KE MARITIMAN
ABSTRAK
Artikel ini menyajikan tinjauan mendalam mengenai sejarah Kemaritiman yang terbagi menjadi tiga
yaitu: Sejarah kemaritiman dunia, kemaritiman nasional, kemaritiman daerah. Aspek ini mengkaji
tentang Perdagangan, Pelayaran, Ekspansi wilayah, Perkapalan dan Pelabuhan. Penelitian ini mengkaji
bagaimana interaksi antara faktor historis Ekonomi Sosial dan Politik telah mempengaruhi sektor
Maritim negara ini dari masa ke masa. Potensi sumber daya alam kelautan Indonesia sangat kaya
sehingga Indonesia mempunyai cita-cita sebagai poros maritim dunia. Cita-cita Indonesia menjadi
poros maritim dunia didukung oleh kekuatan Indonesia sebagai Negara kepulauan. Sebagai Negara
kepulauan Indonesia mempunyai kekayaan sumber daya alam termasuk sumber daya pangan di
dalamnya. Ketahanan pangan mencerminkan kemakmuran dari suatu Negara. Negara Indonesia
mempunyai potensi besar dalam membangun ketahan pangan sehingga diharapkan mampu mempunyai
kekuatan pangan untuk mencukupi kesejateraan keberlanjutan Bangsa. Kekuatan pangan Indonesia
bukan hanya didapat dari sumber daya alam agraris namun juga didapat dari sumber daya maritimnya.
Sumber daya maritim Indonesia sangat kaya sekali, mulai dari potensi ikan dan sumber laut di
dalamnya.
ABSTRACT
This article presents an in-depth review of Maritime history which is divided into three, namely: World
maritime history, national maritime history, regional maritime history. This aspect examines trade,
shipping, regional expansion, shipping and ports. This research examines how the interaction between
historical Social Economic and Political factors has influenced the country's Maritime sector over time.
Indonesia's marine natural resource potential is so rich that Indonesia has aspirations to become the
world's maritime axis. Indonesia's dream of becoming the world's maritime axis is supported by
Indonesia's strength as an archipelagic country. As an archipelagic country, Indonesia has a wealth of
natural resources including food resources. Food security reflects the prosperity of a country. The
country of Indonesia has great potential in building food security so that it is hoped that it will be able
to have food strength to fulfill the nation's sustainable welfare. Indonesia's food strength is not only
obtained from natural agricultural resources but also from its maritime resources. Indonesia's maritime
resources are very rich, starting from the potential of fish and marine resources in it.
➢ Timur Tengah
1. Era Pra-Kolonial
Pada masa Sultan Sulaiman, Kekuatan
Kerajaan-Kerajaan Maritim seperti Sriwijaya
Maritim semakin di perkokoh.Kerajaan di
dan Majapahit memanfaatkan kekayaan laut
Timur Tengah yang jaya dari aspek
untuk perdagangan dan ekspansi wilayah,
maritim adalah Kerajaan Utsmani.
Menjalin hubungan dengan negara Asia
Kekuasaan Utsmani hingga mencapai laut
Tenggara dan Cina.
merah dan berhasil mengusir orang-orang
Portugal. Pada masa itu Turki Utsmani 2. Era Kolonial
menjadi satu-satunya negara Adidaya.
Kerajaan di Timur Tengah yang jaya dari Penjelajah dan pedagang Eropa datang
aspek Maritim adalah Kerajaan Utsmani mencari rempah-rempah menjadikan Indonesia
Pembangunan maritim Utsmani pusat perdagangan Dunia.
mengalami pertumbuhan pesat pada masa
3. Pasca Kemerdekaan
pemerintahan Sultan Bayazid II. Angkatan
laut kerajaan memiliki tanggung jawab Setelah merdeka Indonesia berupaya
besar dalam menjaga kedaulatan laut membangun kapasitas Maritim
kerajaan. Pada masa Sultan Sulaiman, ,Memodernisasi Pelabuhan,Dan memperkuat
kekuatan maritim semakin diperkokoh. wilayah perairan.
Dengan panglima angkatan laut yang
terkenal Khoiruddin Barbarosa, yang
dicitrakan Barat sebagai seorang bajak
laut. Barbarosa adalah seorang panglima
angkatan laut Utsmani yang tangguh, 4. Era Konteporer
berhasil menguasai pantai Spanyol dan
menghancurkan angkatan laut Pasukan Pemerintah Indonesia mengingat pentingnya
Salib di Laut Mediterania. Aspek Maritim bagi Negara Kepulauan,
termasuk Konsep Poros Maritim Dunia, Yang
menekankan pada pembanguna n ➢ Perkembangan Kemaritiman
infrastruktur,Penguatan Keamanan Laut serta DI KERAJAAN MAKASSAR
pemanfaatan potensi ekonomi Kelautan.
Perkembangan bandar Makassar
ditentukan oleh tiga faktor, yaitu letak
yang strategis berada di posisi tengah-
➢ Kemaritiman Era Kerajaan tengah dunia perdagangan, intervensi
A. ERA KERAJAAN SRIWIJAYA bangsa Eropa dalam dunia perdagangan
Perkembangan agama Budha merupakan dan peranan penduduk di daerah sebagai
salah satu aspek penting era kejayaan pedagang dan pelaut yang melakukan
Sriwijaya. Kemunduran dan keruntuhan pelayaran niaga ke daerah-daerah produksi
Sriwijaya disebabkan oleh beberapa faktor dan bandar niaga lain.
yaitu, ekspansi perdagangan dan ➢ PERKEMBANGAN MARITIM
perkapalan langsung dari China pada abad KESULTANAN TERNATE DAN
ke-12, ketidakmampuan Sriwijaya dalam TIDORE
menyesuaikan diri dengan pasar baru,
perluasan pengaruh niaga bangsa Arab, Sebelum tahun 1514, Portugis menyebut
bangkitnya Vassal Sriwijaya, perluasan Maluku sebagai as ilhas do cravo
pengaruh bangsa Tamil di India, terjadi (kepulauan cengkih ). Sebelum datangnya
perubahan dalam kerajaan Sriwijaya. bangsa Barat atau awal abad ke-14, di
Maluku Utara terdapat konfederasi lokal
B. ERA KERAJAAN MAJAPAHIT yang dikenal dengan Maloku Kie Raha.
Kerajaan Majapahit, berfokus pada Ternate, Tidore, Matchan [Makian] dan
perdagangan Maritim. Beberapa wilayah Batchan [Bacan]. Keempat pulau tersebut
laut dan pantai yg bernilai penting di kaya buah-buahan dan memiliki hasil
Indonesia berada dibawah pengaruhnya. panen cengkeh melimpah.
Untuk mengatur ritme perdagangan, dalam ➢ Orde Lama
birokrasi kerajaan terdapat rakryan
kanuruhan atau “kanselir besar” Kitab Awal kemerdekaan, Indonesia masih
Negara kertagama diperinci tidak kurang menggunakan peraturan hukum yg
dari 98 nama tempat (sebagai kantor ditinggalkan Belanda, termasuk landasan
dagang) yang bergantung pada Majapahit. hukum bidang kelautan, yakni “Territoriale
Untuk mengontrol kegiatan perdagangan, Zee en Maritime Kringen Ordonnantie 1939”
dalam struktur birokrasi Majapahit, (TZMKO). Namun, ordonansi ini
terdapat Mandala Sarwajala. menyebabkan wilayah Indonesia menjadi tidak
utuh, karena perairan diantara kelima pulau
➢ Zona Maritim Selat Malaka Abad besar Indonesia terdapat perairan bebas (high
XV-XVI seas), Hal ini dapat mengancam keutuhan
Selat Malaka merupakan engsel pelayaran dan NKRI. Pada13 Desember 1957, pemerintah
perdagangan musiman antara India dan Laut mencetuskan Deklarasi Djoeanda berubah
Tengah dengan China dan Nusantara. Daya Menjadi salah satu pilar utama kesatuan dan
tarik Malaka dalam hal perdagangan selain persatuan negara dan bangsa Indonesia, yaitu:
Kesatuan Kewilayahan (darat, laut, dan udara).
posisinya yang strategis di jantung pelayaran
Kemudian, diperkuat secara yuridis melalui
antara Timur dan Barat serta kebijakan
kemudahan dari penguasanya juga karena Undang-Undang No. 4. Tahun 1960 tentang
semua jenis barang dagangan dari timur dan Perairan Indonesia.
barat dapat diperoleh disana.
➢ ORDE BARU wilayahnya menjadi sangat penting bagi
keberhasilan bangsa dalam melaksanakan
Pada Era ini, Indonesia menandatangani pembangunan kelautan.Wilayah perairan
Konvensi PBB tentang Hukum Laut atau indonesia saat ini sangat dikuasai oleh
United Nation Convention on the Law of the hukum tertulis yang dibuat oleh
Sea (UNCLOS 1982). Memuat 9 pasal pemerintah dan hukum tidak tertulis yang
mengenai perihal ketentuan tentang prinsip dilakukan oleh masyarakat.
“Negara Kepulauan”. Salah satu pasal
menyatakan bahwa laut bukan sebagai alat ➢ KESIMPULAN
pemisah, melainkan sebagai alat yang
menyatukan pulau-pulau yang satu dengan Sejarah dan perkembangan Kemaritiman
lainnya, yang kemudian diimplementasikan mencerminkan bagaimana kegiatan di lautan
oleh Indonesia dengan istilah Wawasan dan perairan telah mempengaruhi peradaban
Nusantara. Pada Pengakuan dunia manusia sepanjang masa.Pemahaman
internasional ini, pada masa pemerintahan mendalam tentang sejarah dan perkembangan
Presiden Soeharto, ditindaklanjuti dengan maritim penting untuk menginformasikan
diterbitkannya UU Nomor 17 tahun 1985 kebijakan dan tindakan di masa depan.
terkait Pengesahan Konvensi PBB tentang
HUKUM LAUT 1982. Ratifikasi ini
merupakan tindak lanjut dari gagasan negara
kepulauan yang pada 25 tahun lalu
dicetuskannya Deklarasi Djoeanda pada
tanggal 13 Desember 1957. Pada saat itu
hingga Indonesia mempunyai kewajiban dan
tanggung jawab untuk melaksanakan Konvensi
Hukum Laut PBB tahun 1982, dan UU No.17
tahun 1985 ini, selanjutnya harus dijadikan
pedoman dalam penyusunan rencana
pembangunan nasional, utamanya
pembangunan dibidang kelautan, dan pada
REPELITA ke 5 (1993 – 1998) konsep
pembangunan kelautan akhirnya masuk
kedalam Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN).
➢ ERA REFORMASI