STUDI KASUS :
Shift pagi dipabrik Bonne Bell di Likewood, Ohio terdiri atas 86 pekerja
tabung lipstik. Hasil yang lebih dari 10.000 . Namun disamping memenuhi tujuan
produksi mereka. Yang unik pada linin perakitan ini adalah bahwa rata-ratausia
karyawannya 70 tahun. Yang tertua baru saja mencapai 90 tahun.
Departemen produksi khusus manula ini dibuka pada 1997, bukan sebagai
eksperimen besar, melainkan sebagai keputusan bisnis praktis. Perusahaan
tersebut membutuhkan karyawan, pasar tenaga kerja ketat, dan para manula ini
tersedia. Preaiden perusahaan tersebut, yang berusia 76 tahun, mengemukakan
gagasan itu. Para eksekutifnya bertugas di produksi dan pengemasan merasa
skeptis. Mereka cemas para manula akan mengeluh bahwa mereka tidak dapat
melakukan pekerjaan atau bahwa mereka perlu beristirahat atau bahwa mereka
merasa tidak enak badan. Presiden perusahaan menolak stereotip ini. Waalaupun
dia tidak tahu apakah perusahaan lain memiliki departemen manula, dia
mengatakan,”Mari kita mencobanya dan melihat apakah bisa berjalan”, dan
ternyata berjalan.
Pensiunan kini hampir mewakili 20 % dari tenaga kerja Bonne Bell yang
berjumlah 500 orang. Kelompok itu menangani pekerjaan yang dulunya
disubkontrakan, menghemat lebih dari $ 1 juta untuk perusahaan tersebut dalam
empat tahun pertama dan secara efektif membungkam mereka yang skiptis.
Tujuan pengiriman ditetapkan dan terpenuhi. Angka pengunduran diri karyawan
hampir nol. Dan perusahaan mempunyai daftar tunggu panjang dari para manula
yang tertarik mengisi lowongan disana kalau ada. Para manula terbukti merupakan
sumber ideal untuk karyawan baru.
Para senior tidak hanya terbukti produktif dan setia, mereka juga
membantu menekan biaya. Karena sebagian besar menerima jaminan sosial.
Mereka tidak sepenuhnya mengandalkan pekerjaan untuk menunjang kehidupan.
Mereka tidak membutuhkan pekerjaan dengan upah $15 atau $20 per jamuntuk
mencapai kata sepakat. Mereka tampak lebih gembira menrima upah $7,50 per
jam dan menjadi $8 per jam setelah setahun. Disamping itu, perusahaan
menghemat dengan tidak menyediakan tunjangan kesehatan untuk karyawan ini.
Sebagian besar karyawan ini ditanggung tunjangan kesehatan pasangan hidup atau
Mediacare dn menyatakan mereka tidak membutuhkan tunjangan tambahan.
Pertanyaan:
a. Bagaimana fakta-fakta dalam kasus ini sesuai dengan riset tentang usia dalam
bab ini ?
b. Apakah pabrik ini terlibat dalam diskriminasi usia ?
c. Apakah menurut Anda para pekerja tua ini akan berprestasi baik yang sama
jika mereka distukan dalam satu departemen dengan pekerjaan yang lebih
muda ? Jelaskan pendapat Anda !
d. Apakah menurut Anda keberhasilan yang telah dicapai Bonne Bell dengan
merekut pekerja tua dapat diaplikasikan pada perusahaan-perusahaan lain ?
Mengapa iya atau mengapa tidak ?
Jawaban:
Angkatan kerja lansia yang bekerja dan mencari pekerjaan atau menganggur,
lansia ini disebut dengan lansia potensial. Mereka tergolong sebagai lansia
yang produktif dan mandiri. Mereka berusaha tetap bekerja dalam upaya
memenuhi tuntutan hidup maupun mencakup kebutuhan keluarga yang
menjadi tanggungannya.
b. Iya. Dalam studi kasus karyawan di pabrik Bonne Bell termasuk dalam
diskriminasi usia. Karena angkatan kerja adalah penduduk usia produktif
yang berusia 15-64 tahun, sedangkan di dalam studi kasus tersebut dijelaskan
bahwa karyawan di pabrik tersebut rata-rata berusia 70 tahun bahkan ada
yang lebih. Sehingga karyawan tersebut termasuk dalam diskriminasi usia.
Salah satu faktor yang mendorong terjadinya diskriminasi usia adalah faktor
ekonomi. Diskriminasi usia juga mempunyai dampak negatif bagi para
pencari kerja yang berusia muda karena semakin sedikitnya lapangan
pekerjaan.
c. Tidak. Menurut saya, kualitas para pekerja tua tidak sama dengan para
pekerja yang lebih muda. Karyawan yang berusia tua dianggap sebagai tenaga
kerja yang kurang fleksibel dan menolak terhadap kemajuan teknologi pada
zaman sekarang. Kondisi fisik yang semakin menurun juga dapat
mempengaruhi produktivitas dan kinerja dalam bekerja.
Tidak hanya dari segi usia yang berbeda, tingkat loyalitas antara pekerja tua
dan pekerja muda juga berbeda. Semakin tua usia tenaga kerja, justru semakin
kecil kemungkinan karyawan untuk keluar dari perusahaan. Semakin lama
bertahan disuatu organisasi justru karyawan berusia tua akan mendapatkan
upah yang lebih tinggi, biaya liburan, dan tunjangan pensiun yang menjadi
daya tarik untuk tetap tinggal.
Selain itu, semakin lama karyawan berada dalam satu pekerjaan, maka kecil
kemungkinan bagi karyawan tersebut untuk mengundurkan diri. Karyawan
dengan masa kerja lama cenderung memiliki kemampuan yang lebih banyak
dibandingkan dengan karyawan yang kurang pengalaman. Kondisi tersebut
membuat karyawan dengan masa kerja yang lebih lama cenderung lebih
mudah untuk menyelesaikan tugas-tugasnya dan merasa lebih senang
terhadap pekerjaanya.
=> Tidak. Karena dengan segudang pengalaman mayoritas pekerja tua pasti
menginginkan gaji besar. Keinginan tersebut tentu memberatkan perusahaan.
Terutama bagi perusahaan yang masih berkembang. Daripada digunakan
untuk menggaji satu atau dua karyawan yang berusia lanjut, alangkah lebih
baik jika uangnya dialokasi untuk kebutuhan perusahaan yang lebih penting.
Kinerja para pekerja tua juga dianggap kurang produktif. Karyawan yang
berusia lebih tua umumnya sudah berkeluarga, sehingga membutuhkan
quality time khusus untuk keluarga. Hal ini jelas sangat berbeda dengan
karyawan muda yang berstatus lajang. Biasanya karyawan muda tidak
keberatan mendedikasikan waktunya untuk pekerjaan sekalipun di hari libur.
Karyawan muda lebih leluasa membagi waktu dan memprioritaskan
pekerjaan.
Faktor terakhir adalah fisik. Produktivitas tinggi bisa dicapai dengan fisik
yang bugar dan semangat. Jadi, pekerja yang lebih tua lebih mudah sakit
sehingga tidak bisa mencapai produktivitas maksimal. Lebih dari itu,
perusahaan harus mengeluarkan banyak uang untuk urusan tunjangan
kesehatan karyawanya. Daripada mengambil resiko dengan memperkejakan
karyawan tua sakit-sakitan, alangkah baiknya jika perusahaan
memprioritaskan karyawan muda.
NILAI, SIKAP, DAN KEPUASAN KERJA
STUDI KASUS :
Pertanyaan:
Seperti dalam kasus B&S yang tidak lepas dengan berbagai upaya atau
metode untuk meningkatkan kepuasan karyawannya seperti mempelajari
pekerjaan orang lain untuk meningkatkan keterampilan mereka dan
mengurangi kebosanan. Berbagai metode dianggap lebih efektif untuk
menciptakan kepuasan karyawan yang pada gilirannya akan meningkatkan
produktivitas kerja dan juga meningkatkan nilai seta laba perusahaan.
b. Hubungan Kerja
Seperti pada studi kasus di pabrik Lindsay, dalam kelompok kerja dimana
para pekerjanya harus bekerja sebagai satu tim. Kepuasan kerja mereka
dapat timbul karena kebutuhan-kebutuhan tingkat tinggi mereka seperti
harga diri, aktualisasi diri dapat dipenuhi dan mempunyai dampak pada
motivasi kerja tersebut.
3. Meskipun ada tujuan produksi baru yang sangat tinggi, karyawan B&S
tampak lebih puas dengan pekerjaannya karena ditinjau dari faktor-faktor
berikut ini:
a) Pemenuhan kebutuhan
Kepuasan ditentukan oleh tingkatan karakteristik pekerjaan memberikan
kesempatan pada individu untuk memenuhi kebutuhannya.
b) Perbedaan
Kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi harapan. Pemenuhan
harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang diharapkan dan apa
yang diperoleh individu dari pekerjaanya. Bila harapan lebih besar dari
apa yang diterima, orang akan tidak puas. Sebaliknya individu akan puas
bila menerima manfaat diatas harapan.
c) Pencapaian Nilai
Kepuasan merupakan hasil dari persepsi pekerjaan memberikan
pemenuhan nilai kerja individual yang penting.
d) Keadilan
Kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil individu diperlakukan di
tempat kerja.
e) Komponen genetik
Kepuasan kerja merupakan fungsi sifat pribadi dan faktor genetik. Hal ini
menyiratkan perbedaan sifat individu mempunyai arti penting untuk
menjelaskan kepuasan kerja disamping karakteristik lingkungan
pekerjaan.