Anda di halaman 1dari 3

Le Silence de la Mer (1949) merupakan sebuah film Prancis yang disutradarai oleh Jean-

Pierre Melville. Film ini diadaptasi dari novel yang berjudul sama yang menjadi karya Jean
Bruller. Dalam film tersebut, dikisahkan seorang prajurit Jerman yang tinggal bersama dua
anggota keluarga Prancis yang tersisa di suatu rumah, yakni seorang kakek bernama Andre
Larosiere dan cucu perempuannya yang bernama Jeanne Larosiere. Pada awal film, dikabarkan
bahwa seorang kapten prajurit Jerman akan menumpang di rumah anggota keluarga Prancis.
Awalnya, kedatangan orang-orang Jerman yang meminta kesepakatan itu dihadang oleh Andre
dengan alasan jika rumah tersebut masih dihuni oleh sekian anggota keluarga. Naas, ternyata
salah satu prajurit yang datang ke rumahnya telah menggali informasi terkait anggota keluarga
tersebut. Berhubung tak bisa dipungkiri bahwa Andre dan Jeanne hanya kedua orang Prancis
yang tersisa yang menghuni rumah itu sementara masih terdapat ruangan kosong yang bisa
ditinggali oleh Sang Kapten, maka akhirnya kedua anggota keluarga Prancis itu harus berbagi
tempat dengan musuhnya.
Film ‘’Le Silence de la Mer’’ memberikan gambaran bagaimana jalinan komunikasi
antarbudaya terbentuk dalam konteks kependudukan Prancis oleh Jerman selama Perang Dunia
II. Komunikasi internasional pada film ini lebih mengedepankan pesan moral dan psikologis
dibandingkan aspek-aspek lainnya yang bersifat praktis diplomasi internasional. Seperti halnya
yang dilakukan oleh pria paruh baya dan cucu perempuannya ketika untuk pertama kalinya
Kapten Wehrmacht, Werner von Ebrenach, menginjakkan kakinya di rumah mereka. Seakan bisa
dirasakan, kebencian menguar dan merengkuh seluruh rumah itu setiap kali mereka dihadapkan
dengan Sang Kapten. Meskipun begitu, Kapten Wern tetap menjunjung tinggi wibawa dan
kesopanannya, seperti setiap datang dan akan pergi dari rumah, ia akan selalu mengucapkan
salam kepada Andre dan Jeanne. Bentuk kebencian sendiri tidak selalu dapat diutarakan secara
langsung sebagaimana hal ini berlaku pada tindakan Andre dan Jeanne yang membuat batasan
dalam rumahnya. Kapten Wern sadar akan hal itu sejak hari pertama ia menjadi penghuni baru di
rumah tersebut. Setiap malam selepas pulang bertugas, Kapten Wern akan menyapa dan bercerita
terkait dirinya meskipun tak dihiraukan oleh kedua anggota keluarga asal Prancis ini.
Bila disandingkan dengan teori komunikasi antarbudaya, cara komunikasi dari ketiga
orang ini terkesan tak efektif dan satu arah. Komunikasi antarbudaya menurut Larry A. Samovar
adalah komunikasi yang melibatkan interaksi antara orang-orang yang memiliki perbedaan pada
persepsi budaya dan sistem simbol. Meskipun informasi tersampaikan kepada penerima pesan,
tetapi penerima pesan tak memberikan feedback sebagaimana mestinya. Pasalnya, komunikasi
antarbudaya yang terjalin bersifat kompleks karena perbedaan bahasa dan timbal balik berupa
keheningan dengan sarat kebencian membuat komunikasi berjalan tak efektif. Selang beberapa
waktu, Kapten Wern semakin memahami bahwa kebencian dan kekakuan yang diberikan oleh
kedua orang yang satu rumah dengannya, terutama Jeanne, seakan tak dapat ditembus dan
dicairkan. Beberapa kali Kapten Wern mengajak Jeanne berbicara hingga menawarkan
tumpangan saat Jeanne terpaksa berjalan kaki karena sepedanya dicuri. Akan tetapi, Jeanne
malah membalas tawaran tersebut dengan keheningan. Setiap kali dihadapkan dengan Kapten
Wern, Jeanne maupun Andre tak pernah sekalipun mengucap sepatah kata. Keheningan seakan
menjadi tameng sekaligus senjata paling kuat yang mereka miliki sebagai bentuk dari aksi
ketidaksetujuan atau penolakan terhadap pendudukan Jerman dan ideologi Nazi. Perlawanan
tersebut relevan dengan teori konflik antarbudaya menurut Lewis A. Coser yang menyatakan
bahwa konflik bermula dari sikap agresif atau sikap bermusuhan dalam diri seseorang sebagai
individu sehingga masyarakat akan selalu mengalami konflik. Konflik budaya ini lantas
menciptakan ketegangan situasi, kekakuan dalam berkomunikasi, dan kesulitan dalam
memahami satu sama lainnya. Adapun pada awal hingga pertengahan film, komunikasi
antarpribadi antara Kapten Wern, Andre, dan Jeanne belum tercipta. Lawrence dan Rogers
berpendapat bahwa komunikasi antarpribadi ditandai oleh adanya tindakan pengungkapan oleh
seorang pengamat secara sadar maupun tak sadar terhadap tindakan yang dilakukan pihak lain.
Kesadaran terhadap pengamatan tersebut akan memberikan isyarat bahwa komunikasi
antarpribadi sudah mulai terjalin. Komunikasi antarpribadi akan tercipta apabila terdapat
kesadaran antara kedua pihak untuk sama-sama mengamati keadaan satu sama lain serta
memberikan respons atau timbal balik atas keadaan tersebut. Apabila jalinan komunikasi
antarpribadi sudah terhubung, maka hubungan dapat dilihat dari adanya sikap saling
memperhatikan dan saling memahami. Kembali ke potongan kejadian di mana Jeanne tak acuh
terhadap tindakan Kapten Wern yang menawarkan tumpangan, dari situlah awal mula Sang
Kapten menyerah dalam bersikap ramah dan mulai menciptakan batasan. Tentu keheningan yang
ditimbulkan dari Andre maupun Jeanne bukan semata-mata mereka membenci penduduk Jerman
tanpa ada alasan dan Kapten Wern mengetahui hal itu. Akan tetapi, sebagai manusia, Kapten
Wern merasa harga dirinya terluka dan sikap ramah yang diperlihatkan sebagai bentuk
pendekatan ternyata tak membuahkan hasil baik.
Andre dan Jeanne memberikan gambaran betapa kuatnya rasa cinta mereka terhadap
negara Prancis dan bersikukuh pada pendiriannya untuk mengedepankan aksi keheningan
sebagai bentuk kebencian dan penolakan atas kependudukan Jerman dan ideologi Nazi.
Berdasarkan pernyataan di atas, teori komunikasi yang selaras dengan tindakan mereka adalah
teori komunikasi identitas. Teori komunikasi identitas sendiri dikembangkan oleh Michael Hecht
pada tahun 1980-an yang mengatakan bahwasanya manusia merupakan makhluk sosial yang
kehidupannya meliputi komunikasi, hubungan, dan komunitas dengan keragaman identitas yang
bersifat dinamis. Maka dari itu, identitas dan identifikasi menjadi suatu proses perjalanan yang
dilalui oleh setiap individu dan kelompok dalam mengorientasikan diri mereka terhadap satu
sama lain dan terhadap dunia.
Beranjak dari teori komunikasi, film ini memiliki gabungan aspek yang memicu
komunikasi lintas budaya. Apek pertama, yakni aspek kepentingan domestik ditandai dengan
adanya eksplorasi resistensi atau bentuk perlawanan yang ditujukan kepada pendudukan asing.
Dalam hal ini, resistensi diperlihatkan secara terang-terangan oleh Andre dan Jeanne sebagai
penduduk Prancis kepada pendudukan Jerman selama Perang Dunia II. Bentuk perlawanan yang
dilakukan adalah keheningan dan mengabaikan penduduk Jerman dengan tujuan untuk
melindungi identitas nasional mereka. Perlindungan terhadap identitas nasional dilakukan
dengan cara penggunaan bahasa Prancis dan penolakan untuk menggunakan bahasa Jerman. Di
samping itu, film ini menitikberatkan pada seberapa besar pengaruh ideologi Nazi dan politik
dapat memengaruhi kehidupan domestik individu. Contoh nyata dari pengaruh ideologi tersebut
ialah Kapten Wern sebagai prajurit Jerman yang terpengaruh oleh ideologi politik dari
Pemerintah mereka. Kemudian, perubahan sikap Andre dan Jeanne terhadap Kapten Wern
didasari oleh perasaan simpati dan empati atas pernyataan dan kejadian yang dilalui oleh Kapten
Wern. Selain itu, adanya pengaruh psikologis dan emosional berupa konflik batin dirasakan oleh
Andre dan Jeanne selama tinggal bersama dengan Kapten Wern.

Anda mungkin juga menyukai