidupan kita,
untuk memuliakan Dia dimanapun, dalam segala cara.] - ‘Sermons
on 2Samuel’, hal 545-548 (khotbah ini berjudul ‘God is not the
Author of sin’).
Maz 39:10 - “Aku kelu, tidak kubuka mulutku, sebab Engkau
sendirilah yang bertindak.”.
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
Adam Clarke: “All these things are against me, said poor desponding
Jacob; whereas, instead of being AGAINST him, all these things were
FOR him,” [= Semua hal-hal ini menentang aku, kata Yakub yang
putus asa; padahal semua hal-hal itu bukannya MENENTANG dia,
tetapi UNTUK dia,].
Matthew Henry: “Jacob gives up Joseph for gone, and Simeon and
Benjamin as being in danger; and he concludes, ‘All these things are
against me.’ It proved otherwise, that all these were for him, were
working together for his good and the good of his family: yet here he
thinks them all against him. Note, Through our ignorance and
mistake, and the weakness of our faith, we often apprehend that to be
against us which is really for us. We are afflicted in body, estate,
name, and relations; and we think all these things are against us,
whereas these are really working for us the weight of glory.” [=
Yakub menganggap Yusuf mati, dan Simeon dan Benyamin sebagai
ada dalam bahaya; dan ia menyimpulkan, ‘Semua hal-hal ini
menentang aku’. Tetapi terbukti sebaliknya, bahwa semua ini
adalah untuk dia, bekerja bersama-sama untuk kebaikannya dan
kebaikan keluarganya: tetapi ia berpikir semua itu menentang dia.
Perhatikan, Melalui ketidak-tahuan dan kesalahan kita, dan
kelemahan dari iman kita, kita sering melihat itu sebagai
menentang kita apa yang sebetulnya adalah untuk kita. Kita
menderita dalam tubuh, milik / kekayaan, nama, dan hubungan;
dan kita berpikir bahwa semua hal-hal ini menentang kita,
sedangkan ini sebetulnya sedang mengerjakan untuk kita
kemuliaan yang besar.].
Catatan: dalam bahasa Inggris, lawan kata dari kata depan ‘for’
[= untuk] adalah kata depan ‘against’ [= terhadap / menentang].
Bdk. Ro 8:28 (KJV): “... all things work together FOR good to
them that love God,” [= ... segala sesuatu bekerja bersama-sama
UNTUK kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah,].
Pulpit Commentary: “How often the believer says, ‘All these things
are against me.’ when he is already close upon that very stream of
events which will carry him out of his distress into the midst of plenty,
peace, and joy of a healed heart in its recovered blessedness.” [=
Betapa sering orang percaya berkata: ‘Semua hal ini menentang
aku’ pada saat ia sudah dekat dengan aliran peristiwa-peristiwa
yang akan membawanya keluar dari kesukaran / penderitaan ke
tengah-tengah kelimpahan, damai dan sukacita dari hati yang
disembuhkan dalam keadaan diberkati yang dipulihkan.] - hal 481.
Penerapan: kalau saudara adalah anak Allah, dan pada saat ini
segalanya kelihatan gelap gulita bagi saudara, jangan putus asa
seperti Yakub. Percayalah bahwa Allah mengarahkan semua itu
pada kebaikan saudara, dan mungkin sekali, sama seperti
Yakub, saudara sudah dekat sekali dengan saat yang akan
sangat membahagiakan saudara!
-bersambung-
Bdk. Im 26:14-dst.
Calvin (tentang Im 26:29): “‘And ye shall eat the flesh of your sons.’
This scourge is still more severe and terrible (than the others;) yet we
know that the Israelites were smitten with it more than once. This
savage act would be incredible; but we gather from it how terrible it is
to fall into the hands of God, when men, by adding crime to crime,
cease not to provoke His wrath.” [= ‘Dan kamu akan memakan
daging anak-anakmu’. Cambuk ini tetap lebih hebat dan
mengerikan (dari pada yang lain) tetapi kita tahu bahwa bangsa
Israel dipukul dengan ini lebih dari satu kali. Tindakan buas /
biadab ini luar biasa / sukar dipercaya; tetapi kita mendapatkan
darinya betapa mengerikan untuk jatuh ke dalam tangan Allah,
pada waktu manusia, dengan menambahkan kejahatan pada
kejahatan, tidak berhenti untuk memprovokasi murkaNya.].
Catatan: Calvin lalu mengutip Rat 2:20 dan Rat 4:10. Ini akan
saya bahas nanti.
Calvin (tentang Ul 28:53-57): “‘And thou shalt eat the fruit of thine
own body.’ This is one of those portents which was mentioned a little
while ago; for it is an act of ferocity detestable and more than
tragical, that fathers and mothers should eat their own offspring, so
great love of which is naturally implanted in every heart, that parents
often forget themselves in their anxiety for their children; and many
have not hesitated to die to insure their safety. Nay, when the brute
animals so carefully cherish their young, what can be more disgusting
or abominable than that men should cease to care for their own
blood? But this is the most monstrous of all atrocities, when fathers
and mothers devour the offspring which they have procreated, and yet
this threat by no means failed of its fulfillment, as we have elsewhere
seen. We ought then to be the more alarmed when we see that God
thus terribly punished the sins of those whom He had deigned to
choose for His own. ... The monstrous brutality of the act is
heightened, when He says that men, in other respects tender and
accustomed to delicacies, should be so savage through hunger that
they shall refuse to give a share of this horrible food to their wives
and surviving children; as also Jeremiah expressly says, the pitiful
women shall be so maddened by hunger as to cook their own
children. (Lamentations 4:10.) What follows as to the after-birth is
still more horrible, for thus they call the membrane by which the
foetus is covered in the womb, with all its excrements. That they
should dress for food a filthy skin, the very look of which is
disgusting, plainly demonstrates the awfulness of God’s vengeance.”
[= ‘Dan kamu akan memakan buah dari tubuhmu sendiri’. Ini
adalah satu satu dari peristiwa-peristiwa yang sangat jarang itu
yang disebutkan sedikit waktu yang lalu; karena itu merupakan
suatu tindakan kebuasan yang menjijikkan dan lebih dari tragis,
bahwa bapa-bapa dan ibu-ibu memakan anak-anak mereka
sendiri, terhadap siapa kasih yang begitu besar secara alamiah
ditanamkan pada setiap hati, sehingga orang tua sering melupakan
diri mereka sendiri dalam kekuatiran mereka untuk anak-anak
mereka; dan banyak yang tidak ragu-ragu untuk mati untuk
memastikan keamanan anak-anak mereka. Tidak, pada waktu
binatang-binatang yang tak berakal menunjukkan kelembutan
dengan hati-hati anak-anak mereka, apa yang bisa lebih
memuakkan atau menjijikkan dari pada bahwa manusia berhenti
untuk memperhatikan darah mereka sendiri? Tetapi ini adalah
yang paling kejam dari semua kejahatan, pada waktu bapa-bapa
dan ibu-ibu memakan dengan rakus anak-anak yang telah mereka
hasilkan / turunkan, tetapi ancaman ini pasti tidak gagal dari
penggenapannya, seperti telah kita lihat di tempat lain. Maka kita
harus lebih takut pada waktu kita melihat bahwa Allah
menghukum secara mengerikan seperti itu dosa-dosa dari mereka
yang telah Ia anggap cocok untuk pilih sebagai milikNya. ...
Kebrutalan yang kejam dari tindakan ini diperkuat, pada waktu Ia
berkata bahwa orang-orang, yang dalam hal-hal lain bersifat
lembut dan terbiasa pada hal-hal yang enak, menjadi begitu buas
melalui rasa lapar sehingga mereka menolak untuk memberikan
satu bagian dari makanan yang mengerikan ini kepada istri-istri
mereka dan anak-anak yang selamat / tidak mati (ay 55); seperti
juga Yeremia mengatakan secara explicit, perempuan-perempuan
yang penuh belas kasihan akan begitu digilakan oleh rasa lapar
sehingga memasak anak-anak mereka sendiri. (Rat 4:10). Apa yang
berikutnya berkenaan dengan uri / placenta (ay 57) tetap lebih
mengerikan lagi, karena demikianlah mereka menyebut lapisan
tipis dengan mana janin dibungkus dalam kandungan, dengan
semua kotoran yang dikeluarkan dari tubuh. Bahwa mereka
memasak untuk makanan suatu kulit yang kotor, yang
penampilannya menjijikkan, secara jelas menunjukkan
mengerikannya pembalasan Allah.].
Catatan:
Calvin (tentang Yes 9:19): “‘No man shall spare his brother.’ In
this last clause and in the following verse, the Prophet describes
the methods and means, as they are called, by which the Lord will
execute his vengeance, when his wrath has been thus kindled.
When no enemies shall be seen whom we have cause to dread, he
will arm ourselves for our destruction. As if he had said, ‘The Lord
will find no difficulty in executing the vengeance which he
threatens; for though there be none to give us any annoyance from
without, he will ruin us by intestine broils and civil wars.’ ... when
the Lord hath blinded us, what remains but that we mutually
destroy each other?” [= ‘Tak seorangpun akan menyayangkan /
menahan dari melukai / membunuh saudaranya’. Dalam anak
kalimat yang terakhir dan dalam ayat berikutnya, sang Nabi
menggambarkan metode dan cara, sebagaimana mereka
disebutkan, dengan mana Tuhan akan melaksanakan
pembalasanNya, pada waktu murkaNya telah dinyalakan seperti
itu. Pada waktu tak ada musuh-musuh yang terlihat dari siapa
kita mempunyai penyebab untuk takut, Ia akan mempersenjatai
kita sendiri untuk kehancuran kita. Seakan-akan ia berkata,
‘Tuhan tidak akan menemukan kesukaran dalam melaksanakan
pembalasan yang Ia ancamkan; karena sekalipun di sana tidak
ada siapapun yang memberi kita gangguan dari luar, Ia akan
menghancurkan kita dengan pertengkaran di dalam dan perang
saudara’. ... pada waktu Tuhan telah membutakan kita, apa
yang tersisa kecuali bahwa kita saling menghancurkan satu
sama lain?].
Calvin (tentang Yes 9:20): “‘Every one shall snatch on the right
hand.’ ... This mode of expression denotes either insatiable
covetousness or insatiable cruelty; for the eagerness to snatch
excites to savage cruelty. That they will be insatiable he expresses
more emphatically, by saying that, in consequence of being
impelled by blind fierceness and inconceivable rage, they will suck
their brother’s blood as freely as they would devour the flesh which
was their own property. ... Let us therefore remember that it is a
dreadful proof of heavenly punishment, when brothers are hurried
on, with irreconcilable eagerness, to inflict mutual wounds.” [=
‘Setiap orang akan mencengkeram / merampas pada tangan /
sisi kanan’. ... Cara pengungkapan ini menunjukkan atau
ketamakan yang tak bisa terpuaskan atau kekejaman yang tak
bisa terpuaskan; karena kesungguhan / ketidaksabaran untuk
merampas membangkitkan kekejaman yang brutal. Bahwa
mereka akan tidak bisa terpuaskan ia nyatakan sekarang lebih
ditekankan, dengan mengatakan bahwa, sebagai akibat karena
didorong oleh kebuasan yang buta dan kemarahan yang tak
terbayangkan, mereka akan menghisap darah saudara mereka
dengan sama bebasnya seperti mereka memakan daging yang
adalah milik mereka sendiri. ... Karena itu hendaklah kita ingat
bahwa itu merupakan bukti yang menakutkan dari hukuman
surgawi, pada waktu saudara-saudara tergesa-gesa, dengan
kesungguhan yang tak bisa diperdamaikan, untuk saling
melukai.].
Dari komentar Calvin ini, dan juga dari beberapa penafsir yang
lain (Barnes, Keil & Delitzsch), kelihatannya kata-kata
‘memakan daging dari lengannya sendiri’ ini bukan berarti
hurufiah tetapi kiasan, yang menunjukkan perang saudara.
Tetapi E. J. Young tetap menganggap ini sebagai kanibalisme,
yang ditujukan kepada saudara sendiri.
Menurut Keil & Delitzsch ayat di atas ini (Yer 19:9) hanya
merupakan nubuat (dan itu jelas memang benar), dan baru
terjadi dalam Rat 4:10, yang akan saya bahas di bawah ini.
Calvin (tentang Yes 49:26): “And indeed it is God who drives them
headlong, and rouses them to rage, so that they turn against the
Church, fight with each other, as the Midianites did, and bring
destruction on themselves (Judges 7:22.) The meaning amounts to
this, that there will be no need of outward aid or of any preparations,
when God shall determine to overturn and destroy the reprobate;
because, having been struck by him with giddiness, they shall wear
themselves out in mutual conflict by the insatiable rage with which
they shall attack each other.” [= Dan memang, adalah Allah yang
mendorong mereka dengan sembrono, dan membangkitkan
mereka pada kemarahan, sehingga mereka berbalik terhadap
Gereja, berkelahi satu sama lain, seperti yang dilakukan oleh
orang-orang Midian, dan membawa kehancuran pada diri mereka
sendiri (Hakim 7:22). Artinya sama dengan ini, bahwa disana tidak
akan dibutuhkan bantuan dari luar atau persiapan apapun, pada
waktu Allah menentukan untuk membalikkan dan menghancurkan
orang-orang jahat / yang ditentukan untuk binasa; karena setelah
dipukul olehNya dengan kebingungan, mereka akan menghabiskan
diri mereka sendiri dalam saling konflik oleh kemarahan yang
tidak terpuaskan dengan mana mereka akan saling menyerang di
antara mereka sendiri.] - hal 45.
Lagi-lagi, mungkin sekali ayat ini tak berarti secara hurufiah, dan
Keil & Delitzsch menganggapnya tidak hurufiah, sama seperti
dalam Zakh 11:9 dan Yes 9:19-20.
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
Calvin (tentang Yer 25:8-9): “So God now by these words intimates
that the Chaldeans were under his power, so that they were ready, as
soon as he gave them a signal; ... The Scripture is full of expressions
of this kind, which shew that all mortals are prepared to obey God
whenever he intends to employ their services; not that it is their
purpose to serve God, but that he by a secret influence so rules them
and their tongues, their minds and hearts, their hands and their feet,
that they are constrained, willing or unwilling, to do his will and
pleasure. And in the same sense he calls Nebuchadnezzar his servant,
for that cruel tyrant never meant to offer his service to God; but God
employed him as his instrument, as though he had been hired by
him. ... And it ought to be noticed, for we hence learn the fact, that
many are God’s servants who are yet wholly unworthy of so
honorable a title; but they are not so called with respect to themselves.
Nebuchadnezzar thought that he was making war with the God of
Israel when he invaded Judea; and only ambition, and avarice, and
cruelty impelled him to undertake so many wars. When, therefore, we
think of him, of his designs and his projects, we cannot say that he
was God’s servant; but this is to be referred to God only, who governs
by his hidden and incomprehensible power both the devil and the
ungodly, so that they execute, though unwittingly, whatever he
determines. There is a great difference between these and God’s
servants, who, when anything is commanded them, seek to render that
obedience which they ought - all such are faithful servants. They are,
then, justly called God’s servants, for there is a mutual concord
between God and them: God commands, and they obey. But it is a
mutilated and a half service when the ungodly are led beyond the
purpose of their own minds, and God uses them as instruments when
they think of and design another thing. ... There was also another
reason, even that the Jews might know that whatever they were to
suffer would be inflicted by God’s hand, and that they might not
otherwise think of Nebuchadnezzar than as God’s scourge, in order
that they might thus be led to confess their sins and be really
humbled.” [= Maka sekarang Allah dengan kata-kata ini
menunjukkan bahwa orang-orang Kasdim berada di bawah
kuasaNya, sehingga mereka siap, begitu Ia memberi suatu tanda
kepada mereka; ... Kitab Suci penuh dengan ungkapan-ungkapan
dari jenis ini, yang menunjukkan bahwa semua yang bisa mati /
tidak kekal siap untuk mentaati Allah kapanpun Ia bermaksud
untuk menggunakan pelayanan-pelayanan mereka; bukan bahwa
adalah tujuan mereka untuk melayani Allah, tetapi bahwa Ia oleh
suatu pengaruh rahasia begitu memerintah mereka dan lidah
mereka, pikiran dan hati mereka, tangan mereka dan kaki mereka,
sehingga mereka dipaksa, mau atau tidak mau, untuk melakukan
kehendak dan kesenanganNya. Dan dalam arti yang sama Ia
menyebut Nebukadnezar pelayanNya, karena tiran yang kejam itu
tidak pernah bermaksud untuk menawarkan pelayanannya kepada
Allah; tetapi Allah menggunakan dia sebagai alatNya, seakan-akan
ia telah disewa olehNya. ... Dan harus diperhatikan, karena dari
sini kita mempelajari fakta ini, bahwa banyak orang adalah
pelayan-pelayan Allah tetapi yang sama sekali tak layak untuk
gelar yang begitu terhormat; tetapi mereka tidak disebut demikian
berkenaan dengan diri mereka sendiri. Nebukadnezar mengira /
berpikir bahwa ia sedang berperang melawan Allah dari Israel
pada waktu ia menginvasi Yehuda; dan hanya ambisi, dan
ketamakan, dan kekejaman, yang mendorong dia untuk memulai
dengan sengaja begitu banyak peperangan. Karena itu, pada waktu
kita berpikir tentang dia, tentang rancangannya dan usahanya, kita
tidak bisa berkata bahwa ia adalah pelayan Allah; tetapi ini harus
diarahkan kepada Allah saja, yang memerintah / menguasai
dengan kuasaNya yang tersembunyi dan tak bisa dimengerti, baik
setan maupun orang-orang jahat, sehingga mereka melaksanakan,
sekalipun tanpa menyadarinya, APAPUN YANG IA TENTUKAN.
Ada suatu perbedaan besar antara ini, dan pelayan-pelayan Allah,
yang pada waktu apapun diperintahkan kepada mereka, berusaha
untuk memberikan ketaatan yang seharusnya - semua orang
seperti itu adalah pelayan-pelayan yang setia. Maka mereka secara
benar disebut pelayan-pelayan Allah, karena ada suatu persetujuan
yang berhubungan antara Allah dengan mereka: Allah
memerintahkan, dan mereka mentaati. Tetapi itu merupakan suatu
pelayanan yang terpotong dan setengah-setengah pada waktu
orang-orang jahat dibimbing melampaui tujuan dari pikiran
mereka sendiri, dan Allah menggunakan mereka sebagai alat-alat
pada waktu mereka memikirkan tentang dan merancang hal yang
lain. ... Juga ada alasan yang lain, yaitu supaya orang-orang
Yahudi bisa tahu bahwa apapun yang akan mereka derita
diberikan oleh tangan Allah, supaya mereka tidak berpikir lain
tentang Nebukadnezar selain dari pada sebagai cambuk Allah,
supaya dengan demikian mereka bisa dibimbing untuk mengakui
dosa-dosa mereka dan betul-betul merendahkan diri.].
Calvin (tentang Yer 25:12): “God says also, that at the end of
seventy years he would ‘visit the iniquity of the king of Babylon,’ and
of his whole people. We hence learn that Nebuchadnezzar was not
called God’s servant because he deserved anything for his service, but
because God led him while he was himself unconscious, or not
thinking of any such thing, to do a service which neither he nor his
subjects understood to be for God. Though, then, the Lord employs
the ungodly in executing his judgments, yet their guilt is not on this
account lessened; they are still exposed to God’s judgment. And these
two things well agree together, - that the devil and all the ungodly
serve God, though not of their own accord, but whenever he draws
them by his hidden power, and that they are still justly punished, even
when they have served God; for though they perform his work, yet not
because they are commanded to do so. They are therefore justly liable
to punishment, according to what the Prophet teaches us here.” [=
Allah juga berkata, bahwa pada akhir dari 70 tahun Ia akan
‘menghukum kejahatan dari raja Babel’, dan seluruh bangsanya.
Karena itu kami mendapatkan bahwa Nebukadnezar tidak disebut
pelayan / hamba Allah karena ia layak dalam hal apapun untuk
pelayananNya, tetapi karena Allah membimbing dia pada saat ia
sendiri tidak menyadarinya, atau tidak berpikir tentang hal
apapun seperti itu, untuk melakukan suatu pelayanan yang baik ia
ataupun para bawahannya tidak mengertinya sebagai sesuatu
untuk Allah. Karena itu, sekalipun Tuhan menggunakan orang-
orang jahat dalam pelaksanaan penghakimanNya, tetapi kesalahan
mereka bukannya berkurang karena hal ini; mereka tetap terbuka
bagi penghakiman Allah. Dan dua hal ini sesuai dengan baik, -
bahwa setan dan semua orang jahat melayani Allah, sekalipun
bukan dari persetujuan mereka, tetapi kapanpun Ia menarik
mereka oleh kuasaNya yang tersembunyi , dan bahwa mereka tetap
secara adil / benar dihukum, bahkan pada waktu mereka telah
melayani Allah; karena sekalipun mereka melakukan
pekerjaanNya, tetapi bukan karena mereka diperintahkan untuk
melakukan demikian. Karena itu mereka secara adil / benar
terbuka terhadap penghukuman, sesuai dengan apa yang sang Nabi
ajarkan kepada kita di sini.].
Calvin (tentang Yer 43:10): “God says that he would send to bring
Nebuchadnezzar, the king of Babylon. This mission must not be
understood otherwise than that of the secret providence of God; for he
had no attendants by whom he might send for Nebuchadnezzar, but
he called him, as it were, by his nod only. Moreover, this mode of
speaking is borrowed, taken from men, who, when they wish anything
to be done, intimate what their object is; and then, when they give
orders, they issue their commands. This is what earthly kings do,
because they can by a nod only accomplish whatever comes to their
minds. But God, who needs no external aids, is said to send when he
executes his own purpose, and that by his incomprehensible power.
And further, God intimates that when Nebuchadnezzar came, it would
by no means be by chance, but to take vengeance on the perverse
Jews, who hoped for a safe retirement in Egypt, when yet God
promised them a quiet habitation in the land of Judah, had they
remained there. Then God declares that he would be the leader of that
march when Nebuchadnezzar came into Egypt, as though he had said
that the war would be carried on under his banner. Nebuchadnezzar
did not from design render obedience to God; for ambition and pride
led him to Egypt when he came, and for this reason, because the
Egyptians had so often provoked him, so that without dishonor to
himself he could no longer defer vengeance. It was, then, for this
reason he came, if we look to his object. But God declares that he
overruled the king as well as all the Babylonians, so that he would
arm them when he pleased, and bring them into Egypt, and by their
means carry on war with the Egyptians. For the same reason he calls
him his servant; ... he is called God’s servant, because he executed
what God himself had decreed: ... in this place, as in many other
places, the Scripture calls those God’s servants whom he employs to
effect his purpose, even when they themselves have no such design.”
[= Allah mengatakan bahwa Ia akan mengutus orang untuk
menjemput Nebukadnezar, raja Babel. Missi ini tak boleh
dimengerti selain dari pada tentang Providensia rahasia Allah;
karena Ia tidak mempunyai pelayan-pelayan oleh siapa Ia bisa
mengutus Nebukadnezar, tetapi Ia memanggil dia, seakan-akan
hanya dengan anggukanNya saja. Selanjutnya / lebih lagi, cara
berbicara seperti ini dipinjam, diambil, dari manusia, yang pada
waktu mereka menginginkan apapun untuk dilakukan,
mengisyaratkan apa tujuan mereka; dan lalu, pada waktu mereka
memberikan perintah, mereka mengeluarkan perintah-perintah
mereka. Ini adalah apa yang raja-raja duniawi lakukan, karena
mereka bisa dengan suatu anggukan saja mencapai apapun yang
datang pada pikiran mereka. Tetapi Allah, yang tidak
membutuhkan bantuan dari luar, dikatakan mengutus pada waktu
Ia melaksanakan rencanaNya sendiri, dan itu oleh kuasaNya yang
tak bisa dimengerti. Dan selanjutnya, Allah menunjukkan secara
tak langsung bahwa apabila Nebukadnezar datang, itu sama sekali
bukanlah oleh kebetulan, tetapi untuk membawa pembalasan pada
orang-orang Yahudi yang jahat / bejat, yang mengharapkan suatu
penyingkiran / pelarian yang aman di Mesir, pada waktu Allah
menjanjikan mereka suatu tempat tinggal yang tenang di tanah
Yehuda, seandainya mereka tetap tinggal di sana. Maka Allah
menyatakan bahwa Ia akan menjadi pemimpin dari barisan itu
pada waktu Nebukadnezar datang ke Mesir, seakan-akan Ia
berkata bahwa perang itu akan dilaksanakan di bawah panjiNya.
Nebukadnezar memberikan ketaatan kepada Allah bukan dari
rancangannya; karena ambisi dan kesombongan membimbing dia
ke Mesir pada waktu ia datang, dan untuk alasan ini, karena
orang-orang Mesir telah begitu sering memprovokasi dia, sehingga
ia tidak bisa menunda lagi pembalasan tanpa mempermalukan
dirinya sendiri. Jadi, adalah untuk alasan ini ia datang, jika kita
melihat pada tujuannya. Tetapi Allah menyatakan bahwa Ia
memerintah atas raja maupun semua orang-orang Babel, sehingga
Ia mempersenjatai mereka pada waktu Ia berkenan, dan membawa
mereka ke Mesir, dan dengan menggunakan mereka melaksanakan
perang dengan orang-orang Mesir. Dengan alasan yang sama Ia
menyebut dia pelayanNya; ... IA DISEBUT PELAYAN / HAMBA
ALLAH, KARENA IA MELAKSANAKAN APA YANG ALLAH
SENDIRI TELAH TETAPKAN. ... di tempat ini, seperti di banyak
tempat-tempat lain, Kitab Suci menyebut mereka pelayan-pelayan /
hamba-hamba Allah ORANG-ORANG YANG IA GUNAKAN
UNTUK MENCAPAI RENCANANYA, bahkan pada saat mereka
sendiri tidak mempunyai rancangan seperti itu.].
26)Yer 47:6-7 - “(6) Ah, pedang TUHAN, berapa lama lagi baru
engkau berhenti? Masuklah kembali ke dalam sarungmu, jadilah
tenang dan beristirahatlah! (7) Tetapi bagaimana ia dapat
berhenti? Bukankah TUHAN memerintahkannya? Ke Askelon dan
ke tepi pantai laut, ke sanalah Ia menyuruhnya!’”.
Calvin (tentang Yer 50:2): “He predicts the ruin of Babylon, not in
simple words, for nothing seemed then more unreasonable than to
announce the things which God at length proved by the effect. As
Babylon was then the metropolis of the East, no one could have
thought that it would ever be possessed by a foreign power. No one
could have thought of the Persians, for they were far off. As to the
Medes, who were nearer, they were, as we know, sunk in their own
luxuries, and were deemed but half men. As then there was so much
effeminacy in the Medes, and as the Persians were so far off and
inclosed in their own mountains, Babylon peaceably enjoyed the
empire of the whole eastern world. This, then, is the reason why the
Prophet expresses at large what he might have set forth in a very few
words.” [= Ia meramalkan kehancuran Babilonia, bukan dalam
kata-kata yang sederhana, karena pada saat itu tak ada apapun
yang terlihat lebih tidak masuk akal dari pada untuk
mengumumkan hal-hal yang Allah pada akhirnya buktikan dari
hasilnya. Karena Babilonia pada saat itu merupakan kota utama
dari Timur, tak seorangpun bisa telah berpikir bahwa kota itu
akan pernah dimiliki oleh suatu kuasa asing. Tak seorangpun bisa
telah berpikir tentang orang-orang Persia, karena mereka itu
sangat jauh. Berkenaan dengan orang-orang Madia, yang lebih
dekat, mereka, seperti yang kami tahu, tenggelam dalam
kemewahan mereka sendiri, dan dianggap hanya sebagai setengah
laki-laki. Karena pada saat itu ada begitu banyak keperempuan-
perempuanan di Madia, dan karena orang-orang Persia begitu
jauh di gunung-gunung mereka, Babilonia menikmati dengan
damai kekaisaran dari seluruh dunia Timur. Jadi, ini adalah alasan
mengapa sang Nabi menyatakan secara penuh apa yang ia bisa
telah nyatakan dalam sedikit kata-kata.].
Catatan: Medes (Inggris) = Madia (Indonesia); Media (Inggris) =
Media (Indonesia)
Calvin (tentang Yer 50:3): “After having then spoken of the power
of Babylon and its idols, he now points out the way in which it was to
be destroyed - a nation would come from the north, that is, with
reference to Chaldea. And he means the Medes and Persians, as
interpreters commonly think; and this is probable, because he
afterwards adds that the Jews would then return. As then Jeremiah
connects these two things together, the destruction of Babylon and the
restoration of God’s Church, it is probable that he refers here to the
Medes and Persians.” [= Jadi setelah berbicara tentang kuasa dari
Babilonia dan berhala-berhalanya, sekarang ia menunjukkan cara
dengan mana itu akan dihancurkan - suatu bangsa akan datang
dari Utara, yaitu, berkenaan dengan Kasdim. Dan ia
memaksudkan orang-orang Medes dan Persia, seperti penafsir-
penafsir pada umumnya pikirkan; dan ini memungkinkan, karena
ia belakangan menambahkan bahwa pada saat itu orang-orang
Yahudi akan kembali. Jadi, pada waktu Yeremia menghubungkan
kedua hal ini bersama-sama, kehancuran Babilonia dan pemulihan
Gereja Allah, adalah mungkin bahwa ia di sini menunjuk kepada
orang-orang Medes dan Persia.].
Calvin (tentang Yer 50:4): “The Prophet now explains more clearly
the purpose of God, that in punishing so severely the Chaldeans, his
object was to provide for the safety of his Church. For had Jeremiah
spoken only of vengeance, the Jews might have still raised an
objection and said, ‘It will not profit us at all, that God should be a
severe judge towards our enemies, if we are to remain under their
tyranny.’ Then the Prophet shews that the destruction of Babylon
would be connected with the deliverance of the chosen people; and
thus he points out, as it were by the finger, the reason why Babylon
was to be destroyed, even for the sake of the chosen people, so that the
miserable exiles may take courage, and not doubt but that God would
at length be propitious, as Jeremiah had testified to them, having, as
we have seen, prefixed the term of seventy years.” [= Sekarang sang
Nabi menjelaskan dengan lebih jelas rencana Allah, bahwa dalam
menghukum dengan begitu keras orang-orang Kasdim, tujuanNya
adalah untuk menyediakan keamanan dari GerejaNya. Karena
seandainya Yeremia hanya berbicara tentang pembalasan, orang-
orang Yahudi bisa tetap mengajukan suatu keberatan dan berkata,
‘Tak akan ada manfaatnya sama sekali bagi kami, bahwa Allah
menjadi seorang Hakim yang sangat keras terhadap musuh-musuh
kami, jika kami tetap berada di bawah tirani mereka’. Jadi, sang
Nabi menunjukkan bahwa penghancuran Babilonia akan
berhubungan dengan pembebasan dari bangsa / umat pilihan; dan
demikianlah ia menunjukkan, seakan-akan dengan jari, alasan
mengapa Babilonia akan dihancurkan, yaitu demi kepentingan dari
bangsa / umat pilihan, sehingga orang-orang buangan yang
keadaannya buruk bisa mengumpulkan kekuatan / semangat, dan
tak diragukan bahwa Allah akhirnya akan bermurah hati, seperti
Yeremia telah bersaksi kepada mereka, setelah, seperti yang kami
telah lihat, memberikan lebih dulu waktu 70 tahun yang telah
ditetapkan.].
Calvin (tentang Yer 50:4): “‘In those days,’ he says, ‘and at that
time’ - he adds the appointed time, that the Jews might not doubt but
that the Chaldeans would be subdued, because God had appointed
them to destruction.” [= ‘Pada hari-hari itu’, katanya, ‘dan pada
waktu itu’ - ia menambahkan waktu yang ditetapkan, sehingga
orang-orang Yahudi tidak ragu-ragu bahwa orang-orang Kasdim
akan ditundukkan, karena Allah telah menetapkan mereka pada
kehancuran.].
Calvin (tentang Yer 50:9): “Here, again, God declares that enemies
would come and overthrow the monarchy of Babylon; but what has
been before referred to is here more clearly expressed. For he says,
first, that he would be the leader of that war - that the Persians and
Medes would fight under his authority.” [= Di sini lagi-lagi Allah
menyatakan bahwa musuh-musuh akan datang dan menjatuhkan
pemerintahan / kerajaan Babilonia; tetapi apa yang sebelumnya
telah ditunjukkan di sini dinyatakan dengan lebih jelas lagi.
Karena ia mengatakan, pertama, bahwa Ia akan menjadi
pemimpin dari peperangan itu - bahwa orang-orang Persia dan
Madia akan berperang di bawah otoritasNya.].
28)Rat 2:6b - “Di Sion TUHAN menjadikan orang lupa akan
perayaan dan sabat,”.
Calvin (tentang Rat 2:6): “He afterwards says, that God had
‘forgotten the assembly,’ the sacrifice, or the tabernacle; for it is the
same word again, but it seems not to be taken in the same sense. Then
I think that מועד, MUOD, is to be taken here for the assembly. As he
had previously said, that the place where the holy assemblies met had
been overthrown or destroyed, so now he says, that God had no care
for all those assemblies, as though they had been buried in perpetual
oblivion; for he mentions also the Sabbath, which corresponds with
the subject. God, then, had forgotten all the assemblies as well as the
Sabbath. There is, again, as to this last word, a part stated for the
whole, for this word was no doubt intended to include all the festivals.
The meaning of the passage then is, that the impiety of the people had
been so great, that God, having, as it were, forgotten his covenant,
had inflicted such a dreadful punishment, that religion, for a time,
was in a manner trodden under foot.” [= ... Maka, Allah telah
melupakan semua pertemuan-pertemuan maupun Sabat. ... kata ini
tak diragukan dimaksudkan untuk mencakup semua perayaan
hari-hari raya.].
Calvin (tentang Rat 2:6): “The meaning of the passage then is, that
the impiety of the people had been so great, that God, having, as it
were, forgotten his covenant, had inflicted such a dreadful
punishment, that religion, for a time, was in a manner trodden under
foot.” [= Jadi, arti dari text itu adalah, bahwa kejahatan dari
bangsa itu adalah begitu besar, sehingga Allah, seakan-akan telah
melupakan perjanjianNya, telah memberikan suatu hukuman yang
menakutkan, sehingga agama, untuk suatu waktu, dengan cara
tertentu dinjak-injak.].
Matthew Henry: “4. The solemn feasts and the sabbaths had been
carefully remembered, and the people constantly put in mind of them;
but now the Lord has caused those to be forgotten, not only in the
country, among those that lived at a distance, but even in Zion itself;
for there were none left to remember them, nor were there the places
left where they used to be observed. Now that Zion was in ruins no
difference was made between sabbath time and other times; every day
was a day of mourning, so that all the solemn feasts were forgotten.
Note, It is just with God to deprive those of the benefit and comfort of
sabbaths and solemn feasts who have not duly valued them, nor
conscientiously observed them, but have profaned them, which was
one of the sins that the Jews were often charged with.” [= 4. Hari-
hari raya yang khidmat dan sabat-sabat telah diingat dengan teliti,
dan bangsa itu terus menerus mengingat mereka; tetapi sekarang
Tuhan telah menyebabkan hal-hal itu untuk dilupakan, bukan
hanya di negara, di antara mereka yang hidup di tempat yang jauh,
tetapi bahkan di Sion sendiri; karena tak ada siapapun yang
tertinggal untuk mengingat hal-hal itu, juga di sana tak ada tempat
yang tertinggal dimana hal-hal itu biasanya diperingati. Sekarang
bahwa Sion telah menjadi puing-puing tak ada perbedaan yang
dibuat antara waktu sabat dan waktu-waktu yang lain; setiap hari
adalah hari perkabungan, sehingga semua hari-hari raya yang
khidmat dilupakan. Perhatikan, Merupakan sesuatu yang adil
dengan Allah untuk mencabut manfaat dan penghiburan dari
sabat-sabat dan hari-hari raya yang khidmat dari mereka yang
tidak menilai / menghargai mereka dengan cara yang tepat, atau
tidak memperingati hal-hal itu dengan rajin / sesuai peraturan,
tetapi telah tidak menghormati hal-hal itu, yang merupakan salah
satu dari dosa-dosa yang sering dituduhkan kepada orang-orang
Yahudi.].
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
Calvin (tentang Yeh 14:4): “What then does God say? ‘I will answer
them,’ but far otherwise than they either wish or desire: for ‘I will
answer them according to the multitude of their idols:’ ... hence he
says, ‘that he would answer them,’ not as they thought, but as they
deserved.” [= Lalu apa yang Allah katakan? ‘Aku akan menjawab
mereka’, tetapi jauh dari pada yang mereka inginkan: karena ‘Aku
akan menjawab mereka menurut / sesuai dengan banyaknya
berhala mereka’: ... maka Ia berkata, ‘bahwa Ia akan menjawab
mereka’, bukan seperti yang mereka pikirkan, tetapi seperti yang
mereka layak dapatkan.].
Catatan: ay 4 akhir (LAI): “Aku, TUHAN sendiri akan menjawab
dia oleh karena berhala-berhalanya yang banyak itu,”. Ini lagi-lagi
salah terjemahan.
KJV: ‘I the LORD will answer him that cometh according to the
multitude of his idols;’ [= Aku, TUHAN akan menjawab dia yang
datang menurut / sesuai dengan banyaknya berhala-berhalanya].
Calvin (tentang Yeh 14:8): “At length he adds, ‘I will cut him off
from my people.’ This is most severe of all, for even the hope of pity is
taken away. ... when any one is cut off from God’s people, his safety is
already beyond hope.” [= Akhirnya Ia menambahkan, ‘Aku akan
memotong / melenyapkannya dari umatKu’. Ini adalah yang paling
keras dari semua, karena bahkan pengharapan tentang belas
kasihan diambil. ... pada waktu siapapun dipotong / dilenyapkan
dari umat Allah, keamanannya sudah di luar pengharapan.].
Tentang ay 9 Calvin mengatakan bahwa orang-orang itu lalu
kembali kepada nabi-nabi palsu mereka. Mereka diberi teguran
oleh nabi asli, dan mereka tak mau mempedulikan, dan mereka
kembali kepada nabi-nabi palsu mereka.
Calvin (tentang Yeh 14:9): “Thy God tries thee, says Moses, whether
you love him. (Deuteronomy 8:3.) Since, therefore, no false prophet
arises without the just judgment of God, and since God wishes to
distinguish between sincere worshipers and hypocrites, it follows that
no one can be excused on this pretext, of differing opinions which
arise by wise ordination. For since God wishes to make an
experiment, as I have said, concerning his servants and sons, and
since false prophets so mingle all things, and involve the clear
daylight in darkness, no one who truly and heartily seeks God shall be
entangled among their snares.” [= Allahmu menguji engkau, kata
Musa, apakah kamu mengasihi Dia (Ul 8:3). Karena itu, karena tak
ada nabi palsu muncul tanpa penghakiman yang adil dari Allah,
dan karena Allah ingin membedakan antara penyembah-
penyembah yang sungguh-sungguh / tulus dan orang-orang
munafik, akibatnya adalah bahwa tak seorangpun bisa dimaafkan
atas dalih ini, tentang pandangan-pandangan yang berbeda YANG
MUNCUL OLEH PENENTUAN YANG BIJAKSANA. Karena
Allah ingin untuk membuat suatu percobaan, seperti telah saya
katakan, berkenaan dengan pelayan-pelayan dan anak-anakNya,
dan karena nabi-nabi palsu begitu mencampur segala sesuatu, dan
melibatkan cahaya tengah hari dalam kegelapan, tak seorangpun
yang dengan sungguh-sungguh / tulus dan semangat mencari Allah
akan terlibat / terjerat di antara jerat-jerat mereka.].
Catatan: Ul 8:3 itu kelihatannya salah cetak, dalam buku fisiknya
juga salah. Seharusnya Ul 13:3. Supaya terlihat kontextnya saya
berikan Ul 13:1-5 di bawah ini.
Calvin (tentang Yeh 14:9): “But Ezekiel will proceed still further, as
I have previously hinted, namely, that all impostures and errors do
not spring up rashly, but proceed from the ingratitude of the people
itself. For if they had not so willingly given themselves up to the false
prophets, God would doubtless have spared them. But, since false
prophets abounded on every side, and were so plentiful everywhere,
hence it may be understood that, the people were worthy of such
impostures. Now then we perceive the meaning of the Holy Spirit
when God pronounces that he is the author of all the error which the
false prophets were thus scattering abroad.” [= Tetapi Yehezkiel
melanjutkan lebih jauh lagi, seperti telah saya tunjukkan
sebelumnya, yaitu, bahwa semua penipu dan kesalahan tidak
muncul dengan sembarangan, tetapi keluar dari rasa tidak tahu
terima kasih dari bangsa itu sendiri. Karena seandainya mereka
tidak dengan begitu sukarela menyerahkan diri mereka sendiri
kepada nabi-nabi palsu, Allah tidak diragukan akan sudah
menyayangkan mereka. Tetapi, karena nabi-nabi palsu berlimpah-
limpah di setiap sisi, dan begitu banyak dimana-mana, maka bisa
dimengerti bahwa bangsa itu layak mendapatkan penipu-penipu
seperti itu. Maka sekarang kita mengerti maksud dari Roh Kudus
pada waktu Allah mengumumkan bahwa Ia adalah Pencipta dari
semua kesalahan yang nabi-nabi palsu itu sebarkan secara luas.].
Calvin (tentang Hab 1:5): “And he bids those among the nations to
behold, as though he had said, that they were unworthy to be taught
in the school of God; he therefore appointed other masters for them,
even the Chaldeans, as we shall presently see. He might have said -
look to God; but as the Prophet had so long spent his labor in vail
and without profit while teaching them, he sets over them the
Chaldeans as teachers. Behold, he says, ye teachers among the
Gentiles. There is here indeed an implied contrast, as thought he said
- ‘God has hitherto often recalled you to himself, and has offered
himself to you, but ye have refused to look to him; now then, as he is
wearied with exercising patience so long, he appoints for you other
teachers; learn now from the Gentiles what ye have hitherto refused
to learn from the holy mouth of God himself.’” [= Dan Ia
mengundang mereka di antara bangsa-bangsa untuk memandang,
seakan-akan Ia telah berkata, bahwa mereka tidak layak untuk
diajar dalam sekolah Allah; dan karena itu Ia menetapkan tuan-
tuan / guru-guru lain untuk mereka, yaitu orang-orang Kasdim,
seperti sekarang akan kita lihat. Ia bisa telah berkata - pandanglah
Allah; tetapi karena sang Nabi telah begitu lama menghabiskan
jerih payahnya dan tanpa guna dengan mengajar mereka, Ia
meletakkan di atas mereka orang-orang Kasdim sebagai guru-
guru. Lihatlah, Ia berkata, kamu guru-guru di antara orang-orang
non Yahudi. Di sini memang secara implicit ada suatu kontras,
seakan-akan Ia berkata - ‘Allah sampai sekarang telah sering
meminta / memerintahkan kamu untuk kembali kepada diriNya
sendiri, dan telah menawarkan diriNya sendiri kepada kamu,
tetapi kamu telah menolak untuk memandang kepada Dia; jadi
sekarang, karena Ia bosan menggunakan kesabaran begitu lama, Ia
menetapkan untuk kamu guru-guru lain; belajarlah sekarang dari
orang-orang non Yahudi apa yang sampai sekarang telah kamu
tolak untuk belajar dari mulut yang kudus dari Allah sendiri’.].
Calvin (tentang Hab 1:5): “He afterwards adds - ‘And wonder ye,
wonder.’ By these words the prophets express how dreadful God’s
judgment would be, which would astonish the Jews themselves. Had
they not been extremely refractory they might have quietly received
instruction, for God would have addressed them by his prophets, as
though they had been his own children. They might thus, with
composed minds, have listened to God speaking to them; but the time
was now come when they were to be filled with astonishment. We
hence see that the Prophet meant this in a few words - that there
would be a new mode of teaching, which would overwhelm the
unwilling with astonishment, because they would not endure to be
ruled in a gentle manner, when the Lord required nothing from them
but to render themselves teachable.” [= Ia belakangan
menambahkan - ‘Dan jadilah heran, heranlah’. Dengan kata-kata
ini nabi-nabi menyatakan betapa menakutkan penghakiman Allah
itu nanti, yang akan mengherankan orang-orang Yahudi itu
sendiri. Seandainya mereka tidak menolak dengan extrim mereka
bisa telah menerima instruksi dengan tenang, karena Allah akan
telah berbicara kepada mereka melalui nabi-nabiNya, seakan-akan
mereka adalah anak-anakNya sendiri. Jadi, mereka bisa, dengan
pikiran yang tenang, telah mendengarkan Allah berbicara kepada
mereka; tetapi saatnya sekarang telah datang pada waktu mereka
harus dipenuhi dengan keheranan. Jadi kita lihat bahwa sang Nabi
memaksudkan ini dalam sedikit kata-kata - bahwa di sana akan
ada suatu cara mengajar yang baru, yang akan memenuhi orang-
orang yang tak mau itu dengan keheranan, karena mereka tidak
mau menahan untuk diperintah dengan suatu cara yang lembut,
pada waktu Tuhan tidak menuntut apapun dari mereka selain
membuat diri mereka sendiri bisa diajar.].
Calvin (tentang Hab 1:5): “After having said that God’s judgment
would be dreadful, he adds that it was nigh at hand - ‘a work,’ he
says, ‘will he work in your days,’ etc. They had already been often
warned of that vengeance, but as they had for a long time disregarded
it, they did ever remain sunk in their own self-delusions, like men who
are wont to protract time and hunt on every side for some excuse for
indulging themselves. So then when the people became hardened
against all threatening, they thought that God would ever bear with
them; hence the Prophet expressly declares, that the execution of that
which they regarded as a fable was near at hand - ‘He will work,’ he
says, ‘this work in your days.’” [= Setelah mengatakan bahwa
penghakiman Allah akan menakutkan, ia menambahkan bahwa itu
sudah dekat - ‘suatu pekerjaan’, katanya, ‘akan Ia kerjakan dalam
jamanmu’, dst. Mereka telah sering diperingatkan tentang
pembalasan itu, tetapi karena mereka untuk waktu yang lama telah
mengabaikannya, mereka tetap tenggelam dalam penipuan diri
mereka sendiri, seperti orang-orang yang terbiasa memperpanjang
waktu dan mencari di setiap sisi dalih untuk memuaskan diri
mereka sendiri. Jadi, pada waktu bangsa itu menjadi keras
terhadap semua ancaman, mereka berpikir / mengira bahwa Allah
akan selalu menoleransi / sabar terhadap mereka; maka sang Nabi
secara explicit menyatakan, bahwa pelaksanaan dari apa yang
mereka anggap sebagai suatu dongeng / dusta sudah dekat - ‘Ia
akan mengerjakan’, katanya, ‘pekerjaan ini dalam jamanmu’.].
Calvin (tentang Hab 1:5): “He then subjoins - ‘ye will not believe
when it shall be told you;’ that is, God will execute such a punishment
as will be incredible and exceed all belief. The Prophet no doubt
alludes to the want of faith in the people, and indirectly reproves
them, as though he said - ‘Ye have hitherto denied faith to God’s
word, but ye shall at length find that he has told the truth; and this ye
shall find to your astonishment; for as his word has been counted by
you incredible, so also incredible shall be his judgment.’ ... This
reward then was to be paid to all the unbelieving; for God would in
the most dreadful manner avenge their impiety, so that they should
themselves be astonished and become an astonishment to others. We
now perceive what the Prophet meant by saying that the Jews would
not believe the work of God when told them, that is, the vengeance
which he will presently describe.” [= Ia lalu menambahkan - ‘kamu
tidak akan percaya pada waktu itu diberitahukan kepadamu
nanti’; artinya, Allah akan melaksanakan suatu hukuman
sedemikian rupa sehingga itu akan sukar dipercaya dan melampaui
semua kepercayaan. Sang Nabi tak diragukan menunjuk secara
implicit pada tak adanya iman dalam bangsa itu, dan secara tak
langsung mencela mereka, seakan-akan ia berkata - ‘Sampai
sekarang kamu tak beriman pada firman Allah, tetapi pada
akhirnya kamu akan mendapati bahwa Ia telah memberitahumu
kebenaran; dan ini akan kamu dapati dalam keherananmu; karena
seperti firmanNya telah kamu perhitungkan tak bisa dipercaya,
demikian juga penghakimanNya akan tak bisa / sukar dipercaya’.
Maka upah ini harus dibayarkan kepada semua orang yang tidak
percaya; karena Allah dengan cara yang paling menakutkan akan
membalas / menghukum kejahatan mereka, sehingga mereka
sendiri akan heran dan menjadi suatu yang mengherankan bagi
orang-orang lain. Sekarang kita mengerti apa yang sang Nabi
maksudkan dengan mengatakan bahwa orang-orang Yahudi tidak
akan percaya pekerjaan Allah pada waktu itu diberitahukan
kepada mereka, yaitu pembalasan yang sekarang ini akan ia
gambarkan.].
Calvin (tentang Hab 1:6): “This, then, is the reason why the Prophet,
having spoken of God’s terrible vengeance, now declares in express
terms, that the Chaldeans were already armed by Him to execute His
judgment. ... the Prophet began to show from whom the Jews were to
expect the vengeance of God, even from the Chaldeans, who would
come, not by their own instinct, but by the hidden impulse of God .
God indeed testifies that he should be the author of this war, and that
the Chaldeans would fight, as it were, under his auspices. ‘I am he,
he says, who excites,’ etc. ... God thus intimates that he can employ
the vices of men in executing his judgments, and yet contract hence
no spot nor blemish; for we cannot possibly pollute him with our filth,
as he scatters it far away by the brightness of his justice and equity.”
[= Jadi, ini adalah alasan mengapa sang Nabi, setelah
membicarakan pembalasan yang mengerikan dari Allah, sekarang
menyatakan dalam istilah-istilah yang jelas / explicit, bahwa orang-
orang Kasdim sudah dipersenjatai olehNya untuk melaksanakan
penghakimanNya. ... sang Nabi mulai menunjukkan dari siapa
orang-orang Yahudi harus mengharapkan pembalasan Allah, yaitu
dari orang-orang Kasdim, yang akan datang, bukan oleh naluri
mereka sendiri, tetapi oleh dorongan hati yang tersembunyi dari
Allah. Allah memang memberi kesaksian bahwa Ia akan menjadi
Pencipta dari peperangan ini, dan bahwa orang-orang Kasdim
akan berperang, seakan-akan di bawah pimpinanNya. ‘Akulah Dia,
Ia berkata, yang membangkitkan,’ dst. Jadi Allah menunjukkan
bahwa Ia bisa menggunakan kejahatan manusia dalam
melaksanakan penghakimanNya, tetapi tidak mendapatkan dari
sana noda atau cacat / cela; karena kita tidak mungkin mengotori
Dia dengan kotoran kita, karena Ia menyebarkannya jauh-jauh
oleh terang dari keadilanNya.].
Calvin (tentang Hab 1:7): “Thus we see that the worst of men are in
God’s hand, as Satan is, who is their head; and yet that God is not
implicated in their wickedness, as some insane men maintain; for they
say - That if God governs the world by his providence, he becomes
thus the author of sin, and men’s sins are to be ascribed to him. But
Scripture teaches us far otherwise, - that the wicked are led here and
there by the hidden power of God, and that yet the fault is in them,
when they do anything in a deceitful and cruel manner, and that God
ever remains just, whatever use he may make of instruments, yea, the
very worst. But when the Prophet adds, that its judgment would be
from the nation itself, he means that the Chaldeans would act
according to their own will.” [= Jadi kita lihat bahwa hal-hal yang
terburuk dari manusia ada dalam tangan Allah, sebagaimana Iblis
ada, yang adalah kepala mereka; tetapi bahwa Allah tidak terlibat
dalam kejahatan mereka, seperti dipertahankan oleh beberapa
orang gila; karena mereka berkata - Bahwa jika Allah memerintah
dunia oleh ProvidensiaNya, maka Ia menjadi Pencipta dosa, dan
dosa-dosa manusia harus dianggap berasal dari Dia. Tetapi Kitab
Suci mengajar kita secara sangat berbeda, - bahwa orang-orang
jahat dibimbing ke sana kemari oleh kuasa tersembunyi dari Allah,
tetapi bahwa kesalahan ada di dalam mereka, pada waktu mereka
melakukan apapun dalam suatu cara yang menipu dan kejam, dan
bahwa Allah tetap adil / benar, penggunaan apapun yang bisa Ia
buat dengan alat-alat, ya, bahkan penggunaan yang paling buruk.
Tetapi pada waktu sang Nabi menambahkan, bahwa
penghakimanNya berasal dari bangsa itu sendiri, ia memaksudkan
bahwa orang-orang Kasdim akan bertindak sesuai dengan
kehendak mereka sendiri.].
Calvin (tentang Hab 1:11): “The Prophet now begins to give some
comfort to the faithful, lest they should succumb under so grievous
evils. He has hitherto directed his discourse to that irreclaimable
people, but he now turns to the remnant; for there were always among
them some of the faithful, though few, whom God never neglected;
yea, for their sake often he sent his prophets; for though the multitude
derived no benefit, yet the faithful understood that God did not
threaten in vain, and were thus retained in his fear. This was the
reason why the prophets were wont, after having spoken generally, to
come down to the faithful, and as it were to comfort them apart and
privately. And this difference ought to be noticed, as we have said
elsewhere; for when the prophets denounce God’s wrath, the
discourse then is directed indiscriminately to the whole body of the
people; but when they add promises, it is then as though they called
the faithful to a private conference, and spake in their ear what had
been committed to them by the Lord.” [= Sekarang sang Nabi mulai
memberi penghiburan kepada orang-orang yang setia / percaya,
supaya jangan mereka tunduk / menyerah di bawah kejahatan-
kejahatan yang begitu menyedihkan. Sampai sekarang ia telah
mengarahkan pembicaraannya kepada orang-orang / bangsa yang
tak bisa dibawa kembali, tetapi sekarang ia berbalik kepada ‘sisa’;
karena di sana selalu ada di antara mereka beberapa orang yang
setia, sekalipun sedikit, yang Allah tak pernah abaikan; ya, demi
mereka Ia sering mengutus nabi-nabiNya; karena sekalipun orang
banyak tidak mendapatkan manfaat, tetapi orang-orang yang setia
mengerti bahwa Allah tidak mengancam dengan sia-sia, dan
dengan demikian dipertahankan / dijaga dalam rasa takutnya. Ini
adalah alasan mengapa nabi-nabi mempunyai kebiasaan, setelah
berbicara secara umum, datang kepada orang-orang yang setia,
dan seakan-akan menghibur mereka secara terpisah dan secara
pribadi. Dan perbedaan ini harus diperhatikan, seperti telah kami
katakan di tempat lain; karena pada waktu nabi-nabi
mengumumkan murka Allah, maka pembicaraan itu diarahkan
secara tak membedakan kepada seluruh tubuh dari bangsa itu;
tetapi pada waktu mereka menambahkan janji-janji, maka itu
adalah seakan-akan mereka memanggil orang-orang yang setia
pada suatu pertemuan pribadi, dan berbicara di telinga mereka
apa yang telah dipercayakan kepada mereka oleh Tuhan.].
Calvin (tentang Hab 1:11): “And he says - ‘now he will change his
spirit.’ He bids the faithful to entertain hope, because the Chaldeans,
after having poured forth all their fury, will be punished by the Lord
for their arrogance, for it will be intolerable. ... It was then for this
reason that the Prophet mentions what he says here; it was that the
faithful might hope for some end to the violence of their enemies, for
God would check their pride when they should transgress.” [= Dan ia
berkata - ‘sekarang Ia akan mengubah roh / pikirannya’. Ia
meminta orang-orang yang setia mempertahankan pengharapan,
karena orang-orang Kasdim, setelah mencurahkan semua
kemarahan mereka, akan dihukum oleh Tuhan untuk
kesombongan mereka, karena itu tidak bisa ditoleransi. ... maka
itulah alasannya sehingga sang Nabi menyebutkan apa yang ia
katakan di sini; itu adalah supaya orang-orang yang setia bisa
berharap untuk suatu akhir dari kekejaman musuh-musuh mereka,
karena Allah akan mengekang kesombongan mereka pada waktu
mereka melanggar.].
Calvin (tentang Hab 1:12): “There is, moreover, much weight in the
words which follow, ‘Jehovah! for judgment has thou set him.’ This
temptation ever occurs to us, whenever we strive to put our trust in
God - ‘What does this mean? for God now forsakes us, and exposes
us to the caprice of the wicked: they are allowed to do what they
please, and God interferes not. How, then, can we cherish hope under
these perplexities?’ The Prophet now sets up a shield against this
temptations - ‘Thou,’ he says, ‘hast appointed him for judgment.’ For
he ascribes it to God’s providence, that the Assyrians had with so
much wantonness wasted the land, or would waste it when they came;
for he speaks of things yet future - ‘Thou,’ he says, ‘hast appointed
him for judgment.’” [= Selanjutnya / lebih lagi, di sana ada
kekuatan dalam kata-kata yang selanjutnya, ‘Yehovah! untuk
penghakiman telah engkau tentukan dia’. Pencobaan ini selalu
terjadi kepada kita, kapanpun kita berusaha / bergumul untuk
meletakkan kepercayaan kita kepada Allah - ‘Apa artinya ini?
karena sekarang Allah meninggalkan kita, dan membuat kita
terbuka terhadap perubahan pikiran / tindakan dari orang-orang
jahat: mereka diijinkan untuk melakukan apa yang mereka
senangi, dan Allah tidak ikut campur. Lalu bagaimana kita bisa
berharap di bawah keadaan-keadaan yang membingungkan ini?’
Sang Nabi sekarang mendirikan sebuah perisai terhadap
pencobaan-pencobaan ini - ‘Engkau’, katanya, ‘telah menetapkan
dia untuk penghakiman’. Karena ia menganggapnya berasal dari
Providensia Allah, sehingga orang-orang Asyur telah
menghancurkan negeri itu dengan begitu banyak kekejaman / ke-
asusila-an, atau akan menghancurkan pada waktu mereka datang;
karena ia berbicara tentang hal-hal yang akan datang - ‘Engkau’,
katanya, ‘telah menetapkan dia untuk penghakiman’.].
Catatan: saya tidak mengerti dari mana Calvin tahu-tahu
mengatakan ‘the Assyrians’ [= orang-orang Asyur], dan bukannya
‘the Chaldeans’ [= orang-orang Kasdim].
Tetapi link ini kelihatannya mencampur-adukkan keduanya:
https://www.quora.com/What-are-the-differences-between-the-
Chaldean-and-Assyrian-people
Calvin (tentang Hab 1:12): “This is a truth much needed: for Satan
darkens, as with clouds, the favor of God, when any adversity
happens to us, and when God himself thus proves our faith. But
adversities are as it were clouds, excluding us from seeing God’s
favour, as the light of the sun appears not to us when the sky is
darkened. ... In that case our faith cannot stand firm, except the
providence of God comes to our view, so that we may know, in the
midst of such confusion, why he permits so much liberty to the
wicked, and also how their attempts may turn out, and what may be
the issue. Except then we be fully persuaded, that God by his secret
providence regulates all these confusions, Satan will a hundred times
a day, yea every moment, shake that confidence which ought to
repose in God. ... ‘The Assyrians indeed do lay waste thy land as with
an unbridled wantonness, they plunder thy people, and with impunity
slay the innocent; but, O Lord, this is not done but by thy permission:
Thou overrules all these confused proceedings, nor is all this done by
thee without a cause. Thou, Jehovah, ‘hast for judgment appointed
him.’ - Judgment is to be taken for chastisement.” [= Ini adalah
suatu kebenaran yang banyak dibutuhkan: karena Iblis
menggelapkan, seperti dengan awan-awan, kebaikan Allah, pada
waktu kemalangan / bencana apapun terjadi kepada kita, dan pada
waktu Allah sendiri menguji iman kita dengan cara ini. Tetapi
kemalangan / bencana adalah seperti awan-awan, mencegah kita
dari melihat kebaikan Allah, seperti sinar matahari tak terlihat
oleh kita pada waktu langit digelapkan. ... Dalam kasus seperti itu
iman kita tidak bisa berdiri teguh, kecuali Providensia Allah
datang pada pandangan kita, sehingga kita bisa tahu, di tengah-
tengah kebingungan / kekacauan seperti itu, mengapa Ia
mengijinkan begitu banyak kebebasan kepada orang-orang jahat,
dan juga bagaimana akhirnya usaha-usaha mereka, dan apa
hasilnya. Kecuali pada saat itu kita sepenuhnya diyakinkan, bahwa
Allah oleh providensia rahasiaNya mengatur semua kebingungan /
kekacauan ini, Iblis akan 100 x sehari, ya bahkan setiap saat,
menggoncangkan keyakinan itu yang seharusnya beristirahat /
tenang di dalam Allah. ... ‘Orang-orang Asyur memang
menghancurkan negerimu seperti dengan suatu kekejaman / ke-
asusila-an yang tidak dikekang; tetapi ya Tuhan, ini tidak terjadi
kecuali oleh ijinMu: Engkau menjalankan pemerintahan atas
semua deretan peristiwa-peristiwa yang membingungkan / kacau
ini, juga semua ini tidak Engkau lakukan tanpa suatu alasan.
Engkau, Yehovah, ‘telah menetapkan dia untuk penghakiman’. -
Penghakiman harus diartikan sebagai hajaran.].
https://en.m.wikipedia.org/wiki/I_Have_Decided_to_Follow_Jesus
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
Calvin (tentang Mat 11:25): “We must now inquire in what respect
he glorifies the Father. It is because, while he was Lord of the whole
world, he preferred ‘children and ignorant persons to the wise.’ ... in
this manner he declares that it is a distinction which depends entirely
on the will of God, that the wise remain blind, while the ignorant and
unlearned receive the mysteries of the Gospel.” [= Sekarang kita
harus mempertanyakan dalam arti apa Ia memuliakan Bapa. Itu
adalah karena, sementara Ia adalah Tuhan dari seluruh dunia, Ia
lebih memilih ‘anak-anak dan orang-orang yang tak punya
pengetahuan dari pada orang-orang yang bijaksana’. ... dengan
cara ini Ia menyatakan bahwa itu adalah suatu pembedaan yang
tergantung sepenuhnya pada kehendak Allah, bahwa orang-orang
bijaksana tetap buta, sedangkan orang-orang yang tak mempunyai
pengetahuan dan tak terpelajar menerima misteri dari Injil.].
Calvin (tentang Mat 11:25): “we infer, that the statement made by
Christ is not universal, when he says, that the mysteries of the Gospel
are ‘hidden from the wise.’ If out of five wise men four reject the
Gospel and one embraces it, and if, out of an equal number of
unlearned persons, two or three become disciples of Christ, this
statement is fulfilled. This is also confirmed by that passage in Paul’s
writings, which I lately quoted; for he does not exclude from the
kingdom of God all the wise, and noble, and mighty, but only declares
that it does not contain many of them.” [= kami menyimpulkan,
bahwa pernyataan yang dibuat oleh Kristus bukan bersifat
universal, pada waktu Ia berkata, bahwa misteri Injil
‘disembunyikan dari orang-orang bijak’. Jika dari 5 orang bijak 4
menolak Injil dan satu mempercayainya, dan jika, dari jumlah
yang sama dari orang-orang yang tak terpelajar, 2 atau 3 orang
menjadi murid-murid Kristus, pernyataan ini tergenapi. Ini juga
diteguhkan oleh text dalam tulisan Paulus, yang baru saya kutip;
karena ia tidak mengeluarkan dari kerajaan Allah semua orang
bijak, dan mulia dan kuat, tetapi hanya menyatakan bahwa itu
tidak menampung banyak orang dari mereka.].
Calvin (tentang Yoh 12:40): “‘He hath blinded their eyes, and
hardened their heart.’ The passage is taken from Isaiah 6:9, where
the Lord forewarns the prophet, that the labor which he spends in
instructing will lead to no other result than to make the people worse.
First then he says, Go, and tell this people, ‘Hearing, hear and do not
hear;’ as if he had said, ‘I send thee to speak to the deaf.’ He
afterwards adds, ‘Harden the heart of this people, etc.’ By these
words he means, that he intends to make his word a punishment to
the reprobate, that it may render them more thoroughly blind, and
that their blindness may be plunged in deeper darkness. It is indeed a
dreadful judgment of God, when He overwhelms men by the light of
doctrine, in such a manner as to deprive them of all understanding;
and when, even by means of that which is their only light, he brings
darkness upon them. But it ought to be observed, that it is accidental
to the word of God, that it blinds men; for nothing can be more
inconsistent than that there should be no difference between truth
and falsehood, that the bread of life should become a deadly poison,
and that medicine should aggravate a disease. But this must be
ascribed to the wickedness of men, which turns life into death. It
ought also to be observed, that sometimes the Lord, by himself, blinds
the minds of men, by depriving them of judgment and understanding;
sometimes by Satan and false prophets, when he maddens them by
their impostures; sometimes too by his ministers, when the doctrine of
salvation is injurious and deadly to them. But provided that prophets
labor faithfully in the work of instruction, and commit to the Lord the
result of their labor, though they may not succeed to their wish, they
ought not to give way or despond. Let them rather be satisfied with
knowing that God approves of their labor, though it be useless to
men: and that even the savor of doctrine, which wicked men render
deadly to themselves, ‘is good and pleasant to God,’ as Paul testifies,
(2 Corinthians 2:15.)” [= ‘Ia telah membutakan mata mereka, dan
mengeraskan hati mereka’. Text ini diambil dari Yes 6:9, dimana
Tuhan memperingatkan lebih dulu sang nabi, bahwa jerih payah
yang ia habiskan dalam memberi instruksi tidak akan
membimbing pada hasil apapun selain membuat bangsa itu makin
buruk. Jadi, mula-mula Ia berkata, Pergilah dan beritahu bangsa
ini, ‘Mendengar dan mendengar, tetapi tidak mendengar’; seakan-
akan Ia telah berkata, ‘Aku mengutus engkau untuk berbicara
kepada orang-orang tuli’. Ia lalu menambahkan, ‘Keraskanlah hati
dari bangsa ini, dst.’ Dengan kata-kata ini Ia memaksudkan bahwa
Ia bermaksud untuk membuat firmanNya suatu hukuman bagi
orang-orang yang jahat / ditentukan untuk binasa, supaya itu
membuat mereka makin buta sepenuhnya, dan supaya kebutaan
mereka bisa dilemparkan dalam kegelapan yang lebih dalam.
Memang merupakan suatu penghakiman yang menakutkan dari
Allah, pada waktu Ia membanjiri manusia dengan terang dari
ajaran ini, dengan cara sedemikian rupa sehingga mencabut /
menghilangkan dari mereka semua pengertian; dan pada waktu,
bahkan dengan cara itu yang adalah satu-satunya terang mereka,
Ia membawa kegelapan atas mereka. Tetapi harus diperhatikan,
bahwa itu adalah sifat yang menyimpang dari firman Allah, bahwa
itu membutakan manusia; karena tak ada apapun bisa lebih tidak
konsisten dari pada bahwa di sana tidak ada perbedaan antara
kebenaran dan kepalsuan / dusta, bahwa roti hidup menjadi suatu
racun yang mematikan, dan bahwa obat memperparah suatu
penyakit. Tetapi ini harus dianggap berasal dari kejahatan
manusia, yang mengubah kehidupan menjadi kematian. Juga harus
diperhatikan, bahwa kadang-kadang Tuhan sendiri, membutakan
pikiran manusia, dengan mencabut dari mereka penilaian dan
pengertian; kadang-kadang oleh Iblis dan nabi-nabi palsu, pada
waktu Ia membuat mereka menjadi gila oleh penipuan-penipuan
mereka; kadang-kadang juga oleh pelayan-pelayanNya, pada
waktu ajaran tentang keselamatan bersifat melukai dan mematikan
bagi mereka. Tetapi asal nabi-nabi berjerih payah dengan setia
dalam pekerjaan pengajaran dan menyerahkan kepada Tuhan
hasil dari jerih payah mereka, sekalipun mereka bisa tidak
mencapai keinginan mereka, mereka tidak boleh menyerah atau
putus asa / kecil hati. Sebaliknya hendaklah mereka puas dengan
mengetahui bahwa Allah merestui jerih payah mereka, sekalipun
itu tidak berguna bagi manusia: dan bahwa bahkan bau dari
ajaran, yang orang-orang jahat buat menjadi mematikan bagi diri
mereka sendiri, ‘adalah bagus dan menyenangkan bagi Allah’,
seperti Paulus saksikan, (2Kor 2:15).].
2Kor 2:15-16 - “(15) Sebab bagi Allah kami adalah bau yang
harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan
dan di antara mereka yang binasa. (16) Bagi yang terakhir kami
adalah bau kematian yang mematikan dan bagi yang pertama bau
kehidupan yang menghidupkan. Tetapi siapakah yang sanggup
menunaikan tugas yang demikian?”.
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
Calvin (tentang Ro 11:7): “‘And the rest have been blinded.’ As the
elect alone are delivered by God’s grace from destruction, so all who
are not elected must necessarily remain blinded. For what Paul
means with regard to the reprobate is, - that the beginning of their
ruin and condemnation is from this - that they are forsaken by God.
The quotations which he adduces, collected from various parts of
Scripture, and not taken from one passage, do seem, all of them, to be
foreign to his purpose, when you closely examine them according to
their contexts; for you will find that in every passage, blindness and
hardening are mentioned as scourges, by which God punished crimes
already committed by the ungodly; but Paul labors to prove here, that
not those were blinded, who so deserved by their wickedness, but who
were rejected by God before the foundation of the world.” [= ‘Dan
sisanya telah dibutakan’. Karena orang-orang pilihan saja
dibebaskan oleh kasih karunia Allah dari kehancuran, maka semua
yang tidak dipilih pasti harus tetap dibutakan. Karena apa yang
Paulus maksudkan berkenaan dengan orang-orang yang
ditentukan untuk binasa adalah, - bahwa permulaan dari
kehancuran dan penghukuman mereka adalah dari ini - bahwa
mereka ditinggalkan oleh Allah. Kutipan-kutipan yang ia kutip
sebagai bukti / argumentasi, dikumpulkan dari bermacam-macam
bagian dari Kitab Suci, dan tidak diambil dari satu text, semua
mereka kelihatannya asing bagi tujuannya, pada waktu kamu
meneliti mereka dengan teliti sesuai dengan kontext mereka;
karena kamu akan mendapati bahwa dalam setiap text, kebutaan
dan pengerasan hati disebutkan sebagai cambuk-cambuk, dengan
mana Allah menghukum kejahatan-kejahatan yang sudah
dilakukan oleh orang-orang jahat; tetapi Paulus berjerih payah
untuk membuktikan di sini, bahwa mereka dibutakan bukan
karena mereka layak mendapatkannya karena kejahatan mereka,
tetapi karena mereka ditolak oleh Allah sebelum penciptaan
dunia.].
Calvin (tentang Ro 11:7): “You may thus briefly untie this knot, -
that the origin of the impiety which provokes God’s displeasure, is the
perversity of nature when forsaken by God. Paul therefore, while
speaking of eternal reprobation, has not without reason referred to
those things which proceed from it, as fruit from the tree or river from
the fountain. The ungodly are indeed, for their sins, visited by God’s
judgment with blindness; but if we seek for the source of their ruin,
we must come to this, - that being accursed by God, they cannot by all
their deeds, sayings, and purposes, get and obtain any thing but a
curse. Yet the cause of eternal reprobation is so hidden from us, that
nothing remains for us but to wonder at the incomprehensible
purpose of God, as we shall at length see by the conclusion.” [=
Kamu bisa dengan demikian secara cepat melepaskan ikatan /
kekusutan ini, - bahwa asal usul dari kejahatan yang
memprovokasi ketidak-senangan Allah, adalah kejahatan dari sifat
dasar (manusia) pada waktu ditinggalkan oleh Allah. Karena itu
Paulus, pada waktu berbicara tentang penentuan binasa yang
kekal, bukan tanpa alasan telah menunjuk pada hal-hal yang
keluar darinya, seperti buah dari pohon atau sungai dari sumber.
Memang orang-orang jahat, karena dosa-dosa mereka, dihukum
oleh penghakiman Allah dengan kebutaan; tetapi jika kita mencari
sumber dari kehancuran mereka, kita harus datang kepada hal ini,
- bahwa karena ada dalam keadaan dikutuk oleh Allah, mereka
tidak bisa, oleh semua tindakan, kata-kata, dan tujuan / rencana
mereka, mendapatkan apapun kecuali suatu kutuk. Tetapi
penyebab dari penentuan binasa yang kekal begitu tersembunyi
dari kita, sehingga tak ada apapun yang tersisa bagi kita kecuali
terheran-heran pada rencana Allah yang tak bisa dimengerti,
seperti pada akhirnya akan kita lihat oleh kesimpulannya.].
Calvin (tentang Ro 11:25): “The meaning then is, - That God had in
a manner so blinded Israel, that while they refused the light of the
gospel, it might be transferred to the Gentiles, and that these might
occupy, as it were, the vacated possession. And so this blindness
served the providence of God in furthering the salvation of the
Gentiles, which he had designed. And the fullness of the Gentiles is to
be taken for a great number: for it was not to be, as before, when a
few proselytes connected themselves with the Jews; but such was to be
the change, that the Gentiles would form almost the entire body of the
Church.” [= Jadi, artinya adalah, - Bahwa Allah dengan suatu cara
telah membutakan Israel sedemikian rupa, sehingga pada waktu
mereka menolak terang dari injil, itu bisa ditransfer kepada orang-
orang non Yahudi, dan bahwa mereka ini bisa, seakan-akan,
menempati milik / daerah yang kosong / ditinggalkan. Dan
demikianlah kebutaan ini melayani Providensia Allah dalam
melanjutkan keselamatan dari orang-orang non Yahudi, yang telah
Ia rancang. Dan ‘jumlah yang penuh’ dari orang-orang non
Yahudi harus diartikan sebagai suatu jumlah yang besar: karena
itu bukanlah, seperti sebelumnya, pada waktu beberapa orang
proselit menghubungkan diri mereka sendiri dengan orang-orang
Yahudi; tetapi perubahannya adalah sedemikian rupa, sehingga
orang-orang non Yahudi akan membentuk hampir seluruh tubuh
dari Gereja.].
Calvin: “He means that errors will not merely have a place, but the
wicked will be blinded, so that they will rush forward to ruin without
consideration. For as God enlightens us inwardly by his Spirit, that
his doctrine may be efficacious in us, and opens our eyes and hearts,
that it may make its way thither, so by a righteous judgment he
delivers over to a ‘reprobate mind’ (Romans 1:28) those whom he has
appointed to destruction, that with closed eyes and a senseless mind,
they may, as if bewitched, deliver themselves over to Satan and his
ministers to be deceived.” [= Ia memaksudkan bahwa kesalahan-
kesalahan tidak akan hanya mempunyai suatu tempat, tetapi orang
jahat akan dibutakan, sehingga mereka akan berjalan cepat-cepat
pada kehancuran tanpa pertimbangan. Karena seperti Allah
menerangi kita secara batin oleh RohNya, sehingga ajaranNya bisa
efektif di dalam kita, dan membuka mata dan hati kita, sehingga
itu bisa membuat jalannya ke sana, demikian juga oleh suatu
penghakiman yang benar / adil Ia menyerahkan pada suatu
‘pikiran jahat / terkutuk’ (Ro 1:28) mereka yang telah Ia tetapkan
pada kehancuran, yang dengan mata tertutup dan suatu pikiran
yang bodoh, mereka bisa, seakan-akan disihir, menyerahkan diri
mereka sendiri kepada Iblis dan pelayan-pelayannya untuk
ditipu.].
NIV: “For God has put it into their hearts to accomplish his
purpose by agreeing to give the beast their power to rule, until
God’s words are fulfilled.” [= Karena Allah telah memasukkan hal
itu kedalam hati mereka untuk melaksanakan tujuan /
rencanaNya dengan menyetujui untuk memberikan binatang itu
kuasa untuk memerintah, sampai firman Allah tergenapi.].
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
Sekalipun ada dosa dalam Providence of God, itu tentu tidak berarti
bahwa dosa itu merupakan tujuan akhir dari Allah. Kalau Allah
menetapkan terjadinya dosa dan lalu melaksanakan rencanaNya
itu, maka tentu Ia mempunyai tujuan yang baik.
John Calvin: “It is, indeed, true that if we had quiet and composed
minds ready to learn, the final outcome would show that God always has
the best reason for his plan: either to instruct his own people in patience,
or to correct their wicked affections and tame their lust, or to subjugate
them to self-denial, or to arouse them from sluggishness; again, to bring
low the proud, to shatter the cunning of the impious and to overthrow
their devices.” [= Memang benar bahwa jika kita mempunyai pikiran
tenang yang siap untuk belajar, hasil akhir akan menunjukkan bahwa
Allah selalu mempunyai alasan yang terbaik untuk rencanaNya: atau
untuk mengajar umatNya sendiri dalam kesabaran, atau untuk
membetulkan / mengkoreksi perasaan jahat mereka dan menjinakkan
nafsu mereka, atau untuk menundukkan mereka pada penyangkalan
diri; atau untuk membangunkan mereka dari kemalasan mereka;
selanjutnya, untuk merendahkan orang sombong, menghancurkan
kelicikan dari orang-orang jahat dan membalikkan rencana-rencana
mereka.] - ‘Institutes of The Christian Religion’, Book I, Chapter 17,
no 1.
Bdk. Yoh 9:1-3 - “(1) Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang
yang buta sejak lahirnya. (2) Murid-muridNya bertanya kepadaNya:
‘Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang
tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?’ (3) Jawab Yesus: ‘Bukan dia
dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan
Allah harus dinyatakan di dalam dia.”.
John Calvin: “For concerning the man born blind he says: ‘Neither he
nor his parents sinned, but that God’s glory may be manifested in him’
(John 9:3 p.). For here our nature cries out, when calamity comes
before birth itself, as if God with so little mercy thus punished the
undeserving. Yet Christ testifies that in this miracle the glory of his
Father shines, provided our eyes be pure.” [= Karena berkenaan
dengan orang yang lahir buta Ia berkata: ‘Bukan dia ataupun orang
tuanya berdosa, tetapi supaya kemuliaan Allah bisa dinyatakan
dalam dia’ (Yoh 9:3). Karena di sini kecenderungan kita berteriak,
pada waktu bencana datang sebelum kelahiran itu sendiri, seakan-
akan Allah dengan begitu sedikit belas kasihan menghukum seperti
itu orang yang tak layak dihukum. Tetapi Kristus menyaksikan
bahwa dalam mujijat ini kemuliaan dari BapaNya bersinar, asal mata
kita murni.] - ‘Institutes of The Christian Religion’, Book I, Chapter
17, no 1.
John Calvin: “When dense clouds darken the sky, and a violent tempest
arises, because a gloomy mist is cast over our eyes, thunder strikes our
ears and all our senses are benumbed with fright, everything seems to us
to be confused and mixed up; but all the while a constant quiet and
serenity ever remain in heaven. So must we infer that, while the
disturbances in the world deprive us of judgment, God out of the pure
light of his justice and wisdom tempers and directs these very movements
in the best-conceived order to a right end.” [= Pada waktu awan-awan
yang pekat menggelapkan langit, dan suatu badai yang ganas muncul,
karena suatu kabut yang suram melingkupi mata kita, guruh
memukul telinga kita dan semua panca indera kita ditumpulkan oleh
rasa takut, segala sesuatu kelihatan bagi kita membingungkan dan
campur aduk; tetapi selama itu suatu ketenangan dan damai yang
terus menerus tetap ada di surga. Jadi kita harus menyimpulkan
bahwa, pada waktu gangguan-gangguan dalam dunia menghilangkan
penilaian dari kita, Allah dari terang yang murni dari keadilan dan
hikmatNya memodifikasi dan mengarahkan gerakan-gerakan ini
dalam urut-urutan terbaik yang bisa dipikirkan pada suatu tujuan
yang benar.] - ‘Institutes of The Christian Religion’, Book I, Chapter
17, no 1.
Tetapi jelas dari arti ini bahwa dosa kitapun, yang terjadi
karena adanya ketetapan Allah, dan Providensia Allah, tetap
membawa kemuliaan bagi Allah!
Kalau saudara tidak percaya akan hal ini, coba pikirkan dosa
Yudas Iskariot dalam menyerahkan / mengkhianati Yesus!
Apakah itu tidak membawa kemuliaan bagi Allah?
Calvin (tentang Ro 5:20b): “After sin has held men sunk in ruin,
grace then comes to their help: for he teaches us, that the abundance
of grace becomes for this reason more illustrious, - that while sin is
overflowing, it pours itself forth so exuberantly, that it not only
overcomes the flood of sin, but wholly absorbs it.” [= Setelah dosa
menenggelamkan manusia dalam kehancuran, lalu kasih karunia
datang untuk menolong mereka: karena ia mengajar kita, bahwa
kelimpahan kasih karunia untuk alasan ini menjadi makin mulia /
besar, - sehingga pada waktu dosa meluap, kasih karunia
mencurahkan dirinya sendiri dengan begitu berlimpah-limpah,
sehingga itu bukan hanya mengalahkan banjir dosa, tetapi
sepenuhnya menyerapnya.].
Calvin (tentang Ro 11:32): “he does not mean, that God so blinds all
men that their unbelief is to be imputed to him; but that he hath so
arranged by his providence, that all should be guilty of unbelief, in
order that he might have them subject to his judgment, and for this
end, - that all merits being buried, salvation might proceed from his
goodness alone.” [= ia tidak memaksudkan, bahwa Allah begitu
membutakan semua manusia sehingga ketidak-percayaan mereka
harus diperhitungkan kepadaNya; tetapi bahwa Ia telah mengatur
sedemikian rupa oleh ProvidensiaNya, sehingga semua orang
bersalah tentang ketidak-percayaan, supaya Ia bisa meletakkan
mereka di bawah penghakimanNya, dan ini tujuannya, - supaya
dengan semua jasa dikuburkan, keselamatan bisa keluar hanya
dari kebaikanNya saja.].
Calvin (tentang 1Tim 1:15): “He shews that it was profitable to the
Church that he had been such a person as he actually was before he
was called to the apostleship, because Christ, by giving him as a
pledge, invited all sinners to the sure hope of obtaining pardon. For
when he, who had been a fierce and savage beast, was changed into a
Pastor, Christ gave a remarkable display of his grace, from which all
might be led to entertain a firm belief that no sinner, how heinous
and aggravated soever might have been his transgression, had the
gate of salvation shut against him.” [= Ia menunjukkan bahwa
merupakan sesuatu yang bermanfaat untuk Gereja bahwa ia
tadinya adalah seseorang seperti bagaimana adanya ia sebelum ia
dipanggil pada kerasulan, karena Kristus, dengan memberikan dia
sebagai suatu jaminan, mengundang semua orang berdosa pada
pengharapan yang pasti dari penerimaan pengampunan. Karena
ketika ia, yang dahulunya adalah binatang yang galak dan buas,
diubah menjadi seorang Pendeta / Gembala, Kristus memberikan
pertunjukan yang luar biasa tentang kasih karuniaNya, dari mana
semua bisa dibimbing untuk mempunyai kepercayaan yang teguh
bahwa tidak ada orang berdosa, bagaimanapun mengerikan dan
buruknya pelanggarannya, mendapati bahwa pintu gerbang
keselamatan telah tertutup baginya.] - hal 38-39.
Ro 5:6-8 - “(6) Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati
untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh
Allah. (7) Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang
benar - tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang
berani mati -. (8) Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada
kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih
berdosa.”.
1Tim 1:16a - “Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam
diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus
menunjukkan seluruh kesabaranNya.”.
Herman Hoeksema: “It is therefore much better to say that the Lord
also in His counsel hates sin and determined that that which He hates
should come to pass in order to reveal His hatred ...” [= Karena itu
lebih baik berkata bahwa Tuhan juga dalam rencanaNya
membenci dosa dan menentukan hal itu supaya apa yang Ia benci
itu terjadi sehingga Ia bisa menyatakan kebencianNya atas hal
itu ...] - ‘Reformed Dogmatics’, hal 158.
Jadi jelas dari semua contoh di atas ini bahwa dosa akhirnya
memang bisa membawa kemuliaan bagi Allah!
-o0o-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
EEE
Sekalipun ajaran Reformed / Calvinisme percaya akan penentuan
dosa, dan dosa yang ditentukan itu pasti terjadi, tetapi pada saat yang
sama, ajaran Reformed / Calvinisme TIDAK MEMBUANG
TANGGUNG JAWAB MANUSIA!!! Jadi sekalipun dosa ditentukan,
tetapi MANUSIA TETAP BERTANGGUNG JAWAB!
Contoh:
a) Sekalipun Allah menentukan saat kematian kita, dan itu pasti
terjadi, kita tetap perlu, dan bahkan harus, berusaha menjaga
nyawa kita.
b) Sekalipun Allah menentukan penyakit / kesehatan kita, kita
tetap perlu, dan bahkan harus, menjaga kesehatan kita.
c) Sekalipun Allah menentukan dosa-dosa kita, kita tetap perlu,
dan bahkan harus, berusaha menguduskan diri, menjauhi dosa,
dan melawan godaan setan.
d) Sekalipun Allah menentukan tentang ketidak-percayaan /
kebinasaan seseorang (reprobation), kita tetap perlu, dan
bahkan harus, memberitakan Injil kepada semua orang yang
bisa kita jangkau, mendoakan pertobatan mereka, dsb.
John Calvin: “The reason is obvious. For he who has set the limits to
our life has at the same time entrusted to us its care; he has provided
means and helps to preserve it; he has also made us able to foresee
dangers; that they may not overwhelm us unaware, he has offered
precautions and remedies. Now it is very clear what our duty is: thus,
if the Lord has committed to us the protection of our life, our duty is
to protect it; if he offers helps, to use them; if he forewarns us of
dangers, not to plunge headlong; if he makes remedies available, not
to neglect them.” [= Alasannya jelas. Karena Ia yang telah
menentukan batasan-batasan pada kehidupan kita pada saat yang
sama telah mempercayakan kepada kita pemeliharaannya; Ia telah
menyediakan cara / jalan dan pertolongan untuk memeliharanya;
Ia juga telah membuat kita bisa melihat lebih dulu bahaya-bahaya;
supaya bahaya-bahaya itu bisa tidak menenggelamkan /
mengalahkan kita tanpa disadari, Ia telah menawarkan tindakan
berjaga-jaga dan pembetulan-pembetulan. Sekarang adalah sangat
jelas apa kewajiban kita: jadi, jika Tuhan telah mempercayakan /
memberikan kepada kita perlindungan dari kehidupan kita,
kewajiban kita adalah melindunginya; jika Ia menawarkan
pertolongan-pertolongan, kewajiban kita adalah menggunakannya;
jika Ia memperingatkan kita lebih dulu tentang bahaya-bahaya,
kewajiban kita adalah tidak menceburkan diri dengan ceroboh;
jika Ia membuat pembetulan-pembetulan tersedia, kewajiban kita
adalah tidak mengabaikannya.] - ‘Institutes of The Christian
Religion’, Book I, Chapter XVII, no 4.
John Calvin: “These fools do not consider what is under their very
eyes, that the Lord has inspired in men the arts of taking counsel and
caution, by which to comply with his providence in the preservation of
life itself. Just as, on the contrary, by neglect and slothfulness they
bring upon themselves the ills that he has laid upon them. How does it
happen that a provident man, while he takes care of himself, also
disentangles himself from threatening evils, but a foolish man
perishes from his own unconsidered rashness, unless folly and
prudence are instruments of the divine dispensation in both cases?
For this reason, God pleased to hide all future events from us, in
order that we should resist them as doubtful, and not cease to oppose
them with ready remedies, until they are either overcome or pass
beyond all care. I have therefore already remarked that God’s
providence does not always meet us in its naked form, but God in a
sense clothes it with the means employed.” [= Orang-orang tolol ini
tidak mempertimbangkan apa yang ada di depan mata mereka,
bahwa Tuhan telah memberikan ilham dalam diri manusia
keahlian dari perundingan / pertimbangan dan kehati-hatian,
dengan mana ia mentaati ProvidensiaNya dalam pemeliharaan /
penjagaan dari hidup itu sendiri. Sama seperti, sebaliknya, oleh
pengabaian dan kemalasan / sikap tidak berbuat apa-apa, mereka
membawa kepada diri mereka sendiri penyakit / penderitaan yang
telah Ia berikan kepada mereka. Bagaimana bisa terjadi bahwa
seorang yang bijaksana, sementara ia memelihara dirinya sendiri,
juga membebaskan dirinya sendiri dari bencana yang mengancam,
tetapi seorang tolol binasa dari tindakan tergesa-gesa tanpa
pertimbangan, kecuali baik ketololan dan kebijaksanaan adalah
alat-alat dari pengaturan ilahi dalam kedua kasus? Karena alasan
ini, Allah berkenan untuk menyembunyikan semua peristiwa yang
akan datang dari kita, supaya kita berjaga-jaga untuk menahan
mereka sebagai sesuatu yang meragukan, dan tidak berhenti untuk
menentang mereka dengan pengobatan / pembetulan yang tersedia,
sampai atau mereka dikalahkan atau melampaui semua penjagaan.
Karena itu, saya telah menyatakan bahwa Providensia Allah tidak
selalu menemui kita dalam bentuk telanjangnya, tetapi Allah,
dalam arti tertentu, memakaianinya dengan cara-cara yang
digunakan.] - ‘Institutes of The Christian Religion’, Book I,
Chapter XVII, no 4.
John Calvin: “The same men wrongly and rashly lay the happenings
of past time to the naked providence of God. For since on it depends
everything that happens, therefore, say they, neither thefts, nor
adulteries, nor murders take place without God’s will intervening.
Why therefore, they ask, should a thief be punished, who plundered
someone whom the Lord would punish with poverty? Why shall a
murderer be punished, who has killed one whose life the Lord had
ended? If all such men are serving God’s will, why shall they be
punished? On the contrary, I deny that they are serving God’s will.
For we shall not say that one who is motivated by an evil inclination,
by only obeying his own wicked desire, renders service to God at His
bidding.” [= Orang-orang yang sama secara salah dan secara
terburu-buru meletakkan kejadian-kejadian dari masa lalu pada
Providensia Allah yang telanjang. Karena padanya tergantung
segala sesuatu yang terjadi, karena itu, kata mereka, pencurian,
atau perzinahan, atau pembunuhan, tidak terjadi tanpa terlibatnya
kehendak Allah. Karena itu mengapa, mereka bertanya, seorang
pencuri, yang mencuri / merampok seseorang yang Tuhan mau
hukum dengan kemiskinan, harus dihukum? Mengapa seorang
pembunuh, yang telah membunuh seseorang yang kehidupannya
telah Tuhan akhiri, harus dihukum? Jika semua orang-orang
seperti itu melayani kehendak Allah, mengapa mereka harus
dihukum? Sebaliknya, saya menyangkal bahwa mereka melayani
kehendak Allah. Karena kita tidak akan berkata bahwa seseorang
yang dimotivasi oleh suatu kecondongan yang jahat, dengan hanya
mentaati keinginan jahatnya sendiri, memberikan pelayanan
kepada Allah atas perintahNya.] - ‘Institutes of The Christian
Religion’, Book I, Chapter XVII, no 5.
Calvin (tentang Ro 9:20): “No doubt, if the objection had been false,
that God according to his own will rejects those whom he honors not
with his favor, and chooses those whom he gratuitously loves, a
refutation would not have been neglected by Paul. The ungodly object
and say, that men are exempted from blame, if the will of God holds
the first place in their salvation, or in their perdition. Does Paul deny
this? Nay, by his answer he confirms it, that is, that God determines
concerning men, as it seems good to him, and that, men in vain and
madly rise up to contend with God; for he assigns, by his own right,
whatever lot he pleases to what he forms.” [= Tak diragukan,
seandainya keberatan itu salah, bahwa Allah sesuai dengan
kehendakNya sendiri menolak mereka yang tidak Ia hormati
dengan kebaikanNya, dan memilih mereka yang Ia kasihi secara
murah hati / penuh kasih karunia, suatu bantahan tidak akan
diabaikan / gagal diberikan oleh Paulus. Orang-orang jahat
keberatan dan berkata, bahwa manusia bebas dari kesalahan, jika
kehendak Allah memegang tempat pertama dalam keselamatan
mereka, atau dalam kebinasaan / hukuman kekal mereka. Apakah
Paulus menyangkal hal ini? Tidak, oleh jawabannya ia
meneguhkan hal ini, yaitu, bahwa Allah menentukan berkenaan
dengan manusia, seperti yang kelihatan baik bagi Dia, dan bahwa,
manusia dengan sia-sia dan dengan gila / marah bangkit untuk
berjuang melawan Allah; karena Ia menetapkan, dengan hakNya
sendiri, nasib apapun yang Ia perkenan kepada apapun yang Ia
bentuk.].
Catatan:
Ay 19 merupakan bantahan dari orang-orang
jahat (kalau pakai istilah saya, itu ‘bantahan dari orang-orang
Arminian’).
Lalu jawaban Paulus (ay 20), yang jelas-jelas
bukannya menyangkal kebenaran dari kata-kata orang-orang
jahat itu, bahwa Allah memang menentukan kebinasaan orang-
orang tertentu, tetapi sebaliknya meneguhkannya. Jadi, Paulus
jelas-jelas setuju bahwa Allah memang menentukan
kebinasaan dari orang-orang tertentu, dan tidak ada apapun
yang bisa mereka lakukan untuk menahan supaya penentuan
Allah itu tidak terjadi.
Yang Paulus bantah adalah tuduhan bahwa
Allah tidak adil, kalau Ia menghukum orang yang Ia tentukan
untuk binasa. Karena Paulus berkata bahwa Allah berhak
menentukan Ia mau membentuk seseorang menjadi apa,
sama seperti tukang periuk berhak membentuk tanah liat
menjadi apapun, sesuka hatinya (ay 20b-21).
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
John Calvin: “They will say that God’s righteousness is not truly
defended thus but that we are attempting a subterfuge such as those
who lack a just excuse are wont to have. For what else seems to be
said here than that God has a power that cannot be prevented from
doing whatever it pleases him to do? But it is far otherwise. For what
stronger reason can be adduced than when we are bidden to ponder
who God is? For how could he who is the Judge of the earth allow
any iniquity (cf. Genesis 18:25)? If the execution of judgment
properly belongs to God’s nature, then by nature he loves
righteousness and abhors unrighteousness.” [= Mereka mengatakan
bahwa kebenaran Allah tidak benar-benar dipertahankan dengan
cara ini, tetapi bahwa kami sedang berusaha menghindari suatu
argumentasi seperti ‘mereka yang tak mempunyai suatu alasan /
dalih yang benar’ biasa lakukan. Karena apa yang dikatakan di
sini selain dari pada bahwa Allah mempunyai suatu kuasa yang tak
bisa dicegah dari melakukan apapun yang memperkenan Dia
untuk melakukannya? Tetapi jauh dari itu. Karena alasan yang
lebih kuat apa yang bisa dipakai sebagai bukti dari argumentasi
dari pada pada waktu kita diminta untuk memikirkan siapa Allah
itu? Karena bagaimana bisa, Ia, yang adalah Hakim dari seluruh
dunia, mengijinkan ketidak-adilan apapun (bdk. Kej 18:25)? Jika
pelaksanaan dari penghakiman secara benar adalah milik dari
hakekat Allah, maka secara hakiki / alamiah Ia mengasihi
kebenaran dan membenci / jijik terhadap ketidak-benaran.] -
‘Institutes of The Christian Religion’, Book III, Chapter XXIII, no 4.
Kej 18:25 - “Jauhlah kiranya dari padaMu untuk berbuat
demikian, membunuh orang benar bersama-sama dengan orang
fasik, sehingga orang benar itu seolah-olah sama dengan orang
fasik! Jauhlah kiranya yang demikian dari padaMu! Masakan
Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?’”.
John Calvin: “Accordingly, the apostle did not look for loopholes of
escape as if he were embarrassed in his argument but showed that the
reason of divine righteousness is higher than man’s standard can
measure, or than man’s slender wit can comprehend. The apostle
even admits that such depth underlies God’s judgments (Romans
11:33) that all men’s minds would be swallowed up if they tried to
penetrate it. But he also teaches how unworthy it is to reduce God’s
works to such a law that the moment we fail to understand their
reason, we dare to condemn them. That saying of Solomon’s is well
known, although few properly understand it: ‘The great Creator of all
things pays the fool his wages, and the transgressors theirs’ (Proverbs
26:10, cf. Geneva Bible). For he is exclaiming about the greatness of
God, in whose decision is the punishment of fools and transgressors,
although he does not bestow on them his Spirit. Monstrous indeed is
the madness of men, who desire thus to subject the immeasurable to
the puny measure of their own reason!” [= Sesuai dengan itu, sang
rasul tidak mencari cara menghindar untuk lolos seakan-akan ia
malu / dipermalukan dalam argumentasinya tetapi menunjukkan
bahwa alasan dari kebenaran ilahi adalah lebih tinggi dari pada
yang bisa diukur oleh standard manusia, atau dari pada yang bisa
dimengerti oleh kemampuan alamiah untuk mengerti yang sedikit
dari manusia. Sang rasul bahkan mengakui bahwa kedalaman
seperti itu merupakan dasar dari penghakiman-penghakiman Allah
(Ro 11:33) sehingga semua pikiran manusia akan ditelan jika
mereka mencoba untuk memasuki / menembusnya. Tetapi ia juga
mengajar betapa tak layaknya untuk menurunkan pekerjaan-
pekerjaan Allah pada suatu hukum seperti itu sehingga pada saat
kita gagal untuk mengerti alasan-alasan mereka, kita berani
mengkritik / menghakimi mereka. Kata-kata Salomo dikenal
dengan baik, sekalipun sedikit yang mengertinya dengan benar:
‘Pencipta yang besar / agung dari segala sesuatu membayar orang
tolol upahnya, dan membayar pelanggar-pelanggar upah mereka’
(Amsal 26:10, bdk. Geneva Bible). Karena ia sedang menyatakan
tentang kebesaran / keagungan Allah, dalam keputusan siapa ada
hukuman dari orang-orang tolol dan pelanggar-pelanggar,
sekalipun Ia tidak memberi pada mereka RohNya. Memang sangat
besar kegilaan manusia, yang ingin untuk menundukkan ‘Yang
Tak Terukur’ pada ukuran yang kecil dari akal mereka sendiri!] -
‘Institutes of The Christian Religion’, Book III, Chapter XXIII, no 4.
John Calvin: “Paul calls the angels who stood in their uprightness
‘elect’ (1 Timothy 5:21); if their steadfastness was grounded in God’s
good pleasure, the rebellion of the others proves the latter were
forsaken. No other cause of this fact can be adduced but reprobation,
which is hidden in God’s secret plan.” [= Paulus menyebut malaikat-
malaikat yang bertahan dalam kebenaran mereka ‘pilihan’ (1Tim
5:21); jika kesetiaan mereka didasarkan pada perkenan yang baik
dari Allah, pemberontakan dari malaikat-malaikat yang lain
membuktikan bahwa yang terakhir ini ditinggalkan. Tak ada
penyebab lain dari fakta ini bisa dikutip sebagai bukti kecuali
penentuan binasa, yang tersembunyi dalam rencana rahasia Allah.]
- ‘Institutes of The Christian Religion’, Book III, Chapter XXIII, no
4.
1Tim 5:21 - “Di hadapan Allah dan Kristus Yesus dan malaikat-
malaikat pilihanNya kupesankan dengan sungguh kepadamu:
camkanlah petunjuk ini tanpa prasangka dan bertindaklah dalam
segala sesuatu tanpa memihak.”.
KJV/RSV/NIV: ‘the elect angels’ [= malaikat-malaikat pilihan].
NASB: ‘His chosen angels’ [= malaikat-malaikat pilihanNya].
a) Nebukadnezar.
Calvin (tentang Yer 25:12): “God says also, that at the end of
seventy years he would ‘visit the iniquity of the king of Babylon,’
and of his whole people. We hence learn that Nebuchadnezzar was
not called God’s servant because he deserved anything for his
service, but because God led him while he was himself
unconscious, or not thinking of any such thing, to do a service
which neither he nor his subjects understood to be for God.
Though, then, the Lord employs the ungodly in executing his
judgments, yet their guilt is not on this account lessened; they are
still exposed to God’s judgment. And these two things well agree
together, - that the devil and all the ungodly serve God, though not
of their own accord, but whenever he draws them by his hidden
power, and that they are still justly punished, even when they have
served God; for though they perform his work, yet not because they
are commanded to do so. They are therefore justly liable to
punishment, according to what the Prophet teaches us here.” [=
Allah juga berkata, bahwa pada akhir dari 70 tahun Ia akan
‘menghukum kejahatan dari raja Babel’, dan seluruh
bangsanya. Karena itu kami mendapatkan bahwa Nebukadnezar
tidak disebut pelayan / hamba Allah karena ia layak dalam hal
apapun untuk pelayananNya, tetapi karena Allah membimbing
dia pada saat ia sendiri tidak menyadarinya, atau tidak berpikir
tentang hal apapun seperti itu, untuk melakukan suatu
pelayanan yang baik ia ataupun para bawahannya tidak
mengertinya sebagai sesuatu untuk Allah. Karena itu, sekalipun
Tuhan menggunakan orang-orang jahat dalam pelaksanaan
penghakimanNya, tetapi kesalahan mereka bukannya berkurang
karena hal ini; mereka tetap terbuka bagi penghakiman Allah.
Dan dua hal ini sesuai dengan baik, - bahwa setan dan semua
orang jahat melayani Allah, sekalipun bukan dari persetujuan
mereka, tetapi kapanpun Ia menarik mereka oleh kuasaNya
yang tersembunyi, dan bahwa mereka tetap secara adil / benar
dihukum, bahkan pada waktu mereka telah melayani Allah;
karena sekalipun mereka melakukan pekerjaanNya, tetapi
bukan karena mereka diperintahkan untuk melakukan
demikian. Karena itu mereka secara adil / benar terbuka
terhadap penghukuman, sesuai dengan apa yang sang Nabi
ajarkan kepada kita di sini.].
b) Yudas Iskariot.
Calvin (tentang Mat 26:24): “And yet Christ does not affirm that
Judas was freed from blame, on the ground that he did nothing but
what God had appointed. For though God, by his righteous
judgment, appointed for the price of our redemption the death of
his Son, yet nevertheless, Judas, in betraying Christ, brought upon
himself righteous condemnation, because he was full of treachery
and avarice. In short, God’s determination that the world should be
redeemed, does not at all interfere with Judas being a wicked
traitor. Hence we perceive, that though men can do nothing but
what God has appointed, still this does not free them from
condemnation, when they are led by a wicked desire to sin. For
though God directs them, by an unseen bridle, to an end which is
unknown to them, nothing is farther from their intention than to
obey his decrees. Those two principles, no doubt, appear to human
reason to be inconsistent with each other, that God regulates the
affairs of men by his Providence in such a manner, that nothing is
done but by his will and command, and yet he damns the
reprobate, by whom he has carried into execution what he
intended. But we see how Christ, in this passage, reconciles both,
by pronouncing a curse on Judas, though what he contrived
against God had been appointed by God; not that Judas’s act of
betraying ought strictly to be called the work of God, but because
God turned the treachery of Judas so as to accomplish His own
purpose.” [= Tetapi Kristus tidak menegaskan bahwa Yudas
bebas dari kesalahan, karena ia hanya melakukan apa yang
telah Allah tetapkan. Karena sekalipun Allah, oleh
penghakimanNya yang benar, menetapkan sebagai harga
penebusan kita kematian dari AnakNya, tetapi sekalipun
demikian, Yudas, dalam mengkhianati Kristus, membawa
kepada dirinya sendiri penghukuman yang benar, karena ia
penuh dengan pengkhianatan dan ketamakan. Singkatnya,
penentuan Allah bahwa dunia harus ditebus, sama sekali tidak
mencampuri keberadaan Yudas sebagai seorang pengkhianat
yang jahat. Karena itu kita memahami bahwa sekalipun
manusia tidak bisa melakukan apapun kecuali apa yang telah
Allah tetapkan, hal ini tetap tidak membebaskan manusia dari
penghukuman, pada waktu mereka dibimbing pada dosa oleh
suatu keinginan yang jahat. Karena sekalipun Allah
mengarahkan mereka, oleh suatu kekang yang tak terlihat, pada
suatu tujuan yang tidak mereka ketahui, mereka sama sekali
tidak bermaksud untuk mentaati ketetapan-ketetapanNya.
TIDAK DIRAGUKAN BAHWA DUA PRINSIP ITU
TERLIHAT BAGI AKAL MANUSIA SEBAGAI TIDAK
KONSISTEN SATU DENGAN YANG LAIN, bahwa Allah
mengatur urusan-urusan / perkara-perkara manusia oleh
ProvidensiaNya dengan cara sedemikian rupa, sehingga tidak
ada yang terjadi kecuali oleh kehendak dan perintahNya, tetapi
Ia menyalahkan / menghukum orang-orang jahat, oleh siapa Ia
melaksanakan apa yang Ia maksudkan. Tetapi kita melihat
bagaimana Kristus, dalam text ini, memperdamaikan keduanya,
dengan mengumumkan suatu kutukan pada Yudas, sekalipun
apa yang ia buat / rencanakan terhadap Allah telah ditetapkan
oleh Allah; bukan bahwa tindakan pengkhianatan Yudas secara
ketat harus disebut sebagai pekerjaan Allah, tetapi karena Allah
membelokkan pengkhianatan Yudas sehingga mencapai tujuan /
rencanaNya sendiri.].
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
Contoh:
a) Dalam persoalan keselamatan.
Tuhan sudah menentukan / memilih orang-orang tertentu untuk
selamat (Ef 1:4,5,11) dan orang-orang tertentu untuk binasa /
masuk neraka (Yoh 17:12 Ro 9:22), tetapi kita tidak tahu
siapa yang dipilih untuk selamat dan siapa yang dipilih untuk
binasa. Jadi itu adalah kehendak Allah yang tersembunyi dan
tidak boleh kita jadikan dasar / pedoman hidup kita, misalnya
dengan berpikir / bersikap seperti ini:
2. Mungkin orang yang mau saya injili itu bukan orang pilihan,
sehingga hanya membuang-buang waktu dan tenaga untuk
memberitakan Injil kepada dia. Biarkan saja dia, kalau
ternyata dia orang pilihan, toh nanti dia akan percaya
dengan sendirinya. Lagi-lagi, pikiran / sikap seperti ini jelas
salah!
Mat 22:39 - “Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu,
ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”.
Karena itu, pada saat saya sakit, saya harus berusaha untuk
sembuh, dengan cara apapun yang memungkinkan, selama
saya tidak mencari kesembuhan itu dengan jalan yang salah,
misalnya dengan pergi ke dukun (atau dengan latihan yoga,
yang jelas termasuk dalam okultisme!).
Jawab:
Sebetulnya dalam banyak hal yang lain, kita juga melihat hal
yang sama.
Misalnya:
a. Kita percaya bahwa Allah itu maha kasih dan mahatahu.
b. Kita juga percaya bahwa Allah menciptakan neraka dan
orang-orang tertentu yang Ia tahu bakal masuk ke neraka.
Kalau memang Ia maha kasih dan maha tahu, mengapa Ia
tidak HANYA menciptakan orang yang akan masuk ke
surga?
Saya yakin tidak ada orang yang bisa mengharmoniskan 2
kebenaran di atas itu, termasuk orang Arminian, tetapi toh
semua orang kristen (termasuk orang Arminian) percaya
dan mengajarkan ke 2 kebenaran itu, karena Kitab Suci
memang jelas mengajarkan kedua hal itu. Lalu mengapa
dalam hal doktrin Providence of God ini kita tidak mau
bersikap sama?
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
Ada satu ayat dalam Kitab Suci yang kalau disalah-mengerti bisa
menimbulkan kesan bahwa karena Allah telah menentukan dan
mengatur segala sesuatu, maka manusia tidak bertanggung jawab.
Ayat itu adalah Kej 45:8.
Kej 45:7-8 - “(7) Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu
untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk
memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu
tertolong. (8) Jadi BUKANLAH KAMU YANG MENYURUH AKU
KE SINI, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai
bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa
atas seluruh tanah Mesir.”.
Calvin (tentang Kej 45:8): “Let us now examine the words of Joseph.
For the consolation of his brethren he seems to draw the veil of oblivion
over their fault. But we know that men are not exempt from guilt,
although God may, beyond expectation, bring what they wickedly
attempt, to a good and happy issue.” [= Sekarang marilah kita
memeriksa kata-kata Yusuf. Untuk penghiburan terhadap saudara-
saudaranya kelihatannya ia menggunakan kerudung pengabaian
terhadap kesalahan mereka. Tetapi kita tahu bahwa manusia tidak
bebas dari kesalahan, sekalipun Allah bisa, di luar / melampaui
pengharapan, membawa apa yang mereka usahakan secara jahat,
pada suatu hasil yang baik dan membahagiakan.].
Calvin (tentang Kej 50:20): “we must notice this difference in his
language: for whereas, in the former passage, Joseph, desiring to soothe
the grief, and to alleviate the fear of his brethren, would cover their
wickedness by every means which ingenuity could suggest; he now
corrects them a little more openly and freely;” [= kita harus
memperhatikan perbedaan dalam bahasa / kata-kata ini: karena
sementara, dalam text yang terdahulu, Yusuf, karena menginginkan
untuk menenangkan / meringankan kesedihan, dan untuk
mengurangi rasa takut dari saudara-saudaranya, menutupi kejahatan
mereka dengan setiap cara yang bisa diusulkan oleh kepandaian;
sekarang ia mengkoreksi mereka dengan sedikit lebih terbuka dan
lebih bebas;].
-o0o-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
Jawab:
a) Allah memang menetapkan terjadinya dosa dan mengatur
sehingga dosa terjadi, tetapi Allah bukan pencipta dosa. Lihat
pelajaran IV, point B, 1,2 di atas.
b) Dalam menetapkan dan mengatur terjadinya dosa Allah
mempunyai tujuan yang baik. Lihat pelajaran IV, point D di atas.
John Calvin: “Yet God’s will is not therefore at war with itself, nor does
it change, nor does it pretend not to will what he wills. But even though
his will is one and simple in him, it appears manifold to us because, on
account of our mental incapacity, we do not grasp how in divers ways it
wills and does not will something to take place. ... when we do not grasp
how God wills to take place what he forbids to be done, let us recall our
mental incapacity, and at the same time consider that the light in which
God dwells is not without reason called unapproachable (1Tim 6:16),
because it is overspread with darkness.” [= Tetapi itu tidak
menyebabkan kehendak Allah berperang / bertentangan dengan
dirinya sendiri, juga tidak menyebabkan kehendak Allah itu berubah,
atau hanya berpura-pura tidak menghendaki apa yang Ia kehendaki.
Tetapi sekalipun kehendakNya adalah satu dan sederhana di dalam
Dia, itu terlihat bermacam-macam bagi kita karena, disebabkan oleh
ketidak-mampuan otak kita, kita tidak mengerti bagaimana dalam
cara yang berbeda kehendakNya menghendaki dan tidak
menghendaki sesuatu untuk terjadi. ... pada waktu kita tidak mengerti
bagaimana Allah menghendaki terjadi apa yang Ia larang untuk
dilakukan, biarlah kita mengingat ketidak-mampuan otak kita, dan
pada saat yang sama memikirkan bahwa terang dimana Allah tinggal
bukan tanpa alasan disebut tak terhampiri (1Tim 6:16), karena itu
dilingkupi dengan kegelapan.] - ‘Institutes of the Christian Religion’,
Book I, Chapter XVIII, no 3.
Jawab:
a) Harus diakui bahwa tanggapan salah seperti itu bisa saja terjadi,
tetapi kalau itu terjadi, itu adalah kesalahan dari orang yang
mendengar ajaran ini, bukan kesalahan ajarannya!
John Murray: “... perversion does not refute the truth of the doctrine
perverted.” [= ... penyimpangan tidak menyangkal kebenaran dari
doktrin yang disimpangkan.] - ‘Collected Writings of John
Murray’, vol II, hal 87.
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
Saya ingin memberi contoh lain yang lebih sesuai dengan topik yang
kita bahas. Suhento Liauw dan kelompoknya menggunakan ayat-ayat
di bawah ini untuk menentang doktrin Calvinisme yang mengajarkan
penentuan segala sesuatu termasuk dosa.
Yer 7:31 - “Mereka telah mendirikan bukit pengorbanan yang bernama
Tofet di Lembah Ben-Hinom untuk membakar anak-anaknya lelaki dan
perempuan, suatu hal yang tidak pernah Kuperintahkan dan yang tidak
pernah timbul dalam hatiKu.”.
Bdk. Yer 19:5 dan Yer 32:35 yang bunyinya kurang lebih sama
dengan Yer 7:31 itu.
Calvin (tentang Yer 7:31): “‘Which I commanded them not, and which
never came to my mind.’ This reason ought to be carefully noticed, for God
here cuts off from men every occasion for making evasions, since he
condemns by this one phrase, ‘I have not commanded them,’ whatever the
Jews devised. There is then no other argument needed to condemn
superstitions, than that they are not commanded by God: for when men
allow themselves to worship God according to their own fancies, and attend
not to his commands, they pervert true religion. ... The Prophet’s words
then are very important, when he says, that God had commanded no such
thing, and that it never came to his mind; as though he had said, that men
assume too much wisdom, when they devise what he never required, nay,
what he never knew. It is indeed certain, that there was nothing hid from
God, even before it was done: but God here assumes the character of man,
as though he had said, that what the Jews devised was unknown to him, as
his own law was sufficient.” [= ‘Yang tidak Aku perintahkan kepada
mereka, dan yang tidak pernah masuk ke pikiranKu’. Alasan ini harus
diperhatikan dengan hati-hati / teliti, karena Allah di sini memotong
dari manusia setiap penyebab / alasan untuk membuat penghindaran /
penipuan, karena Ia mengecam dengan satu ungkapan ini, ‘Aku tidak
memerintahkan mereka’, apapun yang orang-orang Yahudi rancangkan
/ khayalkan. Jadi di sana tidak ada argumentasi lain yang dibutuhkan
untuk mengecam takhyul, dari pada bahwa mereka tidak diperintahkan
oleh Allah: karena pada waktu manusia mengijinkan diri mereka sendiri
untuk menyembah Allah sesuai dengan khayalan mereka sendiri, dan
tidak memperhatikan perintah-perintahNya, mereka membengkokkan
agama yang benar. ... Jadi kata-kata sang Nabi adalah sangat penting,
pada waktu ia berkata, bahwa Allah tidak memerintahkan hal seperti
itu, dan itu tidak pernah masuk ke dalam pikiranNya; seakan-akan ia
telah berkata, bahwa manusia mengambil bagi dirinya sendiri terlalu
banyak hikmat, pada waktu mereka merancang / mengkhayalkan apa
yang tidak pernah Ia tuntut, bahkan apa yang Ia tak pernah tahu.
Memang pasti, bahwa di sana tak ada apapun yang tersembunyi dari
Allah, bahkan sebelum itu dilakukan: tetapi Allah di sini memakaiani
diriNya sendiri dengan karakter / peran manusia, seakan-akan Ia telah
berkata bahwa apa yang orang-orang Yahudi rancangkan / khayalkan
tidak dikenal bagiNya, karena hukumNya sendiri adalah cukup.].
Catatan: bagian yang saya loncati dalam kutipan dari tafsiran Calvin
ini berbicara tentang Gereja Roma Katolik (yang juga ia anggap
menciptakan hal-hal dalam ibadah yang tidak diperintahkan oleh
Allah), dan saya loncati karena saya anggap tidak relevan berkenaan
dengan contoh tentang penafsiran Suhento Liauw dan kelompoknya
yang saya bahas di sini.
Hal lain yang saya ingin saudara ketahui adalah: bahwa Adam Clarke,
yang adalah seorang Arminian yang sangat terpelajar, sama sekali
tidak menggunakan 3 ayat dalam kitab Yeremia itu untuk menentang
predestinasi ataupun doktrin penentuan segala sesuatu / dosa. Dan
saya tak pernah tahu ada ahli theologia / penafsir Arminian manapun
yang menggunakan ayat-ayat itu sebagaimana Suhento Liauw dan
kelompoknya menggunakannya.
Loraine Boettner: “It is true that some verses taken in themselves do seem
to imply the Arminian position. This, however, would reduce the Bible to a
mass of contradictions; for there are other verses which teach
Predestination, Inability, Election, Perseverance, etc., and which cannot by
any legitimate means be interpreted in harmony with Arminianism. Hence
in these cases the meaning of the sacred writer can be determined only by
the analogy of Scripture. Since the Bible is the word of God it is self-
consistent. Consequently if we find a passage which in itself is capable of
two interpretations, one of which harmonizes with the rest of the Scriptures
while the other does not, we are duty bound to accept the former. It is a
recognized principle of interpretation that the more obscure passages are to
be interpreted in the light of clearer passages, and not vice versa. We have
shown that the evidence which is brought forward in defense of
Arminianism, and which at first sight appears to possess considerable
plausibility, can legitimately be given an interpretation which harmonizes
with Calvinism. In view of the many Calvinistic passages, and the absence
of any genuine Arminian passages, we unhesitatingly assert that the
Calvinistic system is the true system.” [= Adalah benar bahwa beberapa
ayat, digunakan / dimengerti / ditafsirkan dalam diri mereka sendiri,
memang kelihatannya menyatakan secara implicit posisi Arminian.
Tetapi tindakan ini akan menurunkan / merendahkan Alkitab pada
suatu tumpukan dari kontradiksi-kontradiksi; karena di sana ada ayat-
ayat lain yang mengajarkan Predestinasi, Ketidakmampuan, Pemilihan,
Ketekunan, dsb., dan yang tidak bisa dengan cara yang sah apapun
ditafsirkan secara harmonis dengan Arminianisme. Karena itu dalam
kasus-kasus ini arti dari penulis kudus bisa ditentukan hanya oleh
analogi dari Kitab Suci. Karena Alkitab adalah firman Allah, itu
konsisten dengan dirinya sendiri. Karena itu jika kita mendapati satu
text yang dalam dirinya sendiri bisa mempunyai dua penafsiran, yang
satu harmonis dengan sisa dari Kitab Suci sedangkan yang lain tidak,
kita harus menerima yang pertama / terdahulu. Merupakan suatu
prinsip penafsiran yang diakui bahwa text-text yang lebih kabur harus
ditafsirkan dalam terang dari text-text yang lebih jelas, dan bukannya
sebaliknya. Kami telah menunjukkan bahwa bukti yang diajukan dalam
pembelaan dari Arminianisme, dan yang pada pandangan pertama
kelihatannya memiliki kemungkinan sah / bisa diterima yang besar , bisa
secara sah diberi suatu penafsiran yang harmonis dengan Calvinisme.
Dengan mempertimbangkan banyak text-text Calvinisme, dan absennya
text-text asli / sungguh-sungguh dari Arminianisme, kami dengan tak
ragu-ragu menegaskan bahwa sistim Calvinisme adalah sistim yang
benar.] - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 295-296.
Catatan:
1. ‘Naturalism’ [= Naturalisme] bisa berarti suatu pandangan yang
membuang hal-hal yang bersifat supra natural atau rohani. Juga
bisa berarti suatu agama yang alamiah.
Loraine Boettner: “We need not be surprised, then, when the adherents
to these doctrines are found to be in the minority. The truth or falsity of
Scripture doctrines cannot be left to the outcome of a popular vote.” [=
Jadi, kita tidak perlu heran, pada waktu pengikut-pengikut /
pndukung-pendukung dari doktrin-doktrin ini didapati dalam
keadaan minoritas. Kebenaran atau kepalsuan dari doktrin-doktrin
Kitab Suci tidak bisa diserahkan pada hasil dari suatu jumlah pemilih
populer.] - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 359-360.
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
Loraine Boettner: “It must be evident that there are just two theories
which can be maintained by evangelical Christians upon this important
subject; that all men who have made any study of it, and who have
reached any settled conclusions regarding it, MUST BE EITHER
CALVINISTS OR ARMINIANS. There is no other position which a
‘Christian’ can take. Those who deny the sacrificial nature of Christ’s
death turn to a system of self-salvation or naturalism, and cannot be
called ‘Christians’ in the historical and only proper sense of the term.”
[= Haruslah jelas / dimengerti bahwa di sana hanya ada dua teori
yang bisa diterima / dipertahankan oleh orang-orang Kristen Injili
tentang pokok yang penting ini; bahwa semua orang yang telah
mempelajarinya, dan yang telah mencapai kesimpulan yang tetap
mengenainya, HARUS ADALAH ATAU ORANG-ORANG
CALVINIST ATAU ORANG-ORANG ARMINIAN. Di sana tidak ada
posisi lain yang bisa diambil / diterima oleh seorang ‘Kristen’.
Mereka yang menyangkal hakekat dari kematian Kristus yang
bersifat pengorbanan berbalik pada suatu sistim keselamatan oleh
diri sendiri atau naturalisme, dan tidak bisa disebut ‘orang-orang
Kristen’ dalam arti yang bersifat sejarah dan satu-satunya arti yang
tepat dari istilah itu.] - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’,
hal 333.
Loraine Boettner: “Universalism, - which holds that Christ died for all
men and that eventually all shall be saved, either in this life or through a
future probation. This view perhaps makes the strongest appeal to our
feelings, but is un-Scriptural, and has never been held by an organized
Christian church.” [= Universalisme, - yang mempercayai bahwa
Kristus mati untuk semua orang dan bahwa pada akhirnya semua
akan diselamatkan, atau dalam kehidupan ini atau melalui suatu
masa percobaan yang akan datang. Pandangan ini mungkin membuat
daya tarik terkuat pada perasaan kita, tetapi adalah tidak Alkitabiah,
dan tidak pernah dipercayai oleh suatu gereja Kristen yang
terorganisir.] - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 47.
1. Pelagianisme.
3. Bayi yang baru lahir ada dalam keadaan seperti Adam sebelum
jatuh ke dalam dosa.
4. Bukan karena dosa atau oleh Adam maka seluruh umat manusia
mati, dan bukan oleh kebangkitan (Yesus) maka semua
dibangkitkan.
1. Pada waktu Adam yang suci itu jatuh ke dalam dosa, semua
manusia yang diturunkannya dengan cara biasa, jatuh ke dalam
dosa dengan dia.
4. Jumlah orang pilihan ini sudah ditetapkan dan tidak bisa berubah.
Semua ini saya ambil dari buku Dr. Albert H. Freundt, Jr., ‘History of
Early Christianity’, hal 57.
Pelagianisme:
1. Tentang Manusia - Kemampuan moral sepenuhnya.
2. Tentang Pemilihan / predestinasi - tidak ada.
3. Tentang kasih karunia - tidak ada, kecuali Allah telah
menyatakan kehendakNya dalam Kristus.
Semi-Pelagianisme:
1. Tentang Manusia - Kemampuan moral sebagian (manusia bisa
layak mendapat kasih karunia).
2. Tentang pemilihan / predestinasi - Bersyarat (berdasarkan
pengetahuan lebih dulu dari Allah).
3. Tentang kasih karunia - Perlu (manusia bergerak; Allah
menolong).
Semi-Augustinianisme:
1. Tentang manusia - ketidakmampuan moral (tetapi manusia bisa
menerima atau menolak kasih karunia ilahi).
2. Tentang pemilihan / predestinasi - tidak ada penentuan binasa
(Allah tidak menentukan siapapun untuk terhilang secara kekal).
3. Tentang kasih karunia - mendahului (iman manusia adalah
tanggapan terhadap Allah yang lebih dulu mendekati dia).
Augustinianisme:
1. Tentang manusia - Kebejatan total (ketidakmampuan
sepenuhnya / total dalam hal moral).
2. Tentang pemilihan / predestinasi - Tidak bersyarat (tidak
didasarkan atas pengetahuan lebih dulu dari Allah).
3. Tentang kasih karunia - Tidak bisa ditolak.
Contoh:
-o0o-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
Mat 10:29-31 - “(29) Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit?
Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar
kehendak Bapamu. (30) Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung
semuanya. (31) Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih
berharga dari pada banyak burung pipit.”.
John Calvin: “7. GOD’S PROVIDENCE IN PROSPERITY. The servant
of God, strengthened both by these promises and by examples, will join
thereto the testimonies which teach that all men are under his power,
whether their minds are to be conciliated, or their malice to be
restrained that it may not do harm. For it is the Lord who gives us favor,
not alone among those who wish us well, but even ‘in the eyes of the
Egyptians’ (Exodus 3:21); indeed, he knows how to shatter the
wickedness of our enemies in various ways. For sometimes he takes
away their understanding so that they are unable to comprehend
anything sane or sober, as when he sends forth Satan to fill the mouths
of all the prophets with falsehood in order to deceive Ahab (1 Kings
22:22). He drives Rehoboam mad by the young men’s advice that
through his own folly he may be despoiled of the kingdom (1 Kings
12:10, 15). Sometimes when he grants them understanding, he so
frightens and dispirits them that they do not wish, or plan, to carry out
what they have conceived. Sometimes, also, when he permits them to
attempt what their lust and madness has prompted, he at the right
moment breaks off their violence, and does not allow their purpose to be
completed. Thus Ahitophel’s advice, which would have been fatal for
David, he destroyed before its time (2 Samuel 17:7, 14). Thus, also, it is
his care to govern all creatures for their own good and safety; and even
the devil himself, who, we see, dared not attempt anything against Job
without His permission and command (Job 1:12 ).” [= 7.
PROVIDENSIA ALLAH DALAM KEMAKMURAN. Pelayan Allah,
dikuatkan baik oleh janji-janji ini dan oleh contoh-contoh, lebih jauh
lagi akan menggabungkan kesaksian-kesaksian yang mengajar bahwa
semua manusia ada di bawah kuasaNya, apakah pikiran mereka
harus diperdamaikan, atau kejahatan mereka harus dikekang,
sehingga itu tidak akan menyakiti / melukai. Karena adalah Tuhan
yang memberi kita kebaikan, bukan hanya di antara mereka yang
menginginkan kebaikan kita, tetapi bahkan ‘dalam mata dari orang-
orang Mesir’ (Kel 3:21); memang, Ia tahu bagaimana
menghancurkan kejahatan dari musuh-musuh kita dengan
bermacam-macam cara. Karena kadang-kadang Ia mengambil
pengertian mereka sehingga mereka tidak bisa memahami apapun
dengan cara yang waras, seperti pada waktu Ia mengutus Iblis untuk
memenuhi mulut dari semua nabi-nabi dengan kepalsuan / dusta
untuk menipu Ahab (1Raja 22:22). Ia menjadikan Rehabeam gila oleh
nasehat orang-orang muda sehingga melalui kebodohannya sendiri ia
bisa disingkirkan dari kerajaan (1Raja 12:10,15). Kadang-kadang
pada waktu Ia memberi mereka pengertian, Ia begitu membuat
mereka takut dan kecil hati sehingga mereka tidak menginginkan,
atau merencanakan, untuk melaksanakan apa yang telah mereka
mengerti. Juga kadang-kadang, pada waktu Ia mengijinkan mereka
untuk mengusahakan apa digerakkan oleh nafsu dan kegilaan
mereka, Ia pada saat yang tepat menghentikan secara mendadak
keganasan / kekerasan mereka, dan tidak mengijinkan rencana /
tujuan mereka untuk diselesaikan. Demikianlah nasihat Ahitofel,
yang akan sudah menjadi sesuatu yang fatal bagi Daud, Ia hancurkan
sebelum waktunya (2Sam 17:7,14). Demikian juga, adalah
pemeliharaanNya untuk memerintah / mengatur semua makhluk
ciptaan untuk kebaikan dan keamanan mereka sendiri; dan bahkan
setan / iblis sendiri, yang kita lihat, tidak berani mengusahakan
apapun terhadap / menentang Ayub tanpa ijin dan perintahNya
(Ayub 1:12).] - ‘Institutes of The Christian Religion’, Book I, Chapter
XVII, no 7.
Kel 3:21 - “Dan Aku akan membuat orang Mesir bermurah hati
terhadap bangsa ini, sehingga, apabila kamu pergi, kamu tidak pergi
dengan tangan hampa,”.
1Raja 22:22 - “Jawabnya: Aku akan keluar dan menjadi roh dusta
dalam mulut semua nabinya. Ia berfirman: Biarlah engkau
membujuknya, dan engkau akan berhasil pula. Keluarlah dan
perbuatlah demikian!”.
1Raja 12:10,15 - “(10) Lalu orang-orang muda yang sebaya dengan
dia itu berkata: ‘Beginilah harus kaukatakan kepada rakyat yang
telah berkata kepadamu: Ayahmu telah memberatkan tanggungan
kami, tetapi engkau ini, berilah keringanan kepada kami - beginilah
harus kaukatakan kepada mereka: Kelingkingku lebih besar dari
pada pinggang ayahku! ... (15) Jadi raja tidak mendengarkan
permintaan rakyat, sebab hal itu merupakan perubahan yang
disebabkan TUHAN, supaya TUHAN menepati firman yang
diucapkanNya dengan perantaraan Ahia, orang Silo, kepada
Yerobeam bin Nebat.”.
2Sam 17:7,14 - “(7) Lalu berkatalah Husai kepada Absalom:
‘Nasihat yang diberikan Ahitofel kali ini tidak baik.’ ... (14) Lalu
berkatalah Absalom dan setiap orang Israel: ‘Nasihat Husai, orang
Arki itu, lebih baik dari pada nasihat Ahitofel.’ Sebab TUHAN telah
memutuskan, bahwa nasihat Ahitofel yang baik itu digagalkan,
dengan maksud supaya TUHAN mendatangkan celaka kepada
Absalom.”.
Ayub 1:12 - “Maka firman TUHAN kepada Iblis: ‘Nah, segala yang
dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau
mengulurkan tanganmu terhadap dirinya.’ Kemudian pergilah Iblis
dari hadapan TUHAN.”.
John Calvin: “Gratitude of mind for the favorable outcome of things,
patience in adversity, and also incredible freedom from worry about the
future all necessarily follow upon this knowledge. Therefore whatever
shall happen prosperously and according to the desire of his heart,
God’s servant will attribute wholly to God, whether he feels God’s
beneficence through the ministry of men, or has been helped by
inanimate creatures. For thus he will reason in his mind: surely it is the
Lord who has inclined their hearts to me, who has so bound them to me
that they should become the instruments of his kindness toward me. In
abundance of fruits he will think: "It is the Lord who ‘hears’ the
heaven, that the heaven may ‘hear’ the earth, that the earth also may
‘hear’ its offspring" (cf. Hosea 2:21-22, Vg.; 2: 22-23, EV). In other
things he will not doubt that it is the Lord’s blessing alone by which all
things prosper. Admonished by so many evidences, he will not continue
to be ungrateful.” [= Rasa terima kasih dari pikiran untuk hasil akhir
yang menyenangkan dari hal-hal, kesabaran dalam penderitaan /
bencana, dan juga kebebasan yang luar biasa dari kekuatiran tentang
masa yang akan datang semua pasti mengikuti pengetahuan ini.
Karena itu apapun yang terjadi secara menguntungkan dan sesuai
dengan keinginan dari hatinya, pelayan Allah akan menganggapnya
sepenuhnya berasal dari Allah, apakah ia merasakan kebaikan Allah
melalui pelayanan manusia, atau telah ditolong oleh ciptaan-ciptaan
yang tidak bernyawa. Karena demikianlah ia akan berpikir /
menyimpulkan dalam pikirannya: pasti Tuhanlah yang telah
mencondongkan hati mereka kepadaku, yang sudah begitu mengikat
mereka kepadaku sehingga mereka harus menjadi alat-alat dari
kebaikanNya terhadap aku. Dalam kelimpahan dari buah / hasil /
panen, ia akan berpikir: "Adalah Tuhan yang ‘mendengar’ langit,
sehingga langit bisa ‘mendengar’ bumi, sehingga bumi juga bisa
‘mendengar’ hasilnya" (Bdk. Hosea 2:21-22, Vulgate; 2:22-23, EV).
Dalam hal-hal lain ia tidak akan meragukan bahwa itu merupakan
berkat Tuhan saja dengan mana segala sesuatu berhasil. Dinasehati
oleh begitu banyak bukti, ia tidak akan terus menjadi orang yang
tidak punya rasa terima kasih.] - ‘Institutes of The Christian
Religion’, Book I, Chapter XVII, no 7.
Calvin (tentang Kej 50:20): “Let the impious busy themselves as they
please, let them rage, let them mingle heaven and earth; yet they shall
gain nothing by their ardour; and not only shall their impetuosity prove
ineffectual, but shall be turned to an issue the reverse of that which they
intended, so that they shall promote our salvation, though they do it
reluctantly. So that whatever poison Satan produces, God turns it into
medicine for his elect.” [= Biarlah orang jahat menyibukkan diri
mereka sendiri semau mereka, biarlah mereka marah, biarlah
mereka mencampur-adukkan langit dan bumi; tetapi mereka tidak
akan mendapatkan keuntungan apapun oleh semangat mereka; dan
bukan hanya tindakan tanpa berpikir dari mereka terbukti tidak
berhasil, tetapi akan dibalikkan pada suatu hasil yang berlawanan
dengan yang mereka maksudkan, sehingga mereka akan memajukan
keselamatan kita, sekalipun mereka melakukan hal itu dengan segan.
Sehingga apapun racun yang dihasilkan oleh Setan, Allah
membalikkannya menjadi obat untuk orang pilihanNya.] - hal 488.
Calvin (tentang Ro 8:28): “so far are the troubles of this life from
hindering our salvation, that, on the contrary, they are helps to it.” [=
begitu jauhnya kesukaran-kesukaran hidup ini dari pada
menghalangi keselamatan kita, sehingga sebaliknya, mereka adalah
pertolongan bagi keselamatan itu.] - hal 314.
Calvin (tentang Ro 8:28): “Though the elect and the reprobate are
indiscriminately exposed to similar evils, there is yet a great difference;
for God trains up the faithful by afflictions, and thereby promotes their
salvation.” [= Sekalipun orang pilihan dan orang yang ditentukan
untuk binasa tanpa pandang bulu terbuka terhadap bencana yang
sama, tetapi ada perbedaan yang besar; karena Allah melatih /
mendidik orang setia / percaya menggunakan penderitaan-
penderitaan, dan dengan demikian memajukan keselamatan mereka.]
- hal 315.
Catatan: bagian yang saya beri garis bawah ganda tidak saya
terjemahkan, karena hanya merupakan contoh-contoh yang
Calvin berikan yang menunjukkan bermacam-macam bencana
yang bisa menimpa kita dimanapun kita berada dan apapun yang
kita lakukan.
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
Calvin (tentang Ayub 1:21): “For the story here written, showeth
us how we be in God’s hand, and that it lieth in him to determine
of our lives, and to dispose of the same according to his good
pleasure: and that it is our duty to submit ourselves unto him with
all humbleness and obedience: and that it is good reason, that we
should be wholly his, both to live and die: and specially that when
it pleaseth him to lay his hand upon us, although we perceive not
for what cause he doth it, yet we should glorify him continually,
acknowledging him to be just and upright, and not to grudge
against him.” [= Karena cerita yang ditulis di sini menunjukkan
kepada kita, bahwa kita ada dalam tangan Allah, dan Dialah
yang menentukan hidup kita, dan mengatur / membuangnya
sesuai kehendakNya: dan merupakan kewajiban kita untuk
menundukkan diri kita sendiri kepadaNya dengan segala
kerendahan hati dan ketaatan: dan merupakan pertimbangan
yang baik bahwa kita adalah milikNya sepenuhnya, baik hidup
atau mati: dan khususnya pada waktu Ia berkenan untuk
‘meletakkan tanganNya atas kita’, sekalipun kita tidak mengerti
mengapa Ia melakukan hal itu, tetapi kita harus memuliakan
Dia secara terus menerus, mengakui Dia sebagai adil dan lurus /
benar, dan tidak bersungut-sungut terhadap Dia.] - ‘Sermons on
Job’, hal 1.
John Calvin: “Secondly, they may safely rest in the protection of him to
whose will are subject all the harmful things which, whatever their
source, we may fear; whose authority curbs Satan with all his furies and
his whole equipage; and upon whose nod depends whatever opposes our
welfare. And we cannot otherwise correct or allay these uncontrolled
and superstitious fears, which we repeatedly conceive at the onset of
dangers. We are superstitiously timid, I say, if whenever creatures
threaten us or forcibly terrorize us we become as fearful as if they had
some intrinsic power to harm us, or might wound us inadvertently and
accidentally, or there were not enough help in God against their harmful
acts.” [= Kedua, mereka bisa dengan aman beristirahat / bersandar
pada perlindungan dari Dia, bagi kehendak siapa semua hal-hal yang
membahayakan tunduk, yang apapun sumber mereka, bisa kita
takuti; yang otoritasnya mengekang / mengendalikan Iblis dengan
semua kemarahannya dan seluruh perlengkapannya; dan pada
anggukan siapa tergantung apapun yang menentang kesejahteraan
kita. Dan kalau tidak kita tidak bisa mengkoreksi atau menenangkan /
mengurangi rasa takut yang tak terkontrol dan bersifat takhyul ini,
yang berulang-ulang kita pikirkan pada permulaan dari bahaya-
bahaya. Kita takut-takut secara takhyul, saya katakan, jika kapanpun
makhluk-makhluk ciptaan mengancam kita atau secara kuat
menteror kita, kita menjadi setakut seakan-akan mereka mempunyai
suatu kuasa yang bersifat hakiki untuk merugikan kita, atau bisa
melukai kita secara tidak sengaja dan secara kebetulan, atau di sana
tidak ada pertolongan yang cukup dalam Allah terhadap tindakan-
tindakan mereka yang merugikan / membahayakan.] - ‘Institutes of
The Christian Religion’, Book I, Chapter XVI, no 3.
Mat 4:1-4 - “(1) Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk
dicobai Iblis. (2) Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat
puluh malam, akhirnya laparlah Yesus. (3) Lalu datanglah si pencoba
itu dan berkata kepadaNya: ‘Jika Engkau Anak Allah,
perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.’ (4) Tetapi Yesus
menjawab: ‘Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi
dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.’”.
Calvin (tentang Mat 4:4): “In like manner, the Apostle says, that he
‘upholdeth all things by his powerful word’ (Hebrews 1:3;) that is, the
whole world is preserved, and every part of it keeps its place, by the
will and decree of Him, whose power, above and below, is everywhere
diffused.” [= Dengan cara yang sama, sang rasul berkata bahwa Ia
‘menopang segala yang ada dengan firmanNya yang penuh
kekuasaan’ (Ibr 1:3); artinya, seluruh dunia / alam semesta
dipelihara, dan setiap bagiannya dijaga pada tempatnya, oleh
kehendak dan ketetapanNya, yang kuasaNya, di atas dan di bawah,
tersebar dimana-mana.].
Ibr 1:3 - “Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud
Allah dan menopang segala yang ada dengan firmanNya yang
penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian
dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang
tinggi,”.
Maksud Calvin adalah: kalau kata ‘firman’ dalam Ibr 1:3 itu bisa
diartikan ‘kehendak Allah’, maka dalam Mat 4:4 kata ini juga bisa
ditafsirkan seperti itu.
Jadi maksud Yesus adalah: sekalipun tidak ada roti, kalau Allah
menghendaki Ia hidup, Ia akan hidup. Penafsiran ini lebih cocok
dengan konteks Mat 4:3-4 maupun Ul 8:3!
-o0o-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
John Calvin: “... providence means not that by which God idly observes
from heaven what takes place on earth, but that by which, as keeper of the
keys, he governs all events.” [= ... providensia tidak berarti sesuatu
dengan mana Allah dengan bermalas-malasan / tak berbuat apa-apa
mengawasi dari surga apa yang terjadi di bumi, tetapi sesuatu dengan
mana, seperti seorang penjaga kunci, Ia memerintah segala kejadian /
peristiwa.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XVI,
no 4.
John Calvin: “... it is certain that not one drop of rain falls without God’s
sure command.” [= ... adalah pasti bahwa tidak satu titik hujanpun yang
jatuh tanpa perintah yang pasti dari Allah.] - ‘Institutes of the Christian
Religion’, Book I, Chapter XVI, no 5.
John Calvin: “... nothing at all in the world is undertaken without his
determination, shows that things seemingly most fortuitous are subject to
him.” [= ... sama sekali tidak ada sesuatupun dalam dunia yang
dilakukan / dijalankan tanpa penentuanNya, menunjukkan bahwa hal-
hal yang kelihatannya sangat bersifat kebetulan tunduk kepadaNya.] -
‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XVI, no 6.
John Calvin: “... we make God the ruler and governor of all things, who in
accordance with his wisdom has from the farthest limit of eternity decreed
what he was going to do, and now by his might carries out what he has
decreed. From this we declare that not only heaven and earth and the
inanimate creatures, but also the plans and intentions of men, are so
governed by his providence that they are borne by it straight to their
appointed end.” [= ... kami membuat Allah pengatur dan pemerintah
segala sesuatu, yang sesuai dengan kebijaksanaanNya telah menetapkan
sejak batas terjauh dari kekekalan apa yang akan Ia lakukan, dan
sekarang dengan kuasaNya melaksanakan apa yang telah Ia tetapkan.
Dari sini kami menyatakan bahwa bukan hanya surga dan bumi dan
makhluk tak bernyawa, tetapi juga rencana dan maksud manusia begitu
diperintah / diatur oleh providensiaNya sehingga mereka dilahirkan
olehnya langsung menuju tujuan yang ditetapkan bagi mereka.] -
‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XVI, no 8.
John Calvin: “... thieves and murderers and other evildoers are the
instruments of divine providence, and the Lord himself uses these to carry
out the judgments that he has determined with himself. Yet I deny that they
can derive from this any excuse for their evil deeds.” [= ... pencuri dan
perampok dan pembuat kejahatan yang lain adalah alat dari
providensia ilahi, dan Tuhan sendiri menggunakan mereka untuk
melaksanakan keputusan-keputusan yang telah Ia tentukan dengan
diriNya sendiri. Tetapi saya menyangkal bahwa mereka bisa
mendapatkan dari sini alasan / dalih untuk tindakan-tindakan mereka
yang jahat.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter
XVII, no 5.
John Calvin: “... neither God’s plan nor his will is reversed, nor his
volition altered; but what he had from eternity foreseen, approved, and
decreed, he pursues in uninterrupted tenor, however sudden the variation
may appear in men’s eyes.” [= ... baik rencana Allah maupun
kehendakNya tidak berbalik, juga kemauanNya tidak berubah; tetapi
apa yang dari kekekalan telah Ia lihat lebih dulu, setujui / restui, dan
tetapkan, Ia ikuti / kejar dengan arah yang tak terganggu, betapapun
mendadaknya perubahan terlihat dalam pandangan manusia.] -
‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XVII, no 13.
John Calvin: “God wills that the false king Ahab be deceived; the devil
offers his services to this end; he is sent, with a definite command, to be a
lying spirit in the mouth of all the prophets (1Kings 22:20,22). If the
blinding and insanity of Ahab be God’s judgment, the figment of bare
permission vanishes: because it would be ridiculous for the Judge only to
permit what he wills to be done, and not also to decree it and to command
its execution by his ministers.” [= Allah menghendaki bahwa raja Ahab
yang tidak benar ditipu; setan menawarkan pelayanannya untuk tujuan
ini; ia dikirim, dengan perintah yang pasti, untuk menjadi roh dusta
dalam mulut semua nabi (1Raja 22:20,22). Jika pembutaan dan kegilaan
Ahab adalah penghakiman Allah, isapan jempol tentang ‘sekedar ijin’
hilang: karena adalah menggelikan bagi sang Hakim untuk hanya
mengijinkan apa yang Ia kehendaki untuk dilakukan, dan tidak juga
menetapkannya dan memerintahkan pelaksanaannya oleh pelayan-
pelayanNya.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter
XVIII, no 1.
John Calvin: “Those who are moderately versed in the Scriptures see that
for the sake of brevity I have put forward only a few of many testimonies.
Yet from these it is more than evident that they babble and talk absurdly
who, in place of God’s providence, substitute bare permission - as if God
sat in a watchtower awaiting chance events, and his judgments thus
depended upon human will.” [= Mereka yang mengetahui ayat-ayat
Kitab Suci secara cukup, melihat bahwa untuk singkatnya saya hanya
memberikan sedikit dari banyak kesaksian. Tetapi dari kesaksian-
kesaksian ini adalah lebih dari jelas bahwa mereka mengoceh dan
berbicara secara menggelikan yang, menggantikan providensia Allah
dengan ‘sekedar ijin’ - seakan-akan Allah duduk di menara pengawal
menunggu kejadian-kejadian yang terjadi secara kebetulan, dan dengan
demikian penghakimanNya tergantung pada kehendak manusia.] -
‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XVIII, no 1.
John Calvin: “To sum up, since God’s will is said to be the cause of all
things, I have made his providence the determination principle for all
human plans and works, not only in order to display its force in the elect,
who are ruled by the Holy Spirit, but also to compel the reprobate to
obedience.” [= Kesimpulannya, karena kehendak Allah dikatakan
sebagai penyebab dari segala sesuatu, saya telah membuat
providensiaNya suatu prinsip yang menentukan untuk semua rencana
dan pekerjaan manusia, bukan hanya untuk menunjukkan kekuatannya
dalam diri orang pilihan, yang dipimpin oleh Roh Kudus, tetapi juga
untuk memaksa orang yang ditetapkan binasa pada ketaatan.] -
‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XVIII, no 2.
John Calvin: “Yet God’s will is not therefore at war with itself, nor does it
change, nor does it pretend not to will what he wills. But even though his
will is one and simple in him, it appears manifold to us because, on
account of our mental incapacity, we do not grasp how in divers ways it
wills and does not will something to take place. ... when we do not grasp
how God wills to take place what he forbids to be done, let us recall our
mental incapacity, and at the same time consider that the light in which
God dwells is not without reason called unapproachable (1Tim 6:16),
because it is overspread with darkness.” [= Tetapi itu tidak menyebabkan
kehendak Allah berperang / bertentangan dengan dirinya sendiri, juga
tidak menyebabkan kehendak Allah itu berubah, atau hanya berpura-
pura tidak menghendaki apa yang Ia kehendaki. Tetapi sekalipun
kehendakNya adalah satu dan sederhana di dalam Dia, tetapi itu terlihat
bermacam-macam bagi kita karena, disebabkan oleh ketidakmampuan
otak kita, kita tidak mengerti bagaimana dalam cara yang berbeda
kehendakNya menghendaki dan tidak menghendaki sesuatu untuk
terjadi. ... pada waktu kita tidak mengerti bagaimana Allah
menghendaki terjadi apa yang Ia larang untuk dilakukan, biarlah kita
mengingat ketidakmampuan otak kita, dan pada saat yang sama
memikirkan bahwa terang dimana Allah tinggal bukan tanpa alasan
disebut tak terhampiri (1Tim 6:16), karena itu dilingkupi dengan
kegelapan.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter
XVIII, no 3.
=====================================================
Chapter II, 1: “... God, ... working all things according to the counsel of
His own immutable and most righteous will,” [= ... Allah ... mengerjakan
segala sesuatu sesuai dengan rencana dari kehendakNya sendiri yang
tetap / tak bisa berubah dan paling benar,].
Chapter III, 1: “God from all eternity, did, by the most wise and holy
counsel of His own will, freely and unchangeably ordain whatsoever comes
to pass; yet so, as thereby neither is God the author of sin, nor is violence
offered to the will of the creatures; nor is the liberty or contingency of
second causes taken away, but rather established.” [= Allah dari sejak
kekekalan, melakukan, oleh rencana dari kehendakNya sendiri yang
paling bijaksana dan suci, dengan bebas dan dengan tidak bisa berubah
menetapkan apapun yang akan terjadi; tetapi dengan sedemikian rupa
sehingga Allah bukan pencipta dosa, dan tidak digunakan kekerasan /
pemaksaan terhadap kehendak dari makhluk-makhluk ciptaan; juga
kebebasan atau ketidak-pastian / sifat tergantung dari penyebab kedua
tidaklah disingkirkan, tetapi sebaliknya diteguhkan.].
Chapter III, 2: “Although God knows whatsoever may or can come to pass
upon all supposed conditions; yet hath He not decreed any thing because
He foresaw it as future, or as that which would come to pass upon such
conditions.” [= Sekalipun Allah mengetahui apapun yang mungkin atau
bisa terjadi dalam segala kondisi yang dimaksudkan, tetapi Ia tidak
menetapkan sesuatu apapun karena Ia melihatnya lebih dulu sebagai
masa depan, atau sebagai apa yang akan terjadi dalam kondisi seperti
itu.].
Chapter V, 1: “God the great Creator of all things, doth uphold, direct,
dispose, and govern all creatures, actions, and things, from the greatest
even to the least, by His most wise and holy providence, according to His
infallible foreknowledge, and the free and immutable counsel of His own
will, to the praise of the glory of His wisdom, power, justice, goodness, and
mercy.” [= Allah Pencipta yang besar / agung dari segala sesuatu
menegakkan, mengarahkan, menentukan / mengatur, dan memerintah
semua makhluk ciptaan, tindakan-tindakan dan benda-benda, dari yang
terbesar bahkan sampai pada yang terkecil, oleh providensiaNya yang
paling bijaksana dan kudus, sesuai dengan pra-pengetahuanNya yang
tidak bisa salah, dan rencana dari kehendakNya sendiri yang bebas dan
tetap / tak bisa berubah, untuk memuji kemuliaan dari hikmat, kuasa,
keadilan, kebaikan, dan belas kasihanNya.].
Chapter VI, 1: “Our first parents, being seduced by the subtilty and
temptation of Satan, sinned, in eating the forbidden fruit. This their sin,
God was pleased, according to His wise and holy counsel, to permit, having
purposed to order it to His own glory.” [= Nenek moyang kita yang
pertama, setelah digoda oleh kelicinan / kelicikan dan pencobaan Setan,
berdosa dengan memakan buah terlarang. Dosa mereka ini, Allah
berkenan, menurut rencanaNya yang bijaksana dan kudus,
mengijinkannya, setelah menetapkan untuk menentukannya untuk
kemuliaanNya sendiri.].
=====================================================
John Owen:
John Owen: “Whatsoever God hath determined, according to the counsel
of his wisdom and good pleasure of his will, to be accomplished, to the
praise of his glory, standeth sure and immutable;” [= Apapun yang Allah
telah tentukan, sesuai dengan rencana dari hikmatNya dan kerelaan
kehendakNya, untuk terjadi, untuk memuji kemuliaanNya, berdiri teguh
dan tetap / tak bisa berubah;] - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal
20.
John Owen: “If God’s determination concerning any thing should have a
temporal original, it must needs be either because he then perceived some
goodness in it of which before he was ignorant, or else because some
accident did affix a real goodness to some state of things which it had not
from him; neither of which, without abominable blasphemy, can be
affirmed, seeing he knoweth the end from the beginning,” [= Jika
penentuan Allah tentang sesuatu apapun mempunyai asal usul dalam
waktu, itu pasti disebabkan atau karena Ia pada saat itu melihat suatu
kebaikan dalam hal itu yang tidak diketahuiNya sebelumnya, atau
karena ada suatu kecelakaan / kebetulan yang melekatkan kebaikan
yang sungguh-sungguh pada suatu keadaan yang tidak datang dari Dia;
yang manapun dari dua hal ini tidak bisa ditegaskan tanpa melakukan
suatu penghujatan yang menjijikkan, karena Ia mengetahui akhirnya
dari semula,] - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 20.
John Owen: “Out of this large and boundless territory of things possible,
God by his decree freely determineth what shall come to pass, and makes
them future which before were but possible. After this decree, as they
commonly speak, followeth, or together with it, as others more exactly,
taketh place, that prescience of God which they call ‘visionis,’ ‘of vision,’
whereby he infallibly seeth all things in their proper causes, and how and
when they shall some to pass.” [= Dari daerah yang besar dan tak
terbatas dari hal-hal yang mungkin terjadi ini, Allah dengan
ketetapanNya secara bebas menentukan apa yang akan terjadi, dan
membuat mereka yang tadinya hanya ‘mungkin terjadi’ menjadi ‘akan
datang’. Pada umumnya orang mengatakan bahwa setelah ketetapan ini,
atau seperti dikatakan oleh orang-orang lain dengan lebih tepat lagi,
bersama-sama dengan ketetapan itu, terjadilah ‘pengetahuan yang lebih
dulu’ dari Allah yang mereka sebut VISIONIS, ‘dari penglihatan’,
dengan mana Ia, secara tidak mungkin salah, melihat segala sesuatu
dalam penyebab-penyebabnya yang tepat, dan bagaimana dan kapan
mereka akan terjadi.] - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 23.
=====================================================
Louis Berkhof:
Louis Berkhof: “In the case of some things God decided, not merely that
they would come to pass, but that He himself would bring them to pass,
either immediately, as in the work of creation, or through the mediation of
secondary causes, which are continually energized by His power. He
himself assumes the responsibility for their coming to pass. There are other
things, however, which God included in His decree and thereby rendered
certain, but which He did not decide to effectuate Himself, as the sinful
acts of His rational creatures.” [= Dalam kasus dari sebagian / beberapa
hal, Allah memutuskan, bukan hanya bahwa mereka akan terjadi, tetapi
bahwa Ia sendiri akan menyebabkan mereka terjadi, baik secara
langsung, seperti dalam pekerjaan penciptaan, atau melalui perantaraan
dari ‘penyebab-penyebab kedua’, yang secara terus menerus diberi
kekuatan / diaktifkan oleh kuasaNya. Ia sendiri bertanggung jawab atas
terjadinya hal-hal itu. Tetapi ada hal-hal lain, yang Allah masukkan
dalam ketetapanNya dan dengan demikian dibuat menjadi pasti, tetapi
yang Ia putuskan bahwa bukan Ia sendiri yang melaksanakannya,
seperti tindakan-tindakan berdosa dari makhluk-makhluk rasionilNya.]
- ‘Systematic Theology’, hal 103.
=====================================================
Robert L. Dabney:
Robert L. Dabney: “The decrees of God are His eternal purpose according
to the counsel of His will, whereby, for His own glory, He hath
foreordained whatsoever comes to pass” [= Ketetapan-ketetapan Allah
adalah rencana kekalNya menurut kehendakNya, dengan mana, untuk
kemuliaanNya sendiri, Ia telah menentukan lebih dulu apapun yang
akan terjadi] - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 121.
=====================================================
B. B. Warfield:
B. B. Warfield: “But, in the infinite wisdom of the Lord of all the earth,
each event falls with exact precision into its proper place in the unfolding
of His eternal plan; nothing, however small, however strange, occurs
without His ordering, or without its peculiar fitness for its place in the
working out of His purpose; and the end of all shall be the manifestation of
His glory, and the accumulation of His praise.” [= Tetapi, dalam hikmat
yang tidak terbatas dari Tuhan seluruh bumi, setiap peristiwa / kejadian
jatuh dengan ketepatan yang tepat pada tempatnya yang benar dalam
pembukaan / penyingkapan dari rencana kekalNya; tidak ada
sesuatupun, betapapun kecilnya, betapapun anehnya, yang terjadi tanpa
pengaturan / perintahNya, atau tanpa kecocokannya yang khusus untuk
tempatnya dalam pelaksanaan RencanaNya; dan akhir dari semua
adalah akan diwujudkannya kemuliaanNya, dan pengumpulan pujian
bagiNya.] - ‘Biblical and Theological Studies’, hal 285.
=====================================================
Charles Hodge:
Charles Hodge: “The second point included in this doctrine is, that the
decrees of God are all reducible to one purpose. By this is meant that from
the indefinite number of systems, or series of possible events, present to the
divine mind, God determined on the futurition or actual occurrence of the
existing order of things, with all its changes, minute as well as great, from
the beginning of time to all eternity. The reason, therefore, why any event
occurs, or, that it passes from the category of the possible into that of the
actual, is that God has so decreed.” [= Point kedua yang tercakup dalam
doktrin ini adalah, bahwa ketetapan-ketetapan Allah semua bisa
disederhanakan menjadi satu tujuan / rencana. Dengan ini dimaksudkan
bahwa dari sejumlah sistim yang tidak tertentu jumlahnya, atau dari
seri-seri peristiwa yang mungkin terjadi, yang ada dalam pikiran ilahi,
Allah menentukan ‘akan terjadinya’ atau ‘kejadian sungguh-sungguh’
dari urut-urutan hal-hal yang ada, dengan semua perubahan-
perubahannya, kecil maupun besar, dari ‘permulaan waktu’ sampai
pada ‘seluruh kekekalan’. Karena itu, alasan mengapa suatu peristiwa
terjadi, atau, bahwa itu berpindah dari kategori ‘mungkin’ menjadi
‘sungguh-sungguh’, adalah karena Allah telah menetapkannya
demikian.] - ‘Systematic Theology’, vol I, hal 537.
Charles Hodge: “The decrees of God are certainly efficacious, that is, they
render certain the occurrence of what He decrees. Whatever God
foreordains, must certainly come to pass. The distinction between the
efficient (or efficacious) and the permissive decrees of God, although
important, has no relation to the certainty of events. All events embraced in
the purpose of God are equally certain, whether He has determined to
bring them to pass by his own power, or simply to permit their occurrence
through the agency of his creatures. It was no less certain from eternity
that Satan would tempt our first parents, and that they would fall, than that
God would send his Son to die for sinners. Some things He purposes to do,
others He decrees to permit to be done. He effects good, He permits evil. He
is the author of the one, but not of the other.” [= Ketetapan-ketetapan
Allah pasti menghasilkan apa yang diinginkan, artinya, ketetapan-
ketetapan itu membuat pasti kejadian yang Ia tetapkan. Apapun yang
Allah tentukan lebih dulu, pasti akan terjadi. Perbedaan antara
ketetapan-ketetapan Allah yang efisien (atau efektif) dan yang bersifat
mengijinkan, sekalipun penting, tidak ada hubungannya dengan
kepastian dari peristiwa-peristiwa. Semua peristiwa yang tercakup
dalam rencana Allah sama pastinya, apakah Ia telah menetapkan untuk
melaksanakan mereka dengan kuasaNya sendiri, atau sekedar
mengijinkan terjadinya mereka melalui makhluk-makhluk ciptaanNya
sebagai agen. Tidak kurang pastinya dari kekekalan bahwa Iblis akan
mencobai orang tua / nenek moyang pertama kita, dan bahwa mereka
akan jatuh, dari pada bahwa Allah akan mengutus AnakNya untuk mati
untuk orang-orang berdosa. Sebagian hal-hal Ia rencanakan untuk Ia
lakukan, yang lain Ia tetapkan untuk mengijinkan untuk terjadi /
dilakukan. Ia membuat terjadinya kebaikan / hal-hal yang baik, Ia
mengijinkan kejahatan / hal-hal yang jahat. Ia adalah pencipta dari
yang satu, tetapi bukan dari yang lain.] - ‘Systematic Theology’, vol I,
hal 540-541.
Charles Hodge: “... the unity of God’s plan. If that plan comprehends all
events, all events stand in mutual relation and dependence. If one part
fails, the whole may fail or be thrown into confusion.” [= ... kesatuan
rencana Allah. Jika rencana itu mencakup semua peristiwa, maka semua
peristiwa saling berhubungan dan saling tergantung satu sama lain. Jika
satu bagian gagal, seluruhnya bisa gagal atau menjadi kekacauan.] -
‘Systematic Theology’, vol I, hal 541.
Charles Hodge: “The doctrine of the Bible is, that all events, whether
necessary or contingent, good or sinful, are included in the purpose of
God, and that their futurition or actual occurrence is rendered absolutely
certain.” [= Doktrin dari Alkitab adalah, bahwa semua peristiwa,
apakah mutlak perlu atau bersifat tergantung / kebetulan, baik atau
berdosa, tercakup dalam rencana Allah, dan bahwa ‘akan terjadinya’
atau ‘kejadian sungguh-sungguh’ dari mereka dijadikan pasti secara
mutlak.] - ‘Systematic Theology’, vol I, hal 542.
Charles Hodge: “The Bible especially declares that the free acts of men
are decreed beforehand.” [= Alkitab secara khusus menyatakan bahwa
tindakan-tindakan bebas dari manusia ditetapkan sebelumnya.] -
‘Systematic Theology’, vol I, hal 543.
Charles Hodge: “The Scriptures teach that sinful acts, as well as such as
are holy, are foreordained. ... The crucifixion of Christ was beyond doubt
foreordained of God. It was, however, the greatest crime ever committed. It
is therefore beyond all doubt the doctrine of the Bible that sin is
foreordained.” [= Kitab Suci mengajar bahwa tindakan-tindakan
berdosa, maupun tindakan-tindakan yang kudus / suci, ditentukan lebih
dulu. ... Penyaliban Kristus tidak diragukan lagi ditentukan lebih dulu
oleh Allah. Tetapi itu adalah tindakan kriminal terbesar yang pernah
dilakukan. Karena itu doktrin / ajaran Alkitab bahwa dosa ditentukan
lebih dulu tak perlu / bisa diragukan.] - ‘Systematic Theology’, vol I, hal
543,544.
Catatan: dalam bagian yang saya loncati (...) Charles Hodge
memberikan ayat-ayat ini: Kis 2:23 Kis 4:27 Luk 22:22 dan Wah
17:17.
Charles Hodge: “With regard to the sinful acts of men, the Scriptures
teach, (1) That they are so under the control of God that they can occur
only by His permission and in execution of His purposes. He so guides
them in the exercise of their wickedness that the particular forms of its
manifestation are determined by His will.” [= Berkenaan dengan
tindakan-tindakan berdosa dari manusia, Kitab Suci mengajar,
(1) Bahwa mereka ada di bawah kontrol Allah sedemikian rupa sehingga
mereka bisa terjadi hanya oleh ijinNya dan dalam pelaksanaan rencana-
rencanaNya. Ia begitu mengarahkan mereka dalam melakukan
kejahatan mereka sehingga bentuk khusus / tertentu dari
perwujudannya ditentukan oleh kehendakNya.] - ‘Systematic
Theology’, vol I, hal 589.
Charles Hodge: “As God works on a definite plan in the external world, it
is fair to infer that the same is true in reference to the moral and spiritual
world. To the eye of an uneducated man the heavens are a chaos of stars.
The astronomer sees order and system in this confusion; all those bright
and distant luminaries have their appointed places and fixed orbits; all are
so arranged that no one interferes with any other, but each is directed
according to one comprehensive and magnificent conception.” [=
Sebagaimana Allah mengerjakan rencana tertentu dalam dunia
lahiriah / jasmani, adalah wajar untuk mengambil kesimpulan bahwa
hal itu juga benar berkenaan dengan dunia moral dan rohani. Bagi mata
seorang yang tidak berpendidikan langit merupakan bintang-bintang
yang kacau. Ahli perbintangan / ilmu falak melihat keteraturan dan
sistim dalam kekacauan ini; semua benda-benda bersinar yang terang
dan jauh itu mempunyai tempat-tempat dan orbit-orbit tetap yang
ditetapkan; semua begitu diatur sehingga tidak satupun mengganggu
yang lain, tetapi masing-masing diarahkan menurut suatu konsep yang
luas dan megah.] - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 313.
Charles Hodge: “God can control the free acts of rational creatures
without destroying either their liberty or their responsibility.” [= Allah bisa
mengontrol tindakan-tindakan bebas dari makhluk-makhluk rasionil
tanpa menghancurkan kebebasan ataupun tanggung jawab mereka.] -
‘Systematic Theology’, vol II, hal 332.
=====================================================
-bersambung-
GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
William G. T. Shedd: “When God executes his decree that Saul of Tarsus
shall be ‘a vessel of mercy’, he works efficiently within him by his Holy
Spirit ‘to will and to do’. When God executes his decree that Judas Iscariot
shall be ‘a vessel of wrath fitted for destruction’, he does not work
efficiently within him ‘to will and to do’, but permissively in the way of
allowing him to have his own wicked will. He decides not to restrain him or
to regenerate him, but to leave him to his own obstinate and rebellious
inclination and purpose; and accordingly ‘the Son of man goeth, as it was
determined, but woe unto that man by whom he is betrayed’ (Luke 22:22;
Acts 2:23). The two Divine methods in the two cases are plainly different,
but the perdition of Judas was as much foreordained and free from chance,
as the conversion of Saul.” [= Pada waktu Allah melaksanakan
ketetapanNya bahwa Saulus dari Tarsus akan menjadi ‘bejana / benda
belas kasihan’, Ia bekerja secara efisien di dalamnya dengan Roh
KudusNya ‘untuk mau / menghendaki dan untuk melakukan’. Pada
waktu Allah melaksanakan ketetapanNya bahwa Yudas Iskariot akan
menjadi ‘bejana kemurkaan yang cocok untuk kehancuran / benda
kemurkaan yang telah dipersiapkan untuk kebinasaan’, Ia tidak bekerja
secara efisien dalam dirinya ‘untuk mau / menghendaki dan untuk
melakukan’, tetapi secara mengijinkan dengan cara mengijinkan dia
mempunyai kehendak jahatnya sendiri. Ia memutuskan untuk tidak
mengekang dia atau melahirbarukan dia, tetapi membiarkan dia pada
kecondongan dan rencananya sendiri yang keras kepala dan bersifat
memberontak; dan karena itu ‘Anak Manusia memang akan pergi
seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya
Ia diserahkan’ (Luk 22:22; Kis 2:23). Kedua metode ilahi dalam kedua
kasus ini jelas berbeda, tetapi kebinasaan Yudas sudah ditentukan lebih
dahulu dan bebas dari kebetulan, sama seperti pertobatan Saulus.] -
‘Calvinism: Pure & Mixed’, hal 31 (Libronix hal 32).
William G. T. Shedd: “‘God willeth not one thing now, and another anon;
but once, and at once, and always, he willeth all things that he willeth; not
again and again, nor now this, now that; nor willeth afterwards, what
before he willed not, nor willeth not, what before he willed; because such a
will is mutable; and no mutable thing is eternal.’” [= ‘Allah tidak
menghendaki sesuatu hal sekarang, dan sebentar lagi menghendaki yang
lain; tetapi sekali, dan serentak, dan selalu, Ia menghendaki semua hal
yang Ia kehendaki; bukannya lagi dan lagi / berulang-ulang, atau
sebentar ini sebentar itu; atau menghendaki belakangan apa yang
sebelumnya tidak Ia kehendaki, ataupun tidak menghendaki, apa yang
sebelumnya Ia kehendaki; karena kehendak seperti itu bisa berubah /
tidak tetap; dan tidak ada hal yang bisa berubah / tidak tetap yang
kekal’.] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol I, hal 395 (Libronix hal
312).
Catatan: kata-kata di atas ini ia kutip dari kata-kata Augustine (dari
buku ‘Confession’, XII. xv.).
William G. T. Shedd: “For the Divine mind, there is, in reality, no future
event, because all events are simultaneous, owing to that peculiarity in the
cognition of an eternal being whereby there is no succession in it. All
events thus being present to him are of course all of them certain events.”
[= Untuk pikiran Ilahi, dalam kenyataannya tidak ada kejadian /
peristiwa yang akan datang, karena semua peristiwa / kejadian adalah
serempak, berdasarkan kekhasan dalam pemikiran / pengertian dari
makhluk kekal untuk mana tidak ada urut-urutan di dalamnya. Semua
peristiwa ‘bersifat present / sekarang’ bagiNya dan karenanya tentu saja
semuanya merupakan peristiwa-peristiwa yang pasti.] - ‘Shedd’s
Dogmatic Theology’, vol I, hal 402 (Libronix hal 316).
=====================================================
Loraine Boettner:
Loraine Boettner: “Since the universe had its origin in God and depends
on Him for its continued existence it must be, in all its parts and at all
times, subject to His control so that nothing can come to pass contrary to
what He expressly decrees or permits. Thus the eternal purpose is
represented as an act of sovereign predestination or foreordination, and
unconditioned by any subsequent fact or change in time. Hence it is
represented as being the basis of the divine foreknowledge of all future
events, and not conditioned by that foreknowledge or by anything
originated by the events themselves.” [= Karena alam semesta mempunyai
asal usulnya dalam Allah dan tergantung kepadaNya untuk keberadaan
seterusnya, maka alam semesta itu harus, dalam semua bagian-
bagiannya dan pada setiap saat, tunduk pada kontrolNya sedemikian
rupa sehingga tidak ada apapun bisa terjadi bertentangan dengan apa
yang Ia secara jelas tetapkan atau ijinkan. Jadi rencana kekal
digambarkan sebagai suatu tindakan dari predestinasi atau penentuan
lebih dulu yang berdaulat, dan tidak disyaratkan oleh fakta atau
perubahan apapun yang terjadi berikutnya dalam waktu. Karena itu
maka hal itu digambarkan sebagai dasar dari pengetahuan lebih dulu
dari Allah tentang semua peristiwa yang akan datang, dan tidak
disyaratkan oleh pengetahuan lebih dulu itu atau oleh apapun yang
ditimbulkan oleh peristiwa itu sendiri.] - ‘The Reformed Doctrine of
Predestination’, hal 14.
Loraine Boettner: “The Pelagian denies that God has a plan; the
Arminian says that God has a general plan but not a specific plan; but the
Calvinist says that God has a specific plan which embraces all events in all
ages.” [= Seorang Pelagian menyangkal bahwa Allah mempunyai
rencana; seorang Arminian berkata bahwa Allah mempunyai suatu
rencana yang umum tetapi bukan suatu rencana yang spesifik; tetapi
seorang Calvinist berkata bahwa Allah mempunyai suatu rencana yang
spesifik yang mencakup semua peristiwa / kejadian dalam semua
jaman.] - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 22-23.
Loraine Boettner: “His choice of the plan, or His making certain that the
creation should be on this order, we call His foreordination or His
predestination. Even the sinful acts of men are included in this plan. They
are foreseen, permitted, and have their exact place. They are controlled
and overruled for the divine glory.” [= Pemilihan rencanaNya, atau
penetapanNya supaya penciptaan terjadi sesuai urut-urutan ini, kami
sebut pra-penentuanNya atau predestinasiNya. Bahkan tindakan-
tindakan berdosa dari manusia tercakup dalam rencana ini. Mereka itu
dilihat lebih dulu, diijinkan, dan mempunyai tempat mereka yang
persis / tepat. Mereka dikontrol dan dikuasai untuk kemuliaan Ilahi.] -
‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 24.
Loraine Boettner: “Even the sinful acts of men are included in the plan
and are overruled for good.” [= Bahkan tindakan-tindakan berdosa
manusia termasuk dalam rencana ini dan dikuasai untuk kebaikan.] -
‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 29.
Loraine Boettner: “But while the Bible repeatedly teaches that this
providential control is universal, powerful, wise, and holy, it nowhere
attempts to inform us how it is to be reconciled with man’s free agency. All
that we need to know is that God does govern His creatures and that His
control over them is such that no violence is done to their natures. Perhaps
the relationship between divine sovereignty and human freedom can best
be summed up in these words: ‘God so presents the outside inducements
that man acts in accordance with his own nature, yet does exactly what
God has planned for him to do.’” [= Tetapi sementara Alkitab
berulangkali mengajar bahwa penguasaan providensia ini bersifat
universal, berkuasa, bijaksana, dan suci, dimanapun Alkitab tidak
pernah berusaha untuk memberi informasi kepada kita tentang
bagaimana hal itu bisa diperdamaikan / diharmoniskan dengan
kebebasan manusia. Semua yang perlu kita ketahui adalah bahwa Allah
memang memerintah makhluk-makhluk ciptaanNya dan bahwa
penguasaan / kontrolNya atas mereka adalah sedemikian rupa sehingga
tidak ada pemaksaan terhadap sifat dasar mereka. Mungkin hubungan
antara kedaulatan ilahi dan kebebasan manusia bisa disimpulkan
dengan cara terbaik dengan kata-kata ini: ‘Allah memberikan dorongan
/ bujukan dari luar sedemikian rupa sehingga manusia bertindak sesuai
dengan sifat dasarnya, tetapi melakukan secara tepat apa yang Allah
telah rencanakan baginya untuk dilakukan’.] - ‘The Reformed Doctrine
of Predestination’, hal 38.
Loraine Boettner: “This fixity or certainty could have had its ground in
nothing outside of the divine Mind, for in eternity nothing else existed.” [=
Ketertentuan atau kepastian ini tidak bisa mempunyai dasar apapun
selain Pikiran Ilahi, karena dalam kekekalan tidak ada apapun yang lain
yang ada.] - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 45.
David Schaff: “2. The doctrine of eternal election and providence. Zwingli
gives prominence to God’s sovereign election as the primary source of
salvation.” [= 2. Doktrin tentang pemilihan kekal dan Providensia.
Zwingli memberikan kemenonjolan bagi pemilihan berdaulat Allah
sebagai sumber utama dari keselamatan.] - ‘History of the Christian
Church’, vol VIII, hal 91.
=====================================================
Herman Hoeksema:
Herman Hoeksema: “For this same reason the Bible always emphasizes
the fact that God ordained all things and knew them from before the
foundation of the world.” [= Untuk alasan yang sama Alkitab selalu
menekankan fakta bahwa Allah menentukan segala sesuatu dan
mengetahui mereka sejak dunia belum dijadikan.] - ‘Reformed
Dogmatics’, hal 157.
Herman Hoeksema: “Nor must we, in regard to the sinful deeds of men
and devils, speak only of God’s permission in distinction from His
determination. Holy Scripture speaks a far more positive language. We
realize, of course, that the motive for speaking God’s permission rather
than of His predetermined will in regard to sin and the evil deeds of men is
that God may never be presented as the author of sin. But this purpose is
not reached by speaking of God’s permission or His permissive will: for if
the Almighty permits what He could just as well have prevented, it is from
an ethical viewpoint the same as if He had committed it Himself. But in
this way we lose God and His sovereignty: for permission presupposes the
idea that there is a power without God that can produce and do something
apart from Him, but which is simply permitted by God to act and operate.
This is dualism, and it annihilates the complete and absolute sovereignty of
God. And therefore we must maintain that also sin and all the wicked deeds
of men and angels have a place in the counsel of God, in the counsel of His
will. Thus it is taught by the Word of God. For it is certainly according to
the determinate counsel of God that Christ is nailed to the cross, and that
Pilate and Herod, with the Gentiles and Israel, are gathered together
against the holy child Jesus. It is therefore much better to say that the Lord
also in His counsel hates sin and determined that that which He hates
should come to pass in order to reveal His hatred and to serve the cause of
God’s covenant.” [= Juga kita tidak boleh, berkenaan dengan tindakan-
tindakan berdosa dari manusia dan setan, berbicara hanya tentang ijin
Allah dan membedakannya dengan penentuan / penetapanNya. Kitab
Suci berbicara dengan suatu bahasa yang jauh lebih positif. Tentu saja
kita menyadari bahwa motivasi untuk menggunakan istilah ‘ijin Allah’
dari pada ‘kehendakNya yang sudah ditetapkan lebih dulu’ berkenaan
dengan dosa dan tindakan-tindakan jahat dari manusia adalah supaya
Allah tidak pernah dinyatakan sebagai pencipta dosa. Tetapi tujuan ini
tidak tercapai dengan menggunakan ‘ijin Allah’ atau ‘kehendak yang
mengijinkan dari Allah’: karena jika Yang Maha Kuasa mengijinkan
apa yang bisa Ia cegah, dari sudut pandang etika itu adalah sama seperti
jika Ia melakukan hal itu sendiri. Tetapi dengan cara ini kita kehilangan
Allah dan kedaulatanNya: karena ijin mensyaratkan suatu gagasan
bahwa ada suatu kekuatan di luar Allah yang bisa menghasilkan dan
melakukan sesuatu terpisah dari Dia, tetapi yang diijinkan oleh Allah
untuk bertindak dan beroperasi. Ini merupakan dualisme, dan ini
menghapuskan kedaulatan Allah yang lengkap dan mutlak. Dan karena
itu kita harus mempertahankan bahwa juga dosa dan semua tindakan-
tindakan jahat dari manusia dan malaikat mempunyai tempat dalam
rencana Allah, dalam keputusan kehendakNya. Demikianlah diajarkan
oleh Firman Allah. Karena adalah pasti bahwa sesuai dengan rencana
yang sudah ditentukan dari Allah bahwa Kristus dipakukan di kayu
salib, dan bahwa Pilatus dan Herodes, dengan orang-orang non Yahudi
dan Israel, berkumpul bersama-sama menentang anak Yesus yang
kudus. Karena itu lebih baik berkata bahwa Tuhan juga dalam
rencanaNya membenci dosa dan menentukan hal itu supaya apa yang Ia
benci itu terjadi sehingga Ia bisa menyatakan kebencianNya atas hal itu
dan untuk melayani penyebab dari perjanjian Allah.] - ‘Reformed
Dogmatics’, hal 158.
=====================================================
Herman Bavinck:
Herman Bavinck: “All events are included in that counsel, even the sinful
deeds of man,” [= Semua kejadian / peristiwa termasuk / tercakup dalam
rencana itu, bahkan juga tindakan-tindakan berdosa dari manusia,] -
‘The Doctrine of God’, hal 342.
Kis 15:18 (KJV): ‘Known unto God are all his works from the beginning
of the world.’ [= Diketahui oleh Allah semua pekerjaan-pekerjaanNya
dari permulaan dunia ini.].
Herman Bavinck: “The fact that things and events, including the sinful
thoughts and deeds of men, have been eternally known and fixed in that
counsel of God does not rob them of their own character but rather
establishes and guarantees them all, each in its own kind and nature and in
its own context and circumstances. Included in that counsel of God are sin
and punishment, but also freedom and responsibility, sense of duty and
conscience, and law and justice. In that counsel of God everything that
happens is in the very same context it is in when it becomes manifest before
our eyes. The conditions are defined in it quite as well as the consequences,
the means quite as much as the ends, the ways as the results, the prayers as
the answers to prayer, the faith as the justification, sanctification, and
glorification.” [= Fakta bahwa hal-hal dan peristiwa-peristiwa, termasuk
pikiran-pikiran dan tindakan-tindakan berdosa dari manusia, telah
diketahui dan ditetapkan secara kekal dalam rencana Allah itu tidak
menghapuskan karakter mereka sendiri tetapi sebaliknya
meneguhkannya dan menjamin semuanya, masing-masing dalam
jenisnya dan sifatnya sendiri dan dalam kontex dan keadaannya sendiri.
Termasuk dalam rencana Allah itu dosa dan penghukuman, tetapi juga
kebebasan dan tanggung jawab, perasaan kewajiban dan hati nurani,
dan hukum dan keadilan. Dalam rencana Allah itu segala sesuatu yang
terjadi ada dalam kontex yang sama seperti pada waktu itu terwujud di
depan mata kita. Dalam rencana Allah itu syarat-syarat dinyatakan /
ditentukan sama seperti akibat-akibat / konsekwensi-konsekwensi,
caranya maupun tujuannya, jalannya maupun hasilnya, doa-doanya
maupun jawaban-jawaban doanya, imannya maupun pembenaran,
pengudusan dan pemuliaannya.] - ‘Our Reasonable Faith’, hal 163.
=====================================================
John Murray:
John Murray: “It is true that all our choices and acts are foreordained,
and only foreordained acts come to pass.” [= Adalah benar bahwa semua
pilihan-pilihan dan tindakan-tindakan kita ditentukan lebih dulu, dan
hanya tindakan-tindakan yang ditentukan lebih dulu yang akan terjadi.]
- ‘Collected Writings of John Murray’, vol II, hal 64.
=====================================================
Gresham Machen:
=====================================================
Arthur Pink:
Arthur Pink: “To declare that the Creator’s original plan has been
frustrated by sin, is to dethrone God. To suggest that God was taken by
surprise in Eden and that He is now attempting to remedy an unforeseen
calamity, is to degrade the Most High to the level of a finite, erring
mortal.” [= Menyatakan bahwa rencana orisinil dari sang Pencipta telah
digagalkan oleh dosa, sama dengan menurunkan Allah dari tahta.
Mengusulkan bahwa Allah dikejutkan di Eden dan bahwa Ia sekarang
sedang mencoba mengobati bencana yang tadinya tidak terlihat, sama
dengan merendahkan Yang Maha Tinggi sampai pada tingkat manusia
yang terbatas dan bisa salah.] - ‘The Sovereignty of God’, hal 21-22.
Arthur Pink: “It was no accident that the Lord of Glory was crucified
between two thieves. There are no accidents in a world that is governed by
God. Much less could there have been any accident on that Day of all days,
or in connection with that Event of all events - a Day and an Event which
lie at the very centre of the world’s history. No; God was presiding over
that scene. From all eternity He had decreed when and where and how and
with whom His Son should die. Nothing was left to chance or the caprice of
man. All that God had decreed came to pass exactly as He had ordained,
and nothing happened save as He had eternally purposed. Whatsoever man
did was simply that which God’s hand and counsel ‘determined to be done’
(Acts 4:28). When Pilate gave orders that the Lord Jesus should be
crucified between the two malefactors, all unknown to himself, he was but
putting into execution the eternal decree of God and fulfilling His
prophetic word. Seven hundred years before this Roman officer gave
command, God had declared through Isaiah that His Son should be
‘numbered with the transgressors’ (Isa 53:12). ... Not a single word of God
can fall to the ground. ‘Forever, O Lord, Thy word is settled in heaven’
(Psa. 119:89). Just as God had ordained, and just as He had announced, so
it came to pass.” [= Bukanlah suatu kebetulan bahwa Tuhan Kemuliaan
disalibkan di antara 2 pencuri. Tidak ada kebetulan dalam suatu dunia
yang diperintah oleh Allah. Lebih-lebih lagi tidak ada kebetulan pada
Hari dari segala hari itu, atau berhubungan dengan Peristiwa dari
segala peristiwa itu - suatu Hari dan suatu Peristiwa yang terletak di
pusat sejarah dunia. Tidak; Allah mengontrol adegan / peristiwa itu.
Dari kekekalan Allah telah menentukan kapan dan dimana dan
bagaimana dan dengan siapa AnakNya harus mati. Tidak ada yang
terjadi karena kebetulan atau karena perubahan pikiran manusia.
Semua yang telah Allah tetapkan terjadi persis seperti yang telah Ia
tentukan, dan tidak ada apapun yang terjadi kecuali yang sudah Ia
rencanakan secara kekal. Apapun yang manusia lakukan hanyalah apa
yang kuasa / tangan dan rencana / kehendak Allah ‘tentukan untuk
terjadi / dilakukan’ (Kis 4:28). Ketika Pilatus memberikan perintah
supaya Tuhan Yesus disalibkan di antara 2 kriminil, tanpa ia sendiri
ketahui, ia sedang melaksanakan ketetapan kekal dari Allah dan
menggenapi firman nubuatanNya. Tujuh ratus tahun sebelum pejabat
Romawi ini memberikan perintah, Allah telah menyatakan melalui nabi
Yesaya bahwa AnakNya harus ‘diperhitungkan sebagai pemberontak /
pelanggar’ (Yes 53:12). ... Tidak satupun dari firman Allah bisa jatuh ke
tanah / gagal. ‘Untuk selama-lamanya, ya TUHAN, firmanMu
ditetapkan di surga’ (Maz 119:89 - diterjemahkan dari KJV). Persis
seperti yang Allah telah tentukan, dan persis seperti yang Ia beritakan /
umumkan, begitulah itu terjadi.] - ‘The Seven Sayings of the Saviour
on the Cross’, hal 24-25.
=====================================================
J. I. Packer:
=====================================================
Jerome Zanchius:
Jerome Zanchius: “We assert that God did from eternity decree to make
man in His own image, and also decreed to suffer him to fall from that
image in which he should be created, and thereby to forfeit the happiness
with which he was invested, which decree and consequences of it were not
limited to Adam only, but included and extended to all his natural
posterity.” [= Kami menegaskan bahwa Allah dari kekekalan
menetapkan untuk membuat manusia menurut gambarNya, dan juga
menetapkan untuk membiarkannya jatuh dari gambar itu di dalam
mana ia diciptakan, dan dengan demikian kehilangan kebahagiaan
dengan mana ia dilingkupi / diperlengkapi, dan ketetapan dan
konsekwensi tentang hal itu tidak dibatasi pada Adam saja, tetapi
mencakup dan mencapai semua keturunan alamiah / jasmaninya.] - ‘The
Doctrine of Absolute Predestination’, hal 87-88.
=====================================================
William Hendriksen:
William Hendriksen (tentang Yoh 13:19): “He knows that the treachery
of Judas will have a tendency to upset the disciples and to undermine their
faith. They might even begin to think of their Master as having become the
victim of the plotting of that very shrewd fellow, Judas. This will happen
unless the Lord is able to convince them that whatever befalls him, far
from taking him by surprise, was included in God’s eternal and all-
comprehensive plan.” [= Ia tahu bahwa pengkhianatan Yudas akan
mempunyai kecenderungan untuk menyedihkan / membingungkan
murid-murid dan meruntuhkan iman mereka. Bahkan mereka mungkin
mulai berpikir bahwa Guru mereka telah menjadi korban dari
persekongkolan dari orang yang sangat licik itu, yaitu Yudas. Hal ini
akan terjadi kecuali Tuhan bisa meyakinkan mereka bahwa apapun
yang menimpaNya, sama sekali tidak mengejutkanNya, tetapi sudah
termasuk dalam rencana yang kekal dan mencakup segala sesuatu dari
Allah.] - hal 239.
=====================================================
R. C. Sproul:
R. C. Sproul: “Then, as now, I realized that evil was a problem for the
sovereignty of God. Did evil come into the world against God’s sovereign
will? If so, then he is not absolutely sovereign. If not, then we must
conclude that in some sense even evil is foreordained by God.” [= Pada
saat itu, seperti sekarang, saya menyadari bahwa kejahatan adalah
suatu problem untuk kedaulatan Allah. Apakah kejahatan masuk ke
dalam dunia menentang kehendak yang berdaulat dari Allah? Jika
demikian, maka Ia tidak berdaulat secara mutlak. Jika tidak, maka kita
harus menyimpulkan bahwa dalam arti tertentu bahkan kejahatan
ditentukan lebih dulu oleh Allah.] - ‘Chosen By God’, hal 29.
R. C. Sproul: “The fact that God decided to allow us to sin does not
absolve us from our responsibility for sin.” [= Fakta bahwa Allah
memutuskan untuk mengijinkan kita untuk berbuat dosa tidak
membebaskan kita dari tanggung jawab kita untuk dosa.] - ‘Chosen By
God’, hal 32.
=====================================================
C. H. Spurgeon:
C. H. Spurgeon (tentang Rut 2:3): “Her hap was. Yes, it seemed nothing
but an accidental happenstance, but how divinely was it planned! Ruth had
gone forth with her mother’s blessing under the care of her mother’s God
to humble but honorable toil, and the providence of God was guiding her
every step. Little did she know that amid the sheaves she would find a
husband, that he would make her the joint owner of all those broad acres,
and that she, a poor foreigner, would become one of the progenitors of the
great Messiah. ... Chance is banished from the faith of Christians, for they
see the hand of God in everything. The trivial events of today or tomorrow
may involve consequences of the highest importance.” [= ‘Kebetulan ia
berada’. Ya, itu kelihatannya bukan lain dari pada suatu kejadian yang
bersifat kebetulan, tetapi hal itu direncanakan secara ilahi! Rut telah
pergi dengan berkat dari ibunya di bawah perhatian dari Allah ibunya
kepada pekerjaan yang rendah tetapi terhormat, dan providensia Allah
membimbing setiap langkahnya. Sedikitpun ia tidak menyangka bahwa
di antara berkas-berkas jelai itu ia akan menemukan seorang suami,
bahwa ia akan membuatnya menjadi pemilik dari seluruh tanah yang
luas itu, dan bahwa ia, seorang asing yang miskin, akan menjadi salah
seorang nenek moyang dari Mesias yang agung. ... Kebetulan dibuang
dari iman orang-orang Kristen, karena mereka melihat bahwa tangan
Allah ada dalam segala sesuatu. Peristiwa-peristiwa remeh dari hari ini
atau besok bisa melibatkan konsekwensi-konsekwensi yang paling
penting.] - ‘Morning and Evening’, October 25, evening.
C. H. Spurgeon (tentang Luk 22:22): “The decree of God does not lessen
the responsibility of man for his action. Even though it is predetermined of
God, the man does it of his own free will, and on him falls the full guilt of
it.” [= Ketetapan Allah tidak mengurangi tanggung jawab manusia
untuk tindakannya. Sekalipun hal itu sudah ditentukan lebih dulu oleh
Allah, manusia melakukannya dengan kehendak bebasnya sendiri, dan
pada dialah jatuh kesalahan sepenuhnya.] - ‘Spurgeon’s Expository
Encyclopedia’, vol 12, hal 18.
=====================================================
G. C. Berkouwer:
G. C. Berkouwer: “When the person and work of Christ was in the center
of dispute, the Providence doctrine had not yet became a serious stumbling
block. Providence seemed to be a ‘truth’ which could rely upon universal
assent - in distinction from other truths like the virgin birth, the
resurrection, and the ascension, which were the SCANDALON of the
nineteenth century. Anyone who accepted the existence of God usually
believed as well that He sustained and ruled the world. ... All this in our
century is radically altered. The friendliness of God, which man thought he
saw reflected in the stream of history, has become increasingly
disputable. ... The facts of experience which used to be the most striking
illustrations of God’s Providence have become an even more convincing
counter-argument. Everywhere profound doubts have risen as to the reality
of God; men not only deny Providence over all things, but ridicule the idea
by pointing to the reality around us. True, the confessions of the Church
also speak of human suffering and grievous distress. They avoid adversity
no more than prosperity, and embrace barren with fruitful years, sickness
with health, and ‘all that can yet come over us.’ They even include the evil
that God in His ‘pity’ sends. But the proportion of this evil has become so
great and frightful that the word ‘pity’ must, it seems, be forced to take on
a new meaning.” [= Pada waktu Pribadi dan pekerjaan Kristus ada di
pusat dari perdebatan, doktrin Providensia belum / tidak menjadi suatu
batu sandungan yang serius. Providensia kelihatan sebagai suatu
‘kebenaran’ yang bisa bersandar pada persetujuan universal - dalam
perbedaan dari kebenaran-kebenaran yang lain seperti kelahiran
(Yesus) dari perawan, kebangkitan, dan kenaikan ke surga, yang
merupakan batu sandungan dari abad 19. Siapapun yang menerima
keberadaan Allah biasanya juga percaya bahwa Ia menopang dan
memerintah dunia / alam semesta. ... Semua ini dalam abad kita
berubah secara radikal. Sikap bersahabat dari Allah, yang manusia
pikir / kira ia lihat ditunjukkan dalam aliran sejarah, telah menjadi
makin diperdebatkan. ... Fakta-fakta dari pengalaman yang dulunya
merupakan ilustrasi / penjelasan tentang Providensia Allah telah
menjadi suatu argumentasi kontra / balasan yang bahkan lebih
meyakinkan. Dimana-mana keraguan yang mendalam telah muncul
berkenaan dengan realita dari Allah; manusia bukan hanya menyangkal
Providensia atas segala sesuatu, tetapi membuat gagasan itu sebagai
lelucon dengan menunjuk pada realita di sekitar kita. Benar,
pengakuan-pengakuan dari Gereja juga berbicara tentang penderitaan
manusia dan kesukaran yang menyedihkan. Mereka menghindari
kesukaran / penderitaan maupun kemakmuran, dan memeluk /
mempercayai tahun-tahun yang tandus dan berbuah, penyakit dan
kesehatan, dan ‘semua yang bisa datang ke atas kita’. Mereka bahkan
mencakup bencana yang Allah kirimkan dalam ‘belas kasihan’Nya.
Tetapi proporsi dari bencana ini telah menjadi begitu besar dan
menakutkan sehingga kata ‘belas kasihan’ kelihatannya harus dipaksa
untuk mengambil suatu arti yang baru.] - ‘Studies In Dogmatics: The
Providence of God’, hal 11-12.
-o0o-