Anda di halaman 1dari 3

Nama: Yanic Esmeralda

NIM: 20032093

Prodi: PBSI 6B

Matkul: Sastra Dunia

Dame Agatha Christie Lady Mallowan (DBE)

Nama Lengkap : Agatha Christie

Alias : Agatha Mary Clarissa Miller

Tempat Lahir : Torquay, Devon, Inggris

Tanggal Lahir : Senin, 15 September 1890

Zodiak : Virgo

Warga Negara : Inggris

Ibu : Clarissa Margaret

Suami : Archibald Christie, Max Mallowan

Anak : Rosalind Hicks

Penulis wanita dari Inggris bernama Agatha Christie dikenal sebagai ratu novel kriminal
yang tersohor di dunia. Christie dilahirkan dalam keluarga kelas menengah atas yang kaya di
Torquay, Devon, dan sebagian besar mendapatkan pendidikannya dengan bersekolah di rumah.
Pada awal kariernya sebagai penulis ia mengalami enam penolakan berturut-turut. Sebelum
akhirnya pada 1920, karyanya yang berjudul Misteri di Styles, yang menampilkan detektif
Hercule Poirot, diterbitkan.
Bahkan, Guinnes Worlds Record mencatat namanya sebagai penulis fiksi terlaris
sepanjang masa, karena novel-novelnya telah terjual lebih dari dua miliar eksemplar, dan diklaim
paling banyak diterbitkan di dunia, satu peringkat setelah karya Shakespeare.

Tentu saja, penulis yang lahir pada 15 September 1890 ini telah menulis 66 novel detektif
dan 14 kumpulan cerita pendek. Novel-novel terbaiknya ini juga sudah diterjemahkan ke dalam
100 lebih bahasa dan laris diburu di banyak negara.

Banyak tokoh fiksi yang diciptakan dalam novelnya. Salah satunya adalah Hercule
Poirot, detektif fiktif paling populer setelah Sherlock Holmes. Ada juga Miss Marple serta
detektif-detektif lainnya. Hingga saat ini, buku-bukunya sudah diadaptasi ke bentuk film, serial
televisi, drama radio, animasi, manga, hingga video games, yang juga memberikannya banyak
penghargaan.

Kehebatan Christie dalam dunia sastra membuatnya diberi gelar Dame Commander of
the Order of the British Empire (DBE), langsung oleh Ratu Elizabeth, atas kontribusinya dalam
dunia literatur dan turut mengharumkan nama Inggris.

Sinopsis Murder on the Orient Express

Kisah bermula pada tahun 1934 saat Hercule Poirot berkunjung ke Tembok Ratapan,
Yerusalem. Poirot yang saat itu sedang menikmati hidangan di tempat penginapannya diminta
untuk mengungkap pencurian relik di Gereja Makam Kudus, semua warga diminta berkumpul di
Tembok Ratapan termasuk juga para pemuka agama sekitar karena mereka sebelumnya
melakukan rapat di dalam Gereja Makam Kudus. Disaat para Polisi setempat tidak mampu
menemukan bukti temuan apapun, Poirot berbeda ia berhasil menemukan sebuah retakan kecil
ditembok bagian dalam Gereja karena bekas dipanjat oleh sepatu bot dan ternyata bot tersebut
adalah yang dikenakan oleh Inspektur Polisi yang berjaga di Gereja Makam Kudus.

Setelah berhasil mengungkap pencurian relik, Poirot sang detektif pun merasa lelah
dengan pekerjaannya selama ini dan memutuskan untuk berlibur menikmati waktu luang ke
London, dengan menaiki kereta Orient Express dari Istanbul, setelah sebelumnya menyeberang
dengan perahu dari Palestina menuju Istanbul. Ada pemandangan menarik ketika Poirot berada
di Stasiun kereta Istanbul, dimana situasi tersebut serupa dengan Turki pada 1930-an dengan
keadaan Stasiun yang masih kumuh, penumpang berdesakan sambil memanggul koper dan
barang bawaan ditambah kendaraan roda empat yang lalu-lalang tanpa aturan.

Usai berdesakkan dan wara-wiri mencari kamar yang akan menjadi tempatnya untuk
beristirahat, Poirot beserta penumpang lainpun segera meninggalkan Stasiun Istanbul yang
kumuh tadi. Semula perjalanan biasa saja, semua penumpang duduk bersama dan bercengkrama
diruangan makan namun, setelah kereta melewati terowongan pada malam hari di wilayah
pegunungan salju Vikovchi, Kroasia Timur tiba-tiba petir menyambar salah satu puncak
pegunungan salju tersebut sehingga mengakibatkan longsor dan dari longsoran tersebut sontak
menghentikan laju dari kereta Orient Express yang anjlok akibat tertimbun gundukan salju
longsor. Pada keesokkan harinya saat Edward Masterman seorang pelayan kereta hendak
mengantarkan sarapan ke kamar Edward Ratchett seorang pebisnis yang menjual barang-barang
antik, kamarnya terkunci, karena berada dilokasi Poirot pun ikut membantu Masterman, dan
ketika pintu berhasil dibuka, Ratchett sudah terbujur kaku, dari analisis Dr. Arbuthnot seorang
penumpang yang juga ada dilokasi, Ratchett ditikam beberapa kali dengan pisau bilah panjang
pada pukul 02.00 pagi.

Disinilah drama dimulai, Tuan Bouc orang yang bertanggung jawab terhadap perjalan
Orient Express akhirnya meminta bantuan kepada Poirot sang detektif untuk mengungkap kasus
pembunuhan ini, meski sempat mendapat penolakan karena niat Poirot sesungguhnya adalah
untuk berlibur bukan menyingkap tabir lagi, ia pun akhirnya menyetujuinya dan meminta Tuan
Bouc memberikan denah dari kereta Orient Express. Penyelidikan pun dimulai, Poirot yang
dipercayakan oleh Tuan Bouc pun mulai mengintrogasi para penumpang. Poirot menemukan
catatan yang ketika dibakar bisa menjelaskan petunjuk baru, dan benar saja hal tersebut
menghubungkan Ratchett dengan kasus penculikan Daisy Armstrong yang merupakan anak dari
Kolonel John Armstrong. Ratchett menculik Daisy untuk meminta tebusan berupa uang namun
setelah keluarganya memberikan tebusan Daisy tetap dibunuh. Poirot akhirnya mengetahui
bahwa nama asli Ratchett adalah John Cassetti, sebelum bunuh diri Kolonel Armstrong pernah
menuliskan cerita penculikan anaknya dalam bentuk surat dan diberikan kepada Poirot.

Sementara penyelidikan terus berjalan dan bukti-bukti juga terus ditemukan mulai dari
saputangan yang berlumuran darah dengan inisial huruf “H” serta kancing kondektur kereta.
Kimono merah milik Caroline Hubbard juga diketemukan. Pemandangan menarik terjadi saat
Poirot berdiri memaparkan teorinya tentang pembunuhan Ratchett/Cassetti kepada para
tersangka yang posisinya duduk tepat dimulut terowongan. Mereka semua memiliki motif sama
untuk melenyapkan Ratchett/Cassetti karena pembunuhan Daisy dan mereka semua berkerabat
dekat dengan Kolonel Armstrong dan istrinya Sonia Armstrong. di akhir cerita Poirot
menyimpulkan, keadilan tidak mungkin ada dalam kasus ini, Ratchell/Cassetti layak dihukum
mati dan tidak satupun dari para pembunuh Ratchett/Cassetti pantas dipenjara.

Hal-hal menarik (latar belakang)

1. Novel Agatha Christie menunjukan ketidakadilan yang dialami oleh Sebagian orang
akibat dekriminasi hukum dan bobroknya peradilan.
2. Cerita terinspirasi dari kasus Lindbergh. Sebuah kejadian nyata yang mengejutkan
mengenai penculikan bocah 20 bulan anak tokoh internasional, Charles Lindbergh,
dengan nilai tebusan USD 50 ribu. Tebusan itu dibayar, tapi sayang putra Lindbergh tak
pernah kembali.

Anda mungkin juga menyukai