Anda di halaman 1dari 9

SCRIPTA SCORE Scientific Medical Journal

Volume 1 Nomor 2 Februari 2020

SCRIPTA SCORE
Penelitian
Scientific Medical Journal

Hubungan Alexithymia dengan Kecanduan Media Sosial pada


Remaja di Jakarta Selatan
Yunita Mansyah Lestari1, Suzy Yusna Dewi2, Aulia Chairani3
1
Program Studi Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran”, Jakarta
2
Departemen Psikiatri Anak dan Remaja, RSJ Soeharto Heerdjan
3
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran”, Jakarta

ABSTRAK
Alexithymia ditandai dengan ketidakmampuan dalam mengenali dan mengekpresikan emosi serta
pemikiran yang berorientasi eksternal sehingga mereka memiliki hubungan interpersonal yang buruk.
Remaja dengan alexithymia cenderung menjadi kecanduan media sosial.Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara Alexithymia terhadap kecanduan media sosial pada remaja di Jakarta
Selatan. Subjek penelitian adalah remaja yang berusia 13-19 tahun dan tinggal di Jakarta selatan.
Pengambilan data menggunakan metode consecutive sampling dan snowball sampling dengan
menyebar kuesioner menggunakan link googleform. Jumlah subjek penelitian sebanyak 207 orang (41
= laki-laki, 166 = perempuan). Skala yang digunakan adalah Toronto Alexithymia Scale (TAS-20) dan
Social Media Disorder (SMD). Analisa data menggunakan metode chi-square pada SPSS 25. Hasil
penelitian didapatkan 85 orang mengalami alexithymia, 88 mengalami kecanduan dan 62 orang
mengalami alexithymia dan kecanduan media sosial. p-value didapatkan 0,000. Hal ini berarti terdapat
hubungan antara Alexithymia dengan Kecanduan Media Sosial pada remaja di Jakarta Selatan.
Kata Kunci :Alexithymia, Kecanduan Media Sosial, Remaja

ABSTRACT
Alexithymia is characterized by an inability to recognize and express emotions and have externally
oriented thoughts so that they have poor interpersonal relationships. Teenagers with alexithymia tend
to become addicted to social media. This study aims to determine the relationship between
Alexithymia towards social media addiction in adolescents in South Jakarta. The research subjects
were adolescents aged 13-19 years and lived in south Jakarta. Retrieval of the data was using
consecutive sampling and snowball sampling method by distributing questionnaires using the google
form link. The number of research subjects was 207 people (41 = men, 166 = women). The scale was
used is the Toronto Alexithymia Scale (TAS-20) and Social Media Disorder (SMD). Data analysis
using the chi-square method in SPSS 25. The results showed that 85 people had alexithymia, 88 were
addicted and 62 people had alexithymia and were addicted to social media. p-value obtained is 0,000.
This means that there is a relationship between Alexithymia and Social Media Addiction in
adolescents in South Jakarta.
Keyword: Adolescents, Alexithymia, Social Media Addiction

Data dari Asosiasi Pengguna Jasa Internet


PENDAHULUAN
di Indonesia (APJII), jumlah pengguna
Penggunaan teknologi dan internet saat internet di Indonesia mencapai 143,26 juta
ini sangat maju dan populer di berbagai (54,68%) dari jumlah populasi 262 juta
kalangan. Smartphone menjadi populer jiwa dengan prevalensi tertinggi terdapat
karena memiliki konektivitas internet. di Pulau Jawa. Pengguna internet tertinggi

Corresponding author: Yunita Mansyah Lestari


Corresponding author at: Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Jakarta 1
Contact: yunitamansyah@gmail.com
Hubungan Alexithymia dengan Kecanduan Media Sosial pada Remaja di Jakarta Selatan

terdapat di daerah urban.[1] Provinsi DKI Sulitnya komunikasi, memiliki


Jakarta menjadi daerah tertinggi dalam hubungan interpersonal yang buruk serta
mengakses internet dan Jakarta Selatan adanya perasaan stres yang dirasakan saat
menjadi kota dengan presentase tertinggi harus berkomunikasi secara langsung akan
dalam hal menguasai smartphone dan meningkatkan risiko seseorang mengalami
mengakses internet pada penduduk yang kecanduan media sosial, seperti seseorang
berusia lebih dari 5 tahun.[2,3] Pada tahun dengan alexithymia. Penderita alexithymia
2018, jumlah remaja yang berusia 13-18 memiliki gangguan dalam hubungan
tahun adalah 188.817.[4] intrapersonal dan hubungan interpersonal.
Remaja sangat rentan mengalami Hal ini dikarenakan, mereka tidak mampu
dampak negatif dari pengaruh teknologi mengidentifikasi, memahami dan
karena mereka cepat mengadopsi menanggapi perasaan dirinya sendiri dan
[5]
teknologi-teknologi baru. Usia remaja oranglain sehingga mereka dikenal dengan
menurut WHO adalah 10-19 tahun. orang yang kurang empati. Saat mereka
Menurut APJII, penetrasi penggunaan harus berkomunikasi secara langsung
internet tertinggi terdapat pada usia 13-18 mereka akan merasakan emosi negatif,
tahun. Individu yang berusia dibawah 30 seperti cemas, stres dan depresi. Seseorang
tahun dapat terhubung ke internet 24 jam dengan alexithymia sulit untuk bersahabat
dalam seminggu dan tidak bisa hidup dan tidak aktif dalam bermasyarakat hal
tanpa ponsel.[6]Remaja menggunakan ini akan menjadikannya memiliki
media sosial sebagai sarana untuk hubungan interpersonal yang buruk.[12,13]
berkomunikasi dengan keluarga dan teman Dalam DSM-V, alexithymia tidak
terutama bagi seseorang yang mengalami dikategorikan sebagai gangguan mental.
kesulitan untuk berkomunikasi, mencari Hal ini dikarenakan trait dimensi, seperti
informasi, berita hiburan atau postingan alexithymia penelitiannya menggunakan
lucu sehingga mereka terus update dengan populasi klinis.[14] Alexithymia bukan
hal-hal populer yang sedang terjadi.[7] Data merupakan diagnosis klinis, namun pada
dari Global Web Index pada tahun 2018, awalnya digambarkan sebagai sifat gejala
Indonesia berada pada peringkat ketiga di yang terdapat pada pasien dengan
dunia setelah Filipina dan Brazil untuk gangguan psikomatik.[15]Namun
rata-rata waktu yang dihabiskan dalam alexithymia juga terdapat pada populasi
mengakses media sosial, yaitu 3 jam 22 non-klinis, yaitu sebesar 10%.[16]
menit. Hal ini melebihi waktu rata-rata di Prevalensi alexithymia dari 600 anak di
dunia, yaitu 3 jam 1 menit.[8]Media sosial Italia yang berusia 13-22 tahun adalah
dapat menyebabkan kecanduan apabila 16,7%.[17] Di Indonesia, terdapat beberapa
digunakan secara berlebihan. Menurut penelitian yang membahas alexithymia,
Nurfajri, kecanduan media sosial adalah yaitu penelitian Harjanah didapatkan
gangguan psikologis saat seseorang 32,2% alexithymia dari jumlah sampel 215
menambahkan waktu penggunaan orang yang berusia 18-22 tahun [17] pada
sehingga merasa senang saat penelitian Lestari terdapat 70 orang (47%)
menggunakannya.[9] Dampak negatif memiliki alexithymia dari 150 orang yang
kecanduan media sosial pada remaja, yaitu berusia 18-23 tahun.[12] Namun penelitian
(1) menjadi individual, (2) mudah marah yang membahas alexithymia pada remaja
dan membantah perkataan orang tua serta di Indonesia masih kurang. Alexithymia
menipu orang tua, (3) kesulitan dapat diukur menggunakan kuesioner
menyeimbangkan antara kegiatan online Toronto Alexithymia Scale (TAS-20).
dan akademik mereka serta menarik Terdapat banyak penelitian mengenai
perhatian dan konsentrasi siswa sehingga hubungan kecanduan internet pada
terjadi penurunan nilai akademis di penderita alexithymia.[17,18] Semakin tinggi
sekolah.[10,11] derajat alexithymia semakin tinggi pula

2
Hubungan Alexithymia dengan Kecanduan Media Sosial pada Remaja di Jakarta Selatan

derajat kecanduan internet.[17] Kecanduan 20) dan Social Media Disorder (SMD).
internet berhubungan dengan kecanduan
media sosial dan internet gaming HASIL DAN PEMBAHASAN
disorder.[5] Media sosial dapat membantu
penderita alexithymia mengekspresikan Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
emosi yang mereka rasakan dan memenuhi sebagian besar responden berjenis kelamin
kebutuhannya untuk berkomunikasi tanpa perempuan (80,2%). Hasil ini serupa
harus berkomunikasi secara langsung dengan Pew Research Centre yaitu
sehingga mereka berisiko mengalami perempuan mendominasi dalam
kecanduan media sosial. Dampak negatif penggunaan media sosial yaitu 76%
media sosial pada penderita alexithymia sedangkan laki-laki sebanyak 72%.[23]
adalah cyberbullying.[20,21] Cyberbullying Waktu yang digunakan perempuan untuk
adalah bullying yang terjadi di masyarakat berkomunikasi di media sosial lebih
melalui media online. Menurut UNICEF banyak sebanyak 30% dibandingkan laki-
(2016), 41% hingga 50% remaja di laki hanya menggunakan 26%
[23]
Indonesia yang berusia 13 sampai 15 tahun waktunya. Media sosial dapat
pernah menjadi korban cyberbullying. [22] membantu mereka untuk mengurangi stres
Oleh karena tingginya penggunaan internet yang dirasakannya serta mereka cenderung
dan terjadinya cyberbullying pada remaja menyukai bercerita atau berkomunikasi
di Indonesia serta kurangnya penelitian dengan oranglain melalui media
[24,25]
yang membahas tentang alexithymia pada sosial. Rendahnya penggunaan media
remaja sehingga membuat peneliti tertarik sosial pada jenis kelamin laki-laki
untuk meneliti hubungan antara mungkin dikarenakan remaja laki-laki
alexithymia dengan kecanduan media menggunakan media sosial untuk bermain
sosial pada remaja di Jakarta Selatan. game. Seperti hasil penelitian yang
dilakukan oleh Achmad, 2017, 52,4% laki-
laki menggunakan media media sosial
METODE
untuk bermain game dibandingkan
Pengambilan data dilakukan pada perempuan hanya terdapat 32,7%.[26]
tanggal 29 Mei hingga 7 Juni 2019. Jenis Dalam penelitian responden
penelitian ini menggunakan penelitian didominasi oleh remaja yang berusia 19
analitik observasional dengan pendekatan tahun. Hal ini dikarenakan mereka
cross-sectional. Data diperoleh dengan cenderung lebih sering mengakses media
menyebarkan kuesioner dalambentuk sosial dibandingkan usia dewasa. Mereka
googleform. Remaja di Jakarta Selatan dapat terhubung ke internet 24 jam dalam
akan menjadi populasi pada penelitian ini. seminggu dan tidak bisa hidup tanpa
Sampel yang digunakan adalah remaja ponsel.[6] Remaja menggunakan media
yang berusia 13 sampai 19 tahun, tinggal sosial sebagai sarana untuk berkomunikasi
di Jakarta Selatan dan telah mendapatkan dengan keluarga dan teman terutama bagi
izin oleh orangtua untuk berpartisipasi seseorang yang mengalami kesulitan untuk
mengikuti penelitian ini. Teknik berkomunikasi, mencari informasi, berita
pengambilan sampling yang digunakan hiburan atau postingan lucu sehingga
adalah nonprobability sampling mereka terus update dengan hal-hal
denganteknik consecutive sampling dan populer yang sedang terjadi.[7]
snowball sampling. Teknik ini dipilih agar Responden sebagian besar
penyebaran dan pengambilan data lebih berpendidikan SMA Sederajat. Semakin
mudah dan lebih tersebar. Penelitian ini tinggi tingkat pendidikan seseorang
menggunakan kuesioner yang telah semakin tinggi internet. Hal ini sesuai
diadaptasi kedalam Bahasa Indonesia, dengan APJII yaitu penggunaan internet
yaitu Toronto Alexithymia Scale-20 (TAS- tinggi pada seseorang berpendidikan

3
Hubungan Alexithymia dengan Kecanduan Media Sosial pada Remaja di Jakarta Selatan

terakhir SMA atau lebih tinggi[1] dan hasil Perempuan 166 80,2
survey yang dilakukan oleh PUSKAKOM Usia
UI didapatkan pengguna media sosial
13 3 1,4
paling tinggi pada tingkat pendidikan
SMA yaitu 64,7%.[27] Selain itu, hasil 14 12 5,8
penelitian Rusdin & Gafar (2016) pada 93 15 12 5,8
murid SMA didapatkan intensitas 16 29 14,0
berkomunikasi melalui media sosial 17 41 19,8
tergolong sangat sering dan 51,6% siswa 18 51 24,6
menyukai fasilitas chatting saat 19 59 28,5
[28]
menggunakan media sosial.
Dalam mengakses media sosial, Pendidikan
aplikasi yang paling sering digunakan oleh SMP Sederajat 23 11,1
responden adalah Instagram yaitu SMA Sederajat 94 45,4
berjumlah 190 responden. Hasil survey
Kuliah 90 43,5
yang dilakukan oleh Piper Jaffray’s
(2018), 85% remaja menggunakan Aplikasi yang
instagram.[29] Menurut Monthly Active digunakan
Users di Indonesia, jumlah pengguna aktif Youtube 158 23,7
Instagram mencapai 22 Juta pengguna. [30] FB Messenger 10 4,8
Mereka menggunakan instagram untuk
mengurangi perasaan negatif yang mereka Facebook 34 16,4
rasakan saat berhubungan secara langsung. Instagram 190 91,8
Responden dalam penelitian ini dalam Twitter 47 22,7
sehari mengakses media sosial paling Snapchat 24 11,6
banyak antara 3-6 jam, yaitu 120 orang.
Hasil ini serupa dengan penelitian yang WhatsApp 178 86,0
dilakukan oleh Syamsoedin et. al., (2015) Line 133 64,3
dalam sehari rata-rata remaja mengakses
media sosial selama 3 sampai 4 jam. [24] Waktu yang
Sedangkan menurut Global Web dihabiskan
Index(2018), penduduk Indonesia Kurang dari 3
22 10,6
mengakses media sosial rata-rata selama 3 jam
jam, 22 menit dalam sehari.[8] Sebagian Antara 3 - 6 jam 120 58,0
besar responden mengakses media sosial
selama 3 sampai 6 jam dikarenakan Lebih dari 6 jam 65 31,4
mereka harus menyesuaikan antara durasi
penggunaan dengan aktivitas akademik di Berdasarkan tabel 2, gambaran
sekolah dan keinginan untuk bersosialisasi responden yang mengalami alexithymia
secara langsung.[24] berjumlah 85 orang, mungkin alexithymia
berjumlah 72 orang dan tidak alexithymia
Tabel 1. Distribusi karakteristik responden berjumlah 50orang. Remaja adalah masa
transisi dari anak-anak ke usia dewasa.
Emosi remaja masih mengalami
perkembangan dan akan menetap hingga
Frekuensi Persentase
Karakteristik usia dewasa. Perkembangan emosi pada
n (207)
remaja ditandai dengan tercapainya
(%) kecerdasan emosi yang baik. Kecerdasan
Jenis Kelamin emosi menurut Goleman, yaitu
Laki-Laki 41 19,8 kemampuan seseorang dalam memahami

4
Hubungan Alexithymia dengan Kecanduan Media Sosial pada Remaja di Jakarta Selatan

dan mengatur suasana hati agar selalu akan menjadikan mereka ketinggalan
berfikir secara rasional serta dapat berita atau kurang update. Cemas dan
berempati pada orang lain.[31, 32] Seseorang takut tertinggal berita atau informasi
dengan alexithymia memiliki kecerdasan terbaru akan menjadikan remaja cenderung
emosi yang buruk.[33]Jika seseorang sering mengakses media sosial sehingga
memiliki kecerdasan emosi yang buruk, remaja berisiko mengalami kecanduan
hubungan intrapersonal dan interpersonal media sosial.[25]
mereka akan terganggu sehingga pada
penderita alexithymia mereka akan Tabel 3. Gambaran tingkat kecanduan media
mengalami gangguan mengidentifikasi dan sosial pada remaja
mengenali emosi yang dirasakannya serta
adanya gangguan dalam memahami Kecanduan Frekuensi Persentase
Media Sosial (n = 207) (%)
perasaan yang orang lain rasakan.[31]

Tabel 2. Gambaran tingkat alexithymia pada Kecanduan 88 42,5


remaja
Tidak Kecanduan 119 57,5
Frekuensi Persentase
Alexithymia
(n = 207) (%)
Pada tabel 4 didapatkan 91 responden
Tidak yang memiliki alexithymia mengalami
50 24,2 kecanduan media sosial, yaitu 64
Alexithymia
Mungkin responden dan 27 responden tidak
72 34,8 mengalami kecanduan media sosial. Dari
Alexithymia
Alexithymia 85 41,1 hasil chi-square didapatkan hasil p value
<0,001 yang berarti terdapat hubungan
antara alexithymia dengan kecanduan
Pada tabel 3 menunjukkan gambaran media sosial. Hasil ini sesuai dengan
responden yang mengalami kecanduan penelitian yang dilakukan oleh Ershad &
media sosial berjumlah 88 responden dan Aghajani, 2017[2], yaitu terdapat hubungan
tidak kecanduan media sosial berjumlah antara alexithymia dengan kecanduan
119 responden. Remaja sangat rentan instagram dan Baysan-arslan et. al., 2016
mengalami dampak negatif dari pengaruh yaitu skor kecanduan internet lebih tinggi
teknologi karena mereka cepat pada penderita alexithymia dibandingkan
mengadopsi teknologi-teknologi baru.[5] yang tidak alexithymia.[19]
Remaja menggunakan media sosial Saat berkomunikasi, seseorang harus
sebagai sarana untuk berkomunikasi dapat menerima, menilai, mengelola, serta
dengan keluarga dan teman terutama bagi mengontrol emosi yang dirinya rasakan
seseorang yang mengalami kesulitan untuk dan orang lain di sekitarnya seperti
berkomunikasi, mencari informasi, berita kesepahaman makna.[34] Hal ini diperlukan
hiburan atau postingan lucu sehingga agar terhindar dari berbagai konflik yang
mereka terus update dengan hal-hal dapat merusak tujuan komunikasi. Saat
populer yang sedang terjadi.[7] Apabila seseorang semakin sulit mengidentifikasi,
remaja tidak menggunakan media sosial menggambarkan emosinya sendiri dan se-
yang sama seperti teman-temannya, hal ini

5
Hubungan Alexithymia dengan Kecanduan Media Sosial pada Remaja di Jakarta Selatan

Tabel 4. Hubungan alexithymia dengan kecanduan media


sosial
Kecanduan Media P
Alexithymia Total
Sosial value
Kecanduan Tidak N (%)

n (%) n (%)
122
Tidak alexithymia 26 (12,6) 96 (46,4) <0,001
(58,9)
85
Alexithymia 62 (30,0) 23 (11,1)
(41,1)
207
Total 88 (42,5) 119 (57,5)
(100)

-makin sulit ia memahami perasaan yang Remaja yang mengalami alexithymia


dirasakannya, akan semakin banyak akan menggunakan internet sebagai sarana
mengalami kesulitan dalam berhubungan, untuk memudahkan mereka dalam
seperti pada seseorang dengan alexithymia. mengekspresikan emosi dan sebagai media
Alexithymia adalah gangguan dalam untuk memenuhi kebutuhan sosial
mengenali dan mengekpresikan emosi, mereka.[17] Menurut Spence & Courbasson
dalam membedakan persepsi emosional seseorang dengan alexithymia cenderung
dan fisik serta kurangnya pemikiran yang memiliki regulasi suasana hati yang buruk
berorientasi eksternal.[35] Penderita [37]
dan mungkin melibatkan resistensi
alexithymia terlalu berpikir secara logis yang buruk terhadap stres.[38] Semakin
dan selalu mengambil keputusan banyak emosi negatif, seperti stres dan
berdasarkan prinsip bukan dari depresi yang dirasakan, semakin
perasaannya karena kemampuan berpikir meningkatnya gejala alexithymia. Saat
mereka hanya mengandalkan fakta penderita alexithymia mengalami emosi
sehingga mereka dikenal sebagai orang negatif mereka akan melampiaskan emosi
yang kurang empati karena mereka tidak tersebut ke suatu hal yang dapat
mampu memahami dan menanggapi membuatnya merasa senang, seperti
perasaan orang lain dan dirinya sendiri penggunaan media sosial. Menurut Lu et.
sehingga mereka sulit untuk al (2011) remaja yang mengalami depresi
mengungkapkan perasaannya, hal ini dapat mengubah emosi mereka menjadi
menyebabkan mereka tidak atau susah lebih baik melalui penggunaan internet
untuk bersahabat.[12] Mereka juga atau pesan teks daripada menggunakan
mengalami kesulitan dalam menggunakan obat-obatan yang ilegal serta internet lebih
bahasa yang menggambarkan pengalaman mudah digunakan dan mudah diakses. [39]
mereka tentang emosi yang mereka Media sosial dapat membantu remaja
rasakan.[36] Kesulitan dalam mengatasi ketidaknyamanan dalam
mengidentifikasi dan menggambarkan bersosial di kehidupan nyata dan akan
emosi akan memengaruhi pikiran serta membuat remaja merasa lebih senang saat
perilaku mereka sehingga saat seseorang berkomunikasi meskipun hanya melalui
memiliki level alexithymia yang tinggi media sosial.[40]
cenderung menunjukkan sikap dingin atau
acuh, menarik diri dari lingkungan serta KESIMPULAN
kesulitan dalam berinteraksi dengan orang
lain. [18] Karakteristik responden yang didapat
sebagian besar berjenis kelamin
6
Hubungan Alexithymia dengan Kecanduan Media Sosial pada Remaja di Jakarta Selatan

perempuan, berusia 19 tahun, Media Disorder Scale : Validity and


berpendidikan SMA. Dalam sehari psychometric properties’, Computers
responden paling sering menggunakan in Human Behavior, 61, pp.478-487
aplikasi instagram dan waktu yang [6] Anshari, M, Alas, Y, Hardaker, G,
dihabiskan antara 3 sampai 6 jam.Hasil Jaidin, JH, Smith, M, Ahad, AD 2016,
gambaran tingkat alexithymia pada remaja ‘Smartphone habit and behavior in
didapatkan 85 responden mengalami Brunei : Personalization , gender , and
alexithymia, 72 responden mungkin generation gap’, Computers in Human
alexithymia dan 50 responden tidak Behavior, 64, pp.719–727
alexithymia. Hasil gambaran tingkat [7] Radovic, A, Gmelin, T, Stein, BD,
kecanduan pada remaja didapatkan 88 Miller, E 2017, ‘Depressed
responden mengalami kecanduan media adolescents ’ positive and negative use
sosial dan 119 tidak mengalami kecanduan of social media’, Journal of
media sosial. Terdapat hubungan antara Adolescence, 55, pp.5–15
alexithymia dengan kecanduan media [8] Global Web Index 2018, Social
sosial pada remaja di Jakarta Selatan. Global Web Index’s flagship report on
the latest trends in social
media,https://www.globalwebindex.co
DAFTAR PUSTAKA
m/hubfs/Downloads/Social-H2-2018-
[1] Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet report.pdf
Indonesia [APJII] 2017, Profil [9] Putri, MDN 2018, ‘Hubungan
Pengguna Internet Indonesia, Kecanduan Media Sosial dengan
Indonesia, Kualitas Komunikasi Interpersonal
https://apjii.or.id/survei2017 pada usia dewasa awal’, Skripsi
[2] Badan Pusat Statistik 2018, Statistik Program Studi Psikologi, Universitas
Indonesia Statistical Yearbook of Sanata Dharma Yogyakarta
Indonesia, [10] Aguslianto 2018, ‘Pengaruh Sosial
https://www.bps.go.id/publication/201 Media terhadap Akhlak Remaja (Studi
8/07/03/5a963c1ea9b0fed6497d0845/ di Kluet Timur Kabupaten Aceh
statistik-indonesia-2018.html Selatan)’, Skripsi Program Studi
[3] Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Aqidah dan Filsafat Islam, Universitas
Jakarta 2018, Indikator Islam Negeri Ar-Raniry
Kesejahteraan Rakyat Provinsi DKI [11] Selvaraj, S 2013, ‘Impact of Social
Jakarta 2018, Media on Student’s Academic
https://jakarta.bps.go.id/publication/20 Performance’, 2(4), pp. 636–640
18/12/26/22c878eca3e76c46cb42aeec/ [12] Lestari, LW 2016, ‘Pengaruh
indikator-kesejahteraan-rakyat- Kecenderungan Alexithymia
provinsi-dki-jakarta-2018.html Terhadap Kecemburuan Dalam
[4] Angka Partisipasi Kasar-Angka Hubungan Berpacaran’, Skripsi
Parsipasi Murni, Kementrian Program Studi Psikologi, Universitas
Pendidikan dan Kebudayaan 2018, Muhammadiyah Malang
Data Penduduk Berdasarkan Data [13] Ershad, ZS, Aghajani, T 2017,
Kota Jakarta Selatan, diakses 25 Juni ‘Prediction of Instagram Social
2019, Network Addiction Based on the
http://apkapm.data.kemdikbud.go.id/i Personality, Alexithymia and
ndex.php/cberanda/penduduk?kode_w Attachment Styles, Sociological
ilayah=016300&tahun=2018&tabs=bp Studies of Youth’, 8(26), pp.21–34
s [14] Taylor, GJ, Bagby, RM 2012, ‘The
[5] Van den Eijnden, RJ, Lemmens, JS, Alexithymia Personality
Valkenburg, PM 2016, ‘The Social

7
Hubungan Alexithymia dengan Kecanduan Media Sosial pada Remaja di Jakarta Selatan

Dimension’,https://psycnet.apa.org/rec e/41-persen-remaja-indonesia-pernah-
ord/2012-25646-030 alami-cyberbullying
[15] Moriguchi, Y, Komaki, G 2013, [23] Lubis, EE 2014, ‘Potret Media
Neuroimaging studies of alexithymia: Sosial dan Perempuan’, Jurnal
physical, affective, and social PARALLELA, 1(2), pp.89–167
perspectives, BioPsychoSocial [24] Syamsoedin, WKP, Bidjuni, H,
Medicine, 7(8) Wowiling, F 2015, ‘Hubungan Durasi
[16] Puşcaşu, AI, Usaci, D 2016, ‘The Penggunaan Media Sosial dengan
Impact of Alexithymia on Kejadian Insomnia pada Remaja di
Interpersonal Relationships in SMA Negeri 9 Manado’, Ejournal
Adolescence’, Romanian Journal of Keperawatan (e-Kp), 3(1)
Experimental Applied Psychology, [25] Hariadi, AF 2018, ‘Hubungan
7(1), pp.321–325 Antara Fear Of Missing Out (FOMO)
[17] Scimeca, G, Bruno, A, Cava, L, Dengan Kecanduan Media Sosial
Pandolfo, G, Muscatello, MRA, Pada Remaja’, Skripsi Program Studi
Zoccali, R 2014, ‘The Relationship Psikologi,Universitas Islam Negeri
between Alexithymia , Anxiety , Sunan Ampel Surabaya
Depression , and Internet Addiction [26] Achmad, A 2017, ‘Pengaruh
Severity in a Sample of Italian High Antara Penggunaan Media Sosial
School Students’, The Scientific World Terhadap Prestasi Belajar pada Siswa
Journal SMA Negeri 1 Enrekang dan MA
[18] Harjanah, TW 2018, ‘Hubungan Muhammadiyah Kalosi, Kabupaten
Antara Level Alexithymia Dengan Enrekang Tahun Ajaran 2017/2018’,
Perilaku Prososial Dewasa Muda’, Skripsi Program Studi Pendidikan
Skripsi Program Studi Psikologi, Dokter,Universitas Hasanuddin
Universitas Sanata Dharma Makassar
Yogyakarta [27] Ristiana, UN 2017, ‘Hubungan
[19] Baysan-arslan, S, Cebeci, S, Kaya, Antara Intensitas Akses Media Sosial
M, & Canbal, M 2016, Relationship dengan Komunikasi Interpersonal
between internet addiction and Siswa SMAN 1 Depok Sleman D.I
alexithymia among university Yogyakarta’, Skripsi Program Studi
students’, 39(5), pp.111–115 Bimbingan dan Konseling
[20] Wachs, S, Bilz, L, Fischer, SM, Islam,Universitas Islam Negeri Sunan
Wright, MF 2017, ‘Do Emotional Kalijaga
Components of Alexithymia Mediate [28] Rusdin, FR, Gafar, A 2016, ‘Media
the Interplay between Cyberbullying Sosial dan Pola Perilaku Komunikasi
Victimization and Perpetration ?’, Siswa SMA Negeri 1 Makassar’,
International Journal of Jurnal Komunikasi KAREBA, 5(1),
Environmental Research and Public pp.34–48
Health, 14(1530) [29] Sheetz, M 2018, Instagram inches
[21] Aricak, OT, Ozbay, A 2016, ahead of Snapchat in popularity
‘Investigation of the relationship among teens: Piper Jaffray,
between cyberbullying , https://www.cnbc.com/2018/10/22/ins
cybervictimization , alexithymia and tagram-ahead-of-snapchat-in-
anger expression styles among popularity-among-teens-piper-
adolescents’, Computers in Human jaffray.html
Behavior, 55, pp.278–285 [30] Arianti, G 2017, ‘Kepuasan remaja
[22] 41 Persen Remaja Indonesia terhadap penggunaan media sosial
Pernah Alami Cyberbullying 2017, instragram dan path’, Wacana, 16(2),
https://kumparan.com/@kumparanstyl pp.180–192

8
Hubungan Alexithymia dengan Kecanduan Media Sosial pada Remaja di Jakarta Selatan

[31] Sulaiman, HB 2013, ‘Hubungan phone addiction: the role of


Antara Kecerdasan Emosi dengan depression, anxiety and stress’,
Gaya Asuhan Ibu Bapa dalam Journal of Affective Disorders
Kalangan Remaja Sekolah’, Thesis [40] Lee, YK, Chang, CT, Lin, Y, &
Fakulti Pendidikan, Universiti Malaya Cheng, ZH 2014, ‘The dark side of
[32] Desiningrum, DR, Indriana, Y, smartphone usage : Psychological
Siswati 2017, ‘Intensi penggunaan traits, compulsive behavior and
gadget dan kecerdasan emosional technostress’,Computers in human
pada remaja awal’, Prosiding Temu Behavior, 31, pp.373–383
Ilmiah X Ikatan Psikologi
Perkembangan Indonesia, pp.65–71
[33] Ghiabi, B, Besharat, MA 2011,
‘Emotional intelligence , Alexithymia
, and interpersonal problems,
Procedia Social And Behavioral
Science, 30, pp.98–102
[34] Rahmat, A 2015, Hubungan
Komunikasi Interpersonal dan
Kecerdasan Emosional pada
Pengguna Ganja,
https://psychology.binus.ac.id/2015/09
/13/hubungan-komunikasi-
interpersonal-dan-kecerdasan-
emosional-pada-pengguna-ganja/
[35] Zhang, H, Fan, Q, Sun, Y, Qiu, J,
Song, L 2017, ‘A study of the
characteristics of Alexithymia and
emotion regulation in patients with
depression’, Shanghai Archives of
Psychiatry, 29(2), pp.95–103
[36] Messina, A, Beadle, JN, Paradiso,
S 2014, ‘Towards a classification of
Alexithymia : primary, secondary and
organic’, Journal of Psychopathology,
20, pp.38–49
[37] Knapton, C, Bruce, G, Williams, L,
2018, ‘The Impact of Alexithymia on
Desire for Alcohol during a Social
Stress Test’, Substance Use & Misuse,
53(4), pp.662–667
[38] Hua, J, Le Scanff, C, Larue, J,
José, F, Martin, J, Devillers, L, Filaire,
E 2014, ‘Global stress response during
a social stress test : Impact of
Alexithymia and its
subfactors’,Psychoneuroendocrinolog
y, 50, pp.53–61
[39] Gao, T, Li, J, Zhang, H, Gao, J,
Kong, Y, Hu, Y, Mei, S 2017, ‘The
influence of alexithymia on mobile

Anda mungkin juga menyukai