Anda di halaman 1dari 6

Makalah

Financial Statement and Analysis


Kelas: Manajemen Keuangan IT235111

Dosen Pengampu:
Dr. Wisudanto, SE., MM., CFP, ASPM

Disusun Oleh:
Rika Dwi Nanda (6032231101)

MAGISTER MANAJEMEN TEKNOLOGI


FAKULTAS SEKOLAH INTERDISIPLIN MANAJEMEN DAN TEKNOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2023
1. Pendahuluan
Pasar modal atau bursa efek telah hadir di Indonesia sejak jaman kolonial Belanda,
tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Meskipun begitu, perkembangan dan pertumbuhan pasar
modal tidak berjalan seperti yang diharapkan. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti
perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah
Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat
berjalan sebagaimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar
modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan
seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
Dan salah satu instrument pasar keuangan yang paling popular hingga saat ini adalah
Saham. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk
pendanaan perusahaan. Pada sisi lain, saham merupakan instrument investasi yang banyak dipilih
para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham dapat
didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu
perusahaan atau perseroan terbatas.
Sejak 25 Januari 2021, BEI (Bursa Efek Indonesia) resmi meinplementasikan klasifikasi
terbaru atas sektor dan industri perusahaan tercatat yang bernama Indonesia Stock Exchange
Industrial Classification atau “IDX-IC” yang menggantikan sistem klasifikasi sektor “JASICA’
(Jakarta Stock Exchange Industrial Classification) yang telah digunakan sejak 2 Januari 1996.
Adanya pengklasifikasian sektor industri perusahaan pada bursa efek ini tentu nya diperlukan oleh
para investor karena dapat membantu mempermudah investor untuk melakukan financial analisis
dan melakukan perbandingan sektoral.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini berkaitan dengan adanya
perubahan pengklasifikasian industri dari JASICA menjadi IDX-IC adalah sebagai berikut:
a. Apakah pengklasifikasian industri terbaru IDX-IC sudah sesuai dengan kepentingan investor?
b. Apakah kelemahan dari sistem pengklasifikasian yang lama (JASICA) dari sudut pandang
investor?
c. Apakah pengklasifikasian yang baru (IDX-IC) sesuai dengan standar yang berlaku?
d. Apakah bisa dibuktikan dengan analisa laporan keuangan jika pengklasifikasian IDX-IC
sudah sesuai?

3. Pembahasan
3.1 Sistem Pengklasifikasian Lama (JASICA)
Klasifikasi sektor di BEI dengan sistem JASICA sudah diperkenalkan sejak tanggal 2 Januari
1996 dimana semua perusahaan publik yang mencatatkan sahamnya di BEI diklasifikasikan ke
dalam 9 sektor dengan 56 sub-sektor turunannya. Ke-9 sektor tersebut dikelompokan ke dalam 3
kategori utama yaitu Sumber Daya Alam, Manufaktur atau Industri Pengolahan dan Jasa. Selain
itu, pengklasifikasian di JASICA sendiri hanya memiliki dua tingkat, yakni sektor dan sub-sektor.
Sistem pengkodean pada JASICA memiliki kode sektor angka satu digit dan subsektor berupda
kode angka dua digit. Klasifikasi sektor pada sistem JASICA bisa dilihat pada Gambar 1(a).

(a) (b)
Gambar 1: (a) Klasifikasi Sektor Industri di JASICA; (b) Klasifikasi Sektor Industri di
IDX-IC
Prinsip klasifikasi industri perusahaan yang digunakan di JASICA didasarkan pada aktivitas
ekonominya. Mengutip pernyataan Kepala Divisi Pengembangan Bisnis BEI, Ignatius Denny
Wicaksono, menjelaskan bahwa Prinsip klarifikasi berdasarkan aktivitas ekonomi tidak common
practice di bursa efek lain di dunia. Perusahaan data, indeks, dan bursa efek utama di dunia telah
menggunakan prinsip klasifikasi berdasarkan produk atau ekposur pasar. Selain itu, terdapat
berbagai jenis usaha dan sektor baru yang saat ini berkembang dan belum terklarifikasi secara
spesifik di JASICA.
3.1 Sistem Pengklasifikasian Baru (IDX-IC)
Struktur klasifikasi IDX-IC dirancang memiliki 4 tingkat klasifikasi, yaitu: sektor, sub-sektor,
industri, dan sub-industri (Gambar-1(b)). Jika sebelumnya klasifikasi pada JASICA terdiri dari 9
sektor dengan 56 sub sektor turunannya, maka di sistem pengelompokkan yang baru, IDX-IC,
sektornya bertambah menjadi 12 sektor dengan 35 sub sektor, 69 industri, dan 130 sub industri,
sehingga cakupannya menjadi lebih luas. Dengan demikian, semua perusahaan terklasifikasi
secara spesifik.
Metode pengelompokkan pada IDX-IC berdasarkan eksposur pasar atas barang atau jasa akhir
yang diproduksi oleh perusahaan tercatat, bukan lagi berdasarkan aktivitas ekonomi seperti pada
JASICA. Metode tersebut didasarkan pada pendapatan terbesar yang terefleksi dalam laporan
keuangan, baik dari laporan keuangan auditan maupun laporan tahunan. Pengklasifikasian ini
bertujuan untuk memberikan panduan bagi para penggunanya terkait kelompok perusahaan
dengan eksposur pasar yang sejenis.
Tujuan penerapan klasifikasi yang baru ini antara lain untuk menjawab kebutuhan
perkembangan sektor-sektor perekonomian dan jenis perusahaan tercatat baru. Metode klasifikasi
ini juga akan lebih mirip dengan mayoritas klasifikasi di bursa lain di ranah global, termasuk mirip
dengan indeks-indeks yang diterbitkan oleh pihak swasta. Selain itu, untuk dapat memperlihatkan
kinerja sektor, BEI juga meluncurkan 11 Indeks Sektoral IDX-IC. Indeks Sektoral IDX-IC
dihitung menggunakan metode market capitalization weighted sejak hari dasarnya pada tanggal
13 Juli 2018 dengan nilai awal 1.000. Indeks Sektoral IDX-IC nantinya akan menggantikan 10
Indeks Sektoral saat ini yang mengacu pada JASICA. Hal ini tentu saja sangat bermanfaat bagi
investor, karena akan mempermudah dalam mengevaluasi kinerja suatu emiten perusahaan dan
melakukan benchmarking terhadap perusahaan sejenis pada sektor yang sama (in term of
competitiveness). Dan tentunya memberikan informasi yang relevan sebagai bahan pertimbangan
bagi investor dalam melakukan keputusan investasi.
3.3 Perbandingan Klasifikasi IDX-IC dengan Standard Global Klasifikasi Industri lain
Adanya sistem Klasifikasi Industri yang berlaku secara global akan mempermudah investor
untuk melakukan segmentasi dan mengevaluasi ekonomi global secara sistematik dan menyeluruh.
Beberapa sistem klasifikasi industri yang dipakai pada bursa global diantaranya adalah Industri
Classification Benchmark (ICB) yang dikembangkan oleh FTSE Russel, Global Industri
Classification Standard (GICS) milik MSCI dan S&P Dow Jones, International Standard
Industrial Classification of All Economic Activities (ISIC) oleh United Nation, Bloomberg Industri
Classification Standard (BICS) oleh Bloomberg dan masih banyak lagi yang lainnya.
Untuk ICB dan GICS sendiri, keduanya sama-sama terbagi menjadi empat level hierarki
klasifikasi, sama halnya dengan IDX-IC, dengan prinsip klasifikasi didasarkan pada perspektif
orientasi pasar. Perbandingan struktur ke-empat level klasifikasi serta pembagian klasifikasi
tingkat-1 pada sistem IDX-IX, ICB dan GICS dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2: (a) Perbandingan Hierarki Klasifikasi Industri; (b) List Klasifikasi Tingkat satu pada
IDX-IC, ICB dan GICS
Pada ICB, perusahaan akan dikategorikan pada suatu subsektor berdasarkan sumber
pendapatannya atau mayoritas dari sumber penghasilan tersebut. Ketika sebuah perusahaan
memiliki dua atau lebih bisnis yang berbeda, maka pengklasifikasian nya akan berdasarkan pada
bagian terbesar dari pendapatan yang dihasilkan (50% atau lebih) sebagaimana terindikasi pada
laporan keuangannya. Sedangkan pada GICS, sebuah perusahaan akan diklasifikasikan sub-
industri nya sesuai dengan aktivitas bisnis utamanya, yang menghasilkan mayoritas dari
pendapatan perusahaan. Dimana, ketika suatu perusahaan terdiri dari dua atau lebih aktivitas bisnis
yang berbeda secara substansial, dan tidak ada satupun yang berkontribusi pada 60% atau lebih
pendapatan, maka akan diklasifikasikan kedalam sub-industri yang memberikan sebagian besar
penghasilan kedua perusahaan.
Klasifikasi pada IDX-IC sudah sesuai dengan standard ICB maupun GICS dimana prinsip
pengklasifikasian didasarkan pada ekposur pasar terhadap produk atau jasa yang menjadi sumber
pendapatan terbesar. Untuk perusahan yang memiliki dua atau lebih sumber pendapatan yang
berasal dari anak perusahaan, maka perusahaan ini akan memiliki 3 kemungkinan klasifikasi yaitu:
a) Perusahaan akan diklasifikasikan berdasarkan sub-indsutri tertentu apabila memiliki
pendapatan lebih dari 50% yang berasal dari anak perusahaan di sektor non-keuangan
b) Perusahaan akan diklasifikasikan pada Sub-Industri C311 (Perusahaan Holding Multi-
sektor) apabila tidak terdapat sumber pendapatan lebih dari 50% yang berasal dari anak
perusahaan
c) Perusahaan akan diklasifikasikan pada Sub-Industri G511 (Perusahaan holding Keuangan)
apabila perusahaan adalah perusahaan yang tidak memiliki izin di sektor keuangan tetapi
memiliki sumber pendapatan terbesar berasal dari anak perusahaan di sektor keuangan.
3.4 Analisa Laporan Keuangan sebagai Bentuk Kesesuaian Pengklasifikasian IDX-IC
dengan Standar yang Berlaku
Pengklasifikasian yang diterapkan oleh IDX-IC sudah sesuai dengan prinsip yang diterapkan
oleh standard global yaitu salah satunya adalah ICB. Sebagai pembuktian, kita akan mencoba
menganalisa salah satu Perusahaan yang tercatat sebagai emiten di BEI, yaitu emiten BRPT atau
Barito Pacific. BRPT diklasifikasikan sebagai berikut:
Kode Sektor Sub-Sektor Industri Sub-Industri
B111 Basic Materials Basic Materials Chemicals Basic Chemicals
Dimana berdasarkan Laporan Keuangan Interim Trimester-1 tahun 2023, disebutkan bahwa BRPT
memiliki 13 anak perusahaan dengan 3 tipe sumber pendapatan sebagai berikut:

Berdasarkan laporan keuangan tersebut dapat dikertahui bahwa BRPT merupakan perusahaan
multisektor dengan sumber pendapatan utamanya (75%) berasal dari produk petrokimia sehingga
masuk ke dalam sub-industri Basic Chemicals pada sektor Basic Materials sesuai dengan definisi
pada prinsip klasifikasi IDX-IC berikut:
Definisi dalam pengklasifikasian untuk sektor Basic Material pada IDX-IC sesuai dengan sistem
pengklasifikasian pada ICB dengan definisi sebagai berikut:

4. Kesimpulan
Berdasarkan analisa dan pembahasan yang telah dilakukan, terdapat beberapa hal yang
dapat disimpulkan, antara lain sebagai berikut:
1. Pengklasfikasian Industri IDX-IC yang berdasarkan prinsip ekposur pasar sudah sesuai untuk
kepentingan investor karena akan mempermudah dalam mengevaluasi kinerja suatu emiten
perusahaan dan melakukan benchmarking terhadap perusahaan sejenis pada sektor yang sama.
Dan tentunya memberikan informasi yang relevan sebagai bahan pertimbangan dalam
melakukan keputusan investasi.
2. JASICA sebagai Sistem Klasifikasi Industri memiliki beberapa kelemahan diantaranya
adalah:
- Terdapat berbagai jenis usaha dan sektor baru yang saat ini berkembang dan belum
terklarifikasi secara spesifik di JASICA
- Prinsip klarifikasi JASICA yang berdasarkan aktivitas ekonomi tidak common practice
di bursa efek lain di dunia
- Sistem Klasifikasi JASICA yang hanya terdapay 9 sektor dan 56 sub sektor membuat
terdapat sektor-sektor yang terlalu luas cakupan nya dan tidak homogen sehingga
perusahan tidak terdefinisi secara spesifik
3. Prinsip dan Metodologi Pengklasifikasian pada IDX-IC sudah sesuai dengan common practice
beberapa standar global yang berlaku diantaranya adalah Industri Classification Benchmark
(ICB) dan Global Industri Classification Standard (GICS).
4. Berdasarkan Analisa Laporan Keuangan salah satu emiten di BEI, yaitu BRPT yang
merupakan perusahaan multisektoral, terbukti bahwa pengklasifikasian pada prinsip IDX-IC
sesuai dengan salah satu standar global yaitu ICB, dimana emitter tersebut dikategorikan
sebagai Sektor atau Industri Basic Materials.

Anda mungkin juga menyukai