Anda di halaman 1dari 5

Karomah Pohon Kelapa Bercabang 12

Ketika mendapat informasi bahwa di sebuah desa dekat pesisir selatan


terdapat beberapa pohon kelapa bercabang dua sampai 12, begitu tiba di halte
bus Jl MT Haryono, Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Histeri
langsung naik microbus jurusan Purworejo-Ketawang. Sampai di terminal bus
Ketawang, lalu naik becak motor ke Desa Duduwetan, menuju pekarangan milik
keluarga Den Soem untuk membuktikan keberadaan beberapa pohon kelapa
bercabang yang konon membawa barokah. Ingin tahu cerita selengkapnya, ikuti
kisah ini………
Sejatinya, Allah SWT telah memberikan karomah kepada kita melalui semua ciptaan-Nya
yang ada di alam semesta ini. Baik hasil pertanian, pertambangan, maupun lewat tumbuh-
tumbuhan. Semua dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan, minuman, obat-obatan, sampai
perabot rumah tangga dan isinya. Dari sekian banyak tumbuh-tumbuhan tersebut banyak yang
menjadi bahan pokok obat-obatan tradisional atau herbal dan dapat menyembuhkan berbagai
penyakit. Termasuk pohon kelapa, buah, bunga, sabut, sampai daunnya. Karenanya, Histeri kali
ini menampilkan beberapa pohon kelapa bercabang dari pesisir selatan yang diyakini membawa
karomah itu.

Di kebun keluarga besar Den Soem, salah seorang tokoh berpengaruh pada zaman
Belanda dahulu, di Desa Duduwetan, Kecamatan Grabag, Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, Jawa
Tengah, terdapat beberapa pohon kelapa bercabang dua sampai cabang 12. Pohon-pohon kelapa
bercabang itu, hanya dapat ditemui di kebun dan halaman keluarga besar Den Soem. Letaknya di
sebelah kanan dan kiri pendapa tua peninggalan zaman Belanda yang hingga kini masih terawat
dan kokoh berdiri.

“ Sayang, pohon kelapa bercabang 12 itu tumbang beberapa waktu lalu. Mungkin karena
tak kuat menahan beban. Padahal, pohon kelapa itu mempunyai sejarah panjang. Dari akar, daun
dan buahnya membawa karomah. Entah sudah berapa banyak orang yang sembuh dari berbagai
penyakit karena mengonsumsi buah atau meminum kopi langes (abu) daunnya. Yang kemari
untuk memperoleh karomahnya, datang dari berbagai daerah,” tutur Pak Bendot (63) kepada
Histeri.

Congkok (kebayan) Desa Duduwetan, Mas Suroso (54), salah seorang cucu buyut Den
Soem sebagai generasi penerus yang merawat rumah peninggalan leluhurnya itu mengaku tidak
tahu berapa usia pohon kelapa cabang 12 yang roboh tersebut. Sejak masa kanak-kanaknya, ia
sudah melihat pohon kelapa itu bercabang enam. Berarti usianya sudah setengah abad lebih.
Baik Mas Suroso maupun Pak Bendot mengemukakan, suatu ketika Pak Marto (65)
tetangga sekampungnya, sekitar 15 tahun lalu menderita suatu penyakit aneh. Beberapa orang
pintar yang diminta pertolongannya, tetapi penyakit aneh yang diderita Pak Marto tidak sembuh.
Ia benar-benar tersiksa lahir bathin. Konon, menurut keterangan orang-orang pintar, derita yang
dialami Pak Marto adalah penyakit kiriman dari orang yang tak bertanggung jawab (teluh).
Rekan seprofesinya sebagai pedagang hewan !

“ Berbagai cara telah ditempuh. Pak Marto berobat hampir ke semua orang pintar di
Pulau Jawa dari ujung barat sampai ujung timur, ke Sumatera, Kalimantan sampai Makassar .
Termasuk berobat secara medis, tetapi tak membawa hasil. Sebelum meninggal dunia, Pak Marto
bercerita, di kala ia mengalami semacam putus asa, memperoleh wisik (bisikan gaib). Antara
lain, bisikan itu menyebutkan bahwa tepat tengah malam, blarak garing (daun kelapa kering) di
puncak pohon kelapa cabang 12 itu akan jatuh. Dalam bisikan gaib itu, Pak Marto disarankan
untuk membakar daun kelapa kering itu dan menaruh abunya dalam cangkir dan diseduh. Lalu
airnya di minum. Benar juga. Setelah minum kopi atau teh abu daun kelapa itu, penyakitnya
berangsur sembuh,” tutur Pak Bendot.

Sakit panas

Lain lagi cerita Pak Pawirotunut (73). Kakek 9 orang cucu itu menguraikan, ketika salah
seorang cucunya sakit panas dan tak sembuh-sembuh. Padahal, Pak Pawirotunut sudah
berulangkali memeriksakan cucunya ke dokter. Dari beberapa orang tetangganya, ia disarankan
agar mengambil sehelai blarak (daun kelapa) cabang 12 kering yang jatuh malam itu untuk
mengobati cucunya.

“ Tetapi saya menolak. Bagaimana mungkin. Karena, dokter saja tak mampu mengobati
anak saya secara medis. Mana mungkin hanya rendaman daun kelapa kering mampu mengobati
suatu penyakit ? Antara sadar dan tidak sadar, sekitar pukul 01.30 dini hari, seolah ada yang
menuntun ayah saya pergi ke arah pohon kelapa cabang 12 di kebun Den Soem. Lalu pulang
setelah mengambil tiga helai daun kelapa kering itu lalu merendamnya dalam air beberapa detik
lamanya. Setelah itu, airnya dipakai mengompres kepala anak saya,” ujar Marsudi (50) mantan
Kepala Desa Duduwetan.

“ Nyong pernahe ya bengung. La kepriwe. Wong putu isih siji, isih lucu-lucune kerep
semaput. Awake panas banget, mripate mecicil-mecicil, medeni kaya kuwe. Sapa sing atine ora
entek,” tutur Pak Pawirotunut dengan bahasa khas daerahnya. (Terjemahan bebasnya; Aku benar-
benar dibuat bingung. Habis, bagaimana. Cucu baru satu, lagi pula msih lucu-lucunya, tiba-tiba
sering pingsan (semaput). Badannya panas sekali, matanya mecicil-mecicil menakutkan. Siapa
yang tidak khawatir ).

Ia sendiri tidak mengerti. Apakah itu bisikan gaib atau karena pengaruh halusinasinya
karena sudah beberapa malam tidak bisa tidur karena cucunya terus rewel. Yang Pak Pawiro
ingat, bisikan itu mengiang di telinganya saat ia baru dapat memejamkan mata beberapa menit.
“ Kula piyambak mboten ngertos. Kedadosane sekinten jam setunggal ndalu ( Saya
sendiri tidak tahu. Keajadiannya sekitar jam satu malam (dinihari),” tambah Pak Pawiro.

Sesuai dengan semacam bisikan gaib yang diperolehnya malam itu, Pak Pawiro segera
mengompres dahi cucunya dengan air rendaman daun kelapa itu. Beberapa menit berikutnya,
cucunya bangun dan minta minum. Panas badannya turun drastis.

“ Saking bungah kula, langsung sujud. Ngaturaken sembah sujud dumateng Gusti Allah.
Dene putu kula dipun paringi kewarasan. Seniki larene mpun nyambut damel onten Jakarta.
( Saking gembiranya, saya langsung sujud. Mengucap sembah kepada Allah SWT. Karena cucu
saya diberkahi kesehatan. Sekarang, cucu saya sudah bekerja di Jakarta ).

Baik Mas Suroso, Pak Bendot, maupun Pak Pawirotunut mengemukakan, konon daun
kelapa atau buah kelapa yang jatuh pada malam Selasa Kliwon atau malam Jumat Kliwon yang
paling manjur untuk mengobati berbagai penyakit dan membawa karomah. Tetapi, sulit
menemukan daun dan buah kelapa cabang 12 itu yang jatuh pada malam Selasa Kliwon dan
malam Jumat Kliwon.

“ Yang jatuh pada hari-hari biasa saja sudah banyak yang menunggu. Apalagi yang jatuh
pada malam Selasa Kliwon atau malam Jumat Kliwon. Padahal, tingkat kemanjurannya juga
sama. Demikian pula keturunannya,” papar mereka.

Kodrat Illahi

Sebagi ahli waris keluarga Den Some, Mas Suroso mengatakan, ia tak pernah menanam
bibit kelapa cabang 12 itu. Sehingga sulit kalau menyebutkan beberapa pohon kelapa bercabang
di kebunnya sekarang itu merupakan anak keturunan pohon kelapa cabang 12.

“ Dari tiga atau empat pohon kelapa yang bercabang 2 sampai cabang 8 itu sudah
menjadi kodrat Illahi. Semuanya Allah SWT yang menentukan. Bukan atas permintaan ummat-
Nya. Jika ternyata daun dan buah pohon kelapa bercabang itu bermanfaat bagi umat Allah yang
membutuhkan, tak ada kata lain yang dapat kami ucapkan, selain mengucap syukur kehadirat
Allah SWT,” tutur Mas Suroso.

Radyx Penadi, wartawan Harian Umum Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, pada 1980-an
mengatakan, beberapa kali gagal memotret pohon kelapa cabang 12 itu. Seorang temannya
pernah memanjat pohon kelapa itu, tetapi sampai ditengah-tengah pohon, pada cabang pertama,
ia melihat pemandangan aneh. Seolah-olah berada di tengah samodera. Beberapa saat kemudian,
ia merasa seolah-olah berada di tengah hutan belantara.

“ Aura gaib pohon kelapa itu begitu kuat. Apa benar, pohon kelapa itu tumbuh sejak
zaman Belanda. Saya juga tidak tahu. Hanya yang saya rasakan, ada kekuatan gaib dalam pohon
kelapa itu. Atau mungkin ada makhluk halus penunggunya, saya juga tidak tahu,” tutur Radyx
Penadi waktu itu.
Pak Saroji (65) berkisah, ada beberapa keajaiban yang melingkupi pekarangan rumah
almarhum Den Soem. Suatu ketika, waktu mau berkunjung ke rumah kakaknya, Rodo M Taruno
di Desa Bakurejo, pada hari Jumat pagi sekitar pukul 10.00 WIB, ia melihat hamparan karpet
merah sedang dijemur ditembok pekarangan Den Soem. Pengalaman serupa dialami Pak Bendot,
ipar Pak Saroji.

“ Begitu waktu sholat Jumat, ternyata karpet-karpet itu sudah tak kelihatan dijemur.
Pertanyaannya, siapa yang menjemur karpet-karpet itu ? Sementara, Mas Suroso mengatakan
bahwa ia tak menyimpan selembar karpet pun di rumahnya,” kata Pak Bendot.

Almarhum Mbah Soma juga pernah mengatakan, pohon-pohon kelapa bercabang di


kebun Den Soem itu ada penunggunya. Makhluk halus. Konon, makluk halus penunggu pohon
kelapa bercabang itu juga menjadi penunggu sumur tua di sebelah timur pendapa berusia ratusan
tahun dan masih kelihatan kokoh itu.

“ Kalau hal-hal aneh sering kita temukan di halaman rumah, di dalam rumah atau di
kebun Den Soem, itu bukan cerita baru. Sudah tak terhitung orang yang mengalami kejadian-
kejadian aneh seperti itu,” kata Pak Pawirotunut.

Mas Suroso, selaku ahli waris keluarga Den Soem mengakui.Ia sering mendengar orang
mengerek timba atau mandi di sumur tua yang berada di timur rumah tua itu. Bukan hanya
malam hari, tetapi siang hari pun sering terdengar ada orang mandi atau mencuci pakaian. Tetapi,
ketika dilongok, ternyata tidak ada siapa-siapa. Tidak ada orang yang menimba air dari sumur tua
atau mandi di kamar mandi itu.

Dalam rumah pendapa itu, ada satu kamar yang khusus menyimpan buku dan benda-
benda kuno serta berbagai senjata. Tombak dan keris. Benda-benda kuno tersebut hingga kini
masih terawat dengan baik. Empat saka (tiang) pendapa kuno itu, dihiasi empat pasang tanduk
rusa.

” Tentang tanduk rusa itu, juga punya cerita menarik. Saat saya menginap di pendapa itu,
dari masing-masing mata kepala rusa yang telah berusia ratusan tahun itu memancarkan sinar
dan bertemu di tengah-tengah pendapa. Dari pertemuan sinar dari empat arah saka itu, lalu
muncul sesosok makhluk berjubah putih sambil menempelkan kedua telapak tangannya di depan
seperti menyembah. Setelah menengok ke kanan dan ke kiri, sosok berjubah putih itu hilang dari
pandangan mata,” kisah Pak Saroji.

Dwianto Setiawan (alm) pernah menceritakan. Ketika menginap di pendapa De Soem, ia


diajak seseorang tua memakai blangkon pergi ke sebuah tempat yang menjual berbagai pusaka.
Ia sempat ditawari, pusaka apa yang dipilih dan disenangi. Tetapi, Dwianto Setiawan
menolaknya. Karena pusaka-pusaka yang dipajang di suatu tempat yang ia sediri tidak tahu
namanya itu ternyata memliki kekuatan magis yang tinggi.
“ Mungkin karena usia Dwianto Setiawan waktu itu belum genap 30 tahun. Sehingga ia
merasa belum mampu memegang pusaka-pusaka yang ditawarkan tersebut. Daripada tak kuat
memelihara atau merawatnya, ia menolaknya,” kisah Mas Suroso.

Diakuinya, di sekitar pekarangan rumah Den Soem itu, memiliki banyak aroma mistis
yang luar biasa.Selain terdapat empat pohon kelapa bercabang du sampai delapan, menyimpan
benda-benda bersejarah dan pusaka, konon banyak pula benda-benda bertuah. Salah satunya
adalah jenis bebatuan akik. Suatu ketika, Mas Suroso menemukan sepasang batu akik sebesar
jempol kaki berwarna putih dan kecubung.

Tetapi, aura batu berwarna putih tersebut memiliki kekuatan gaib luar biasa dan sangat
berat untuk merawatnya. Mas Suroso pernah membawa batu akik itu ke beberapa tokoh
supranatural dan paranormal di Jakarta untuk mengetahui sejauhmana khasiat batu akik itu.
Tetapi dari sekian tokoh supranatural dan paranormal itu juga mengaku tak sanggup ketempatan
batu itu. Karenanya, Mas Surtoso disarankan agar batu tersebut di larung ke Samudera Indonesia
(Laut Selatan).

“ Saya masih menyimpan salah satu batu akik yang saya peroleh berdasarkan bisikan
gaib. Semula saya tidak percaya bahwa batu akik seperti itu memiliki kekuatan gaib. Karenanya,
saya mencobanya dengan menggosok-gosokkan batu itu di antara kedua telapak tangan saya.
Tetapi, ketika saya menggosok-gosokkan kedua telapak tangan saya, saya terpental ke tengah-
tengah pendapa. Serjak saat itu saya percaya bahwa batu akik semacam ini memiliki kekuatan
gaib,” kataMas Suroso sambil memeragakan cara menggosok-gosokkan batu akik di antara
kedua telapak tangannya.

Akan halnya pohon-pohon kelapa bersabang yang dipercayai mayarakat membawa


karomah dan berkekuatan gaib, tak seorang pun yang berani memanjat pohon kelapa itu untuk
memetik buah dan daunnya yang sudah tua. Masyarakat menunggu sampai daun kelapa dan
buahnya jatuh ke tanah setelah kering dan memanfaatkannya untuk mengobati berbagai
penyakit.***

Anda mungkin juga menyukai