Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

Seiring dengan perkembangan sebuah perusahaan, tidak menutup kemungkinan


perusahaan melakukan suatu kegiatan yang berkesinambungan bahkan sampai dengan lembur
kerja untuk mencapai suatu target yang telah ditetapkan dalam sebuah perusahaan. Dampak dari
hal yang ditimbulkan dengan kerja terus-terusan meningkatkan risiko kecelakaan, meningkatkan
tingkat stres, dan bahkan menyebabkan rasa sakit fisik.

Menurut statistik terbaru dari Organisasi Buruh Internasional, lebih dari 400 juta pekerja
di seluruh dunia bekerja 49 jam atau lebih per minggu, proporsi yang cukup besar dari hampir
1,8 miliar total tenaga kerja di seluruh dunia. Sehingga pengaruh jam lembur akan dilihat dari
menurunnya produktivitas, karena jika lembur, rata-rata pegawai akan datang terlambat atau di
jam mepet sesuai dengan jam masuk perusahaan, oleh karena kelelahan lembur di hari
sebelumnya. Ada banyak bukti bahwa kerja lembur mengurangi produktivitas serta membuat
merasa dan benar-benar menjadi kurang sehat. Lembur juga membuat lebih rawan terhadap
berbagai macam penyakit. Tetap saja, jutaan pekerja tampaknya tidak mampu berhenti
melakukannya.

Sekilas tampaknya sudah jelas bahwa orang yang terlalu banyak bekerja akan merasa
Lelah. Maka dengan demikian lebih mungkin untuk mengalami kecelakaan di tempat kerja.
Tetapi membuktikan ini ternyata sangat sulit. Mungkin hal tersebut dikarenakan pekerjaan
berisiko juga memiliki jam kerja yang lebih menuntut, atau orang yang bekerja lebih lama
menghabiskan lebih banyak waktu dalam risiko, bahkan jika mereka tidak lembur.

Lembur diterapkan sebagai daya tarik bagi tenaga kerja dengan kualifikasi yang
diinginkan, karena adanya pembayaran jam lembur yang tinggi. Lembur juga seringkali
dilakukan untuk memenuhi keinginan pemilik proyek atau atasan dalam sebuah perusahaan,
yang bertujuan agar proyek atau goals dapat diselesaikan secepat mungkin, sehingga dapat
secepatnya pula dioperasikan dan menghasilkan keuntungan bisnis. Lembur lebih sering dipilih
karena tidak menimbulkan masalah koordinasi yang yang harus diatasi sebagaimana jika dipakai
penambahan tenaga kerja (overmanning) atau pergantian waktu kerja (shift).

Meskipun berbagai penelitian menunjukkan bahwa kerja lembur menghasilkan


produktivitas yang rendah, namun penerapannya di lapangan sering kali tidak bisa dihindari. Ini
karena ada untung dan rugi yang dirasakan oleh para karyawan. Di satu sisi, karena gaji
pendapatan yang didapatkan lebih tinggi karena bekerja lembur, membuat sebagian besar
karyawan berlumba-lumba untuk mendapatkan jam tambahan kerja untuk memenuhi kebutuhan
hidup yang semakin meningkat. Fenomena-fenomena yang terjadi pun mendukung bahwa biaya
hidup di era sekarang meningkat dari biaya hidup ke belakang, sehingga mau tidak mau banyak
pekerja yang memilih untuk bekerja lebur atau mencari pekerjaan tambahan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.

Penelitian mengenai efisiensi jumlah hari kerja perminggu dilakukan oleh NECA (1969).
Dengan jumlah jam kerja 60 jam per minggu, terlihat bahwa tujuh hari kerja per minggu
menyebabkan efisiensi turun sebesar 7% dibandingkan dengan enam hari kerja per minggu.
Namun demikian, tujuh hari kerja per minggu lebih efisien diterapkan pada jumlah jam kerja 70
jam per minggu dibandingkan 56 jam per minggu. Penelitian yang dilakukan oleh Foster
Wheeler (O’Connor, 1969) memberikan hasil bahwa untuk jumlah jam kerja kurang dari 55 jam
per minggu, enam hari kerja per minggu lebih efisien dibandingkan dengan lima hari kerja per
minggu.

Berkaitan dengan jumlah hari kerja dalam satu minggu dan jumlah jam kerja dalam satu
hari, Daniel International (McConnell, 1982) meneliti penerapan empat hari kerja per minggu
untuk jumlah jam kerja 40 jam per minggu. Jadwal 4/10 (4 hari kerja, 10 jam per hari) memiliki
beberapa keuntungan antara lain: Jam kerja lebih produktif (mengurangi waktu yang hilang pada
awal dan akhir pekerjaan), mengurangi biaya perjalanan, menaikkan semangat pekerja,
ketidakhadiran dan keluar-masuk pekerja menjadi lebih sedikit. Jika ada keuntungan, maka
kekurangan. Jadwal 4/10 memiliki berbagai kekurangan, antara lain: Perusahaan jasa dan
personel administrasi pemilik proyek memiliki jadwal kerja yang berbeda, personel pemilik
proyek harus menyesuaikan jam kerja normal mereka.

Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan efisiensi untuk setiap penambahan 10 jam
kerja terhadap jam kerja normal 40 jam per minggu (menjadi 50 jam per minggu). Jumlah kerja
50 jam per minggu dapat dilakukan dalam 5 hari atau 6 hari kerja per minggu. Tujuh hari kerja
per minggu tidak direkomendasikan, karena tenaga kerja membutuhkan paling tidak satu hari
dalam seminggu untuk beristirahat, kemudian memulihkan kembali stamina dan semangat kerja.
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Kukuh Yulianto & Dety Mulyanti pada tahun
2023 yang mengambil sampel dari karyawan pada unit pembuat laporan, menyatakan bahwa
semakin banyak jam kerja yang dilalui karyawan akan berpengaruh kepada produktivitas di hari
setelahnya, hal ini disebabkan karena kelelahan mata karyawan dalam mengerjakan laporan
di depan layar computer. Semakin banyak jumlahjam kerja dengan tambahan jam kerja
lembur, maka produktivitas akan semakin menurun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jam
kerja seorang karyawan sangat mempengaruhi efektivitas dan produktivitas karyawan tersebut
dalam menyelesaikan sebuah tugas berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai