M. Nazar Saifuddin
(NIM : 20150902042)
Mnsaifuddin1996@gmail.com
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Dr. Taufiqurrahman, M.Pd
ABSTRAK
Kepemimpinan merupakan proses dimana seorang individu mempengaruhi sekelompok individu
untuk mencapai tujuan. Untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif, seorang kepala sekolah
harus dapat mempengaruhi seluruh warga sekolah yang dipimpinnya melalui cara-cara yang positif
untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Manajemen yang efektif diperlukan untuk
menyelenggarakan sekolah yang baik, tetapi itu belum cukup untuk menciptakan sekolah yang
ideal. Manajemen yang baik membutuhkan pimpinan yang baik. Oleh karena itu, kepala sekolah
sebagai pemimpin di lembaga pendidikan memiliki peran yang penting dalam manajemen
sekolah.. Kepemimpinan yang baik dapat meningkatkan keselarasan, hasil belajar siswa, dan mutu
pengajaran. Kepala sekolah perlu mengembangkan dan menggunakan berbagai gaya
kepemimpinan sesuai keadaan dan kebutuhan tertentu.
Kata Kunci : Kepala Sekolah, Manajemen Sekolah
ABSTRACT
Leadership is a process by which an individual influences a group of individuals to achieve goals.
To be an effective leader, a school principal must be able to influence all school members he leads
in positive ways to achieve educational goals in schools. Effective management is needed to run a
good school, but it is not enough to create an ideal school. Good management requires good
leadership. Therefore, the principal as a leader in educational institutions has an important role in
school management. Good leadership can improve alignment, student learning outcomes, and the
quality of teaching. Principals need to develop and use various leadership styles according to
specific circumstances and needs.
Keyword : Principal, School Management
PENDAHULUAN
Dinamika perubahan di zaman sekarang ini memberikan pengaruh terhadap paradigma dan cara
berpikir masyarakat. Perubahan demi perubahan yang terjadi menuntut semua orang untuk
merespon perubahan tersebut. Perubahan yang terjadi menuntut manusia untuk berfikir ke depan,
berfikir untuk mendapatkan hasil yang lebih baik di masa yang akan datang. Untuk mendapatkan
hasil yang baik di masa yang akan datang, tentu perlu ada rencana dan persiapan di masa sekarang.
Saud dan Makmun (2009 : 3) menyatakan pada hakikatnya perencanaan merupakan sebuah
rangkaian proses kegiatan dalam menyiapkan keputusan mengenai apa yang diharapkan dan apa
yang harus dilakukan. Setiap proses yang dilaksanakan agar harapan tersebut terwujud menjadi
sebuah kenyataan di masa yang akan datang. Hal ini senada dengan firman Allah SWT dalam Al
Quran, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS Al Hasyr ayat 18).
Firman Allah SWT di atas menuntun manusia agar memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk masa yang akan datang, sebab masa yang akan datang merupakan hasil yang didapat dari
apa yang dilakukan di masa sekarang. Kalau seseorang melakukan yang baik di masa sekarang,
maka berdampak baik di masa yang akan datang, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu perlu
sebuah persiapan dan rencana yang baik di masa sekarang agar harapan yang baik juga terwujud
di masa yang akan datang.
Sehubungan dengan ayat di atas, usaha untuk merencanakan hasil yang baik di masa yang akan
datang, membutuhkan sebuah wadah yang diharapkan dapat mewujudkan harapan dan cita-cita
yang direncanakan tersebut. Harapan dan cita-cita akan lahirnya generasi yang bermutu, tentu
harus direspon dengan usaha membangun sebuah wadah untuk menampung harapan tersebut. Hal
ini erat kaitannya dengan pendidikan, seperti yang dituliskan dalam Undang- Undang Sisdiknas
No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah sebuah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, ahklaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Senada dengan itu, Basri (2009 : 54) mengemukakan bahwa pendidikan adalah
proses pembinaan jasmani dan rohani, upaya dalam meningkat kecerdasan, intelektual, emosional
dan spiritual, menjadikan peserta didik memiliki kemampuan dan keahliah profesional yang dapat
memberikan manfaat bagi masysrakat. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan sebagai usaha untuk
melahirkan manusia yang berkualitas.
Dalam era desentralisasi seperti saat ini, dimana sektor pendidikan juga dikelola secara otonom
oleh pemerintah daerah, dan praktis pendidikan harus ditingkatkan ke arah yang lebih baik dalam
arti relevansinya bagi kepentingan daerah maupun kepentingan nasional. Manajemen sekolah saat
ini memiliki kecenderungan ke arah School Based Management. Dalam konteks School Based
Management sekolah harus meningkatkan keikutsertaan masyarakat lokal dalam pengelolaannya
untuk meningkatkan kualitas dan efisiensinya. Meskipun demikian otonomi pendidikan dalam
konsteks School Based management harus dikembangkan dengan selalu mengacu pada
accountability (pertanggungjawaban kualitas) terhadap masyarakat, orang tua, siswa, maupun
pemerintah pusat dan daerah.
Agar desentralisiasi dan otonomi pendidikan berhasil dengan baik, kepemimpinan kepala sekolah
perlu diberdayakan. Pemberdayaan berarti peningkatan kemampuan secara fungsional sehingga
kepala sekolah mampu beperan sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya. Dengan
proses dan program pemberdayaan, mereka akhirnya harus memiliki kinerja yang profesional dan
fungsional. Kepala sekolah harus bertindak sebagai manajer dan pemimpin yang efektif. Sebagai
manajer yang baik, kepala sekolah harus mampu mengatur agar semua potensi sekolah dapat
berfungsi secara optimal dalam mendukung tercapainya tujuan sekolah. Hal ini dapat dilakukan
jika kepala sekolah mampu melakukan fungsi-fungsi manajemen dengan baik yang meliputi :
1) Perencanaan;
2) Pengorganisasian;
3) Pengarahan;
4) pengawasan.
Menjadi kepala sekolah profesional idealnya harus memahami secara komprehensif bagaimana
kinerja dan kemampuan manajerialnya dalam memimpin sebuah sekolah sehingga sekolah itu
bernuansa sekolah yang berbudaya. Dengan demikian diharapkan alumni sekolah itu memiliki
budaya yang jelas sesuai dengan perkembangan masyarakat. Dengan demikian, di lembaga
pendidikan itu siswa harus :
1) Memahami sosiologi dan pendidikan;
2) Kebudayaan dan pendidikan;
3) Masyarakat dan sekolah;
4) Masyarakat indonesia dan pendidikan;
5) Dampak konsep pendidikan (Made pidarta, 1994 : 145).
1) Memiliki wawasan jauh ke depan (visi) dan tahu tindakan apa yang harus dilakukan (misi)
serta paham benar tentang cara yang ditempuhnya (strategi);
2) Memiliki kemampuan mengkoordinasikan dan menyerasikan seluruh sumber daya terbatas
yang ada untuk menccapai tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan sekolah (yang
umumnya tak terbatas);
3) Memiliki kemampuan mengambil keputusan dengan mengambil keputusan dengan
terampil (cepat, tepat, cekat dan akurat);
4) memiliki kemampuan memobilisasi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan dan
yang mampu menggugah pengikutnya untuk melakukan hal-hal penting bagi tujuan
sekolahnya;
5) Toleransi terhadap perbedaan pada setiap orang dan tidak mencari orang-orang yang mirip
dengannya, akan tetapi sama sekali tidak toleran terhadap orang-orang yang meremehkan
kualitas, prestasi, standar, dan nilai-nilai;
6) Memiliki kemampuan memerangi musuh-musuh kepala sekolah, yaitu ketidakpedulian,
kecurigaan, tidak membuat keputusan, mediokrasi, imitasi, arogansi, pemborosan, kaku,
dan bermuka dua dalam bersikap dan bertindak.
Korelasi tugas pokok dan fungsi kepala sekolah dalam tatanan manajerial sekolah, idealnya
mampu mengimplementasikan gaya kepemimpinannya sesuai dengan budaya sekolah. Kepala
sekolah profesional harus mampu mendorong semua warga sekolah untuk melestarikan budaya
sekolah hingga tercermin dalam setiap perilaku atau sikap warga sekolah dalam kehidupan sehari-
harinya. Motivasi intrinsik akan mendorong kepala sekolah untuk terus berpacu dalam
menggalakkan budaya sekolah. Demikian halnya motivasi ekstrinsik akan mendukung
kepemimpinan kepala sekolah demi terciptanya budaya sekolah dengan sistem sosial yang ada
pada komunitas sekolah dan masyarakat (orang tua).
MUTU PENDIDIKAN
Rahardja (2010) mengutip pendapat Gregory B. Hutchins mengemukakan bahwa mutu adalah: 1)
Conformance to applicable specifications and standards yaitu sesuai dengan syarat dan standar
yang diapakai; 2) Fitness for use yaitu ketepatan penggunaan dan 3) Satisfaction of customer
wants,needs, and expectations at a competitive cost yaitu kepuasan akan keinginan, kebutuhan dan
harapan pelanggan, serta biaya yang dapat bersaing. Rohiat (2010: 52) menyatakan bahwa mutu
atau kualitas adalah gambaran karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menujukkan
kemampuan untuk memuaskan kebutuhan. Dalam konteks pendidikan pengertian mutu mencakup
input, proses, dan output pendidikan.
Pendidikan yang bermutu merupakan garapan seluruh lapisan masyarakat. Pendidikan yang
bemutu ditandai dengan mutu lulusan yang memiliki kompetensi dan daya saing yang kuat. Mutu
pendidikan merupakan gambaran akan mutu suatu bangsa. Oleh karena itu, perlu adanya usaha
dan upaya yang optimal dalam menciptakan pendidikan yang bermutu. Irianto (2011 : 117)
menyatakan bahwa peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari proses pembelajaran. Adapun
proses pembelajaran sangat tergantung dari tenaga pengajar, peralatan dan sumber-sumber
pembelajaran.
PEMBAHASAN
Kepala sekolah merupakan pemimpin formal yang tidak bisa diisi oleh orang-orang tanpa
didasarkan atas pertimbangan tertentu. Untuk itu kepala sekolah bertanggung jawab melaksanakan
fungsi-fungsi kepemimpinan yang baik yang berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan
maupun dalam menciptakan iklim sekolah yang kondusif yang menumbuhkan semangat tenaga
pendidik maupun peserta didik. Dengan kepemimpinan kepala sekolah, diharapkan dapat
memberikan dorongan serta memberikan kemudahan untuk kemajuan serta memberikan inspirasi
dalam proses pencapaian tujuan.
Inti dari perubahan adalah keterlibatan dan komunikasi. Agar terjalin keterlibatan dan
komunikasi maka pendeatan berikut perlu digunakan :
Manajemen yang efektif diperlukan untuk menyelenggarakan sekolah yang baik, tetapi itu
belum cukup untuk menciptaka sekolah yang ideal. Manajemen yang baik membutuhkan
pimpinan yang baik. Berikut adalah peran kepala sekolah sebagai manajer maupun
pimpinan sekolah :
3) Kepemimpinan Kurikulum
Kepala sekolah berperan penting dalam kepemimpinan di bidang kurikulum.
Kepemimpinan kurikulum diri sekolah antara lain :
a) Melaksanakan kurikulum nasional dalam hal penguasaan kompetensi, pencapaian
hasil dan penentuan indikator
b) Menggunakan unsur-unsur budaya setempat dalam proses belajar mengajar dengan
memasukannya pada mata pelajaran atau berdiri sendiri;
c) Mengembangkan keterampilan mengajar pada guru;
d) Memastikan bahwa guru menggunakan metode mengajar untuk memenuhi
kebutuhan individual siswa;
e) Memastikan adanya pertemuan berkala para guru untuk merencanakan pengajaran,
berbagi pengalaman dan sumber daya, serta membahas upaya peningkatan metode
pengajaran dan penilaian siswa;
f) Mendukung guru untuk menghimpun dan menggunakan data siswa sebagai fokus
pengajaran yang berdasarkan kebutuhan masing-masing dan siswa;
g) Mengembangkan manajemen perilaku siswa
h) Memantau data prestasi dan kehadiran siswa serta mengembangkan metode untuk
mengatasi masalah di bidang tersebut melalui konsultasi dengan orang tua, guru,
dan masyarakat.
i) Memanfaatkan anggota masyarakat yang memiliki pengetahuan dan keterampilan
tertentu yang diperlukan untuk mengajar;
j) Peka terhadap ketimpangan yang disebabkan oleh bisa gender, agama, budaya,
bahasa, fisik dan kurikulum.
Kepemimpinan di bidang kurikulum juga sangat terkait dengan strategi sekolah untuk
menentukan bahan-bahan ajar bagi para siswa. Isi kurikulum nasional akan menjadi relevan dan
bermakna jika dikaitkan dengan budaya, lingkungan, dan kehidupan sosial masyarakat setempat.
Upaya peningkatan keprofesionalan kepala sekolah tidak akan terwujud begitu saja tanpa
adanya motivasi dan adanya kesadaran dalam diri kepala sekolah tersebut serta semangat
mengabdi yang akan melahirkan visi kelembagaan maupun kemampuan konsepsional yang
jelas. Dan ini merupakan faktor yang paling penting sebab tanpa adanya kesadaran an motivasi
semangat mengabdi inilah semua usaha yang dilakukan untuk meningkatkan
keprofesionalannya hasilnya tidak akan maksimal dan perealisasiannyapun tidak akan optimal.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Andriani Dwi Esti, 2011. Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Upaya Mewujudkan
Sekolah Efektif. Jurnal Manajemen Pendidikan No.01/Th VII/April/2011
E. Mulyasa, 2006, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Heryati, Yetiti. & Muhsin, Mumuh. (2014). Manajemen Sumber Daya Pendidikan. Bandung:
Pustaka Setia.
Irianto, Agus. (2011). Pendidikan Sebagai Investasi dalam Pembangunan Suatu Bangsa. Jakarta :
Kencana.
Maman Ukas, 2004, Manajemen, Bandung: Agini. Sudarwan danim, 2002, Inovasi Pendidikan
dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Bandung: CV Pustaka Setia.
Mulyasa. (2009). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2010). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Rosda Karya.