Anda di halaman 1dari 131

PENDIDIKAN PANCASILA DALAM ERA

DIGITAL:
MEMBANGUN KARAKTER BANGSA DI DUNIA
YANG TERKONEKSI

Kelompok 6
Muhammad Arham Dwi Kurniawan (220203501002)
Leonardo (220203501007)
Achan Tri Anugrah (220203502004)
Muhmammad Ridwan
Sultan Anas Syahputra (220203501008)
Rifqy Mulawarman (220203502015)
DAFTAR ISI

Pendidikan Pancasila dalam Era


Digital
DAFTAR ISI..................................................................1
BAB I.............................................................................4
Pendidikan Pancasila Dalam Konteks Era Digital.........4
A. Konsep Pancasila dalam Pendidikan.....................4
B. Perkembangan Teknologi Digital Dalam
Menerapkan Pancasila..............................................17
BAB II..........................................................................25
Teknologi dan Pancasila...............................................25
A. Prinsip-prinsip Pancasila dan bagaimana
menerapkannya dalam penggunaan teknologi digital
25
B. Etika dalam penggunaan teknologi digital dan
dampaknya pada karakter bangsa.............................31
C. Kontribusi teknologi digital dalam memperkuat
Pancasila...................................................................41
BAB III.........................................................................45
Pendidikan Karakter dalam Era Digital – Membangun
Kepribadian yang Kuat dan Beretika...........................45
A. Konsep Dasar Pendidikan Karakter.............45
B. Prinsip Pendidikan Karakter.........................47

1
C. Peran Pendidikan dalam Penanaman Karakter.
49
D. Pendidikan Karakter di Era Digital..............52
E. Pengembangan Pendidikan Karakter pada
Pendidikan Formal dan Non-formal..........................60
F. Peluang.........................................................63
BAB IV.........................................................................65
Tantangan dan Peluang Era Digital Menghadapi
Perubahan Dengan Bijaksana.......................................65
A. Definisi Tantangan Era Digital.........................65
B. TANTANGAN DALAM ERA DIGITAL........69
C. Peluang dalam Era Digital................................74
D. Menghadapi Perubahan Dengan Bijaksana......80
BAB V..........................................................................85
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM ERA
DIGITAL – Membangun Kesadaran Kebangsaan dan
Toleransi Dalam Konteks Global.................................85
A. Konsep Pendidikan Multikultural dan
Implemenstasinya Dalam Era Digital.......................91
B. Memperkuat Kesadaran Kebangsaan Dalam
Pendidikan Multikultural Berbasis Pancasila...........94
C. Mengahadapi Tantangan dan Peluang Dalam
Membangun Pendidikan Multikultural Di Era Digital
98
BAB VI.......................................................................105

2
PENDIDIKAN PANCASILA UNTUK GENERASI
MUDA-MENCIPTAKAN GENERASI YANG
RESPONSIF, KREATIF DAN BERETIKA..............105
A. Pengertian Karakter dan Moralitas.................105
B. Generasi Muda dan Identitas Jatidiri Sebagai
Bangsa Indonesia....................................................107
C. Fungsi dan Peran Pancasila dalam pembentukan
Karakter dan Morallitas Generasi Muda................115
D. Peran Pemuda dalam Menanamkan Nilai-Nilai
Pancasila.................................................................119
E. Memperkuat jati diri sebagai sebuah bangsa..122
REFRENSI.................................................................125

3
BAB I
Pendidikan Pancasila Dalam Konteks Era Digital

A. Konsep Pancasila dalam Pendidikan


Pancasila dihasilkan oleh tokoh akademisi pada
masa awal kemerdekaan adalah pijakan filsafat negara
Indonesia yang memiliki tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Nilai-nilai dalam
Pancasila sangatlah kompleks dan sulit untuk dijabarkan
dengan lengkap, namun dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Sebagai dasar negara, Pancasila
telah diterima secara luas dan memiliki status yang
final, juga merupakan cerminan dari semangat,
mentalitas, budaya, dan karakteristik bangsa Indonesia.
Pancasila adalah pondasi dari pandangan hidup
masyarakat Indonesia yang mencakup lima aspek dasar
mengenai identitas bangsa Indonesia. Setiap sila dalam
Pancasila menggambarkan prinsip-prinsip untuk
panduan hidup dalam berbangsa dan bernegara bagi
seluruh masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

4
Suatu kelompok sosial baik sekelas bangsa
menggunakan filsafat sebagai pedoman dan cara
pandang yang diterapkan dalam berbagai aspek sosial,
termasuk pendidikan. Filsafat yang dikembangkan harus
sejalan dengan pemikiran orang orang yang ada di
kelompok sosial tersebut agar tujuan yang diharapkan
dapat tercapai tanpa cacat sedikit pun. Sementara itu,
pendidikan berperan sebagai langkah untuk
menanamkan dan menerapkan nilai-nilai filsafat
tersebut. Pendidikan sebagai suatu acuan untuk
terciptanya manusia yang dapat menanamkan dan
mewariskan apa-apa yang terkandung dalam filsafat
tersebut.

Pancasila sebagai sebuah falsafah dan ideologi


bagi bangsa Indonesia menjadi dasar dalam pelaksanaan
semua aspek kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk
pendidikan. Dalam UU No.12 Tahun 2012 Pasal 1
tentang Pendidikan Tinggi, disebutkan bahwa
"Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
yang adar peserta didik secara aktif mengembangkan

5
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara". Dari
ketentuan dalam Undang-undang tersebut, dapat
dipahami bahwa pendidikan di Indonesia bertujuan
untuk memfasilitasi perkembangan potensi peserta
didik. Pancasila berperan sebagai landasan dalam
mencapai tujuan tersebut.

Peran Pancasila dalam pendidikan di Indonesia


adalah memberikan landasan bagi pembentukan
karakter dan moral yang tinggi pada manusia. Pancasila
dianggap sebagai landasan teoritis yang mampu
menghasilkan generasi muda yang sesuai dengan
harapan dan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila. Dengan kata lain Pancasila mengharapkan
agar putra putri bangsa menjadikan pancasila sebagai
pandangan hidup, jika hal ini tercapai maka cita-cita
bangsa kita dapat terwujud. Untuk memahami kaitan
yang lebih dalam antara Pancasila sebagai filsafat
konsep pendidikan, perlu diakui bahwa Pancasila

6
merupakan inti atau semangat sejati dari bangsa
Indonesia. Hal ini karena pemahaman yang kuat
terhadap Pancasila telah menjadi landasan bagi
perjalanan Indonesia hingga saat ini. Oleh karena itu,
pendidikan dijadikan sebagai suatu proses untuk
mewujudkan nilai-nilai tersebut, sebagaimana yang
telah kita bahas sebelumnya.

Pancasila berfungsi sebagai sumber nilai yang


memberikan arahan dalam proses pendidikan, dengan
tujuan menghasilkan manusia Indonesia yang sesuai
dengan harapan dan idealisasi. Manusia yang diinginkan
adalah mereka yang mampu mengenali potensi diri
mereka sendiri dan menjalani kehidupan dengan penuh
tanggung jawab dalam segala aspek atau dimensi
kehidupan. Atas dasar hal itulah yang kemudian secara
konsisten harus masuk dalam tujuan pendidikan
nasional. Tujuan tersebut mencakup pengembangan
kemampuan, pembentukan karakter, dan peradaban
yang bernilai dan berwibawa bagi bangsa dengan tujuan
untuk mencerahkan kehidupan bangsa serta menjadi
pelopor perubahan dunia. Selain itu, pendidikan juga

7
bertujuan agar individu menjadi manusia yang memiliki
ketakwaan kepada Allah, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, dan kreatif.

Pancasila terdiri dari lima dasar yang mendalam ialah:


A. Ketuhanan Yang Maha Esa
Sebagai makhluk ciptaan, manusia diharapkan patuh
kepada penciptanya dan juga menunjukkan sikap
toleransi terhadap umat beragama. Selain itu, manusia
juga perlu disadarkan akan pentingnya rendah hati
karena kita tidaklah menjadi sesuatu yang besar di dunia
ini.
B. Kemanusia Yang Adil dan Beradab
Setiap manusia yang hidup di bumi ini memiliki
kedudukan dan martabat yang sama, dan mereka harus
diperlakukan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan
fitrah mereka sebagai makhluk ciptaan Allah. Oleh
karena itu, pendidikan harus mengajarkan kepada
manusia untuk tidak membedakan berdasarkan usia,
agama, dan tingkat sosial budaya.
C. Persatuan Indonesia

8
Persatuan adalah nilai dasar yang fundamental untuk
memperkuat eksistensi bangsa Indonesia. Sila ini
mengajarkan bahwa semua manusia harus bersatu
karena kita adalah satu dan tidak ada perbedaan yang
signifikan dalam segala aspek, terutama dalam hal
pendidikan.
D. Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan
Perwakilan
Sila ini dalam Pancasila merefleksikan semangat
demokrasi yang melandasi kehidupan masyarakat
Indonesia. Dalam konteks pendidikan, aspek demokrasi
menjadi sangat relevan dan harus terus berkembang,
mencerminkan sikap dan prinsip-prinsip yang
menghargai pendapat dan pemikiran orang lain.
E. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Salah satu tujuan negara adalah mewujudkan keadilan
sosial, dan pendidikan menjadi salah satu metode untuk
mengajarkan konsep keadilan tersebut melalui sistem
yang telah diterapkan.

9
Filsafat pendidikan Pancasila sebagai inti dari sistem
pendidikan nasional di Indonesia perlu benar-benar
dipahami secara mendalam oleh generasi penerus
bangsa. Filsafat ini diharapkan menjadi sumber nilai dan
acuan dalam perencanaan strategis di bidang pendidikan
di Indonesia.

Pendidikan di Indonesia saat ini dapat dievaluasi


dan dipahami dengan melihat perilaku dan karakteristik
siswa dan pendidik yang tercermin dalam tingkah laku
sehari-hari. Saat ini, terdapat perilaku siswa dan
pendidik yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila,
seperti:
 Penyimpangan sila pertama
Di zaman ini, kita sering menemui generasi muda yang
kurang memiliki rasa takwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Contohnya adalah mereka yang enggan
menjalankan ibadah, melanggar aturan agama, merasa
dirinya sebagai Tuhan atau Rasul, dan sejenisnya.
 Penyimpangan sila kedua
Saat ini, di Indonesia, kita sering melihat bahwa
beberapa pelajar tidak menghormati martabat manusia

10
lain seperti seharusnya. Contohnya adalah kasus-kasus
pembullyan di lingkungan pendidikan, perlakuan
senioritas dan penganiayaan oleh senior terhadap junior,
kasus pemerkosaan dan pelecehan yang terjadi di
lingkungan pendidikan, dan masih banyak lagi.
 Penyimpangan sila ketiga
Memudarnya rasa persatuan dan kesatuan yang terjadi
saat ini. Misalnya tawuran antar pelajar, perkelahian
antar kelompok pelajar dan lain sebagainya.
 Penyimpangan sila keempat
Demokrasi harus ditegakkan secara sehat dalam setiap
aspek kehidupan, termasuk dalam lingkungan
pendidikan. Saat ini, masih terdapat fenomena money
politic yang sering terjadi dalam konteks pemilihan
ketua di berbagai bidang, seperti ketua OSIS, organisasi,
dan sejenisnya.
 Penyimpangan sila kelima
Banyak kejadian ketidakadilan yang dilakukan oleh
generasi muda Indonesia saat ini yang dapat diamati
dari fakta-fakta yang ada. Sebagai contoh, dalam
kelompok belajar PPKN, terdapat ketidakadilan yang
dirasakan. Misalnya, dalam tugas kelompok PPKN,

11
hanya sebagian kecil anggota kelompok yang aktif
mengerjakan tugas, sementara sisanya hanya
memberikan nama mereka tanpa ikut berkontribusi.
Namun, mereka tetap mengharapkan nilai yang sama
dengan anggota kelompok yang bekerja keras. Hal ini
hanya merupakan contoh kecil dari ketidakadilan yang
dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari para
pelajar.

Sebelum pemerintah melakukan upaya untuk


menyebarkan nilai-nilai Pancasila di lingkungan
pendidikan, penting bagi kita untuk memahami tujuan
mencantumkan Pancasila dalam pembukaan UUD 1945.
Tujuannya adalah agar Pancasila digunakan sebagai
pondasi Negara Republik Indonesia sebagai dasar dalam
mengatur pemerintahan di Indonesia. Pancasila menjadi
inti dan identitas sejati bangsa, karena elemen-
elemennya telah ada sejak berabad-abad dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Karena itulah,
Pancasila adalah pandangan hidup dan falsafah yang
juga menjadi tujuan hidup bagi seluruh bangsa
Indonesia. Ketetapan MPR No.11/MPR/1978 tertanggal

12
22 Maret 1978 tentang pedoman penghayatan dan
pengamalan Pancasila (Eka Prasetia Pancakarsa) antara
lain : “Sesungguhnya sejarah telah mengungkapkan
bahwa pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia
yang memberikan kekuatan hidup kepada bangsa
Indonesia serta membimbingnya dalam kehidupan lahir
batin yang makin baik, dalam masyarakat Indonesia
yang adil dan makmur. Bahwasanya pancasila yang
telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara
seperti yang telah diuji kebenerannya, keampuhan dan
kesaktiannya sehingga tidak ada suatu kekuatan
manapun juga yang mampu memisahkan pancasila dari
kehidupan bangsa Indonesia”. Pemerintah Indonesia
telah mengintegrasikan pendidikan agama ke dalam
kurikulum sekolah sebagai upaya untuk mengajarkan
nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda. Selain itu,
kegiatan keagamaan seperti peringatan hari besar agama
juga digunakan sebagai sarana untuk memperkuat iman
dan ketakwaan kepada Tuhan. Selain itu, setiap hari
Senin diwajibkan adanya upacara bendera untuk
mengajarkan kepada pelajar dan pendidik tentang
pentingnya menghormati jasa para pahlawan. Dengan

13
langkah ini, diharapkan dapat terbentuk generasi
penerus yang memiliki kecerdasan, kreativitas,
moralitas yang baik, dan menganut nilai-nilai keimanan
dan ketakwaan kepada Tuhan. Pancasila juga memiliki
peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan
antara lain :

 Pengajaran akan adanya Tuhan


Mengintegrasikan Pancasila ke dalam mata pelajaran
PPKN sangatlah penting karena pendekatan ini
memastikan bahwa siswa tidak hanya belajar tentang
urusan negara semata, melainkan juga menggunakan
Pancasila sebagai landasan untuk membentuk perilaku
yang baik. Selain itu, pemahaman yang baik mengenai
nilai ketuhanan Yang Maha Esa yang terdapat dalam sila
pertama Pancasila juga dapat membantu membentuk
perilaku yang positif. Pendekatan ini didukung oleh
argumen valid lainnya, yaitu bahwa Pancasila dianggap
sebagai satu-satunya landasan yang adil bagi setiap
kelompok etnis dan agama di Indonesia. Hal ini
memastikan bahwa kehidupan tidak didominasi oleh

14
mayoritas, melainkan memberikan tempat yang setara
bagi setiap kelompok, termasuk minoritas kecil.
 Mengajarkan Cara Mendidik Sesuai Dengan
Keadilan dan Adab Yang Baik
Penting bagi bangsa ini untuk merefleksikan kembali
pendekatan dalam penyebaran nilai-nilai Pancasila, serta
menyadari bahwa kegiatan kemahasiswaan, termasuk
Gerakan Pramuka Indonesia dan organisasi OSIS resmi,
perlu mengadopsi perspektif yang lebih inklusif
terhadap kebhinekaan. Lebih daripada itu, Pancasila
harus diterapkan secara nyata dalam kehidupan sehari-
hari, dengan menunjukkan bahwa upacara pengibaran
bendera tidak lagi diwajibkan di sekolah.
 Persatuan
Pancasila sebagai salah satu pedoman utama dalam
wawasan Pendidikan memiliki peran penting di
Indonesia yang terdiri dari banyak bangsa dan suku.
Pancasila mengajarkan nilai persatuan yang tercermin
dalam sila ketiga. Dalam sila ketiga, tujuannya adalah
mengajarkan pentingnya persatuan bagi Indonesia.
 Ajaran untuk bermusyawarah

15
Pendidikan yang berlandaskan pada sila keempat
Pancasila akan mengajarkan pentingnya menghargai dan
menerapkan musyawarah dalam menyelesaikan
berbagai permasalahan dan situasi sulit yang dihadapi
oleh masyarakat Indonesia.
 Mengajarkan keadilan
Tidak boleh ada diskriminasi dalam hal status
pendidikan di Indonesia. Hal ini mencakup nilai-nilai
dari sila kelima dalam Pancasila yang berlaku di negara
kita. Upaya-upaya ini memerlukan kepemimpinan
nasional yang kuat dan aktif, yang berkomitmen untuk
menerapkan Pancasila sebagai warisan budaya dan
sebagai Prinsip Dasar Republik. Seorang pemimpin
yang dapat memberikan contoh kepada semua orang
dan tim kepemimpinan setempat. Hal ini akan
memotivasi orang untuk mencapai yang terbaik dalam
setiap aspek kehidupan.
Kepemimpinan nasional yang kuat saat ini perlu
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dengan
serius. Langkah awal yang harus diambil adalah
mewujudkan semboyan Bhinneka Tunggal Eka atau
Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan persatuan sosial

16
yang menghormati kebebasan individu. Ini juga berarti
mengakui pentingnya setiap kelompok etnis dan agama
dalam kerangka kesatuan nasional. Pemahaman akan
nasionalisme harus diwujudkan dalam konteks
internasionalisme yang harmonis, sebagaimana yang
ditegaskan oleh Bung Karno. Dengan demikian,
Pancasila merepresentasikan harmoni dan bukan konflik
dalam kehidupan kita. Menurut ajaran Pancasila,
diperlukan upaya yang gigih guna mencapai tingkat
kemakmuran yang lebih tinggi bagi seluruh rakyat.
Setiap individu harus diberikan kesempatan untuk
berpartisipasi dalam kehidupan politik, namun politik
tersebut harus diarahkan untuk menciptakan masyarakat
yang sejahtera. Selain itu, kehidupan ekonomi harus
mendorong peningkatan daya saing nasional agar negara
dapat berperan aktif dalam perekonomian global tanpa
mengorbankan kepentingan nasional dan kesejahteraan
masyarakat umum.

B. Perkembangan Teknologi Digital Dalam


Menerapkan Pancasila

17
IPTEK merupakan suatu sumber pengetahuan
dan kemajuan teknologi yang dapat dinikmati dan
dikelola oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Sumber ini mencakup penemuan-penemuan baru dalam
bentuk ilmu dan teknologi yang terus berkembang.
Tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
adalah untuk memberikan kemudahan dalam urusan
manusia serta meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan dalam bidang teknologi. Pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dilandaskan
pada Pancasila dengan tujuan memastikan kesejahteraan
bangsa Indonesia serta melindungi pertahanan bangsa
dari dampak negatif yang mungkin timbul.
Penjabaran dari setiap sila-sila Pancasila dapat
dijelaskan sebagai berikut. Pertama, Sila Ketuhanan
Yang Maha Esa. Dalam hal ini, IPTEK (Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi) tidak hanya dianggap
sebagai pencipta atau penemuan baru, melainkan
IPTEK yang maju dan canggih seharusnya mampu
mengarahkan tujuannya agar memberikan manfaat yang
baik bagi masyarakat. Selain itu, dampak buruk dari

18
penggunaan IPTEK juga harus diperhatikan agar
manusia dapat menerapkan nilai-nilai Pancasila dengan
bijak dan menghindari penyelewengan IPTEK.
Dalam Sila Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab, kita perlu menggunakan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) dengan bijaksana untuk
meningkatkan kesejahteraan sesama manusia. Hal ini
bertujuan agar kita tidak menjadi manusia yang
sombong dan angkuh karena keberadaan IPTEK,
melainkan memanfaatkannya secara positif untuk
kebaikan bersama.
Penerapan Sila Persatuan Indonesia dapat
dilakukan dengan mengaktualisasikan rasa cinta tanah
air dan kesadaran nasional terhadap bangsa Indonesia.
Dalam hal ini, penggunaan IPTEK (Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi) diharapkan dapat menjadi sarana yang
mempersatukan bangsa, sehingga tercipta kesatuan di
antara warga negara Indonesia dan warga negara dari
negara lain, mencegah terjadinya perpecahan yang dapat
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
Dalam Sila Keempat, yaitu Sila Kerakyatan
yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam

19
Permusyawaratan Perwakilan, penting bagi ilmuwan
untuk menghormati kebebasan individu dan menerima
kritik dari berbagai sudut pandang terkait penemuan-
penemuannya yang baru.
Dalam Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia, perlu diperhatikan oleh IPTEK (Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi) bagaimana interaksi
manusia dengan berbagai aspek kehidupannya,
termasuk dengan dirinya sendiri, dengan orang lain,
dengan Tuhan, serta dengan alam dan lingkungannya.

Untuk menghindari keterbelakangan dalam


menghadapi perkembangan IPTEK, masyarakat perlu
aktif mengembangkan, menggunakan, dan
memanfaatkan teknologi secara optimal. Dalam konteks
perluasan IPTEK, Pancasila memiliki dua peran
penting. Pancasila berfungsi sebagai prinsip dasar dalam
mengarahkan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang tersedia. Lalu,, Pancasila juga menjadi
landasan budaya yang membentuk akhlak dalam
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.

20
Pancasila sebagai dasar dari perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki lima hal yang
dapat dijelaskan. Pertama, dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, penting untuk menghormati
dan mengakomodasi perbedaan keyakinan yang ada di
masyarakat Indonesia. Kedua, ilmu pengetahuan dan
teknologi harus memiliki tujuan yang berlandaskan pada
nilai-nilai kemanusiaan. Ketiga, ilmu pengetahuan dan
teknologi harus mencerminkan akulturasi yang seragam,
mendukung kesatuan, dan mengembangkan pendidikan
yang berorientasi pada nasionalisme. Keempat,
pengawasan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi
harus dilakukan secara demokratis dan luas, karena ini
merupakan bagian dari sistem pendidikan yang menjadi
hak dan tuntutan seluruh masyarakat. Kelima,
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) harus memiliki dampak yang positif bagi
kesejahteraan masyarakat Indonesia serta mengurangi
kekurangan pengetahuan dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Pentingnya nilai Pancasila dalam perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi sangatlah besar.

21
Sebagai negara yang terlibat dalam proses globalisasi,
Indonesia tidak bisa lepas dari kemajuan teknologi. Hal
ini dikarenakan perkembangan teknologi saat ini
menjadi fondasi dalam mengembangkan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Tingkat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi suatu negara menjadi kunci
kesuksesannya. Untuk itu, Indonesia perlu
mempertahankan ideologi Pancasila guna menjaga
identitas bangsa dan sebagai tolok ukur menghadapi
tantangan global di dunia saat ini. Budaya asing yang
masuk ke Indonesia seringkali bertentangan dengan
nilai-nilai Pancasila dan dapat merusak identitas bangsa.
Oleh karena itu, para ilmuwan diharapkan untuk
mengatasi masalah ini dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Salah satu pendekatan yang
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah
dengan mendorong nilai-nilai lokal yang memiliki
karakter kuat dan dapat melestarikan nilai-nilai
Pancasila, bukan mengadopsi nilai-nilai baru dari luar.
Jika tidak dilakukan dengan benar, masyarakat
Indonesia berisiko terpengaruh oleh pola pikir dan
perilaku yang dipengaruhi oleh budaya asing. Oleh

22
karena itu, penting bagi masyarakat Indonesia untuk
mampu menyaring informasi atau mencari wawasan
dari luar dengan bijaksana.
Kehadiran kemajuan IPTEK sering kali
membuat manusia lupa akan pentingnya memperhatikan
dirinya sendiri, karena kurangnya interaksi dengan
masyarakat sekitar. Akibatnya, manusia cenderung
menjadi makhluk yang cenderung individualistik.
Padahal, sejatinya manusia adalah makhluk sosial yang
tidak dapat hidup sendiri dan selalu bergantung pada
orang lain. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk
melestarikan nilai-nilai Pancasila dengan melakukan
sosialisasi kepada mereka yang tinggal di daerah
terpencil yang minim pendidikan. Tujuannya adalah
agar seluruh masyarakat Indonesia dapat terlibat dan
menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari mereka. Pesatnya penyebaran berita telah
mempermudah media dalam menyebarkan berita palsu.
Kondisi ini disebabkan oleh kemudahan orang
terpengaruh oleh berita yang mereka saksikan,
meskipun isinya tidak jelas. Fenomena ini berpotensi
menipu orang dan memicu penyebaran ujaran kebencian

23
di media sosial. Berita yang tidak jelas sulit dibedakan
dengan berita asli, sehingga orang hanya mengandalkan
informasi yang mereka dapatkan tanpa melakukan
verifikasi dari sumber lain. Keadaan ini juga
berkontribusi pada degradasi moral karena
perkembangan teknologi yang pesat sering kali
mengkritik dan menghakimi tanpa memperhatikan
kebenarannya.

24
BAB II
Teknologi dan Pancasila

A. Prinsip-prinsip Pancasila dan bagaimana


menerapkannya dalam penggunaan teknologi
digital

1. Prisnsip-prinsip Pancasila
Prinsip-prinsip Pancasila adalah landasan
ideologi negara Indonesia yang terdiri dari lima prinsip
yang menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
Prinsip ini mengakui adanya Tuhan Yang Maha
Esa dan mempersilakan setiap individu untuk beragama
sesuai dengan keyakinannya. Prinsip ini juga
menegaskan pentingnya menjunjung tinggi nilai-nilai
keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat.
b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Prinsip ini menekankan pentingnya
menghormati martabat dan hak asasi manusia,

25
menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, kesetaraan, dan
sikap beradab dalam berinteraksi dengan sesama
manusia.
c. Persatuan Indonesia
Prinsip ini mengajak seluruh rakyat Indonesia
untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,
menghargai keanekaragaman budaya, suku, agama, dan
bahasa, serta menjunjung tinggi semangat gotong
royong dalam membangun bangsa.
d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan
Prinsip ini menekankan pentingnya demokrasi,
partisipasi aktif rakyat dalam pengambilan keputusan,
serta penghormatan terhadap kebijaksanaan dan
musyawarah untuk mencapai mufakat dalam
pengambilan keputusan.
e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Prinsip ini mengamanatkan adanya keadilan
sosial, pemerataan kesempatan, dan perlindungan
terhadap kepentingan bersama. Prinsip ini mendorong

26
terciptanya kesejahteraan yang merata bagi seluruh
rakyat Indonesia.

2. Era digital dan perubahan sosial di Indonesia


Era digital telah membawa dampak signifikan
pada perubahan sosial, budaya, dan interaksi manusia di
Indonesia. Perkembangan teknologi digital seperti
internet, media sosial, dan perangkat mobile telah
mengubah cara kita berkomunikasi, memperoleh
informasi, dan berinteraksi dengan orang lain. Berikut
adalah penjelasan lebih lanjut tentang era digital dan
perubahan sosial di Indonesia:
a. Perkembangan Teknologi Digital di Indonesia
Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat
dalam penggunaan teknologi digital. Jumlah pengguna
internet, pengguna media sosial, dan penetrasi perangkat
mobile di Indonesia terus meningkat dari tahun ke
tahun. Hal ini memungkinkan akses lebih luas terhadap
informasi, komunikasi yang mudah, dan perubahan
dalam cara kita berinteraksi.
b. Dampak pada Perubahan Sosial di Indonesia

27
Era digital telah membawa perubahan sosial
yang signifikan di Indonesia. Misalnya, media sosial
telah menjadi platform penting dalam menyampaikan
informasi, opini, dan kampanye sosial. Hal ini
memengaruhi cara berpartisipasi dalam isu-isu sosial,
politik, dan budaya. Selain itu, digitalisasi juga telah
mempengaruhi sektor ekonomi dan pendidikan di
Indonesia.
c. Dampak pada Perubahan Budaya di Indonesia
Penggunaan teknologi digital telah
mempengaruhi budaya di Indonesia. Misalnya,
perkembangan media sosial dan konten digital telah
membentuk tren baru dalam budaya populer, fashion,
musik, dan gaya hidup. Selain itu, budaya berbagi dan
kolaborasi dalam komunitas online juga semakin
berkembang di Indonesia.
d. Perubahan dalam Interaksi Manusia di Indonesia
Era digital telah mengubah cara berinteraksi
manusia di Indonesia. Penggunaan media sosial,
aplikasi pesan instan, dan platform digital lainnya
memungkinkan komunikasi yang lebih cepat,
terjangkau, dan global. Interaksi virtual juga telah

28
mempengaruhi pola komunikasi sehari-hari dan
membentuk gaya hidup digital di kalangan masyarakat
Indonesia.
3. Penerapan prinsip-prinsip Pancasila dalam
penggunaan teknologi digital
Penerapan Prinsip-prinsip Pancasila dalam
penggunaan teknologi digital merupakan upaya untuk
menjaga nilai-nilai luhur Pancasila dalam era digital.
Berikut adalah penerapan Prinsip-prinsip Pancasila
dalam penggunaan teknologi digital:
a. Sila Pertama
Dalam penggunaan teknologi digital, penerapan
prinsip ini dapat dilakukan dengan menghasilkan dan
menyebarkan konten yang menghormati nilai-nilai
keagamaan, menghindari konten yang bertentangan
dengan keyakinan agama, serta mempromosikan
toleransi dan kerukunan antaragama.
b. Sila Kedua
Prinsip ini dapat diterapkan dengan memastikan
penggunaan teknologi digital tidak merugikan atau
mempermalukan orang lain. Selain itu, penting juga
untuk mempromosikan penggunaan teknologi yang

29
bertanggung jawab, etis, dan menjunjung tinggi nilai-
nilai keadilan, kesetaraan, dan sikap beradab dalam
interaksi digital.
c. Sila Ketiga
Dalam era digital, prinsip ini dapat diwujudkan
dengan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa melalui
penggunaan teknologi digital. Hal ini dapat dilakukan
dengan memperkuat rasa kebangsaan, menghormati
keanekaragaman budaya, dan mempromosikan
semangat gotong royong melalui media sosial dan
platform digital lainnya.
d. Sila Keempat
Dalam penggunaan teknologi digital, prinsip ini
dapat diterapkan dengan menggalang partisipasi aktif
masyarakat dalam pengambilan keputusan melalui
platform digital yang mendukung demokrasi elektronik.
Selain itu, penting juga untuk menghindari penyebaran
informasi yang tidak valid dan mempromosikan
kebijaksanaan serta musyawarah dalam pengambilan
keputusan digital.
e. Sila Kelima

30
Penerapan prinsip ini dalam penggunaan
teknologi digital dapat dilakukan dengan memastikan
akses dan kesempatan yang adil bagi seluruh rakyat
Indonesia untuk memanfaatkan teknologi digital. Hal ini
melibatkan upaya untuk mengurangi kesenjangan digital
dan memastikan pemerataan manfaat teknologi digital
dalam aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan
partisipasi sosial.

B. Etika dalam penggunaan teknologi digital dan


dampaknya pada karakter bangsa

1. Etika dalam penggunaan teknologi digital


Etika adalah studi tentang prinsip-prinsip moral
yang mengatur perilaku manusia dalam interaksi sosial.
Dalam konteks penggunaan teknologi digital, etika
mengacu pada pedoman dan nilai-nilai moral yang
mengatur tindakan individu dalam dunia digital.
Pentingnya menerapkan nilai-nilai etika dalam

31
penggunaan teknologi digital terletak pada beberapa
alasan berikut:

a. Menghormati Privasi
Etika dalam penggunaan teknologi digital
melibatkan penghormatan terhadap privasi orang lain.
Hal ini mencakup penggunaan data pribadi dengan izin
yang tepat, menghentikan penyebaran informasi pribadi
tanpa persetujuan, dan melindungi kerahasiaan
komunikasi.
b. Kejujuran dan Kredibilitas
Etika membutuhkan kejujuran dalam interaksi
dan penggunaan teknologi digital. Ini melibatkan
memberikan informasi yang akurat, tidak
menyebarluaskan hoaks, serta berinteraksi dengan
integritas dan kredibilitas.
c. Tanggung Jawab Digital
Menerapkan etika dalam penggunaan teknologi
digital berarti bertanggung jawab atas tindakan dan
perilaku kita online. Ini mencakup menghindari
perundungan cyber, menghormati hak kekayaan

32
intelektual, dan tidak menggunakan teknologi digital
untuk tujuan yang merugikan.

d. Menghindari Ketidakadilan dan Diskriminasi


Etika mengajarkan kita untuk menghindari
perilaku diskriminatif dan tidak adil dalam penggunaan
teknologi digital. Ini melibatkan menghormati
keberagaman, menghindari penggunaan teknologi
digital untuk menyebarkan kebencian atau
melanggengkan ketidaksetaraan sosial.

2. Perubahan perilaku dan karakter bangsa akibat


penggunaan teknologi digital
Perubahan perilaku dan karakter bangsa akibat
penggunaan teknologi digital merupakan topik yang
penting untuk dipahami dalam konteks perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia.
Berikut adalah penjelasan mengenai topik tersebut:
a. Perubahan perilaku
Penggunaan teknologi digital telah mengubah
cara kita berinteraksi, berkomunikasi, dan mengakses

33
informasi. Ini dapat menyebabkan perubahan perilaku
dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pola
komunikasi yang lebih sering dilakukan melalui media
sosial daripada secara langsung, tingkat perhatian yang
terbagi karena penggunaan perangkat elektronik, dan
kecanduan terhadap media sosial atau game online.
Perubahan perilaku ini dapat memiliki dampak positif
dan negatif tergantung pada penggunaan yang bijaksana
dan pengendalian diri yang tepat.
b. Karakter bangsa
Penggunaan teknologi digital juga berdampak
pada pembentukan karakter bangsa. Dalam konteks ini,
karakter bangsa merujuk pada nilai-nilai, sikap, dan
perilaku yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia.
Peggunaan teknologi digital dapat mempengaruhi
karakter bangsa melalui perubahan nilai-nilai yang
dijunjung tinggi, seperti sikap saling menghargai,
kejujuran, kerjasama, dan tanggung jawab. Selain itu,
juga perlu diperhatikan pengaruh terhadap etika
berinternet, rasa toleransi, dan identitas budaya dalam
penggunaan teknologi digital.

34
3. Tantangan dan dampak negatif yang muncul
akibat penggunaan teknologi digital
Tantangan dan dampak negatif yang muncul
akibat penggunaan teknologi digital, seperti kecanduan
digital, penyebaran hoaks, dan perubahan dalam
komunikasi interpersonal, merupakan isu penting yang
perlu diperhatikan dalam era digital. Berikut penjelasan
mengenai topik tersebut:
a. Kecanduan Digital
Kecanduan digital merujuk pada keadaan di
mana seseorang kehilangan kendali terhadap
penggunaan teknologi digital dan mengalami
ketergantungan yang merugikan. Dampak negatif
kecanduan digital termasuk gangguan kesehatan mental,
pengabaian terhadap tugas dan tanggung jawab, isolasi
sosial, serta gangguan tidur. Fenomena ini perlu
diperhatikan karena dapat mengganggu keseimbangan
hidup dan kualitas hubungan antarmanusia.
b. Penyebaran Hoaks
Penggunaan teknologi digital memudahkan
penyebaran informasi secara cepat dan luas. Namun, hal
ini juga memperkuat penyebaran hoaks atau berita

35
palsu. Penyebaran hoaks dapat menyebabkan
kebingungan, ketidakpercayaan, dan konflik sosial.
Dalam konteks Indonesia, penyebaran hoaks menjadi
tantangan serius yang dapat mempengaruhi stabilitas
sosial dan politik.

c. Perubahan dalam Komunikasi Interpersonal


Penggunaan teknologi digital telah mengubah
cara kita berkomunikasi dengan orang lain. Interaksi
langsung dan komunikasi tatap muka cenderung
tergantikan oleh komunikasi melalui media sosial, pesan
instan, atau panggilan video. Hal ini dapat
mengakibatkan perubahan dalam komunikasi
interpersonal, seperti berkurangnya kemampuan
membaca ekspresi wajah, ketidakmampuan membaca
bahasa tubuh secara akurat, dan kehilangan sentuhan
atau aspek nonverbal lainnya.

4. Peran pendidikan karakter dalam


mengembangkan kesadaran akan etika dalam
penggunaan teknologi digital.

36
Pendidikan karakter memiliki peran penting
dalam mengembangkan kesadaran akan etika dalam
penggunaan teknologi digital di Indonesia. Dalam
konteks ini, pendidikan karakter berfungsi sebagai
upaya untuk membentuk sikap, nilai, dan perilaku yang
positif dalam berinteraksi dengan teknologi digital.
a. Definisi Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah suatu pendekatan
pendidikan yang berfokus pada pengembangan dan
penguatan nilai-nilai moral, sosial, dan etika pada
individu. Pendidikan karakter bertujuan untuk
membentuk kepribadian yang baik, menjunjung tinggi
etika, dan memiliki kesadaran akan dampak dari
tindakan yang dilakukan.
b. Peran Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter memiliki peran utama
dalam mengembangkan kesadaran akan etika dalam
penggunaan teknologi digital di Indonesia. Melalui
pendidikan karakter, individu diajarkan nilai-nilai
seperti integritas, empati, tanggung jawab, dan
penghargaan terhadap keberagaman. Pendidikan
karakter juga mengajarkan pentingnya

37
mempertimbangkan nilai-nilai etika dalam setiap
tindakan yang dilakukan di dunia digital.
c. Implementasi Pendidikan Karakter dalam
Konteks Teknologi Digital
Pendidikan karakter dalam konteks teknologi
digital dapat diimplementasikan melalui pendidikan
formal di sekolah, program ekstrakurikuler, serta
melalui peran orang tua dan masyarakat. Pendekatan
yang dapat digunakan termasuk diskusi, simulasi, studi
kasus, dan penggunaan media yang relevan. Melalui
pendidikan karakter yang kuat, diharapkan individu
dapat menginternalisasi dan menerapkan nilai-nilai etika
dalam penggunaan teknologi digital sehari-hari.
5. Strategi dan metode untuk memperkuat
pendidikan karakter dalam era digital
Dalam era digital yang terus berkembang,
penting untuk memperkuat pendidikan karakter sebagai
upaya untuk membentuk nilai-nilai positif pada
individu, terutama dalam penggunaan teknologi digital.
Berikut adalah penjelasan mengenai strategi dan metode
yang dapat digunakan untuk memperkuat pendidikan
karakter dalam era digital di Indonesia:

38
a. Integrasi Nilai-Nilai Karakter dalam
Kurikulum
Salah satu strategi penting adalah dengan
mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam kurikulum
pendidikan. Melalui pemikiran yang terencana dan
berkelanjutan, nilai-nilai karakter dapat ditanamkan
dalam setiap mata pelajaran, termasuk mata pelajaran
yang terkait dengan teknologi digital seperti komputer
dan TIK. Hal ini dapat dilakukan dengan mengaitkan
materi pembelajaran dengan kasus nyata yang berkaitan
dengan etika, tanggung jawab digital, kejujuran, dan
nilai-nilai karakter lainnya.
b. Peningkatan Kesadaran Melalui Pelatihan dan
Workshop
Pelatihan dan workshop yang fokus pada
pendidikan karakter dalam era digital juga dapat
digunakan untuk meningkatkan kesadaran individu
tentang pentingnya nilai-nilai karakter. Pelatihan ini
dapat diselenggarakan untuk guru, orang tua, dan
masyarakat secara umum. Selain itu, pelatihan tersebut

39
juga dapat melibatkan pemateri yang ahli di bidang
etika dan pendidikan karakter dalam era digital.
c. Penerapan Model Pembelajaran Aktif dan
Kolaboratif
Model pembelajaran yang aktif dan kolaboratif
dapat digunakan untuk memperkuat pendidikan karakter
dalam era digital. Dalam model ini, siswa didorong
untuk berpartisipasi aktif, berkolaborasi, dan
menghadapi situasi nyata yang berkaitan dengan
teknologi digital. Contohnya adalah melalui proyek atau
tugas kelompok yang melibatkan pemecahan masalah
etis dalam penggunaan teknologi digital.
d. Pengembangan Media Edukasi yang
Berorientasi Karakter
Penggunaan media eduksi yang berorientasi
karakter juga dapat menjadi metode yang efektif. Media
seperti video pendek, animasi, dan aplikasi mobile dapat
dikembangkan dengan tujuan mendukung pembentukan
nilai-nilai karakter. Konten dalam media tersebut dapat
disesuaikan dengan situasi dan tantangan yang dihadapi
dalam penggunaan teknologi digital.

40
C. Kontribusi teknologi digital dalam memperkuat
Pancasila

1. Peran teknologi digital


Peran teknologi digital dalam kehidupan
masyarakat Indonesia sangat signifikan dan memiliki
dampak yang luas. Berikut adalah penjelasan mengenai
topik tersebut:
a. Akses Informasi dan Pengetahuan
Teknologi digital telah memungkinkan
masyarakat Indonesia untuk mengakses informasi dan
pengetahuan dengan cepat dan mudah. Dengan adanya
internet dan berbagai platform digital, seperti situs web,
aplikasi, dan media sosial, masyarakat dapat mengakses
berita, riset, tutorial, dan konten edukatif lainnya.
b. Komunikasi dan Interaksi
Teknologi digital telah merubah cara
masyarakat Indonesia berkomunikasi dan berinteraksi.
Melalui media sosial, pesan instan, panggilan video, dan
platform komunikasi online lainnya, masyarakat dapat

41
berkomunikasi dengan orang lain secara real-time,
terlepas dari jarak geografis.
c. Pendidikan dan Pembelajaran
Teknologi digital telah memperluas aksesibilitas
pendidikan dan pembelajaran di Indonesia. Dengan
adanya e-learning, video pembelajaran online, dan
platform pembelajaran virtual, masyarakat dapat belajar
secara fleksibel dan mandiri tanpa harus hadir secara
fisik di institusi pendidikan.
d. Partisipasi Politik dan Sosial
Teknologi digital juga memberikan kesempatan
bagi masyarakat Indonesia untuk terlibat dalam
partisipasi politik dan sosial. Masyarakat dapat
menyampaikan pendapat, berbagi pandangan, dan
berpartisipasi dalam diskusi melalui platform online.
Selain itu, teknologi digital juga mendukung kampanye
sosial dan advokasi untuk perubahan positif.
e. Ekonomi Digital
Perkembangan teknologi digital juga telah
mengubah pola ekonomi masyarakat Indonesia. E-
commerce, marketplace online, dan aplikasi
pembayaran digital telah mempermudah transaksi jual

42
beli, memfasilitasi usaha kecil dan menengah, serta
memberikan peluang baru bagi masyarakat untuk
menciptakan mata pencaharian.
2. Memperkuat Nilai-Nilai Pancasila melalui
Teknologi Digital
Dalam era digital, teknologi dapat menjadi alat
yang kuat untuk memperkuat dan menyebarkan nilai-
nilai Pancasila. Berikut adalah penjelasan mengenai
topik tersebut:
a. Penyebaran Informasi
Teknologi digital memungkinkan penyampaian
informasi tentang nilai-nilai Pancasila secara luas dan
cepat. Melalui media sosial, blog, situs web, dan
platform digital lainnya, nilai-nilai Pancasila dapat
dikomunikasikan kepada masyarakat Indonesia dan
bahkan secara global.
b. Pendidikan dan Pelatihan
Teknologi digital dapat digunakan untuk
memberikan pendidikan dan pelatihan yang
memperkuat pemahaman dan pengamalan nilai-nilai
Pancasila. Dengan adanya e-learning, video
pembelajaran, dan platform pendidikan online, nilai-

43
nilai Pancasila dapat diajarkan secara interaktif dan
inklusif.
c. Kampanye dan Gerakan Sosial
Teknologi digital memfasilitasi kampanye dan
gerakan sosial yang bertujuan untuk memperkuat nilai-
nilai Pancasila. Melalui penggunaan tagar, konten
multimedia, dan platform berbagi, masyarakat dapat
berpartisipasi dalam gerakan yang mendorong
kesadaran dan praktik nilai-nilai Pancasila.
d. Partisipasi Publik
Teknologi digital memungkinkan partisipasi
aktif masyarakat dalam diskusi, konsultasi, dan
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan nilai-
nilai Pancasila. Melalui platform daring seperti forum
online, jajak pendapat digital, dan aplikasi partisipatif,
masyarakat dapat memberikan masukan dan
berkontribusi pada kebijakan yang berkaitan dengan
nilai-nilai Pancasila.

44
BAB III
Pendidikan Karakter dalam Era Digital –
Membangun Kepribadian yang Kuat dan Beretika

A. Konsep Dasar Pendidikan Karakter

Istilah karakter berasal dari bahasa Yunani


dan Latin, yaitu charassein yang berarti "mengukir
corak yang tetap dan tidak terhapuskan". Karakter
menggambarkan tabiat manusia yang bersifat tetap dan
menjadi ciri khas yang membedakan satu orang dengan
yang lain. Konsep dasar pendidikan karakter diatur
dalam Permendikbud No 23 tentang Penumbuhan Budi
Pekerti tahun 2015. Tujuan dari Penumbuhan Budi
Pekerti (PBP) adalah :

1. Membuat sekolah sebagai tempat belajar yang


menyenangkan bagi siswa, guru, dan tenaga
kependidikan.
2. Mengembangkan kebiasaan baik sebagai
bentuk pendidikan karakter sejak di keluarga,
sekolah, dan masyarakat.

45
3. Melibatkan pemerintah, pemerintah daerah,
masyarakat, dan keluarga dalam gerakan
pendidikan.
4. Membangun lingkungan dan budaya belajar
yang seimbang antara keluarga, sekolah, dan
masyarakat.

Karakter akan terbentuk melalui pengulangan


aktivitas secara rutin hingga menjadi kebiasaan, yang
akhirnya menjadi bagian dari karakter seseorang.
Pembentukan karakter tidak dapat dipisahkan dari
keterampilan hidup. Keterampilan hidup berkaitan erat
dengan kemahiran, praktek, fasilitas, dan kebijaksanaan.
Proses pengembangan keterampilan dimulai dari tidak
sadar dan tidak kompeten, kemudian menjadi sadar dan
kompeten.

Penanaman karakter dilakukan dengan mengajarkan


nilai-nilai universal melalui penanaman kasih sayang
dalam keluarga untuk mencapai kematangan karakter.
Rasa rendah diri dapat menyebabkan seseorang
melakukan kekerasan terhadap dirinya sendiri dan

46
keluarganya. Pendidikan saat ini masih fokus pada
pengetahuan sains dan teknologi, namun seharusnya
pendidikan juga menghasilkan generasi dengan
kepribadian yang unggul dan menguasai ilmu
pengetahuan.

Penanaman dan pengembangan pendidikan karakter


di sekolah menjadi tanggung jawab bersama. Keluarga
memiliki peran penting dari masa kehamilan hingga
dewasa dan berkelanjutan. Lingkungan sekolah saat ini
memiliki peran yang besar dalam membentuk karakter
anak. Peran guru tidak hanya sebagai pendidik, tetapi
juga sebagai pembentuk karakter, moral, dan budaya
bagi siswa.

B. Prinsip Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter melibatkan semua tindakan


yang dilakukan oleh guru yang memiliki pengaruh
terhadap karakter peserta didik. Guru membantu
membentuk kepribadian peserta didik berdasarkan

47
prinsip-prinsip pendidikan karakter. Berikut ini adalah
prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan
pendidikan nilai atau karakter bangsa :

1. Nilai-nilai luhur budaya bangsa dapat diajarkan


atau diperkuat melalui pemikiran, perasaan,
imajinasi, hati nurani, dan aktivitas fisik yang
terkait dengan objek yang dipelajari yang
terintegrasi dengan materi pelajaran.
2. Proses perkembangan nilai-nilai/karakter
bangsa dilakukan melalui setiap mata pelajaran
dan dalam setiap kegiatan pembelajaran.
3. Pengembangan nilai-nilai karakter bangsa
merupakan proses yang berlangsung secara
terus-menerus sejak peserta didik memasuki
lembaga pendidikan.
4. Diskusi tentang contoh-contoh yang terkait
dengan objek yang dipelajari untuk mendorong
pemikiran, perasaan, hati nurani, dan aktivitas
fisik dalam memenuhi tuntutan sebagai hamba
Allah, anggota masyarakat dan bangsa, warga

48
negara, serta sebagai bagian dari lingkungan
tempat tinggal.
5. Program pengembangan diri melalui kegiatan
budaya sekolah yang rutin, keteladanan,
kegiatan spontan saat kejadian tertentu,
penyesuaian dan integrasi pendidikan nilai
karakter dengan materi pelajaran, serta mengacu
pada pengembangan kompetensi dasar setiap
mata pelajaran.

Pendidikan karakter di tingkat institusi mengarah


pada pembentukan budaya sekolah, yang meliputi nilai-
nilai yang menjadi dasar perilaku, tradisi, kebiasaan
sehari-hari, dan simbol-simbol yang diterapkan oleh
semua anggota sekolah dan masyarakat sekitarnya.
Budaya sekolah merupakan identitas khas, karakter, dan
citra sekolah tersebut di mata masyarakat umum.

C. Peran Pendidikan dalam Penanaman Karakter

49
Dalam era modern, para pendidik dihadapkan pada
tuntutan untuk mendidik anak-anak bangsa agar mampu
beradaptasi di tengah perubahan yang cepat, banyak
pilihan, dan kehidupan yang penuh tekanan. Selain itu,
para pendidik memiliki tanggung jawab moral untuk
mendorong mereka menjadi individu yang mampu
mencari makna dalam hidup dan memiliki dasar pada
nilai-nilai yang luhur, memiliki gambaran diri yang
kuat, dan memiliki ambisi yang bermanfaat bagi orang
lain selain diri sendiri.

Pendidik harus menghasilkan peserta didik yang


mandiri, yaitu mereka yang mampu membuat pilihan
berdasarkan nilai-nilai, memiliki gambaran diri yang
kuat, dan memiliki ambisi yang tepat.

Penanaman karakter dalam pendidikan memiliki


peran sebagai berikut :

1. Pembinaan watak, seperti kejujuran,


kecerdasan, kepedulian, dan ketangguhan,
merupakan tugas utama pendidik.

50
2. Mengubah kebiasaan buruk secara bertahap
sehingga akhirnya berubah menjadi kebiasaan
baik. Mengubah kebiasaan yang awalnya
menyenangkan tetapi buruk menjadi sesuatu
yang tidak disukai tetapi baik.
3. Karakter merupakan sifat yang tertanam dalam
jiwa seseorang, dan dengan karakter tersebut,
seseorang secara spontan dapat dengan mudah
menunjukkan sikap, tindakan, dan perilaku.
4. Karakter adalah sifat yang tercermin dalam
kemampuan alami seseorang untuk
menampilkan perilaku yang terpuji dan
mengandung kebajikan.

Penanaman nilai-nilai karakter tersebut dapat


diimplementasikan dan dijadikan budaya sekolah.
Proses yang efektif dalam membangun budaya sekolah
adalah melibatkan dan mengajak semua pihak atau
stakeholder untuk berkomitmen bersama. Keyakinan
utama sekolah harus difokuskan pada upaya
menyebarkan dan menanamkan keyakinan moral, nilai,
dan norma.

51
Ada banyak nilai yang dapat dan haruis dibanguin di
seikolah, seipeirti nilai keipeiduilian dan kreiativitas,
keijuijuiran, tangguing jawab, disiplin, keiseihatan,
keibeirsihan, dan saling peiduili antar seisama. Seikolah
dapat diibaratkan seibagai taman ataui ladang suibuir
teimpat meinanam dan meinuimbuihkan beinih-beinih nilai
teirseibuit.

Oleih kareina itui, keipala seikolah, guirui, dan karyawan


haruis fokuis pada uipaya peingorganisasian yang
meingarah pada harapan di atas.

D. Pendidikan Karakter di Era Digital

Di eira digital saat ini, jarang diteimuii anak-anak


yang beirmain deingan peirmainan tradisional. Peirmainan
tradisional meimiliki manfaat dalam meimbanguin rasa
peirsauidaraan dan keiakraban, seirta meiningkatkan
kreiativitas anak-anak. Namuin, anak-anak saat ini leibih

52
banyak teirhuibuing deingan teiknologi seipeirti gadgeit dan
peirmainan videio.

Meireika meinghabiskan waktui yang leibih banyak


deingan meidia. Rata-rata, anak-anak meinghabiskan 3
jam meinonton teileivisi di hari seikolah dan 7.4 jam pada
hari libuir, seirta rata-rata 2.1 jam beirmain inteirneit.

Dalam meingasuih anak dalam eira digital ataui


digital pareinting, ada beibeirapa hal yang dapat dilakuikan
oleih orang tuia, yaitui :

1. Meiningkatkan dan meingikuiti peirkeimbangan


teintang inteirneit dan gadgeit. Orang tuia peirlui
meimiliki peimahaman yang meimadai agar dapat
meingawasi anak-anak deingan baik dalam
peingguinaan teiknologi.
2. Jika di ruimah teirdapat inteirneit, teimpatkan
peirangkat di ruiang keiluiarga agar orang tuia
dapat meilihat aktivitas yang dilakuikan anak saat
meingakseis inteirneit.

53
3. Meimbatasi waktui peingguinaan gadgeit dan
inteirneit oleih anak. Meimbeirikan batasan waktui
yang wajar akan meimbantui meingatuir
peingguinaan teiknologi seicara seiimbang.
4. Meimbeirikan peimahaman dan keisadaran
beirsama keipada anak teintang dampak neigatif
yang muingkin ditimbuilkan oleih peingguinaan
inteirneit dan gadgeit. Meilaluii peimahaman ini,
anak dapat leibih bijak dalam meingguinakan
teiknologi dan meinghindari risiko yang muingkin
muincuil.
5. Meilakuikan larangan seicara teigas teirhadap
kontein yang tidak pantas uintuik ditonton seiceipat
muingkin.
6. Meimbanguin komuinikasi yang teirbuika dan
saling beirbicara deingan anak-anak.

Deingan meingimpleimeintasikan langkah-langkah di


atas, orang tuia dapat meinjalankan peiran meireika dalam
meindidik anak dalam eira digital dan meimbantui meireika
meingeimbangkan keiteirampilan digital yang seihat.

54
Anak-anak di eira digital saat ini teilah teirbiasa
deingan teiknologi yang canggih, seipeirti meingguinakan
Googlei uintuik meincari mateiri peimbeilajaran, namuin
peirmainan tradisional suidah kuirang diminati.
Karakteiristik Geineirasi Digital meilipuiti :

1. Geineirasi digital seicara masif meimbuiat akuin


meidia sosial uintuik meimbuiktikan keibeiradaan
meireika keipada duinia.
2. Geineirasi digital ceindeiruing leibih teirbuika, blak-
blakan, dan beirpikir leibih agreisif.
3. Geineirasi digital ingin meindapatkan keibeibasan,
tidak suika diatuir dan teirbatas. Meireika ingin
meingontrol dan inteirneit meimbeirikan keibeibasan
beireikspreisi.
4. Geineirasi digital seilalui meingakseis informasi
meilaluii meisin peincari seipeirti Googlei ataui
Yahoo. Keimampuian beilajar meireika leibih ceipat
kareina seigala informasi ada di uijuing jari
meireika.

55
Saat ini, seimuia eileimein masyarakat haruis aktif
beirpartisipasi dalam meingeimbangkan karakteir yang
baik uintuik geineirasi peineiruis bangsa, uintuik meiwariskan
karakteir yang meinceirminkan ideintitas bangsa yang
beirkarakteir. Seibagai peindidik, peinting uintuik meinjadi
teiladan dalam tindakan dan kata-kata, seihingga karakteir
peiseirta didik dapat teirpeingaruih seicara positif.

Peineirapan peindidikan karakteir meilibatkan orang


deiwasa di lingkuingan seikolah dan ruimah seibagai
panuitan. Peinting uintuik meimbanguin buidaya peindidikan
karakteir dan meimpeirkuiat peindidikan karakteir di
lingkuingan seikitar, teirmasuik peimeirintah.

Teiknologi digital meimiliki dampak positif dan


neigatif. Seibagai orang deiwasa, kita peirlui meimbimbing,
meingarahkan, dan meingawasi anak-anak agar meireika
leibih banyak meingambil manfaat positif dari teiknologi
digital ini. Dampak positif dari teiknologi digital haruis
dioptimalkan dan dimanfaatkan deingan bijak oleih
geineirasi muida.

56
Dampak positif teiknologi digital :
1. Meimpeirceipat dan meimuidahkan peinyampaian
informasi deingan ceipat, akuirat, dan teipat.
2. Meimbantui akseis muidah teirhadap informasi
barui kapanpuin dan dimanapuin.
3. Meidia sosial meimfasilitasi peirteimuian deingan
orang barui, meinghuibuingkan keimbali deingan
teiman lama, dan meimbeirikan peiluiang dalam
beirbisnis.
4. Meimpeirmuidah peincarian bahan peilajaran bagi
peiseirta didik.
5. Meinyeidiakan meidia hibuiran, seipeirti gamei
onlinei.
6. Meimuidahkan komuinikasi antar individui.

Namuin, ada juiga dampak neigatif dari teiknologi


digital, yaitui :

57
1. Meinuiruinkan tingkat inteiraksi langsuing dan
meingarahkan individui pada sikap
individuialistik.
2. Meiningkatkan teimpeiramein kareina keibiasaan
beirsosialisasi meilaluii meidia sosial, seihingga
meinganggap duinia luiar seibagai ancaman.
3. Peinyeibaran beirita tidak beirtangguing jawab,
teirmasuik beirita palsui (hoax) dan tindakan
peiruinduingan (buillying).
4. Meiningkatkan risiko keiseihatan mata, seipeirti
rabuin jauih ataui rabuin deikat.
5. Meinguirangi keimampuian uintuik meinikmati
momein hiduip kareina teirlalui fokuis pada
peingambilan foto ataui reikaman.
6. Radiasi dari peirangkat teiknologi beirpoteinsi
meimbahayakan keiseihatan otak anak.
7. Tingginya kasuis peinipuian meilaluii SMS,
teileipon, dan inteirneit.
8. Keimuidahan akseis teirhadap kontein pornografi.
9. Meingakibatkan anak luipa akan tuigas-tuigas
ruimah dan keiwajiban agama, seipeirti sholat dan
meingaji.

58
10. Anak reintan meinjadi sasaran keijahatan, seipeirti
peincuilikan dan peileiceihan seiksuial.

Beilakangan ini, teilah banyak beirita meingeinai


kasuis peiruinduingan (buillying) yang teirjadi di tingkat
seikolah dasar. Dampak dari peiruinduingan teirseibuit
adalah peilakui dari seikolah dasar dapat meilanjuitkan
peirilakui keikeirasan saat meilanjuitkan seikolah di tingkat
beirikuitnya. Dampak peiruinduingan teirhadap korban
adalah reindahnya harga diri, rasa mindeir, dan
keikuirangpeircayaan diri, seihingga ceindeiruing einggan
beirgauil deingan teiman-teiman seikeilas. Seimeintara itui,
teiman-teiman yang meinyaksikan peiruinduingan akan
meirasa teirancam dan takuit meinjadi korban beirikuitnya.

Meingakseis kontein videio yang beirsifat pornografi


sangat suilit uintuik dibatasi oleih peimeirintah, meingingat
situis-situis porno teilah teirseibar di beirbagai peinjuirui
inteirneit. Oleih kareina itui, peingawasan yang keitat
teirhadap anak saat meingguinakan ponseil sangat
dipeirluikan. Seibaiknya, anak-anak uisia seikolah dasar
tidak dibeirikan fasilitas seipeirti gadgeit agar meireika

59
dapat fokuis meinikmati masa kanak-kanak deingan
beirsosialisasi di alam dan duinia nyata.
Peineirapan peindidikan karakteir pada eira digital ini
meinjadi sangat peinting, seihingga geineirasi peineiruis
bangsa meimiliki moral yang baik. Geineirasi peineiruis
meiruipakan ceirminan kuialitas suiatui bangsa. Jika
geineirasi peineiruis teirseibuit meimiliki keicakapan kognitif
dan moral yang baik, maka bangsa teirseibuit akan
beirkuialitas puila. Oleih kareina itui, tangguing jawab
meinciptakan geineirasi yang beirakhlak baik dan beirmoral
beirada pada keiluiarga, seikolah, dan masyarakat.

E. Pengembangan Pendidikan Karakter pada


Pendidikan Formal dan Non-formal

Salah satui aspeik peindidikan karakteir adalah


peindidikan yang teirjadi baik dalam lingkuingan formal
mauipuin non-formal, di dalam instituisi peindidikan.
Instituisi peindidikan meinjadi sarana uintuik
meingeimbangkan dan meimbeintuik karakteir meilaluii

60
peindeikatan teirinteigrasi di seimuia mata peilajaran,
peingeimbangan buidaya instituisi peindidikan, keigiatan
kokuirikuileir dan eikstrakuirikuileir, seirta peimbiasaan
peirilakui dalam keihiduipan seihari-hari di lingkuingan
instituisi peindidikan.

Oleih kareina itui, peindidikan karakteir tidak hanya


teirbatas pada peimbeirian mateiri karakteir dalam satui
mata peilajaran khuisuis, teitapi haruis meinjadi strateigi
peimbeilajaran yang teirinteigrasi seicara meinyeiluiruih
dalam kuirikuiluim seikolah. Seipeirti yang dijeilaskan oleih
Baeidowi (2012:161), peindidikan karakteir peirlui
dimasuikkan dalam keirangka buidaya seikolah (buidaya
sosial) kareina leibih banyak dipeingaruihi oleih keisadaran
seiluiruih komuinitas seikolah dalam beintuik kuirikuiluim
teirsirat.

Peindidikan karakteir yang diimpleimeintasikan di


instituisi peindidikan dilakuikan meilaluii beibeirapa
langkah, yaitui :

61
1. Meilaluii sosialisasi keipada peimangkui
keipeintingan instituisi peindidikan seipeirti
masyarakat, komitei seikolah, dan leimbaga
teirkait.
2. Meilaluii peingeimbangan keigiatan seikolah yang
meincakuip beirbagai keigiatan yang meinduikuing
peimbeintuikan karakteir.
3. Peindeikatan peimbeilajaran dilakuikan meilaluii
meitodei peimbeilajaran aktif seipeirti peindeikatan
konteikstuial, peimbeilajaran koopeiratif,
peimbeilajaran beirbasis masalah, peimbeilajaran
beirbasis proyeik, peimbeilajaran peilayanan,
peimbeilajaran beirbasis keirja, dan ICAREi
(Introduiction, Conneiction, Application,
Reifleiction, Eixteinsion).
4. Peingeimbangan buidaya di seikolah dan puisat
keigiatan beilajar dilakuikan meilaluii ruitinitas
seipeirti uipacara, pikeit keilas, salat beirjamaah,
beirdoa seibeiluim dan seiteilah peilajaran, seirta
meimbeirikan salam keipada guirui, peindidik, dan
teiman.

62
Peingeimbangan buidaya juiga dapat dilakuikan
meilaluii keigiatan sosial seipeirti meinggalang suimbangan
uintuik beincana ataui masyarakat yang meimbuituihkan.
Seilain itui, peingeimbangan buidaya juiga teirjadi meilaluii
keiteiladanan, di mana peindidik dan staf peindidikan
meimbeirikan contoh meilaluii tindakan-tindakan baik
seihingga diharapkan meinjadi teiladan bagi peiseirta didik.

Peingeimbangan buidaya juiga meilibatkan


peingkondisian, yaitui meinciptakan kondisi yang
meinduikuing peineirapan peindidikan karakteir, seipeirti
meinjaga keibeirsihan tuibuih dan pakaian, keibeirsihan
toileit, meinyeidiakan teimpat sampah, meimiliki halaman
yang hijaui deingan pohon-pohon, seirta meinampilkan
posteir kata-kata bijak baik di seikolah mauipuin di dalam
keilas.

F. Peluang

Abad kei-21 meimbuituihkan sisteim peindidikan yang


meingeideipankan keiteirampilan dan kompeiteinsi uintuik

63
masa deipan, teirmasuik kreiativitas, peimikiran kritis,
kolaborasi, dan komuinikasi. Teiknologi digital
meimbeirikan peiluiang yang beiluim peirnah ada
seibeiluimnya uintuik meiningkatkan, meimpeirkaya, dan
meinguibah peindidikan guina meinghadapi tantangan barui
ini.

Teiknologi informasi dan komuinikasi (TIK)


meinjadi alat uitama dalam meimfasilitasi akseis
peindidikan yang adil dan inkluisif, meingatasi peirbeidaan
peimbeilajaran, meimbuika peirspeiktif barui bagi guirui dan
profeisi meireika, meiningkatkan kuialitas dan makna
peimbeilajaran, seirta meiningkatkan administrasi
peindidikan dan peimeirintahan.

Peimbeilajaran karakteir seicara digital meimbeirikan


kontribuisi yang signifikan dalam meincapai kompeiteinsi
yang diteitapkan. Namuin, masih teirdapat
keisalahpahaman di kalangan guirui teintang peimbeilajaran
digital. Seiringkali, peimbeilajaran karakteir seicara digital
diartikan hanya seibagai peingguinaan alat-alat digital
dalam proseis peimbeilajaran.

64
BAB IV
Tantangan dan Peluang Era Digital Menghadapi
Perubahan Dengan Bijaksana

A. Definisi Tantangan Era Digital


Tantangan Era Digital merujuk pada serangkaian
kompleksitas serta perubahan yang terjadi di era digital,
di mana teknologi gosip serta komunikasi memainkan
peran sentral. Era digital ini ditandai menggunakan
adopsi yg luas berasal teknologi digital, seperti internet,
komputer, perangkat mobile, serta platform digital
lainnya. Tantangan ini mencakup berbagai aspek
kehidupan insan, termasuk bidang usaha, pendidikan,
sosial, budaya, serta politik.
Era digital mengacu pada periode ketika pada mana
teknologi info serta komunikasi (TIK) sudah sebagai
faktor lebih banyak didominasi pada kehidupan insan.
Ini merupakan era di mana penggunaan teknologi
digital, internet, perangkat mobile, serta aplikasi digital
telah merasuki hampir semua aspek kehidupan,
termasuk bisnis, pendidikan, komunikasi, hiburan, dan
lainnya. Era digital ditandai oleh akses simpel terhadap

65
informasi, konektivitas global, dan perubahan pada cara
orang berinteraksi, bekerja, serta menjalani kehidupan
sehari-hari.
 Perkembangan Teknologi Informasi Serta
Komunikasi
1. Perkembangan teknologi isu serta komunikasi
adalah katalisator utama di kembali era digital.
Beberapa poin yg menyebutkan hal ini meliputi:
2. Internet: Internet telah sebagai infrastruktur
utama pada era digital. Ini menghubungkan
miliaran perangkat dan pengguna pada seluruh
global, memungkinkan akses ke gosip,
komunikasi real-time, perdagangan elektronik,
dan lainnya.
3. Perangkat Mobile: Kemajuan dalam perangkat
mobile, seperti smartphone serta tablet, sudah
memungkinkan akses internet yg simpel serta
portabilitas yg tinggi. Perangkat ini menjadi
wahana utama bagi orang buat berkomunikasi,
mengakses software, dan mengelola kehidupan
digital mereka.

66
4. perangkat lunak Digital: Perkembangan aplikasi
digital, baik untuk perangkat mobile juga
personal komputer, telah membuka berbagai
kemungkinan pada hal komunikasi, hiburan,
usaha, serta produktivitas. software ini meliputi
media umum, software messaging, permainan
mobile, perangkat lunak usaha, dan poly lagi.

 Akibat Era Digital Pada Rakyat


Era digital memiliki akibat yang signifikan di warga
pada aneka macam bidang. Beberapa poin yg
menjelaskan hal ini meliputi:
1. Komunikasi dan Keterhubungan: Era digital
telah mengganti cara orang berkomunikasi.
Melalui media sosial, pesan instan, dan
panggilan video, orang bisa terhubung dengan
orang lain di semua dunia pada saat konkret.
Hal ini telah mengganti pola interaksi sosial dan
memperluas jaringan korelasi manusia.
2. Transformasi bisnis: Era digital telah membarui
paradigma usaha menggunakan mendorong
adopsi teknologi digital pada proses usaha,

67
pemasaran, dan layanan pelanggan. Hal ini
membuka peluang baru dalam hal e-commerce,
startup teknologi, serta contoh bisnis yg
berbasis data.
3. Akses info dan Pendidikan: Era digital sudah
membuka akses yang luas terhadap berita serta
asal belajar melalui internet. Ini memungkinkan
orang untuk memperoleh pengetahuan baru,
menaikkan keterampilan, serta mengakses
pendidikan jeda jauh.
4. Perubahan pada Industri serta Pekerjaan:
Perkembangan teknologi dalam era digital
sudah mempengaruhi banyak sekali industri,
mengubah cara pekerjaan dilakukan. Beberapa
pekerjaan tradisional digantikan sang
otomatisasi dan kecerdasan buatan, sementara
pekerjaan baru yang terkait dengan teknologi
digital ada.
5. efek Media dan Hiburan: Era digital sudah
membarui cara media serta hiburan dikonsumsi.
Orang bisa mengakses berbagai konten digital,
seperti film, musik, dan isu, melalui platform

68
streaming dan media sosial. Ini juga
memungkinkan pengguna untuk sebagai
penghasil konten mereka sendiri melalui blog,
vlog, serta media umum.
menggunakan pemahaman konsep era digital, kita dapat
mengenali dan menghadapi tantangan dan
memanfaatkan peluang yang muncul dalam global yg
semakin terhubung secara digital.

B. TANTANGAN DALAM ERA DIGITAL


1. Perubahan Kerangka Berfikir Bisnis
Tantangan pada era digital terkait perubahan
paradigma bisnis meliputi transformasi mendasar dalam
cara usaha dijalankan. Dulu, usaha lebih cenderung
bersifat lokal, menggunakan fokus pada penjualan fisik
dan hubungan tatap muka. tetapi, menggunakan adanya
teknologi digital, bisnis menjadi lebih global serta
berbasis online. Beberapa tantangan yang timbul
meliputi:
1. Persaingan yg ketat: Era digital membuka pintu
bagi usaha baru dan memperluas pasar secara

69
dunia. Hal ini menaikkan persaingan pada pasar
yang telah padat.
2. Perubahan perilaku konsumen: Konsumen
sekarang mempunyai akses tidak terbatas ke
gosip serta opsi belanja. Mereka lebih cerdas,
kritis, dan selektif dalam memilih produk atau
layanan.
3. Pengembangan contoh bisnis baru: usaha wajib
mengikuti keadaan dengan contoh usaha baru,
seperti e-commerce, platform membuatkan, atau
bisnis berbasis langganan, buat permanen
relevan dalam era digital.

2. Kesenjangan Digital
Kesenjangan digital mengacu di divisi antara mereka
yang mempunyai akses dan kemampuan buat
menggunakan teknologi digital dengan baik dan mereka
yang tidak memiliki akses atau keterampilan digital
yang relatif. Tantangan yang ada terkait kesenjangan
digital mencakup:
1. Akses terbatas: Beberapa komunitas atau
wilayah masih mempunyai akses terbatas

70
terhadap infrastruktur teknologi, mirip internet
yg cepat dan terjangkau.
2. Keterampilan digital yang rendah: tidak semua
orang mempunyai keterampilan digital yg
diperlukan buat memanfaatkan teknologi secara
optimal. Kesenjangan keterampilan ini bisa
memperburuk kesenjangan digital.
3. Ketimpangan sosial-ekonomi: Orang-orang
menggunakan taraf pendapatan yang lebih
rendah cenderung mempunyai akses terbatas
terhadap teknologi digital, memperdalam
kesenjangan sosial-ekonomi.

3. Keamanan Serta Privasi Data


Dalam era digital, keamanan dan privasi data menjadi
isu krusial. Tantangan terkait keamanan serta privasi
data meliputi:
Ancaman siber: dengan meningkatnya ketergantungan
di teknologi digital, serangan siber seperti peretasan,
pencurian data, dan agresi malware menjadi semakin
acapkali terjadi.

71
Penggunaan data eksklusif: poly perusahaan
mengumpulkan dan memakai data pribadi pengguna
buat banyak sekali kepentingan. Hal ini menimbulkan
risiko penyalahgunaan data dan pelanggaran privasi.
Ketidaksesuaian aturan dan regulasi: Tantangan hukum
dan regulasi yg berkaitan dengan perlindungan data dan
privasi mensugesti kemampuan organisasi buat
mematuhi hukum yg berlaku.

4. Perubahan Pola Komunikasi serta Interaksi Sosial


Era digital telah membarui cara kita berkomunikasi dan
berinteraksi sosial. Tantangan yg timbul dalam hal ini
meliputi:
1. Kurangnya komunikasi langsung:
Perkembangan teknologi komunikasi digital,
seperti media umum, dapat mengurangi
interaksi tatap muka serta menghipnotis kualitas
komunikasi.
2. Penyebaran isu palsu: dalam era digital,
penyebaran isu palsu atau hoaks bisa
menggunakan praktis dan cepat menyebar
melalui media sosial serta platform digital

72
lainnya, mengancam kebenaran dan agama
publik.
3. Kurangnya keterlibatan sosial: Meskipun
teknologi digital memungkinkan kita terhubung
menggunakan orang-orang di seluruh dunia,
tetapi dapat mengurangi taraf keterlibatan sosial
dan kehidupan nyata.

5. Perubahan Dalam Dunia Pendidikan dan Pelatihan


Era digital juga membawa perubahan dalam dunia
pendidikan serta pembinaan. Tantangan yang muncul
pada konteks ini mencakup:
1. Kesenjangan akses pendidikan: siswa atau
mahasiswa yang tidak mempunyai akses
terhadap teknologi atau internet yg memadai
mungkin mengalami kesulitan pada mengakses
pembelajaran online.
2. Perubahan paradigma pembelajaran:
Pembelajaran digital membutuhkan
keterampilan dan pendekatan pembelajaran yg
tidak sinkron berasal model tradisional.
pengajar serta pengajar wajib beradaptasi

73
menggunakan cepat buat memenuhi kebutuhan
pendidikan yang berubah.
3. Kurva pembelajaran yg curam: Bagi mereka
yang belum terbiasa menggunakan teknologi,
transisi ke pembelajaran digital dapat sebagai
tantangan dan memerlukan saat buat
menyesuaikan diri menggunakan perubahan ini.
4. penting untuk menyadari tantangan ini serta
menyebarkan strategi yang tepat buat mengatasi
mereka supaya dapat menghadapi era digital
dengan bijaksana serta memanfaatkan peluang
yang ada.

C. Peluang dalam Era Digital


 Akses info yang luas
Era digital memberikan peluang buat akses info yg luas
dan mudah. Beberapa poin yg menyebutkan peluang ini
meliputi:
1. Internet menjadi sumber berita: menggunakan
internet, seseorang bisa mengakses berbagai
asal isu asal semua global hanya dengan
beberapa klik. Ini memungkinkan orang untuk

74
memperoleh pengetahuan baru, mengakses
gosip terbaru, serta melakukan riset pada
berbagai bidang.
2. E-learning serta pembelajaran jeda jauh: Era
digital sudah melahirkan platform pembelajaran
online yg memungkinkan akses ke kursus serta
training dari institusi terkemuka di semua dunia.
Ini menyampaikan kesempatan untuk
menaikkan keterampilan serta pengetahuan
tanpa batasan geografis.
3. Sosial media menjadi asal berita: Sosial media
memungkinkan orang untuk mengembangkan
serta mengakses isu dengan cepat. Ini membuka
peluang untuk memperoleh berita terkini, tren,
serta opini berasal aneka macam sumber.

 Inovasi serta Kreativitas Tanpa Batas


Era digital memberikan platform buat penemuan dan
kreativitas tanpa batas. Beberapa poin yg
mengungkapkan peluang ini meliputi:
1. Digitalisasi serta teknologi baru: Teknologi
digital memungkinkan pengembangan solusi

75
baru dan produk inovatif. contohnya, teknologi
mirip kecerdasan buatan (AI), Internet of
Things (IoT), serta empiris virtual (VR)
membuka peluang baru pada berbagai industri.
2. kerja sama dunia: Era digital memungkinkan
kerja sama serta pertukaran wangsit dengan
profesional serta inovator asal seluruh global.
Platform kerja sama online dan jaringan
profesional memfasilitasi pertukaran
pengetahuan serta pengalaman.
3. Pemasaran dan ekspresi kreatif: media umum
dan platform online lainnya memungkinkan
individu dan perusahaan buat mengungkapkan
kreativitas mereka, mempromosikan produk
atau layanan, dan mencapai audiens yang lebih
luas.

 Efisiensi dan produktivitas yang meningkat


Teknologi digital membuka peluang buat mempertinggi
efisiensi serta produktivitas pada banyak sekali aspek
kehidupan. Beberapa poin yang mengungkapkan
peluang ini mencakup:

76
1. Automatisasi serta indera digital: Teknologi
digital memungkinkan otomatisasi tugas-tugas
rutin, menaikkan efisiensi operasional dan
berhemat ketika. contohnya, penggunaan
perangkat lunak manajemen proyek atau sistem
manajemen inventaris bisa menaikkan
produktivitas usaha.
2. kolaborasi tim yg efisien: indera kerja sama
online memungkinkan tim bekerja bersama
secara efisien, meskipun berada di lokasi yg
tidak sama. Ini mempertinggi produktivitas,
mengurangi porto bepergian, dan memfasilitasi
kerja sama global.
3. Cloud computing dan penyimpanan data:
menggunakan cloud computing dan
penyimpanan data online memungkinkan akses
yang mudah dan safety ke informasi serta file
penting berasal mana saja. Ini mengoptimalkan
produktivitas dengan memfasilitasi kerja jeda
jauh serta kolaborasi tim.
4. Pengembangan Karir serta Kewirausahaan: Era
digital membuka peluang pengembangan karir

77
serta kewirausahaan yang signifikan. Beberapa
poin yang menyebutkan peluang ini mencakup:
5. Pekerjaan fleksibel dan jarak jauh: Teknologi
digital memungkinkan orang untuk bekerja
secara fleksibel dan jeda jauh. Ini memberikan
kesempatan buat mencari pekerjaan yang lebih
sesuai dengan minat serta kebutuhan individu,
serta menaikkan ekuilibrium kerja-hidup.
6. Pekerjaan berdikari serta kewirausahaan: Era
digital memberikan akses ke platform serta
pasar online yang memungkinkan individu
memulai usaha mereka sendiri atau
menjalankan usaha berdikari. Ini
menyampaikan kebebasan buat
mengekspresikan inspirasi kreatif serta
berinovasi.
7. Pembelajaran sepanjang hayat: Teknologi
digital memungkinkan akses ke kursus online,
training, dan sumber belajar. Ini memungkinkan
pengembangan keterampilan serta pengetahuan
sepanjang hayat, menaikkan peluang karir serta
kewirausahaan.

78
 Peningkatan kualitas hidup
Era digital jua menyampaikan peluang buat menaikkan
kualitas hayati. Beberapa poin yang menjelaskan
peluang ini mencakup:
1. Kesehatan digital: Perkembangan teknologi
digital pada bidang kesehatan, mirip
telemedicine serta perangkat kesehatan pintar,
memungkinkan akses yang lebih praktis dan
terjangkau ke layanan kesehatan, pemantauan
kondisi kesehatan, serta perawatan jeda jauh.
2. Hiburan dan gaya hayati digital: Era digital
menyediakan akses ke aneka macam hiburan
dan konten digital, termasuk streaming musik
dan video, permainan online, dan platform
media umum. Ini mempertinggi kemampuan
buat bersantai, menghibur diri, dan terhubung
dengan orang lain.
3. Pelayanan publik dan partisipasi: Teknologi
digital memungkinkan partisipasi aktif dalam

79
pelayanan publik, termasuk pemerintahan
elektronik, voting online, serta keterlibatan pada
komunitas daring. Ini membuka peluang buat
mensugesti perubahan sosial dan mempertinggi
kualitas hayati warga .
4. dalam era digital, krusial buat mengenali
peluang ini dan merogoh kegunaannya
menggunakan bijaksana buat menaikkan
kehidupan eksklusif, profesional, serta sosial.

D. Menghadapi Perubahan Dengan Bijaksana


 Pendidikan serta keterampilan digital
Buat menghadapi perubahan menggunakan bijaksana
dalam era digital, pendidikan serta pengembangan
keterampilan digital sangat krusial. Beberapa poin yg
menjelaskan hal ini mencakup:
1. Pendidikan digital: Pendidikan harus
mengintegrasikan komponen digital dalam
kurikulum buat mempersiapkan peserta didik
menggunakan keterampilan yg diperlukan
dalam era digital, seperti literasi digital,

80
pemrograman, dan pemahaman wacana
teknologi berita.
2. training dan pengembangan keterampilan:
pelatihan dan pengembangan keterampilan
digital wajib sebagai prioritas buat karyawan
serta individu yg ingin sukses pada global kerja.
Ini meliputi training tentang penggunaan alat
dan software digital, dan pengembangan
keterampilan seperti pemecahan problem,
kreativitas, serta kerja sama.

 Pencerahan akan kesenjangan digital


buat menghadapi perubahan menggunakan bijaksana,
krusial buat mempunyai pencerahan akan kesenjangan
digital serta upaya buat menguranginya. Beberapa poin
yg menyebutkan hal ini mencakup:
1. Akses yg inklusif: Upaya harus dilakukan buat
memastikan akses yang adil serta inklusif
terhadap teknologi digital, terutama bagi
mereka yg berada di wilayah terpencil atau
warga yang kurang mampu.

81
2. acara pemberdayaan digital: program
pemberdayaan digital, seperti pembinaan
keterampilan digital, akses ke perangkat keras
serta jaringan internet, dan program literasi
digital, bisa membantu mengurangi kesenjangan
digital.
3. kolaborasi antara sektor publik serta swasta:
Kerjasama antara pemerintah, forum
pendidikan, serta sektor partikelir diperlukan
buat mengatasi kesenjangan digital dengan
menyediakan sumber daya dan infrastruktur yg
diperlukan.

 Mengelola keamanan serta privasi data


Dalam menghadapi perubahan menggunakan bijaksana,
penting buat mengelola keamanan serta privasi data
menggunakan hati-hati. Beberapa poin yg menjelaskan
hal ini mencakup:
1. Pemahaman ihwal keamanan data: Individu dan
organisasi perlu mempunyai pemahaman yg
baik ihwal praktik keamanan data, seperti

82
penggunaan istilah sandi yg kuat, enkripsi data,
dan proteksi terhadap serangan siber.
2. Kebijakan privasi yg jelas: Organisasi wajib
memiliki kebijakan privasi yg jelas serta
transparan wacana bagaimana data pengguna
dikumpulkan, digunakan, serta disimpan.
3. kesadaran pengguna: Pengguna wajib
diberdayakan dengan pemahaman tentang
privasi dan cara melindungi data eksklusif
mereka sendiri. Ini melibatkan penggunaan yg
bijaksana pada menyebarkan gosip pribadi serta
menyadari risiko yg terkait dengan penggunaan
teknologi.

 Etika dan tanggung jawab dalam menggunakan


teknologi
Dalam menghadapi perubahan menggunakan bijaksana,
krusial buat memakai teknologi dengan etika serta
bertanggung jawab. Beberapa poin yang
mengungkapkan hal ini mencakup:
1. Pencerahan etika digital: Individu serta
organisasi wajib mempunyai pemahaman ihwal

83
konsekuensi etis dari penggunaan teknologi,
termasuk penggunaan data pengguna, dampak
media umum, dan pengembangan teknologi
yang sinkron menggunakan nilai-nilai insan.
2. Pertimbangan dampak sosial: pada
pengembangan serta penerapan teknologi,
penting buat mempertimbangkan dampak
sosialnya serta meminimalkan dampak negatif
yg mungkin timbul, mirip pengangguran atau
ketimpangan sosial.
3. Tanggung jawab korporat: Perusahaan dan
organisasi harus mengadopsi praktik usaha yg
bertanggung jawab secara sosial, termasuk
proteksi privasi pengguna, keberlanjutan
lingkungan, dan penanganan yang tepat
terhadap data pengguna.

84
BAB V
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM ERA
DIGITAL – Membangun Kesadaran Kebangsaan
dan Toleransi Dalam Konteks Global

Pendidikan multikultular adalah pendekatan


pendidikan terkait dengan bagaimana seseorang dapat
hidup dengan rasa hormat, tulus, toleran, serta dapat
menghargai pluraliitas dan heterogenitasnya terhadap
keanekaragaman budaya, etnis, suku, dan kepercayaan
(agama). Pendidikan multikulturar dalam era digital
akan mengganbungkan aspek mulkulturalsme dengan
teknologi digital dalam proses pembelajaran.
Dalam era digital, teknologi memainkan peran
penting dalam Pendidikan multikulturar. Berikut adalah
beberapa cara dimana Pendidikan multikulturar dapat
diimplementasikan dalam era digital:
1. Akses ke konten multikulturar
Melalui internet dan platform digital, siswa
dapat mengakses berbagai jenis konten yang
mewakili beragam budaya dan perspektif. Materi

85
pembelajaran dapat mencakup buku teks digital,
video, audio, dan sumber daya online lainnya.
2. Kolaborasi lintas budaya
Teknologi digital memungkinkan siswa dari
berbagai latar belakang budaya untuk
berkomunikasi dan berkolaborasi secara online.
Mereka dapat bekerja sama dalam proyek-proyek
kelompok yang melibatkan pertukaran ide,
pemecahan masalah, dan penghargaan terhadap
perbedaan mereka.
3. Ruang pembelajaran virtual
Platform pembelajaran jarak jauh dan kelas
virtual memungkinkan siswa dari berbagai wilayah
geografis untuk belajar bersama. Ini memberi
mereka kesempatan untuk berinteraksi dengan siswa
dari latar belakang budaya yang berbeda dan
memahami perspektif-perspektif yang berbeda.
4. Penggunaan media digital untuk mempromosikan
kesadaran multikulturar
Platform media sosial dapat digunakan sebagai
alat untuk berbagi pengalaman dan memperluas
jaringan antara siswa dari berbagai latar belakang

86
budaya. Ini memungkinkan mereka untuk
berinteraksi dengan orang-orang dari budaya yang
berbeda dan memperdalam pemahaman mereka
tentang kehidupan sehari-hari di masyarakat yang
beragam.
5. Penggunaan platform media social
Platform media sosial dapat digunakan sebagai
alat untuk berbagi pengalaman dan memperluas
jaringan antara siswa dari berbagai latar belakang
budaya. Ini memungkinkan mereka untuk
berinteraksi dengan orang-orang dari budaya yang
berbeda dan memperdalam pemahaman mereka
tentang kehidupan sehari-hari di masyarakat yang
beragam.
6. Pelatihan guru multikulturar melalui sumber daya
online
Guru dapat mengambil keuntungan dari sumber
daya online yang tersedia untuk mendapatkan
pelatihan dan dukungan dalam mengembangkan
pendekatan multikultural dalam pembelajaran.
Mereka dapat mengikuti kursus online, webinar, dan
sumber daya pembelajaran mandiri lainnya yang

87
dirancang untuk meningkatkan pemahaman mereka
tentang pendidikan multikultural.

Pendidikan multikulturar dalam era digital bertujuan


untuk mempersiapkan siswa untuk hidup dan bekerja
dalam masyarakat yang semakin terhubung secara
global. Dengan memanfaatkan teknologi digital,
Pendidikan multikulturar dapat menjadi lebih mudah
diakses, menyenangkan, dan relevan bagi siswa dari
berbagai latar belakang budaya.
Pendidikan multikulturar juga mengacu pada sikap
toleransi dalam rangkupan global. Toleransi dalam
konteks global sendiri mengacu pada sikap, nilai, dan
praktek yang menghormati dan mengakui keragaman
budaya, agama, bahasa dan latar belakang etnis. Hal ini
tentunya melibatkan penghargaan terhadap perbedaan
dan keberagaman manusia serta kemampuan untuk
hidup berdampingan secara damai dengan orang-orang
yang memiliki keyakinan dan nilai-nilai yang berbeda.
Berikut adalah beberapa aspek penting dari toleransi
dalam konteks global:

88
1. Penghormatan terhadap kebebasan berpikir dan
berekspresi
Toleransi global melibatkan penghormatan
terhadap hak setiap individu untuk berpikir,
percaya, dan menyatakan pendapat sesuai dengan
keyakinan mereka, tanpa diskriminasi atau
penindasan. Ini termasuk menghormati kebebasan
beragama, kebebasan berbicara, dan kebebasan
berpendapat.
2. Pengakuan terhadap keberagaman budaya dan
agama
Toleransi global mendorong penghargaan
terhadap keberagaman budaya dan agama di seluruh
dunia. Ini melibatkan mengakui dan menghormati
praktik budaya, tradisi, bahasa, dan agama yang
berbeda sebagai bagian dari warisan manusia yang
kaya.
3. Dialog dan pemahaman saling
Toleransi global mendorong dialog terbuka dan
konstruktif antara individu dan komunitas yang
berbeda. Melalui dialog ini, kita dapat membangun
pemahaman saling, mengurangi stereotip dan

89
prasangka, serta memperdalam penghargaan
terhadap keberagaman manusia.
4. Keadilan sosial dan kesetaraan
Toleransi global juga berhubungan dengan
keadilan sosial dan kesetaraan di seluruh dunia. Ini
melibatkan penghormatan terhadap hak asasi
manusia, penolakan terhadap diskriminasi, dan
penindasan berdasarkan ras, agama, gender,
orientasi seksual, atau latar belakang etnis.
5. Kerjasama global
Toleransi global mendorong kerjasama dan
kemitraan antara negara-negara, organisasi
internasional, dan individu di seluruh dunia. Ini
termasuk bekerja sama dalam memecahkan masalah
global seperti kemiskinan, perubahan iklim, konflik,
dan isu-isu kemanusiaan lainnya.

Toleransi dalam konteks global adalah prasyarat


penting bagi perdamaian, stabilitas, dan pembangunan
berkelanjutan di dunia yang semakin terhubung. Dengan
menghormati keberagaman, mempromosikan dialog
saling pengertian, dan bekerja sama secara global, kita

90
dapat menciptakan masyarakat yang lebih inklusif, adil,
dan harmonis bagi semua orang.
A. Konsep Pendidikan Multikultural dan
Implemenstasinya Dalam Era Digital

Konsep pendidikan multikultural melibatkan


pengintegrasian pemahaman dan penghargaan terhadap
keragaman budaya, agama, bahasa, dan latar belakang
etnis dalam proses pembelajaran. Tujuannya adalah
untuk mempromosikan inklusi, kesetaraan,
penghormatan, dan pemahaman saling di antara siswa
dari berbagai latar belakang budaya.

Implementasi pendidikan multikultural dalam era


digital melibatkan penggunaan teknologi digital untuk
memperkaya pengalaman pembelajaran siswa dan
memfasilitasi interaksi antara siswa dari berbagai latar
belakang budaya. Berikut adalah beberapa cara
implementasi pendidikan multikultural dalam era
digital:
1. Konten digital yang mewakili keragaman

91
Guru dapat menggunakan sumber daya digital
seperti buku teks digital, video, audio, dan situs web
yang menyajikan konten yang mencakup berbagai
latar belakang budaya. Ini memberikan kesempatan
kepada siswa untuk belajar tentang budaya, sejarah,
tradisi, dan perspektif yang berbeda.
2. Kolaborasi online
Teknologi digital memungkinkan siswa dari
berbagai latar belakang budaya untuk berkolaborasi
secara online dalam proyek-proyek kelompok.
Mereka dapat berbagi ide, pengalaman, dan
pengetahuan mereka, serta membangun pemahaman
saling tentang perbedaan budaya.
3. Koneksi lintas budaya melalui video konferensi
Platform video konferensi memungkinkan siswa
dari berbagai negara dan budaya untuk
berkomunikasi dan berinteraksi langsung. Guru
dapat mengatur sesi pertukaran budaya di mana
siswa dapat berbagi tentang kehidupan sehari-hari
mereka, tradisi, atau bahkan bahasa mereka.
4. Platform media sosial dan blog

92
Guru dan siswa dapat menggunakan platform
media sosial dan blog untuk berbagi pengalaman,
mempromosikan kesadaran multikultural, dan
memperluas jaringan dengan siswa dari berbagai
latar belakang budaya di seluruh dunia.
5. Penggunaan aplikasi dan permainan Pendidikan
Aplikasi dan permainan pendidikan interaktif
dapat dirancang untuk memperkenalkan siswa pada
budaya, bahasa, dan tradisi yang berbeda. Ini dapat
memberikan pengalaman belajar yang
menyenangkan dan mendalam tentang keragaman
budaya.
6. Kursus online dan sumber daya pembelajaran
mandiri
Ada banyak kursus online dan sumber daya
pembelajaran mandiri yang tersedia yang menyoroti
aspek-aspek multikulturalisme. Guru dapat
memanfaatkan sumber daya ini untuk meningkatkan
pemahaman mereka tentang pendidikan
multikultural dan mengembangkan strategi
pembelajaran yang sesuai.

93
Implementasi pendidikan multikultural dalam era
digital memungkinkan siswa untuk mengakses dan
berinteraksi dengan keragaman budaya di seluruh dunia.
Ini membantu mereka mengembangkan pemahaman
yang lebih luas, menghargai perbedaan, dan
membangun keterampilan antarbudaya yang penting
dalam masyarakat global yang semakin terhubung.

B. Memperkuat Kesadaran Kebangsaan Dalam


Pendidikan Multikultural Berbasis Pancasila

Kesadaran dan toleransi dalam kehidupan sehari-


hari masyarakat tentunya perlu dikembangkan.
Mengingat di zaman sekarang, perpecahan akibat adu
domba oleh pihak lain sangat sering terjadi di berbagai
wilayah kesatuan. Dengan hal ini, parlulah masyarakat
meningkatkan rasa kesatuan dan persatuan guna
menjaga hal tersebut tetap utuh dan kuat agar tidak
mudah di adu domba oleh pihak manapun.

Untuk memperkuat kesadaran kebangsaan dan


toleransi dalam pendidikan mulikultural berbasis

94
Pancasila, ada beberapa langkah yang dapat dilakukakn,
yakni:
- Pendidikan nilai-nilai Pancasila
Memasukkan nilai-nilai Pancasila sebagai
bagian integral dari kurikulum pendidikan
multikultural. Melalui pembelajaran tentang
Pancasila, siswa dapat memahami prinsip-prinsip
dasar seperti persatuan, keragaman, keadilan,
demokrasi, dan kemanusiaan.
- Pembelajaran tentang keberagaman budaya
Indonesia
Membangun pemahaman yang mendalam
tentang beragam budaya, tradisi, agama, dan bahasa
di Indonesia. Hal ini dapat mencakup penelitian,
pengamatan, dan presentasi siswa tentang berbagai
aspek budaya yang ada di masyarakat Indonesia.
- Mendorong dialog antarbudaya
Menciptakan ruang dan kesempatan untuk
dialog antarbudaya di kelas. Siswa dari berbagai
latar belakang budaya dapat berbagi pengalaman,
pemikiran, dan perspektif mereka, sambil

95
menghargai perbedaan dan mencari titik persamaan
di antara mereka.
- Pelibatan komunitas
Mengundang perwakilan dari berbagai
komunitas budaya, agama, dan etnis untuk berbicara
kepada siswa tentang pengalaman mereka dan
memberikan wawasan yang lebih dalam tentang
keragaman di Indonesia. Ini juga dapat melibatkan
kunjungan ke tempat-tempat ibadah, situs budaya,
atau komunitas lokal untuk meningkatkan
pemahaman siswa.
- Proyek kolaboratif
Mengorganisir proyek kolaboratif yang
melibatkan siswa dari berbagai latar belakang
budaya. Proyek ini dapat melibatkan penelitian,
presentasi, atau pembuatan karya seni yang
mencerminkan keberagaman budaya Indonesia dan
nilai-nilai Pancasila.
- Penggunaan teknologi untuk pembelajaran
multicultural
Memanfaatkan teknologi digital untuk
mengakses sumber daya yang beragam dan

96
mempromosikan kesadaran kebangsaan dan
toleransi. Misalnya, menggunakan video, situs web,
atau platform media sosial untuk berbagi cerita,
musik, dan tarian tradisional dari berbagai suku di
Indonesia.

- Pelatihan guru
Memberikan pelatihan kepada guru tentang
pendidikan multikultural dan penerapan nilai-nilai
Pancasila dalam pembelajaran mereka. Ini dapat
membantu guru mengembangkan pendekatan yang
inklusif, menghormati keberagaman, dan
mempromosikan kesadaran kebangsaan dan
toleransi di kelas.

Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila,


menggali keberagaman budaya Indonesia, dan
melibatkan siswa dalam dialog dan proyek kolaboratif,
pendidikan multikultural berbasis Pancasila dapat
memperkuat kesadaran kebangsaan dan toleransi di
kalangan siswa. Tujuan akhirnya adalah menciptakan
generasi yang menghargai keragaman budaya, mampu

97
hidup harmonis dalam masyarakat multikultural, dan
memiliki komitmen terhadap nilai-nilai Pancasila
sebagai dasar persatuan dan kesat.

C. Mengahadapi Tantangan dan Peluang Dalam


Membangun Pendidikan Multikultural Di Era
Digital

Dalam era digital, membuat suatu lingkup


pembelajran tentunya memiliki resiko tersendiri. Resiko
tersebut dapat meliputi beberap hal yang juga menjadi
tantangan dalam membangun Pendidikan multicultural
di era digital. Membangun pendidikan multikultural di
era digital memiliki tantangan dan peluang tertentu.
Berikut adalah beberapa tantangan dan peluang yang
perlu dipertimbangkan:

Tantangan:
1. Aksesibilitas dan kesenjangan digital
Tidak semua siswa memiliki akses yang sama
terhadap teknologi digital. Ketidaksetaraan akses ke
perangkat dan koneksi internet dapat membatasi

98
partisipasi siswa dalam pembelajaran multikultural
yang berbasis digital.
2. Keaslian dan kualitas konten
Dalam era digital, ada banyak konten yang
tersedia secara online, tetapi tidak semuanya akurat
dan berkualitas. Menemukan sumber daya yang
relevan, akurat, dan representatif dari berbagai
budaya dan perspektif dapat menjadi tantangan.
3. Kompetensi digital guru
Guru perlu memiliki keterampilan dan
pengetahuan yang cukup tentang penggunaan
teknologi digital untuk pendidikan multikultural.
Tantangan ini melibatkan pelatihan dan
pengembangan profesional yang memadai bagi para
pendidik.
4. Keamanan dan privasi online
Penggunaan teknologi digital dalam pendidikan
multikultural harus diimbangi dengan perhatian
terhadap keamanan dan privasi siswa. Tantangan ini
melibatkan perlindungan data pribadi siswa serta
kebijakan dan prosedur yang jelas untuk menjaga
keamanan online.

99
Peluang:
1. Akses ke sumber daya multicultural
Dalam era digital, siswa memiliki akses yang
lebih luas ke sumber daya multikultural. Mereka
dapat mengakses informasi, media, dan konten
digital yang mewakili berbagai budaya, agama, dan
latar belakang etnis.
2. Koneksi global dan kolaborasi
Teknologi digital memungkinkan siswa untuk
terhubung dengan siswa dari seluruh dunia. Ini
menciptakan peluang untuk berkolaborasi dalam
proyek multikultural, berbagi pengalaman, dan
memperluas pemahaman mereka tentang keragaman
budaya di tingkat global.
3. Pembelajaran interaktif dan kreatif
Teknologi digital memungkinkan penggunaan
media yang interaktif dan kreatif dalam
pembelajaran multikultural. Guru dapat
menggunakan video, presentasi multimedia,
simulasi, dan permainan pendidikan untuk
memperkaya pengalaman pembelajaran siswa.

100
4. Pembelajaran mandiri dan adaptif
Teknologi digital dapat digunakan untuk
memberikan pembelajaran mandiri yang adaptif
kepada siswa. Siswa dapat mengakses sumber daya
dan materi pembelajaran secara online sesuai
dengan kecepatan dan gaya belajar masing-masing.
5. Kesempatan dialog dan pemahaman saling
Teknologi digital memfasilitasi komunikasi dan
dialog antara siswa dari berbagai latar belakang
budaya. Siswa dapat berinteraksi, bertukar ide, dan
membangun pemahaman saling melalui platform
digital seperti video konferensi, forum diskusi, dan
media sosial.

Dalam menghadapi tantangan ini, pendidikan


multikultural di era digital dapat memanfaatkan peluang
yang ada untuk meningkatkan akses, interaksi, dan
pemahaman siswa tentang keragaman budaya. Dengan
memperkuat kompetensi digital guru, memastikan
keamanan dan privasi online, serta memilih dengan
cermat sumber daya multikultural yang berkualitas,

101
pendidikan multikultural di era digital dapat menjadi
lebih inklusif, beragam, dan efektif.

Pendidikan multikultural dalam era digital mengacu


pada pendekatan pendidikan yang mengintegrasikan
keragaman budaya, agama, bahasa, dan latar belakang
etnis ke dalam pengalaman pembelajaran yang
didukung oleh teknologi digital. Pendekatan ini
memanfaatkan kemajuan teknologi untuk memperluas
dan memperkaya pemahaman siswa tentang keragaman
budaya di dunia yang semakin terhubung.
Pendidikan multikultural dalam era digital
memberikan peluang yang signifikan untuk memperluas
pengalaman dan pemahaman siswa tentang keragaman
budaya di dunia yang semakin terhubung. Melalui
penggunaan teknologi digital yang tepat, pendekatan ini
dapat meningkatkan inklusi, toleransi, dan kesadaran
antarbudaya, membekali siswa dengan keterampilan dan
pemahaman yang dibutuhkan dalam masyarakat global
yang multikultural.
Pendidikan multikultural adalah pendekatan
pendidikan yang mengakui dan menghargai keragaman

102
budaya, agama, ras, etnis, dan latar belakang sosial dari
siswa. Tujuan dari pendidikan multikultural adalah
menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan adil,
di mana semua siswa merasa diterima, dihargai, dan
didukung dalam perkembangan mereka.

Pendidikan multikultural berfokus pada


pengembangan pemahaman dan penghormatan terhadap
perbedaan serta mengatasi ketidakadilan dan
diskriminasi dalam sistem pendidikan. Beberapa prinsip
utama dalam pendidikan multikultural meliputi:
1. Penerimaan dan penghargaan terhadap keragaman
2. Kesadaran terhadap stereotipe dan prasangka
3. Pembelajaran lintas budaya
4. Keterlibatan komunitas
5. Keadilan social

Pendidikan multikultural bukan hanya tentang


pengajaran materi tertentu, tetapi juga melibatkan
pengembangan sikap, nilai, dan pemahaman yang
inklusif. Dengan pendekatan ini, pendidikan

103
multikultural bertujuan untuk menciptakan masyarakat
yang lebih toleran, inklusif, dan saling menghormati.

Toleransi dalam kehidupan sehari-hari adalah sikap


dan tindakan yang menunjukkan penghargaan,
penghormatan, dan kesediaan untuk menerima
perbedaan dan keberagaman di antara individu dan
kelompok dalam masyarakat.

104
BAB VI
PENDIDIKAN PANCASILA UNTUK GENERASI
MUDA-MENCIPTAKAN GENERASI YANG
RESPONSIF, KREATIF DAN BERETIKA

A. Pengertian Karakter dan Moralitas

Karakter adalah aspek kepribadian seseorang


yang terbentuk melalui internalisasi kebajikan dan
menjadi dasar bagi pandangan, pemikiran, sikap, dan
tindakan individu. Profesor Suyanto Ph.D menjelaskan
bahwa karakter merupakan cara berpikir dan berperilaku
yang menjadi ciri khas setiap individu dalam kehidupan
dan kerjasama, baik di keluarga, masyarakat, bangsa,
maupun negara. Menurut W. Poespoprodjo, moralitas
berkaitan dengan kualitas tindakan manusia yang
menentukan apakah tindakan tersebut benar atau salah,
baik atau buruk.

Dalam perspektif psikologi, Cronbach


menjelaskan bahwa karakter merupakan satu aspek dari
kepribadian yang terbentuk melalui kebiasaan dan

105
gagasan. Terdapat tiga unsur yang terkait dengan
pembentukan karakter, yaitu keyakinan, perasaan, dan
tindakan, yang saling berhubungan. Untuk mengubah
karakter seseorang, perlu dilakukan penataan ulang
terhadap unsur-unsur kepribadian tersebut. Keberadaan
dan penilaian terhadap kehidupan yang terbaik adalah
kebijaksanaan dalam membuat pilihan-pilihan sehari-
hari. Ketika seseorang dihadapkan pada pilihan tindakan
yang baik untuk sesama, karakter yang baik adalah
ketika individu berupaya melakukan tindakan yang baik
untuk orang lain dan dirinya sendiri. Sebaliknya,
perilaku karakter yang buruk adalah ketika seseorang
melakukan tindakan tanpa peduli terhadap akibatnya
terhadap orang lain.

Menurut Lickona, karakter dapat dibagi menjadi


tiga aspek yang saling terkait, yaitu pengetahuan moral,
perasaan moral, dan perilaku moral. Dalam hal ini,
karakter yang dianggap baik harus memenuhi tiga
kebutuhan aspek tersebut, yaitu mengetahui apa yang
baik (pengetahuan tentang kebaikan), menginginkan
yang baik (keinginan terhadap kebaikan), dan

106
melakukan yang baik (melakukan perbuatan yang baik).
Dengan demikian, hal ini akan menjadi kebiasaan
berpikir (kebiasaan pikiran), kebiasaan merasa
(kebiasaan hati), dan kebiasaan bertindak (kebiasaan
aksi). Pandangan ini didasarkan pada filsafat
Aristoteles, seorang filosof Yunani, yang menyatakan
bahwa karakter dianggap baik jika individu secara
keseluruhan menunjukkan pengetahuan moral, perasaan
moral, dan tindakan moral yang baik.

B. Generasi Muda dan Identitas Jatidiri Sebagai


Bangsa Indonesia
Kemampuan dalam menghadapi perubahan
yang terjadi akibat tuntutan zaman yang dipenuhi
dengan pengaruh budaya global sangat penting. Budaya
nasional diharapkan dapat berfungsi sebagai katalisator
dalam mengadopsi nilai-nilai universal yang tinggi serta
sebagai filter terhadap pengaruh budaya global.
Generasi muda merupakan masa peralihan dari remaja
ke dewasa yang penuh dengan tantangan. Mereka

107
menghadapi tekanan emosional, psikologis, dan sosial
yang saling bertentangan karena belum mencapai
kematangan mental dan sosial. Dalam proses transisi
menuju dewasa, generasi muda memiliki potensi,
kepribadian, dan konflik yang menjadikannya memiliki
karakteristik khas. Namun, generasi muda saat ini
cenderung memiliki pola pikir, perilaku, dan gaya hidup
yang instant, hedonis, serta kehilangan identitas yang
berakar dari budayanya.

Sayangnya, kualitas generasi muda Indonesia


saat ini mengkhawatirkan, ditandai dengan melemahnya
identitas dan ketahanan budaya. Lemahnya ketahanan
budaya ini tercermin dari adopsi budaya negatif seperti
sikap konsumtif dan hedonis, yang lebih cepat terjadi
dibandingkan dengan adopsi budaya positif dan
produktif. Krisis multidimensi yang berkepanjangan
berkontribusi pada melemahnya rasa kepercayaan diri
dan kebanggaan generasi muda, serta meningkatnya
sikap ketergantungan dan apatis terhadap masalah
bangsa. Generasi muda menjadi acuh tak acuh terhadap
realitas masyarakat karena merasa bukan tanggung

108
jawab mereka untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Selain itu, persoalan generasi muda juga disebabkan
oleh kurangnya kemampuan bangsa dalam mengelola
keragaman (pluralitas) yang merupakan ciri khas
Indonesia. Selain itu, nasionalisme generasi muda
Indonesia tergerus oleh arus globalisasi yang kuat yang
mempengaruhi semua aspek kehidupan mereka.
Perilaku menyimpang seperti penggunaan narkoba, seks
bebas, tawuran pelajar, kriminalitas, dan lain-lain telah
menjadi hal yang umum di kalangan generasi muda,
bahkan dilakukan pada usia yang masih muda. Budaya
perkotaan telah diadaptasi oleh mereka dalam berbagai
hal, seperti gaya hidup, perilaku dalam berbusana,
pergaulan, hiburan, musik, dan konsumsi. Budaya ini
telah merasuk dengan kuat dalam kehidupan sehari-hari
generasi muda, baik di kota-kota besar maupun di
pedesaan. Perilaku dan gaya hidup mereka meniru dan
terpengaruh oleh berbagai kehidupan di dunia, tanpa
memahami esensi dan makna di balik apa yang mereka
lakukan. Semua ini menunjukkan bahwa nilai-nilai
Pancasila belum terinternalisasi dalam kehidupan
mereka sehari-hari.

109
Oleh karena itu, penting untuk membangun
karakter generasi muda yang sejalan dengan nilai-nilai
Pancasila. Eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan
oleh karakter yang dimilikinya. Hanya bangsa yang
memiliki karakter yang kuat yang mampu menjadikan
dirinya sebagai bangsa yang berwibawa dan dihormati
oleh bangsa-bangsa lain. Oleh karena itu, menjadi
bangsa yang memiliki karakter yang baik adalah
harapan kita semua. Soekarno selalu mendorong
gerakan kesadaran untuk membangun "nation and
character building". Soekarno menyatakan bahwa tugas
berat bangsa Indonesia setelah meraih kemerdekaan
adalah membangun karakter bangsa. Jika pembangunan
karakter bangsa ini tidak berhasil, maka bangsa
Indonesia akan menjadi bangsa yang terpinggirkan.
Generasi muda telah terbawa oleh gaya hidup modern
yang hedonis, sehingga melupakan nilai-nilai budaya
bangsa yang berakar dari Pancasila.

1. Pengaruh globalisasi dunia terutama


komunikasi dan informasi

110
Globalisasi yang terjadi di dunia telah mengakibatkan
perubahan yang signifikan dalam kehidupan
masyarakat, baik secara positif maupun negatif.
Komunikasi dan informasi memiliki peran yang sangat
penting dalam membentuk perilaku dan kepribadian
sebagian besar anak muda di Indonesia. Gaya hidup dan
perilaku hedonis yang ditampilkan oleh anak muda
terinspirasi oleh program televisi, film, internet, dan
berbagai media komunikasi lainnya. Peristiwa dan tren
gaya hidup di berbagai belahan dunia, yang dipengaruhi
oleh globalisasi, juga berdampak pada terinspirasinya
anak muda di wilayah lain untuk mengadopsi tindakan
serupa.

2. Degradasi kualitas moral

Salah satu perhatian serius di kalangan generasi muda


adalah menurunnya kualitas moral, baik dalam konteks
agama maupun moralitas umum. Semakin berkurangnya
kepatuhan terhadap norma dan nilai-nilai agama dan
moral dalam masyarakat, perubahan persepsi dan
kebiasaan dalam tatanan kehidupan berkontribusi secara
signifikan terhadap penurunan kualitas moral. Bahkan,

111
sebagian generasi muda cenderung menentang nilai-
nilai dan arus yang ada dalam masyarakat. Sikap "anti
kemapanan" menjadi ciri khas bagi sebagian anak muda
yang ingin melawan dominasi nilai-nilai tersebut karena
penurunan kualitas moral dan pengaruh gaya hidup
hedonis.

3. Lingkungan pergaulan
Interaksi sosial, baik di sekolah, kampus, maupun
masyarakat, merupakan faktor yang efektif dalam
membentuk gaya hidup yang hedonis pada generasi
muda. Dalam banyak situasi, kekerasan dilakukan oleh
sekelompok generasi muda, sehingga menjadi bentuk
kekerasan kolektif. Akibatnya, secara psikologis,
seseorang menjadi lebih berani dan terbuka dalam
melakukan tindakan kekerasan.

4. Sikap emosional dan egoistik


Generasi muda seringkali memiliki ciri khas emosional
dan egoistik yang tinggi. Mereka sering melakukan

112
tindakan berdasarkan emosi dan ego, tanpa
mempertimbangkan rasionalitas, dan tanpa memikirkan
konsekuensi yang mungkin terjadi. Terkadang, mereka
bahkan menggunakan kekerasan hanya untuk
menunjukkan eksistensi dan mengekspresikan diri.

Karakteristik generasi muda ini terkait dengan


kurangnya akar budaya yang kuat dalam pola perilaku
dan gaya hidup mereka. Beberapa alasan yang
mendasari hal ini adalah:

a. Mereka hanya memahami modernitas secara


permukaan, tanpa memahami esensi dan makna yang
sebenarnya terkandung di dalamnya. Mereka cenderung
meniru dan mengikuti tren dengan cepat, karena
terpengaruh oleh arus informasi dan komunikasi yang
begitu deras. Mereka menganggap bahwa menjadi
modern berarti memiliki dan berperilaku sesuai dengan
tuntutan imitasi tersebut. Perilaku inilah yang menjadi
gaya hidup mereka.

113
b. Mereka bangga dengan identitas fisik mereka.
Generasi muda merasa bangga dengan aspek fisik
seperti cara berpakaian (fashion), pola konsumsi (food),
penampilan (face), kebugaran fisik, dan kesenangan
(fun). Hal ini mempengaruhi berbagai aspek kehidupan
mereka dan menjadi paradigma serta gaya hidup
mereka. Mereka bersaing dalam gaya hidup konsumtif,
tanpa memahami makna dan manfaat dari apa yang
mereka lakukan.

c. Mereka merupakan generasi yang menginginkan


segala sesuatu secara instan. Generasi muda saat ini
cenderung menyukai hal-hal yang instan, tanpa perlu
terlibat dalam proses yang ada di baliknya. Mereka
kurang memahami konsep perjuangan sehingga tidak
benar-benar merasakan makna dari tujuan dan eksistensi
yang mereka miliki. Akibatnya, mereka kurang
memahami esensi dari banyak hal yang mereka lakukan.

d. Mereka mudah terpengaruh oleh budaya lain yang


tidak selalu sesuai dengan karakteristik mereka.
Generasi muda sekarang cenderung tidak memiliki

114
karakter dan kepribadian yang kuat. Mereka mudah
terpengaruh oleh budaya Barat sebagai pemenuh
kebutuhan hedonis mereka, tanpa melakukan seleksi
lebih lanjut apakah budaya tersebut sesuai dengan
kepribadian mereka, bermakna, atau bermanfaat bagi
diri mereka sendiri. Mereka tidak banyak memikirkan
sisi positif dan negatif dari pengaruh budaya tersebut.

C. Fungsi dan Peran Pancasila dalam pembentukan


Karakter dan Morallitas Generasi Muda
Menyiapkan generasi muda agar mampu
mengatasi berbagai persoalan bangsa dan menjauhkan
mereka dari pengaruh negatif serta virus yang merusak
mentalitas bangsa, membutuhkan pengembangan
konsep pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila dan agama. Pancasila harus menjadi landasan
dalam setiap aspek pendidikan, dengan tujuan
mempersiapkan generasi muda menjadi warga negara
yang diharapkan oleh masyarakat, bangsa, dan negara.
Pancasila, yang berasal dari nilai-nilai budaya bangsa,

115
harus diinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, generasi muda akan memiliki
ketahanan budaya yang dikembangkan dari Pancasila
untuk menghadapi berbagai tantangan global.

Pancasila dapat berfungsi sebagai filter untuk


melawan pengaruh negatif globalisasi. Selain itu,
Pancasila juga dapat meningkatkan kesadaran generasi
muda akan pentingnya memiliki moralitas dan
mentalitas yang positif. Ini dapat dicapai melalui
berbagai langkah yang dilakukan dalam lingkungan
keluarga, lembaga pendidikan, dan masyarakat, yang
mengarahkan generasi muda pada hal-hal dan kegiatan
yang positif. Pendidikan yang berlandaskan pada
Pancasila menekankan nilai-nilai untuk membentuk
warga negara yang baik dan patriotik.
Pancasila harus menjadi pandangan hidup
generasi muda. Pandangan hidup ini mencakup konsep
dasar kehidupan yang diidamkan oleh bangsa, pikiran-
pikiran terdalam dan gagasan tentang kehidupan yang
dianggap baik, yang akan membawa kehidupan bangsa
menuju tujuan bersama. Pancasila sebagai pandangan

116
hidup bangsa Indonesia telah berhasil menyatukan
bangsa yang pluralis dan multikultural, serta
memberikan petunjuk dalam mencapai kesejahteraan
dan kebahagiaan lahir dan batin dalam masyarakat.
Pancasila, yang mengandung nilai-nilai luhur,
merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia sendiri dan diyakini sebagai sesuatu
yang benar.

Memberikan pendidikan yang didasarkan pada


konsep iman dan taqwa, serta membentuk kepribadian
sesuai dengan nilai-nilai agama dan susila, sangat
penting. Saat ini, sistem pendidikan nasional kita perlu
dipertimbangkan ulang karena terlalu fokus pada
pembentukan aspek kognitif dan kecerdasan saja. Oleh
karena itu, diperlukan pendidikan yang lebih berpihak
pada pembentukan moral dan akhlak yang positif,
dengan mengembangkan pendidikan yang berlandaskan
pada agama.

Pendidikan memainkan peran yang sangat


penting dalam membentuk jati diri bangsa Indonesia.

117
Oleh karena itu, Pancasila sebagai penguat dan
identitas nasional Indonesia perlu direkonstruksi oleh
generasi muda agar dapat diinternalisasi dalam sikap
dan nilai-nilai sehari-hari. Saat ini, generasi muda
belum sepenuhnya memahami Pancasila dengan benar.
Pancasila seringkali hanya dipahami sebagai simbol
negara tanpa memahami esensi dan maknanya yang
sebenarnya. Oleh karena itu, Pancasila harus menjadi
unsur yang melekat dalam akal dan jiwa generasi muda,
sehingga tampak jelas bahwa individu tersebut memiliki
identitas yang berbeda dari individu lainnya.

Pancasila harus menjadi cermin dari identitas


generasi muda kita, yang tercermin dalam aktivitas dan
pola tingkah laku yang dapat dikenali oleh orang atau
bangsa lain. Bagi bangsa Indonesia, jati diri bangsa
dalam bentuk kepribadian nasional ini telah disepakati
sejak kemerdekaan. Pancasila bukan hanya menjadi
dasar negara, tetapi juga menjadi pandangan hidup
bangsa. Kesadaran dan pemahaman akan kebangsaan
yang didasari oleh cinta tanah air adalah bagian dari inti
etika dan mitos suatu bangsa. Oleh karena itu,

118
pembudayaan dan internalisasi nilai-nilai dasar ini perlu
terus dilakukan dan disesuaikan dengan jiwa dan
tantangan zaman yang ada.

D. Peran Pemuda dalam Menanamkan Nilai-Nilai


Pancasila

Sebagai generasi penerus bangsa yang akan


membentuk masa depan, penting bagi kita untuk
mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional dengan
menjadi agen perubahan dan agen pengawas sosial
dalam masyarakat. Pemuda memiliki potensi yang besar
sebagai kekuatan untuk kemajuan bangsa. Peran
pemuda sangat penting dalam membangun peradaban
dan kemajuan suatu bangsa. Beberapa peran yang dapat
dilakukan oleh generasi muda dalam menanamkan nilai-
nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara adalah sebagai berikut.

119
1. Mewariskan nilai-nilai ideal Pancasila kepada
generasi berikutnya.
Tugas penting pemuda adalah mewariskan
nilai-nilai ideal Pancasila kepada generasi di bawahnya.
Nilai-nilai ini termasuk gotong royong, musyawarah,
nasionalisme, demokrasi Pancasila, persatuan dan
kesatuan, kerjasama, identitas jati diri, budaya, dan lain-
lain. Generasi muda perlu membina generasi di
bawahnya dengan mengajarkan dan mempraktikkan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

2. Membekali diri dengan pendidikan yang


berlandaskan Pancasila.
Pendidikan yang berlandaskan Pancasila
bertujuan untuk menumbuhkan warga negara yang baik
dan patriotik. Generasi muda perlu terlibat secara aktif
dalam pendidikan yang memperkuat identitas Indonesia
dan ketahanan budaya, serta membentuk rasa
kebersamaan yang kuat dan melahirkan dan
menumbuhkan identitas ke-Indonesia-an. Dalam
konteks pendidikan berlandaskan Pancasila, generasi

120
muda perlu mengembangkan kemampuan berpikir logis
dan kritis, rasa ingin tahu, kemampuan memecahkan
masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
Mereka juga perlu memiliki komitmen dan kesadaran
terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

Pendidikan memainkan peran penting dalam


menanamkan nilai-nilai Indonesia dan nasionalisme
pada generasi muda. Melalui pendidikan, generasi muda
dapat mengenal pengalaman kolektif dan sejarah
bangsanya. Pendidikan juga meningkatkan kesadaran
akan kehidupan bersama dalam komunitas yang lebih
besar, membangun rasa memiliki, rasa bangga terhadap
bangsa dan tanah air, serta memperkuat identitas
nasional.

Dalam memperkuat konten lokal dalam


pendidikan, beberapa langkah yang dapat dilakukan
adalah memasukkan kajian lokal dalam materi
pendidikan global, menganalisis isu-isu global dengan
perspektif lokal, dan memfilter konten global dengan

121
budaya dan kearifan lokal untuk memperkuat ketahanan
budaya dan identitas bangsa.

Dengan melibatkan generasi muda dalam


pembentukan nilai-nilai Pancasila dan pendidikan yang
berlandaskan pada nilai-nilai tersebut, kita dapat
menanamkan dan mewariskan nilai-nilai luhur Pancasila
kepada generasi berikutnya, serta membentuk warga
negara yang kuat, patriotik, dan siap menghadapi
tantangan global.

E. Memperkuat jati diri sebagai sebuah bangsa

Selain itu, Pancasila memainkan peran yang


signifikan dalam memperkuat identitas nasional.
Identitas nasional merupakan sesuatu yang telah
disepakati bersama berdasarkan pengalaman sejarah,
baik yang menyenangkan maupun pahit. Semua
pengalaman tersebut telah membentuk solidaritas yang
kuat dalam bangsa ini dan mendorong kita untuk
memperbaiki masa depan yang lebih baik. Pembinaan
identitas nasional, terutama pada generasi muda, perlu

122
terus dilakukan baik melalui jalur resmi maupun tidak
resmi.

Keterikatan pada tanah air saling memperkuat


usaha untuk mengakar kembali pada jati diri sendiri.
Penting bagi kita untuk mengakar kembali agar dapat
melekat pada keaslian dan keotentikan diri kita. Seiring
dengan perkembangan masyarakat pascamodern dan
pasca-nasional, sentimen nasional semakin melemah
dan kekecewaan terhadap ideologi nasional semakin
meningkat. Hal ini berpotensi menggerus budaya dan
identitas nasional. Oleh karena itu, penguatan identitas,
terutama pada generasi muda, perlu dilakukan melalui
pendekatan formal, informal, dan nonformal melalui
budaya dan sosial.

Pendidikan memainkan peran fundamental


dalam memperkuat nasionalisme dan identitas nasional
di tengah berbagai tantangan yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia baik dari dalam maupun luar. Oleh karena itu,
diperlukan penguatan budaya melalui pendidikan untuk
memperkuat identitas nasional. Melalui kerja sama dan

123
interaksi di dalam komunitas, terbentuklah perilaku
yang didasari oleh rasa persatuan dan saling
ketergantungan antar anggota. Solidaritas dan
kolektivitas dibangun sebagai fondasi yang kuat.
Komunitas menjadi ikatan sentimental yang mengikat
anggotanya dalam solidaritas, kebersamaan, dan kohesi
sosial, sehingga tercipta rasa memiliki (sense of
belonging).

Semangat idealisme dari kelompok pemuda


yang memiliki visi tersebut telah memungkinkan bangsa
Indonesia untuk mengatasi masalah dan tantangan pada
zamannya. Melalui kerja keras mereka sebagai pemuda
pada zamannya, terbentuklah nasionalisme Indonesia
yang inklusif dan emansipatoris. Meskipun pada
awalnya mereka terpengaruh oleh pemikiran
etnonasionalisme, mereka berhasil menyatu dan
memperjuangkan nasionalisme Indonesia yang lebih
inklusif, religius, dan berdasarkan partisipasi rakyat.
Mereka tidak lagi membanggakan elit tradisional yang
berbasis pada keturunan.

124
REFRENSI
Badrul Ilmimubarak. 2019. Pancasila terhadap Dunia
Pendidikan..
https://www.kompasiana.com/badrulilmi12/5db7053bd5
41df35636236e2/pancasila-terhadap-dunia-pendidikan

Neni Aisah. 2019. Penerapan Pancasila Dalam


Pendidikan Indonesia pada Era Globalisasi.
https://mahasiswa.yai.ac.id/v5/data_mhs/tugas/1944390
004/03jurnal%20pancasila%20neni%20aisah
%201944390004.pdf

Desi Nursyifa Ramdhani. Dinie Anggaraeni Dewi.


2022. Menerapkan Nilai Nilai Pancasila Dalam
Menghadapi Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi. file:///C:/Users/acer/Downloads/baimppkn,
+119.+MENERAPKAN+NILAI-
NILAI+PANCASILA+DALAM+MENGHADAPI+PE
RKEMBANGAN+ILMU+PENGETAHUAN+DAN+T
EKNOLOGI.pdf

125
Abeing Eiddy Adriansyah Dkk. 2015. Jeindeila Keiluiarga.
Banduing: MQS Puiblishing, Ceit III.

Beildarrain, Y. (2006). Distancei eiduication treinds:


Inteigrating neiw teichnologieis to fosteir stuideint
inteiraction and collaboration. Distancei Eiduication,
27(2), 139–153.
https://doi.org/10.1080/01587910600789498

Buišeilić, M. (2017). Distancei leiarning – conceipts and


contribuitions. Oeiconomica Jadeirtina, 2(1), 23–34.
https://doi.org/10.15291/oeic.209

Davis, L. (2020). Digital leiarning: What to know in


2020. www.schoology.com

Deiparteimein Agama RI. 2000. Al-Quir ’an dan


Teirjeimahnya. Jakarta: PT. Inteirmasa.

126
Deiparteimein Peindidikan Nasional. 2003. Uindang-
Uindang Reipuiblik Indoneisia No. 20 Tahuin 2003 Teintang
Sisteim Peindidikan Nasional. Jakarta: Deipdiknas.
Slamet Rohmadi (12 Mei 2022).
Pentingnya Pendidikan Multikultural di
Sekolah.
http://beritamagelang.id/kolom/pentingnya
-pendidikan-multikultural-di-sekolah

Hariyono, Eko. (2018). Digital Transformation:


Transformasi bisnis di Era Digital. Penerbit Andi.

Assegaff, Setiawan. (2017). Menghadapi Revolusi


Industri 4.0: Perspektif serta Tantangan Indonesia.
Penerbit Salemba Empat.

Wibowo, Arief Budi. (2019). Digitalisasi serta


Transformasi bisnis: Menyongsong Revolusi Industri
Penerbit Elex Media Komputindo.

127
Ibrahim (2013). Pendidikan Multikultural.
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/
Addin/article/view/573

Gusti Mahfuz (27 Desember 2018).


Bertoleransi Ciptakan P e rd a m a i a n .
https://mmc.kalteng.go.id/berita/read/3945
/bertoleransi-ciptakan-perdamaian

B D K J a k a r t a ( 2 J u n i 2 0 2 3 ) . To l e r a n s i d i
Kalangan Milenial.
https://bdkjakarta.kemenag.go.id/berita/to
leransi-di-kalangan-generasi-milenial

Badan Litbang dan Diklat Kementrian


Agama RI (23 Oktober 2012). Kesadaran
Berbangsa dan Bernegara.
https://balitbangdiklat.kemenag.go.id/beri
ta/kesadaran-berbangsa-dan-bernegara

Kusuma, A., & Nurhadi, D. (2017). Peran Pendidikan


Karakter dalam Menghadapi Tantangan Teknologi

128
Informasi dan Komunikasi di Era Digital. Jurnal
Pendidikan Karakter, 7(1), 69-82.
Arifianto, A. (2019). Peran Media Sosial dalam
Transformasi Sosial dan Partisipasi Publik di
Indonesia. Jurnal Studi Komunikasi, 3(1), 1-12.

Wibowo, A., & Hadi, A. (2020). Dampak Kecanduan


Digital pada Kesehatan Mental Remaja. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 8(2), 123-132.

Mahdi, A., & Hudori, M. S. (2020). Etika Komunikasi


Digital dalam Era Digitalisasi. Jurnal ASPIKOM, 6(3),
519-530.

Al-Hakim, Suparlan. 2014. Pendidikan


Kewarganegaraan dalam Konteks Indonesia.Malang:
Madani.

Tirtosudarmo, Riwanto.2011. Nasionalisme dan


Ketahanan Budaya: Beberapa Catatan dari Perspektif
Demografis dalam Kumpulan Nasionalisme dan

129
Ketahanan Budaya di Indonesia: Sebuah Tantangan.
Jakarta: LIPI Press.

130

Anda mungkin juga menyukai