Anda di halaman 1dari 21

RESUME ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

JUDUL : ADMINISTRASI PEMBANGUNAN (Teori Dan


Implementasi)
PENULIS : Nana Abdul Aziz
PENERBIT : Salemba Humanika
TAHUN TERBIT : 2019
JUMLAH HALAMAN : 116
DI SUSUN OLEH : MUTROCHAH
PRODY : ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

Administrasi adalah bidang studi yang memperlajari system administrasi Negara di


Negara yang sedang membangun serta upaya untuk meningkatkan kemampuannya. Untuk
memahami administrasi pembangunan terlebih dahulu harus dipahami hakikat administrasi,
yaitu administrasi Negara atau administrasi publik, dan hakikat pembangunan itu sendiri.
Pada Bab ini dikupas mengenai berbagai konsep pembanguna, yang mencerminkan
pergeseran paradigm pembangunan menuju kea rah makin terpusatnya pembangunan pada
aspek manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. Dalam telaah administrasi pembangunan
dibedakan adanya dua pengertian yaitu administrasi bagi pembangunan dan pembangunan
admnistrasi itu sendiri.
Pada Dasarnya pendekatan yang digunakan dalam Administrasi bagi pembangunan
adalah adalah pendekatan manajemen pembangunan, sedangkan untuk menerangkan
admnistrasi itu sendiri digunakan konsep organisasi. Manajemen pembangunan adalah
manajemen publik dengan ciri yang khas, dimana dalam manajemen pembangunan dikenal
beberapa fungsi yang cukup nyata ( distinct), yakni : Perencanaan,pengerahan (mobilisasi)
sumber daya, pengerahan (menggerakkan) partisipasi masyarakat, penganggaran,pelaksanaan
pembangunan yang ditangani langsung oleh pemerintah,koordinasi, pemantauan dan
evaluasi, dan pengawasan.
Fokus dari sistem administrasi Negara adalah birokrasi yang berhubungan langsung
dengan pelayanan publik serta pengelolaan pembangunan sosial ekonomi di Negara
berkembang. Studi awal mengenai analisis administrasi diberikan oleh Rostow dan Riggs
( 1964 ), yang menggambarkan taraf perkembangan administrasi mulai dari tingkat
terbelakang sampai paling maju yang dikenal dengan sebagai the theory of prismatic society.
Heady menunjukkan ada 5 cir administrasi yang ditemukan di Negara berkembang.
Pertama, pola dasar (Basic Pattern) administrasi bersifat jiplakan (imitative) daripada asli
(indigenous). Kedua, birokrasi dinegara berkembang kekurangan (deficient) Sumber Daya
Manusia terampil. Ketiga, birokrasi lebih berorientasi pada hal-hal yang benar-benar
menghasilkan (Production Directed). Keempat, ada kesenjangan lebar antara apa yang
dinyatakan dan kenyataan (Discrepancy between form and Reality). Kelima, birokrasi di
Negara berkembang bersifat otonom, terlepas dari proses politik dan pengawasan masyarakat.
Analisi Heady ditambahkan oleh Wallis (1989) Pertama, Birokrasi sangat lamban dan makin
birokratik. Kedua, unsur-unsur non-birokratik sangat berpengaruh terhadap birokrasi, seperti
hubungan keluarga,suku , agama dan keterkaitan politik.
Keadaan inilah yang akhirnya memunculkan pembaharuan administrasi, seperti yang
dipaparkan oleh Riggs (1966),pembaharuan administrasi adalah suatu pola yang
menunjukkan peningkatan efektivitas pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Wallis (1989) mengartikan pembaharuan administrasi
sebagai induced, permanent improvementin administration. Esman (1995) menunjukkan
bahwa upaya memperbaiki kinerja birokrasi Negara haruslah meliputi ketanggapan
(responsiveness) terhadap pengawasan politik, efisiensi dalam penggunaan sumber daya,
efektivitas dalam pemberian pelayanan. Rondinelli ( 1993) mengusulkan pendekatan
Adaptive Administrastion, yang menekankan pentingnya fleksibilitas dan inovasi dalam
administrasi pembangunan.
Dalam kerangka pembaharuan administrasi sebagai lanjutan dari pembangunan
administrasi pertama kali harus berubah adalah sikap birokrasi. Pertama, birokrasi harus
dapat membangun partisipasi masyarakat. Kedua, birokrasi tidak berorientasi pada yang kuat,
tetapi pada yang lemah dan tak berdaya. Ketiga, peran birokrasi harus bergeser dari
mengendalikan menjadi mengarahkan, dan dari member menjadi memberdayakan. Keempat,
mengembangkan keterbukaan dan kebertanggung jawaban. Pembaharuan harus disertai
semangat dan tekad yang tidak mudah patah.

BAB 2. PERKEMBANGAN PEMIKIRAN MENGENAI ADMINISTRASI


PEMBANGUNAN
a. Pengertian Administrasi Pembangunan
Waldo (1992) menyatakan bahwa administrasi adalah kegiatan kerja sama antar
manusia. Administrasi Negara berkenaan dengan administrasi dalam lingkup pemerintahan
atau Negara, mengenai asas, pedoman dan tujuan yang menjadi landasan kerja administrasi
Negara. Pengertian pembangunan secara sederhana berarti proses perubahan kea rah yang
lebih baik. Seers (1969) menambahkan pertimbangan nilai ( Value Judgment), menurut Riggs
(1966) ada orientasi nilai yang menguntungkan (favourable value orientation). Perbedaan
pembangunan dan perkembangan, dimana pembangunan adalah perubahan kearah yang lebih
baik melalui upaya yang terencana, sedangkan perkembangan perubahannya bisa kearah yang
lebih baik atau lebih buruk dan tidak perlu ada upaya tertentu. Dalam upaya pembangunan
dilakukan dengan mengoptimalkan sumber daya yang tersedia dan mengembangkan potensi
yang ada.
Menurut Goulet (1977) ,pembangunan adalah perubahan sosial,dimana pembangunan
lebih luas pada modernisasi dan modernisasi lebih luas dari pada industrialisasi. Rostow
(1967) menyatakan bahwa modernisasi adalah proses yang mencakup perubahan-perubahan
spesifik,termasuk industrialisasi yang menunjukkan penguasaan yang lebih luas atas alam,
melalui kerja sama lebih erat antar manusia. Sedangkan Balck, et al (1975) melukiskan
modernisasi sebagai proses dimana terjadi transformasi masyarakat sebagai dampak revolusi
pengetahuan dan tehknologi. Perubahan masyarakat agraris ke masyarakat industri adalah
salah satu indikasi proses industrialisasi.
b. Konsep – konsep pembangunan
Pembangunan menurut literature ekonomi pembangunan adalah suatu proses yang
berkesinambungan dari peningkatan pendapatan riil per kapita melalui peningkatan jumlah
dan produktivitas sumber daya. Menurut Adam Smith (1776) proses pertumbuhan diawali
dengan pembagian kerja (division of labour). Malthus (1798) dan Ricardo (1917)
mengembangkan teori pertumbuhan ekonomi modern yang menekankan pentingnya
akumulasi modal dan Peningkatan kualitas dan investasi sumber daya manusia. Model
Pertumbuhan Harord ( 1948) dan Domar (1946) yang pada intinya berpijak pada teori Keynes
(1936) yang menekankan pentingnya aspek permintaan dalam mendorong pertumbuhan
jangka panjang. Model Harord-Domar, pertumbuhan ditentukan oleh dua unsure pokok, yaitu
tingkat tabungan (investasi) dan produktivitas Capital (capital output ratio).
Arthtur Lewis (1954) mengembangkan model surplus of labour memberikan tekanan
pada peranan jumlah penduduk. Sementara itu berkembang teori Neo-Klasik yang
memasukkan unsur tehknologi yang diyakini akan berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi
suatu negara (Solow,1957). Tehknologi dianggap sebagai faktor eksogen yang tersedia untuk
dimanfaatkan oleh semua negara di seluruh dunia. Perkembangan selanjutnya disampaikan
oleh Becker (1964), peningkatan produktivitas tenaga kerja dapat didorong melalui
pendidikan dan pelatihan serta peningkatan derajat kesehatan. Teori human capital ini
diperkuat berbagai studi empiris salah satunya oleh Kendrick (1976). Selanjutnya
Romer,1990 berpendapat bahwa tehknlogi bukan lagi faktor eksogen tetapi merupakan faktor
endogen yang dapat dipengaruhi oleh berbagai variable kebijaksanaan.
Kelompok teori pertumbuhan membagi pembangunan dalam beberapa tahap, seperti
yang dikemukakan oleh Rostow (1960) melalui lima tahapan dalam proses pembangunan
yaitu tahap traditional society, Preconditions of growth, the take-off, the drive to maturity dan
the age of high mass-consumption. Sedangkan menurut Chenery-Syrquin (1975) yang
merupakan pengembangan pemikiran dari Collin Clark dan Kuznets, perkembangan
perekonomian akan mengalami transformasi (konsumsi, produksi, dan lapangan kerja) dari
perekonomian yang didominasi sector pertanian menjadi sector industri dan jasa.
Salah satu harapan dari pengikut aliran teori pertumbuhan adalah hasil pertumbuhan
dapat dinikmati masyarakat sampai lapisan yang paling bawah. Namun dalam tiga dasawarsa
(1940-1970) menunjukkan bahwa rakyat paling bawah tidak menikmati hasil pembangunan,
bahkan kesenjangan semakin melebar, hal ini disebabkan meskipun pendapatan dan
konsumsi mungkin meningkat, namun kelompok masyarakat yang sudah baik keadaannya
dan lebih mampu memanfaatkan kesempatan karena posisinya yang menguntungkan
(privileged) akan memperoleh semua atau sebagian besar hasil pembangunan, yang kaya
semakin kaya dan yang miskin semakin miskin, oleh karena itu berkembang pemikiran untuk
mengembangkan alternatif antara lain berkembangnya kelompok pemikiran dengan
paradigma pembangunan sosial yang lebih berkeadilan.
Dalam menilai pengaruh pembangunan terhadap kesejahteraan masyarakat dengan
melihat distribusi pendapatan yang diukur dengan kurva Lorenz atau indeks Gini. Selain itu
dapat pula dengan melihat tingkat kemiskinan (poverty) di suatu negara. Model Pemerataan
dengan pertumbuhan atau redistribution With Growth (RWG), dikembangkan berdasarkan
studi yang disponsori oleh Bank Dunia pada tahun 1974 (Chenery,et al). dalam mencari
jawaban terhadap tantangan paradigma keadilan dalam pembangunan, berkembang
pendekatan kebutuhan dasar manusia atau Basic Human Needs (BHN) (Streen , et al) yang
disusun untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat miskin. Walaupun RWG dan
BHN mempunyai tujuan yang sama, namun berbeda karena RWG lebih menekankan
produktivitas dan daya beli masyarakat miskin sedangkan BHN menekankan pada
penyediaan Publik Service.
Todaro,1985 yang mengemukakan pendapat bahwa terdapat kaitan erat antara
pengangguran, ketidakmerataan pendapatan dan kemiskinan. Pendapat ini sesuai dengan
pendapat Seers, 1970 yang menyatakan bahwa pemerataan pendapatan akan meningkatkan
penciptaan lapangan kerja. Salah satu teori yang berkembang selanjutnya adalah teori
ketergantungan pada tahun 1950-an dengan ciri utama adanya interaksi internal dan eksternal
dalam suatu sistem. Menurut Baran, 1957 keterbelakangan negara-negara Amerika Latin
terjadi pada saat masyarakat prakapitalis tergabung kedalam sistem ekonomi dunia kapitalis.
Ada dua teori ketergantungan yaitu aliran Marxis dan Neo-Marxis serta aliran Non Marxis.
Pandangan bahwa pembangunan tidak hanya memperhatikan tujuan sosial ekonomi,
tetapi juga masalah demokrasi dan hak-hak asasi manusia. Goulet, 1977 mengkaji falsafah
dan etika pembangunan mengatakan bahwa proses pembangunan harus menghasilkan :
terciptanya “Solidaritas baru” yang mendorong pembanggunan dari akar bawah (grass roots
oriented), memelihara keberagaman budaya dan lingkungan, dan menjunjung tinggi martabat
serta kebebasan manusia dan masyarakat.
Pembangunan yang berpusat pada rakyat adalah paradigma yang muncul selanjutnya.
Era pasca industri dengan kondisi yang sangat berbeda menyajikan potensi baru guna
memantapkan pertumbuhan dan kesejahteraan manusia, keadilan dan kelestarian
pembangunan (Korten,1984). Paradigma ini memberi peran pada individu bukan sebagai
objek tetapi sebagai pelaku. Pembangunan yang berpusat pada rakyat menghargai dan
mempertimbangkan prakarsa rakyat dan kekhasan setempat.
Paradigma terakhir adalah paradigma pembangunan manusia, yang menyatakan
bahwa tujuan utama pembangunan adalah menciptakan suatu lingkungan yang
memungkinkan masyarakat menikmati kehidupan yang kreatif, sehat dan berumur panjang.
Menurut pandangan ini tujuan pokok pembangunan adalah memperluas pilihan-pilihan
manusia (Ul Haq,1995) yang mempunyai dua sisi pertama, pembentukan kemampuan/
kapabilitas manusia, seperti tercermin dalam kesehatan, pengetahuan dan keahlian yang
meningkat. Kedua, penggunaan kemampuan yang telah dipunya untuk bekerja, menikmati
kehidupan atau untuk aktif dalam kegiatan kebudayaan, sosial dan politik.
Paradigma pembangunan manusia mempunyai 4 unsur penting : Peningkatan
produktivitas, Pemerataan kesempatan, Kesinambungan pembangunan dan Pemberdayaan
Manusia. Konsep ini diprakarsai oleh United Nations Development Program (UNDP) yang
mengembangkan Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index (HDI).
Indeks ini gabungan dari 3 ukuran yaitu kesehatan (sebagai ukuran longevity), Pendidikan
sebagai ukuran Knowledge dan tingkat pendapatan Riil sebagai ukuran Living Standards.
c. Perkembangan Pemikiran dalam Ilmu Administrasi Negara
Metode pendekatan matriks Locus dan Focus (2x2 Matrix) dari Golembiewski,1977
menghasilkan empat fase perkembangan ilmu administrasi Negara yaitu : 1. Fase perbedaan
analitik politik dari administrasi, 2. Fase perbedaan konkrit politik administrasi, 3. Fase ilmu
manajemen dan 4. Fase orientasi terhadap kebijaksanaan publik. Golembiewski
mengetengahkan adanya tiga paradigma komprehensif dalam perkembangan pemikiran ilmu
administrasi negara yakni, paradigma tradisional, paradigma sosial psikologi dan paradigma
kemanusiaan.
Nicholas Henry,1995 menggunakan pendekatan lain dengan memperkenalkan
pandangan Bailey, bahwa analisis administrasi negara sebagai ilmu harus diterapkan empat
teori yaitu deskriptif, normative, asumtif dan instrumental. Henry mengenal 3 pilar
administrasi negara yaitu : 1). perilaku organisasi dan perilaku manusia dalam organisasi
publik, 2). Tehknologi manajemen dan lembaga pelaksana kebijaksanaan dan 3).
Kepentingan publik yang berkaitan dengan perilaku etis individual dan urusan publik.
Henry juga mengetengahkan 5 paradigma yang berkembang dalam administrasin
negara yaitu 1).Dikotomi politik/administrasi, 2).Prinsip-prinsip administrasi serta tantangan
yang timbul dan jawaban terhadap tantangan tersebut, 3).Administrasi negara sebagai ilmu
politik, 4). Administrasi negara sebagai manajemen dan 5).Administrasi negara sebagai
administrasi negara.
Administrasi negara sebagai ilmu yang berdiri sendiri menghadapi kesulitan untuk
memisahkan diri dari ilmu politik, tetapi mulai ada usaha untuk menghindar dari dikotomi
politik-administrasi dan memberikan perhatian lebih besar terhadap sisi manajemen-
administrasi (White,1926) dalam bukunya introduction to the theory of publik administration.
Sementara Taylor, 1912 melalui pendekatan scientific diperkuat oleh fayol, 1916 dan Gullick,
1937 menerapkan pendekatan hubungan manusia dan ilmu perilaku kedalam ilmu
administrasi. Karya Barnard,1938 mengemukakan adanya organisasi informal selain
organisasi formal. Selain itu Maslow,1943 mengetengahkan faktor motivasi dalam organisasi,
tidak semata ekonomi, tetapi juga sisi sosial dan kemanusiaan.
Simon, 1947 menyatakan bahwa pada intinya administrasi adalah pengambilan
keputusan. Selain harus mengenal kompleksitas perilaku manusia unttuk dapat dikatakan
sebagai ilmu (Dahl,1947), administrasi negara harus dapat mengatasi persoalan nilai atau
nnorma dan berbagai situasi administrasi, dan memperhitungkan hubungan antara
administrasi negara dengan lingkungan sosialnya. Upaya ini dibuktikan dengan dibentuknya
Comparative Administration Group (CAG) tahun 1960 oleh para pakar administrasi.
Perkembangan selanjutnya melahirkan gerakan administrasi negara baru di Minnowbrook
Conference. Gerakan administrasi Negara baru ini menyataka bahwa administrasi tidak boleh
bebas dari nilai dan harus menghayati, memperhatikan, serta mengatasi masalah-masalah
sosial mencerminkan nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat. Frederickson,1971
dengan tegas menyatakan bahwa administrasi negara harus memasukkan aspek pemerataan
da keadilan sosial dalam konsep administrasi.
Pada tahun 1980-an tampil manajemen publik sebagai bidang studi yang penting
dalam administrasi negara. Manajemen publik mencakup sistem pengambilan keputusan,
petencanaan, pengendalian dan pengawasan serta aspek lainnya. Pemikiran admnistrasi
selanjutnya adalah administrasi yang partisipatif, yang menempatkan administrasi di tengah-
tengah masyarakatnya dan tidak di atas atau terisolasi darinya (Montgomery,1988).
Selanjutnya Drucker,1989 menegaskan bahwa apa yang dapat dilakukan lebih baik atau sama
baiknya oleh masyarakat , hendaknya dilakukan oleh pemerintah.seperti dikemukakan oleh
Wilson,1989 birokrasi tetap diperlukan, tetapi tidak harus birokratis. Osborne dan
Gaebler,1993 mencoba menemukan kembali pemerintah dengan mengetengahkan konsep
entrepreneurial government.
Perkembangan selanjutnya memunculkan kebijaksanaan publik sebagai paradigma
administrasi negara yang didalamnya tercakup perumusan kebijaksanaan, analisis, serta
perencanaan , pelaksanaan dan pengawasan kebiijaksanaan.
d. Etika Administrasi
Etika bersifat abstrak berhubungan dengan baik atau buruk. Etika administrasi adalah
bagaimana mengaitkan antara administrasi dan etika, seperti ketertiban, efisiensi,
kemanfaatan, produktivitas, menjelaskan etika dalam praktek administrasi. Nicolas Henry,
1995 berpandangan ada tiga perkembangan yang mendorong konsep etika administrasi yaitu
Hilangnya dikotomi politik-administrasi, Tampilnya teori-teori pengambilan keputusan
dimana perilaku manusia menjadi sentral dan Berkembangnya pandangan-pandangan
pembaharuan.
Etika berasal dari kata ethos berarti kebiasaan atau watak dan moral, mos berarti juga
kebiasaan atau cara hidup. Etika administrasi berkembang, namun masalah kebajikan dan
keburukan menjadi bagian pembahasan dalam administrasi.seperti yang diugkap oleh Weber
dengan konsep hirarki dan birokrasi sebagai profesi secara baik dan benar.begitu pula upaya
Wilson memisahkan politik dari administrasi.bahkan konsep manajemen Taylor dapat
dipandang sebagai upaya ke arah itu. Cooper,1990 menyatakan bahwa nilai-nilai merupakan
jiwa dari administrasi negara. Jauh sebelumnya Waldo,1948 menyatakan siapa yang
mempelajari administrasi berarti mempelajari nilai.
Masalah etika merupakan perhatian besar, karena perilaku birokrasi mempengaruhi
bukan hanya dirinya, tetapi masyarakat banyak.Appleby,1952 mencoba mengaitkan nilai
demokrasi dengan birokrasi secara serasi. Namun dalam praktiknya yang terjadi adalah
kebalikannya. Patologi birokrasi adalah menlencengnya birokrasi dari keadaan yang
seharusnya. Golembiewski,1989 mengatakan bahwa organisasi selalu dilihat sebagai masalah
tehknis dan bukan masalah moral.
Ada dua pendekatan administrasi negara dikaitkan dengan etika yaitu :
1. Pendekatan Teleologi yang bermula bahwa apa yang baik atau buruk yang dilakukan
dalam administrasi Negara, acuan utamanya adalah nilai kemanfaatan yang akan
dihasilkan. Pendekatan ini terdiri dari berbagai kategori :1). ethical egoism, berupaya
mengembangkan kebaikan bagi dirinya. 2). Ultilitarisme yang fokunya adalah prinsip
kefaedahannya. Memaksimalkan pilihan individu merupakan pandangan teleologis yang
paling umum.
2. Pendekatan Deontologi, berdasar pada prinsip moral dalam dirinya dan tidak terkait
dengan akibat/konsekwensi dari keputusan dan tindakan yang dilakukan.
Dalam Praktiknya, memasukkan nilai moral ke dalam administrasi merupakan upaya
yang tidak mudah, karena harus merubah pola piker yang sudah lama menjiwai
administrasi,seperti yang dicerminkan oleh paham utilitarianism. Fox,1994 memberikan
3 pandangan yang menggambarkan pendekatan dentologi dalam etika administrasi yaitu
pertama, pandangan mengenai keadilan sosial. Kedua, pandangan bahwa etika
administrasi negara harus mengacu kepada kepada nilai-nilai yang melandasi keberadaan
negara yang bersangkutan. Ketiga, pandangan bahwa nilai-nilai yang bersifat universal
yang harus menjadi pegangan bagi administrator publik.
Belakangan mulai dikaji tentang etika kebajikan (ethics of virtue). Etika ini berbicara
mengenai karakter yang dikehedaki oleh seorang administrator, merupakan koreksi dari
paradigma sebelumnya yaitu etika sebagai aturan, yang dicerminkan dalam struktur
organisasi,fungsi serta prosedur,termasuk sistem insentif dan disentif serta sanksi berdasarkan
aturan. Pandangan etika kebajikan bertumpu pada karakter individu. Administrator yang bajik
adalah yang menjadikan kebajikan sebagai sentral karakternya sendiri, membimbing perilaku
dalam organisasi dan yang terpenting adalah keteladanan.
Etika perorangan menetukan baik buruknya perilaku individual seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain dalam organisasi. Sedangkan etika organisasi menetapkan
parameter dan merinci kewajiban-kewajiban organisasi, serta mengariskan konteks keputusan
etika perorangan itu dibentuk ( Vasu, Stewart dan Garson, 1990). Nilai etika perorangan
harus dimiliki oleh siapa saja, termasuk mereka yang mengabdi pada masyarakat.
e. Administrasi Pembangunan
Administrasi pembangunan berkembang karena adanya kebutuhan di negara yang
sedang membangun untuk mengembangkan lembaga-lembaga dan pranata sosial, politik, dan
ekonominya agar pembangunan dapat berhasil. Administrasi pembangunan berasal dari
Administrasi negara, namum administrasi pembangunan secara luas hanya membahas
penyelenggaraan administrasi penyelenggaraan dalam pengertian umum seperti memelihara
keamanan, memberikan pelayanan publik, dan menyelenggarakan hubungan dengan orang
lain. Administrasi pembangunan bersifat dinamis dan inovatif, karena menyangkut upaya
mengadakan perubahan sosial. Dalam upaya itu administrasi pembangunan sangat
berkepentingan dan terlibat dalam pengerahan sumber daya dan mengalokasikannya untuk
kegiatan pembangunan ( Katz, 1971).
Administrasi Pembangunan untuk negara berkembang,uumnya tidak diterapkan di
negara maju. Latar belakang perbedaannya adalah : 1). Tingkat perkembangan sosial
ekonomi dan sosial politik sebagai ukuran kemajuan. 2). Lingkungan budaya mempengaruhi
perkembangan sistem nilai serta penetapan sasaran pembangunan. Di negara maju peranan
pemerintah relative kecil, dan di negara berkembang dengan segala kekurangannya,
pemerintah adalah institusi yang paling utama dan maju, tanggung jawab pembangunan di
pundak pemerintah (administrasi negara).
Ciri-ciri administrasi pembangunan di negara berkembang pada awalnya adalah:
pertama, kelembagaannya mewarisi sistem administrasi colonial yang sangat terbatas
cakupannya, karena tujuan pemerintahan bukan memajukan negara jajahan tetapi
mengeksploitasinya. Kedua, Sumber daya manusianya terbatas dalam kualitas. Ketiga,
kegiatan sistem pemerintahan tidak berorientasi kepada pembangunan.
Ada dua sisi dalam batasan pengertian administrasi pembangunan yakni, sisi pertama
adalah administrasi dari proses pembangunan, sisi kedua bagaimana membangun administrasi
negara sehingga dapat menyelenggarakan tugas atau fungsinya secara lebih baik.
Ada beberapa aspek dari dimensi ruang dan daerah yang berkaitan dengan
administrasi pembangunan daerah yaitu Pertama, Regionalisasi atau pewilayahan, Kedua,
Ruang yang tercermin dalam penataan ruang atau lingkungan fisik. Ketiga, adalah otonomi
daerah. Keempat, partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan Kelima, dimungkinkannya
keragaman dalam kebijaksanaan.
Kebijaksanaan Publik menurut beberapa pakar seperti yang dikemukakan Dye,1995
adalah apa saja yang dilakukan dan tidak dilakukan oleh pemerintah, sedangkan Ealu dan
Prewitt,1973 mengatakan bahwa kebijaksanaan adalah sebuah ketetapan yang berlaku yang
dicirikan dengan perilaku konsisten dan berulang baik dari yang membuat maupun yang
menaatinya. Sedangkan peters,1993 mengartikan kebijaksanaan publik sebagai total kegiatan
pemerintah, baik yang dilakukan langsung maupun pihak lain yang berpengaruh pada
kehidupan penduduk negara itu.
BAB. 3 ADMINISTRASI BAGI PEMBANGUNAN
Dalam membahas mengenai administrasi bagi pembangunan digunakan pendekatan
manajemen dikatakan bahwa administrasi bagi pembangunan adalah manajemen
pembangunan. Setidaknya 9 fungsi nyata (distinct) yang dilakukan oleh manajemen yaitu :
1. Perencanaan
Perencanaan bermaksud merumuskan kegiatan pembangunan secara efisien dan
efektif sehingga memberikan hasil optimal dalam memanfaatkan sumber daya yang ada.
Perencanaan merupakan proses pengambilan keputusan dari sejumlah pilihan. Diperlukan
informasi yang memadai. Perencanaan dibedakan berdasarkan sifatnya (nasional, sektoral,
parsial), berdasarkan jangkauan dan hierarkinya (Pusat dan Daerah) berdasarkan jangka
waktu ( Panjang, Menengah pendek) berdasarkan arus informasinya ( bottom up, Top Down)
berdasarkan ketepatan atau keluwesan ( indikatif, preskriptif ) berdasarkan sistem politik
(alokatif, inovatif,radikal).
Kegagalan perencanaan bersumber dari : a. Penyusunan perencanaan yang tidak
tepat. b. Perencanaan sudah baik, tapi pelaksanaannya tidak sesuai, c. Perencanaan mengikuti
paradigma yang tidak sesuai dengan kondisi negara yang bersangkutan, dan d. Perencanaan
diartikan sebagai pengaturan hingga hal yang terkecil. Perencanaan diperlukan apabila
memenuhi hal berikut :
a. Bersifat garis besar dan indikatif
b. Mengendalikan mengarahkan investasi pemerintah yang mendorong
meningkatnya usaha masyarakat swasta
c. Mendorong bekerjanya pasar
d. Mengikutsertakan masyarakat dalam prosesnya
e. Memajukan golongan masyarakat (dan wilayahnya).
2. Pengerahan Sumber Daya
Sumber daya pembangunan pada pokoknya berupa dan (modal), Sumber daya manusia,
tehknologi, dan organisasi atau kelembagaan.
3. Menggerakkan Partisipasi Masyarakat .
Pada tahap ini harus diperhatikan bahwa manajemen dapat menjamin bahwa
pembangunan harus menguntungkan rakyat, harus dipahami maksud dan tujuannya,
harus diikutsertakan dalam pelaksanaanya, dilaksanakan dengan jujur, terbuka dan
dapat dipertanggungjawabkan.
4. Penganggaran
Anggaran terdiri atas penerimaan (bersumber dari pajak dan diluar pajak) dan
pengeluaran (anggaran Rutin dan anggaran pembangunan). Fungsi manajemen dalam
penganggaran adalah mengalokasikan anggaran sesuai prioritas dan menjaga agar dana
digunakan sesuai rencana, hemat, serta mencegah keborosan dan kebocoran.
5. Pelaksanaan Pembangunan
Dalam pelaksanaan pembangunan fungsi manajemen adalah menjamin bahwa proyek
prmbangunan secara fisik dilaksanakan atau dibiayai oleh anggaran pemerintah,
berjalan seperti yang dikehendaki dan mencapai sasaran seperti yang direncanakan
dengan cara seefisien mungkin.
6. Koordinasi
Bertujuan untuk menghasilkan pembangunan yang efisien dalam memanfaatkan sumber
daya untuk menjamintercapainya tujuan dan sasaran secara optimal.
7. Pemantauan dan evaluasi
Pemantauan diperlukan agar pelaksanaan pembangunan tidak bergeser dari rencana
dapat diketahui secara dini dan mengambil langkah penyelesaian yang sesuai. Tugas
manajemen pembangunan untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan
pembangunan serta mengambil langkah - langkah yang diperlukan untuk memecahkakn
masalah, dan revisi pada pembangunan yang direncanakan.
8. Pengawasan pelaksanaan pembangunan
Pengawasan ditujukan untuk meningkatkan efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan,
pencegahan terhadap penyimpangan yang mungkin terjadi.
9. Sistem informasi dalam manajemen pembangunan
Sistem informasi merupakan faktor penting dalam seluruh kegiatan manajemen,seperti
dalam proses perencanaan, penganggaran, pemantauan dan pengawasan,sehingga harus
dikelola dengan baik untuk memberikan informasi yang akurat.
BAB 4. PEMBANGGUNAN ADMINISTRASI
a. Keadaan Administrasi di Negara Berkembang
Tingkat perkembangan administrasi di negara berkembang dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang disebut lingkungan administrasi di bidang politik, ekonomi dan sosial. Di bidang
poltik mengenai sistem politik yang dianut, keterkaitan antara administrasi dengan pemegang
kedaulatan dan kekuatan politik, partisipasi masyarakat dalam proses politik dsb, dalam
bidang ekonomi tercermin dari sistem ekonomi yang dianut,terbuka atau tertutup, ekonomi
pasar atau dominasi pemerintah. Di bidang sosial indikator yang dikebangkan adalah
pendidikan (tingkat melek huruf, sekolah yanng ditamatkan dll), di bidang kesehatan
( kematian, kelahiran bayi, derajat gizi masyarakat dsb) di bidang keagamaan, bidang
kependudukan, dan aspek sosial lainnya.
b. Pembaharuan Administrasi
Menurut Riggs,1966 pembaharuan administrasi merupakan suatu pola yang
menunjukkan peningkatan efektifitas pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Riggs melihat pembaharuan dari dua sisi yaitu
perubahan struktural dan kinerja.Dua aspek yang menjadi ukuran adalah efektifitas dan
efisiensi, efektivitas berkaitan dengan seberapa jauh sasaran tercapai dan efisiensi
menunjukkan bagaimana tercapainya, yaki dibandinng dengan usaha, biaya atau pengobanan
yang dikeluarkan.
Wallis, 1989 mengartikan pembaharuan administrasi sebagai induced, permanent
improvement in administration. Sedangkan Esman, 1995 dalam sebuah analisis menunjukkan
bahwa upaya memperbaiki kinerja birokrasi negara harus meliputi ketanggapan terhadap
pengawasan politik, efisiensi dalam penggunaan sumber daya, dan efektifitas dalam
pemberian pelayanan.
Pembangunan administrasi di negara berkembang umumnya mengikuti pola yang
dikembangkan di negara maju. Di bidang ekonomi peranan pemerintah bukan hanya dalam
pengaturan kebijaksanaan, namun sebagai pelaku aktif. Kerangka pikir pembaharuan
administrasi dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Privatisasi dan Ko-produksi, merupakan pergeseran dari usaha yang dilakukan
atau dimiliki oleh pemerintah ke swasta.
2. Debirokratisasi,merupakan usaha perampingan dan penyederhanaan birokrasi
publik.
3. Reorganisasi, menata ulang fungsi- fungsi sesuai peran baru pemerintah, seperti
desentralisasi.
4. Perubahan Sikap Birokrasi, memerlukan perubahan mendasar dari birokrasi.,
terutama memperbaiki sikap birokrasi dalam hubungannya dengan masyarakat.
5. Etika birokrasi,harus memiliki semangat keadilan sosial, yang tercermin dalam
keberpihakan kepada yang lemah dalam kebijaksanaan dan tindakan-tindakannya.
6. Deregulasi dan Regulasi, upaya mengurangi kekangan birokrasi dan deregulasi
sebagai peyesuaian terhadap globalisasi akan membuka persaingan yang lebih
leluasa. Sehingga untuk menegakkan ekonomi pasar dan menggerakkan kegiatan
ekonomi diperlukan deregulasi dan untuk mengatasi kesenjangan diperlukan
regulasi, yakni melindungi dan memberi kesempatan bagi yang lemah dan
tertinggal untuk tumbuh.
c. Hambatan Terhadap Pembaharuan
Wallis,1989 menunjukkan kesultan dalam upaya pembaharuan administrasi yaitu
1. Kurangnya kesadaran atau oengetahuan mengenai buruknya kinerja administrasi
dan bagaimana perbaikan harus dilakukan
2. Perubahan yang diperlukan untuk perbaikan mendapat tantangan dari birokrat
yang sudah mapan dan ingin mempertahankan kemapanannya
3. Saran, rencana atau program penyempurnaan administrasi kadang terlalu umum,
kabur dan tidak jelas serta sulit diterapkan secara konkrit.
4. Terkait hal itu, mereka seharusnya bertanggung jawab atas perubahan.
5. Kegagalan sebelumnya menyebabkan keputusasaan atau sikap acuh tak acuh, karena
menganggap apapun yang diusahakan tidak akan berhasil.
Pembaharuan harus dilakukan secara sistematis dan terarah, didukung oleh political
will yang kuat, konsisten, dan konsekuen.

Bab. 5 ADMINISTRASI PEMBANGUNAN DI INDONESIA


Sistem Adminstrasi Negara di Indonesia
Sistem pemerintahan atau administrasi negara di Indonesia mengikuti aturab dasar
negara yaitu UUD atau konstitusi. Dalam rangka penyelenggaraan pembangunan nasional
untuk mencapai tujuan pembangunan nasional ditetapkan wawasan nusantara yang mencakup
perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan politik, ekonomi sosial budaya dan
satu kesatuan pertahanan dan keamanan. Wawasan nasional tersebut bersumber pada
Pancasila dan UUD 1945, yang merupakan cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungannya, dengan menggutamakan persatuan dan kesatuan bangsa
serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan m=bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
a. Struktur Organisasi Negara Republik Indonesia
b. Pemerintah Pusat
c. Penyelenggaran Pemerintahan di daerah
d. Hubungan Kewenangan Pusat dan Daerah
e. Hunbungan Keuangan Pusat dan Daerah
f. Manajemen Pembanguan di Indonesia
Perencanaan Pembangunan di Indonesia
Perkembangan perencanaan pembangunan di Indonesia memiliki sejarah yang
panjang,hampir sepanjang sejarah indonesia merdeka (Kartasasmita,1994). Pada masa
sebelum PD II Indonesia dikenal sebagai koloni Belanda yang kaya, perencanan terbengkalai
oleh karena perhatian mempertahankan kemerdekaan. Setelah pengakuan kedaulatan,
perekonomian mulai ditata dan diselenggarakan berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan
ekonomi. Pada tahun 1950-1951 telah diusahakan untuk menyusun rencana kesejahteraan
istimewa khusus untuk bidang pertanian, disusul membangun sektor industri. Pada tahun
1958 dibentuk Dewan Perancang Nasional (Depernas) yang menyususn Rencana
Pembangunan Nasional Semesta Berencana 1961-1969.
Pada masa ekonomi terpimpin, dimana pemerintah campur tangan secara langsung
dalam seluruh aktivitas ekonomi. Setelah gejolak G30SPKI, pemerintah menata ulang sistem
pemerintahan yang menghasilkan pembangunan terencana berjangka 5 tahun diawali dengan
Repelita pada tahun 1969-1970.
Sistem Perencanaan Pembangunan di Indonesia
a. Perencanaan Menurut Jangkauan Waktu
Perencanaan menurut jangka waktu biasanya dikenal sebagai perencanaan jangka
panjang, jangka menengah atau jangka pendek. Di Indonesia jangka waktu perencanaan
dibagi atas : Rencana jangka panjang dengan jangka waktu 25 tahun, rencana jangka
menengah atau sedang dengan waktu 5 tahun dan rencana jangka pendek yaitu rencana
tahunan.
b. Perencanaan Menurut Dimensi Pendekatan dan Koordinasi
Pembagian menurut dimensi pendekatan dan koordiansi memliputi : Perencanaan
pembangunan makro yaitu perencanaan pembangunan nasional dalam skala makro atau
menyeluruh. Perencanaan sektoral, perencanaan regional yang menitik beratkan pada aspek
dimana kegiatan dilakukan. Perncanaan Mikro adalah perencanaan skala rinci dalam
perencanaan tahunan, merupakan penjabaran rencana-rencana makro, sektoral,regional
kedalam proyek.
c. Perencanaan Menurut Proses/Hierarki Peyusunan
Dillihat dari prosesnya dikenal : perencanaan dari bawah ke atas dan perncanaan dari
atas ke bawah.
Pembiayaan Pembangunan
Pencapaian tujuan dan sasran pembangunan pada dasarnya dilakukan melalui
kebijaksanaan dan melalui investasi oemerintah sendiri.
a. Pembiayaan Pembangunan Pemerintah Pusat
Sumber utama pembangunan pemerintah adalah dana yang dialokasikan dan
dianggarkan melalui APBN.
b. Penerimaan
Penerimaan terbagi atas dua yaitu penerimaan dalam negeri yang bersumber dari
seluruh sumber penerimaan dalam negeri, sedangkan penerimaan pembanggunan adalah
penerimaan di dalam negeri, sedangkan penerimaan pembangunan adalah penerimaan yang
bersumber dari hibah atau pinjaman luar negeri.
c. Pengeluaran
Pengeluaran atau belanja pemerintah terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran
pembangunan. Pengeluaran rutin bertujuan untuk membiayai kebutuhan rutin berkaitan
dengan pelaksanaan tugas umum pemerintahan sedangkan pengeluaran pembangunan adalah
pengeluaran yang secara khusus dialokasikan untuk pembangunan guna mencapai sasaran
tertentu.
Pengeluaran rutin terdiri dari belanja pegawai, bek=lanja barang, subsidi daerah
otonom, pembayaran bungan dan cicilan hutang dan pengeluaran rutin lainnya.Pengeluaran
pembangunan adalah seluruh pengeluaran untuk membiayai kegiatan pembangunan yang
dilaksanakan dan dikelola langsung oleh aparatur pemerintahan melalui APBN. Pengeluaran
pembangunan terdiri dari investasi langsung dan oengeluaran transfer.Sumber utama dana
pemerintah untuk membiayai pembangunan adalah tabungan pemerintah, yaitu penerimaan
dalam negeri dikurangi tabungan pemerintah.
d. Perubahan dan Perhitungan APBN
Kata anggran dalam APBN mengandung oengertian rencana atau perkiraan. Isi APBN
merupakan hasil perhitungan dan keputusan tentang perkiraan pendapatan dan belanja
negara. Setelah dibentuk Perhitungan Anggarn Negara (PAN), yang telah distujui DPR dan
disahkan dalam bentuk UU.
e. Pembiayaan Pembangunan Pemerintah Daerah : APBD
Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian tak terpisahkan
dari pemerintah pusat, sehingga pembangunan daerah merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional sehingga antara keuangan daera dan pusat terdapat hubungan erat.
f. Peningkatan Daya Guna Dana Pembangunan
Seluruh pembiayaan pembangunan yang dialokasikan melalui berbagai tingkatan
dikelola secara optimal agar secara terkait satu sama lain dapat mennghasilkan efektivitas dan
efisiensi yang tinggi.
Pelaksanaan Proyek Pembangunan
Pelaksanaan kegiatan pembangunan diorganisasikan dalam sektor, subsektor dan
program. Program dasarnya kumpulan kegiatan. Kegiatan- kegiatan itu dilakukan melaui
upaya sistematis dalam proyek. Proyek didefenisikan sebagai suatu kegiatan investasi yang
menggunaka faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang diharapkan dapat
memperoleh keuntungan dalam suatu periode tertentu ( Gittinger, 1972).
Dalam sistem APBN, prosedural administrasi sebuah proyek sebagai berikut : 1.
Penyusunan dan pengajuan Daftar Usulan Proyek (DUP) oleh instansi pemerintah, 2.
Penilaian DUP oleh Bppenas, 3. Penyediaan anggaran tahunan bagi proyek yang disetujui
dalam dokumen anggaran 4. Pelaksanaan proyek sesuai ketentuan yang berlaku.
Sistem Pemantauan dan Evaluasi Kinerja
Sistem pemantauan dan evaluasi kinerja mempunyai peranan penting dalam
menyediakan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan proyek, baik dalam
pengendalian pelaksanaan proyek maupun dalam pperencanaan berikutnya. Sistem
pemantauan dan evaluasi kinerja meliputi struktur, mekanisme termasuk tata cara
pelaksanaannya yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan mengenai
kinerja proyek,baik yang sednag berjalan, selesai ataupun yang telah lewat. Melalui evaluasi
dalam rangka sistem pemantauan ini dapat pula diketahui tingkat pencapaian realisasi
pelaksanaan fisik dan penyerapan dan dibanding dengan sasaran rencana fisik dan
pembiayaan yang telah ditetapkan.
a. Sistem Pemantauan, terdapat 5 unsur dalam sistem pemantauan yaitu ; proyek
pembangunan yang dipantau, pejabat yang menyampaikan laporan, periode laporan,
bentuk formulir pelaporan dan mekanisme pelaporan
b. Sistem Ealuasi Kinerja, merupakan salah satu kegiatan perencanaaan dan manajemen
pembanggunan yang tidak kalah penting dibanding kegiatan lainnya, namun belum
dilaksanakan secara komprehensif, sistematis, mandiri dan melembaga.
Pengawasan Pembangunan
1. Pengawasan Fungsional
Untuk mengamnakan pembangunan dalam mencapai sasaran dan tujuannya secara
efisien dan efektif dikembangkan sistem pengawasan. Sistem pengawasan dapat dilihat dari
beberapa segi antara lain pengawasan fungsional merupakan pengawasan yang terdiri dari
aparat pengawasan fungsionaal pemerintah (APFP), dan aparat pengawasan ekstern
pemerintah (APEP). Secara garis besar struktur dan mekanisme pengawasan yang berlaku di
Indonesia secara hierarkis adalah :
a. Inspektur Wilayah ( Irwil) Propinsi/Kabupaten/Kotamadya.
b. Inspektur Jenderal (Irjen) departemen
c. BPKP/Perwakilan BPKP di daerah
d. Menteri menerima laporan Irjen depertemen untuk pertimbangan kebijaksanaan
lebih lanjut serta sebagai bahan konsultatif bagi persidangan antarmenteri.
e. Menko Ekku dan wasbang mengkoordinasikan para menteri LPND sepanjang
menyangkut pengawasan.
f. Wakil presiden mendapat tugas khusus dari Presiden untuk mengkoordinasikan
seluruh aparat pengawasan pemerintah dan kegiatannya. Wakil presiden juga
menampung informasi dari masyarakat.
g. Presiden melakukan pembinaan pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawas
yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh Irjenbang selaku staf pembantu Presiden.
h. BPK mempunyai tugas memeriksa tanggung jawab pemerintah tentang keuangan
dan kekayaan negara serta semua pelaksanaan APBN, APBD dan Anggaran
BUMN/BUMD berdasarkan ketentuan UU, dan berkewajiban memberu=itahukan
hasil pemeriksaannya kepada DPR.
i. DPR sebagai lembaga perwakilan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
tugas pemerintahan.
j. Mahkamah Agung melakukan pengawasan atas jalannya peradilan untuk diambil
tindakan perbaikan/penertiban.
2. Pengawasan Melekat
Pengawasan Melekat adalah pengawasan yang secara stuktural melekat pada setiap
dan seluruh hierarki jabatan pimpinan organisasi dan merupakan fungsi inherennya.
3. Pengawasan Masyarakat
Pengawasan masyarakat merupakan bentuk partisipasi masyarakat atas
penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan. Masyarakat tidak termapil dengan
sendirinya tetapi terbentuk dari sikap peduli dan motivasi, biasanya dalam bentuk kotak pos
keluhan, melalui lembaga perwakilan, lembaga peradilan, organisasi politik, ormas dan LSM.
4. Tindak Lanjut Pengawasan
Tindak lanjut pengawasan terdiri atas 2 kelompok utama yaitu : 1. Tindak lanjut
bersifat Preventif, berupa penyempurnaan unsur aparatur di bidang kelembagaan,
ketatalaksanaan dan kepegawaian, 2. Tindak lanjut bersifat Represif, berupa penindakan
terhadap perbuatan korupsi, penyalahgunaan wewenang, kebocoran, pemborosan dan
penyelewengan lainnya. Tindakan represif dalam bentuk tindakan administratif terhadap
pegawai atau tuntutan perdata melalui Kejaksaan Agung dan Kepolisian.
Adminstrasi dan Peran Serta Masyarakat dalam Pembangunan
Masyarakat adalah pelaku utama pembangunan dan pemerintah berkewajiban
mengarahkan, membimbing serta mencipk[takan suasana menunjang. Kegiatan masyarakat
dan pemerintah saling mengisi, saling melengkapi dalam satu kesatuan langkah menuju
tercapainya tujuan pembangunan nasional. Itulah hakikat peran administrasi negara dalam
pembangunan di Indonesia.
Dalam falsafah Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso dan tut wuri
handayani, sangat tepat menggambarkan proses penyesuaian peran administrasi negara
terhadap proses perkembangan dan perubahan yang sekarang sedang terjadi.
Untuk mengatasi masalah-masalah administrasi negara dalam pembangunan di
Indonesia adalah membangun administrasi negara melalui sumber daya manusia administrasi
yang profesional dan memiliki kompetesi yang tinggi. Profesionalisma mencerminkan sikap
seseorang terhadap profesi yang ditekuninya, kesungguhan hati untuk mendalami, menguasai
menerapkan dan menjunjung tinggi etika profesi. Kompetensi merujuk pada suatu keadaan
dimana seseorang dapat dipercaya berdasarkan kemampuannya.
Bab. 6 PEMBANGUNAN ADMINISTRASI DI INDONESIA
Sejarah mencatat bahwa perkembangan aparatur negara dalam kurun waktu 1945
sampai pra PJP I sangat dipengaruhi oleh situasi perjuangan dan ketidakstabilan politik dan
pemerintahan. Pada periode Demokrasi Liberal tahun 1950-1959 aparatur negara menjadi
ajang perebutan pengaruh partai-partai politik. Aparatur negara makin banyak terlibat dalam
kegiatan politik praktis. Situasi politik dan pemerintahan yang tidak stabil memperngaruhi
efektivitas aparatur negara, terutama kabinet yang jatuh bangun menghambat
penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan dengan baik.
Pada periode Demokrasi terpimpin, tahun 1959-1965 keadaan aparatur negara tidak
banyak berubah, dengan membesarnya kabinet sampai 100 menteri, aparatur negara tumbuh
makin besar. Denga Orde Baru dimulai penataan administrasi negara berdasarkan UUD 1945.
Menjelang PJP I tahun 1966-1968 pembangunan aparatur negara pada dasarnya berisikan
kegiatan rehabilitasi dan konsolidasi untuk mengembalikan landasan, peran dan fungsinya
sesuai dengan UUD 1945 dan Pancasila.
Selama PJP I tahun 1969-1993 Repelita demi Repelita, pendayagunaan aparatur
negara ditempatkan sebagai bagian integral dari keseluruhan strategi ppembangunan nasional,
dan senantiasa merupakan salah satu krida atau program kerja setiap kabinet dalam masa
pembangunan. Untuk meningkatkan disiplin pegawai dikalangan pegawai negeri sipil telah
diterbitkan beberapa peraturan yang khusus mengatur pegawai negeri sipil. Dalam PJP I
sudah banyak dilakukan penelitian yang ditujukan untuk mengkaji berbagai kebijaksanaan
pendayagunaan dan pengembangan sistem serta disiplin ilmu administrasi pembangunan,
guna munujang pembangunan.
Kesejahteraan pegawai negeri masih sangat tidak memadai, sehingga mendorong
perilaku yang merugikan seperti korupsi dan kolusi. Untuk mengatasi kendala – kendala yang
ditemui pembangunan administrasi dilanjukan dalam PJP II dimanan sasran pembangunan
aparatur negara yang bersih, bertanggung jawab, penuh pengabdian dan profesional. Sasaran
selanjutnya adalah tertatatnya manajemen aparatur negara dalam meningkatkan kualitas,
kemampuan dan kesejahteraan manusianya. Selanjutnya sasaran pembangunan administrasi
adalah meningkatnya perwujudan otonomi daerah, yang serasi,nyata, dinamis dan
bertanggung jawab.
Pembangunan Aparatur Negara meliputi kebijaksanaan yaitu : (a) Peningkatan
disiplin aparatur negara (b) Pemantapan organisasi kenegaraan (c) Pendayagunaan organisasi
pemerintahan (d) penyempurnaan manajemen pembangunan (e) peningkatan kualitas sumber
daya manusia.
Pemerintahan yang bersih dan berwibawa, selain merupakan salah satu tujuan pokok
dalam pembanggunan aparatur negara, juga merupakan persyaratan pokok bagi
terselenggaranya pembangunan nasional yang efisien dan efektif. Posisi aparatur negara
dalam proses peningkatan disiplin nasional adalah sebagai pelopor, pelaku pertama dan
utama, dalam menerapkan disiplin nasional sehingga menjadi teladan dan panutan bagi
masyarakat.
Peningkatan disiplin aparatur tercermin dari perilakunya sebagai abdi negara dan abdi
masyarakat. Aparatur bersifat melayani, mengayomi dan meneladani disertai kepemimpinan
yang menumbuhkan dan mendorong prakarsa dan peran serta aktif masyarakat dalam
pembangunan. Pendayagunaan organisasi pemerintahan yang meliputi organisasi pemerintah
pusat,organisasi pemerintah daerah dan desa, hubungan pemerintah pusat dan daerah.
Penyempurnaan manajemen pembangunan meliputi : a) Adminstrasi Kebijaksanaan
Pembangunan b) Sistem Perencanaan, penganggaran dan pembiayaan serta pemantauan dan
pelaporan c) manajemen program dan proyek pembangunan d) Sistem Informasi
e) administrasi umum dan kearsipan dinamis f) sistem kearsipan nasional.
Peningkatan Kualitas Sumber daya manusia merupakan unsur dan modal dasar dalam
pembangunan nasional. Cakupan pembinaan meliputi : 1) Formasi dan Pengadaan 2)
Pembinaan Karier 3) Pendidikan dan Pelatihan 4)Kepemimpinan Aparatur 5) Penggajian,
Tunjangan dan Kesejahteraan 6) Administrasi Pegawai negeri sipil (PNS).
Program pembangunan aparatur negara dijabarkan dalam program pokok dan
program penunjang. Program pokok pembangunan aparatur negara meliputi : 1) program
Peningkatan Prasarana dan saran aparatur negara 2) Program peningkatan efisiensi aparatur
negara 3) Program pendidikan dan pelatiahn aparatur negara 4) program penelitian dan
pengembangan aparatur negara. Sedangkan program penunjang dalam pembangunan aparatur
negara adalah 1) program pengembangan informasi pemerintahan 2) program pendayagunaan
sistem dan pelaksanaan pengawasan 3) program pengembangan hukum administrasi negara.
Bab 7 PENUTUP
Adminstarsi dipengaruhi oleh lingkungan yang senantiasa berubah dari segala aspek
kehidupan. Di bidang ekonomi, globalisasi ditandai oleh ekonomi dunia yang makin terbuka,
dimana arus informasi, manusia, barang dan jasa, modal dan investasi bergerak cepat dan
makin tidak mengenal batas wilayah negara. Administrasi negara dituntut secara tepat
berperan dimana manusia makin meningkat pendidikannya, makin terspesialisasi
kebutuhannya, makin keras tuntutannya pada kualitas bukan ketersediaan, makin menuntut
untuk ikut serta dalam semua proses yang menentukan nasibnya.
Perubahan internal dan eksternal dlam administrasi akan mempengaruhi aspirasi,
tuntutan, kemampuan, dan persepsi masyarakat maupun kualifikasi aparatur pemerintah. The
way of governing berkembang dan dapat berbeda sekarang dengan masa yang akan datang.
Ilmu administrasi, termasuk administrasi pembangunan ditantang untuk bisa mengikuti
proses perubahan bahkan satu langkah di depan.
Betapapun besarnya peranan masyarakat, upaya untuk membangun masyarakat adlah
tanggung jawab administrasi pembangunan, diperlukan pembaharuan bukan hanya sistem dan
prosedur kerja tetapi juga semangat kerja. Ada dua altenatif yaitu perbaikan birokrasi
berlangsung secara evolutif dan tidak bisa dipaksakan atau diupayakan untuk mempercepat
proses perbaikan administrasi.
Untuk Indonesia, sebaiknya dipilih alternatif kedua, bahwa Indonesia harus
mencambuk diri untuk melompat maju dalam membangun administrasi dengan alasan
pertama, ekonomi Indonesia diambang untuk meningkat dari ekonomi berpendapatan rendah
menjadi ekonomi berpendapatan menengah. Kedua, terjadi transformasi budaya dari
masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern. Ketiga, masyarakat Indonesia telah
teremansipasi dan mulai melepaskan diri dari perangkap keterbelakangan. Keempat,
globalisasi akan meningkatkan kadar keterbukaan dan informasi bangsa Indonesia. Kelima,
liberalisasi perdagangan dan integrasi pandangan dunia membuka peluang-peluang baru dan
memberikan harapan baru untuk membangun kehidupan yang lebih baik secara dipercepat.
Kuncinya adalah daya saing yang ditentukan oleh dua hal, produktivitas dan efisienasi.
Birokrasi harus terdiri atas manusia-manusia yang bukan hanya berpengetahuan tetapi
berkarakter. Untuk itu para pelajar ilmu administrasi perlu lebih banyak mempelajari
pengalaman panjang pembangunan administrasi di Indonesia untuk membuat kajian-kajian
dan penulisan ilmiah dalam bidang administrasi negara pada umumnya dan administrasi
pembangunan pada khususnya, dalam rangka memperkuat upaya membangun administrasi
negara yang mampu memberikan jawaban terhadap tantangan pembangunan bangsa
Indonesia di masa kini dan di masa depan.

Anda mungkin juga menyukai