Anda di halaman 1dari 16

Klasifikasi Bidang Industri Pada Pasar

Modal Indonesia
Sejarah, Detail & Perspektif Bagi Investasi

Manajemen Keuangan
Kelompok 1 SIMT ITS 2022
Kelas E
Disusun dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah

MANAJEMEN KEUANGAN

Dosen Pembimbing :

Dr. WIsudanto, SE., MM., CFP, ASPM

TIM PENYUSUN :

 Rakhmad Widiyanto NRP : 6032221173


 Richard Julius NRP : 6032221093
 Rieza Pahlevi NRP : 6032221010
 Selly Nissa Saputri NRP : 6032221177
 Yugo Prasetyo NRP : 6032221093

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN TEKNOLOGI


SEKOLAH INTERDISIPLIN MANAJEMEN TEKNOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2022

-1-
Ringkasan Sejarah

Ketika industrialisasi memperoleh momentum selama awal 1900-an, berbagai departemen


pemerintah AS memulai penelitian dan studi tentang berbagai industri dan fungsinya yang
berbeda. Tujuannya adalah untuk mengkonsolidasikan informasi untuk menghasilkan keputusan
penting tentang fasilitas, investasi, dan peraturan yang diperlukan untuk lebih mendukung
pertumbuhan industri. Namun, karena kurangnya standar yang ditetapkan, setiap departemen
akhirnya menggunakan metodologinya sendiri. mengkonsolidasikan informasi di berbagai sumber
menjadi tantangan yang dihadapi. Standard Industrial Classification (SIC) karenanya diusulkan
sebagai sistem klasifikasi seragam, yang bertujuan untuk mewakili industri besar, sub-kelas dan
fungsi/produk spesifik, dan secara resmi diadopsi pada tahun 1937.

Dalam perjalanannya SIC mengalami berbagai revisi menyesuaikan berbagai factor perubahan
ragam usaha yang ada di pasar, hingga akhirnya pada tahun 1997 digantikan oleh NAICS (North
American Industrial Classification System), yang menyasar lebih detail pada variasi bidang usaha
dibandingkan SIC dengan penambahan digit kode. Sehingga klasifikasi menjadi lebih luas.

Dikarenakan kebutuhan penggunaan klasifikasi yang semakin luas secara dunia, PBB melalui
UNSTATS (United Nation Statistic Division) pada tahun 1958 mengeluarkan ISIC (International
Standard Industrial Classification of All Economic Activities) dengan revisi terakhir pada tahun
2008 dengan tujuan yang sama dengan SIC namun aplikasi nya dapat digunakan secara national
maupun multinasional, serta dapat digunakan pada variasi usaha, pasar dan komoditas yang lebih
luas.

Dalam dunia pasar modal USA klasifikasi industry juga turut disusun oleh beberapa Lembaga
ranking & perusahaan listing modal bagi jenis usaha yang masuk dalam stock market mereka.
Dengan target mempermudah investor mengidentifikasi perusahaan yang layak untuk diberikan
modal (invested) serta diversifikasi penanaman modal yang akan mereka lakukan. MSCI & S&P
500 memiliki GICS (Global Industrial Classification Standards) sedangkan FTSE & Dow Jones
memilki ICB (Industrial Calssification Benchmarking), serta Thomson Reuters dengan TRBC
(Thomson Reuters Business Classification) dimana standard tersebut senantiasa diperbaharui
menyesuaikan evaluasi pasar yang terjadi.

Di Indonesia penggunaan klasifikasi bidang usaha pada pasar modal sendiri juga telah dilakukan
sejak tahun 1996 dengan menggunakan JASICA (Jakarta Stock Industrial Classification) dimana

-2-
penentuan klasifikasi industri nya berpedoman pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha (KBLI)
yang dikeluarkan oleh BPS serta ISIC.

Dalam perkembangannya, penggunaan klasifikasi dari pemerintah tersebut dianggap kurang


mengakomodasi kondisi pasar, karena KBLI lebih beriorientasi pada pertumbuhan ekonomi yang
diindikasikan dari aktivitas ekonomi sesuai klasifikasi masing-masing bidang usaha, sehingga
banyak jenis usaha baru yang tidak terklasifikasi dengan baik, seperti perfilman, perusahaan
teknologi, perusahaan jasa olahraga yang dalam JASICA dikategorikan sebagai “Others”.

Akhirnya pada tahun 2021 Bursa Efek Indonesia (BEI) merilis klasifikasi industry baru bertajuk
IDX-IC (IDX Industrial Classification), prinsip klasifikasi IDX-IC lebih mengedepankan eksposur
pasar dengan penentuan klasifikasi menggunakan sumber pendapatan terbesar yang tercantum
dalam laporan keuangan masing-masing perusahaan tercatat dan sumber lainnya, sehingga
cakupan klasifikasi bidang usaha menjadi lebih luas. Dalam penggunaannya, IDX-IC berkiblat
pada klasifikasi industry dari perusahaan yang sudah digunakan secara luas seperti GICS
maupun ICB, sehingga diharapkan data yang disajikan kepada investor ber-basis pada common
global knowledge seperti yang lazim digunakan pada pasar modal lain.

Tujuan Klasifikasi Industri di Pasar Modal

Tujuan dari penerapan klasifikasi industry pada dunia pasar modal adalah sebagai berikut :

 Memberikan data kepada investor berisi informasi dasar perusahaan – perusahaan yang
terdaftar di pasar modal.
 Mempermudah investor dalam melakukan Analisa komprehensif untuk membandingkan
performa kinerja antar perusahaan sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan.
 Melakukan penilaian dampak trend industry baik secara global maupun local terhadap
portofolio investasi.
 Melakukan evaluasi terhadap instrument investasi yang ada, serta kemungkinan untuk
pembuatan instrument investasi yang baru berdasarkan trend masing-masing sector
 Pemerintah menggunakan klasifikasi industri untuk melacak tren bisnis dan tenaga kerja,
merancang program, dan menentukan skema pajak.

-3-
Penerapan Klasifikasi Industri di Pasar Modal Indonesia

Sejak Tahun 1996 pasar modal di Indonesia Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menerapkan
klasifikasi industry pasar modal dengan menggunakan system bernama JASICA (Jakarta Stock
Industrial Classification) yang menggunakan referensi data dari Klasifikasi Baku Lapangan Usaha
(KBLI) yang dikeluarkan oleh BPS serta ISIC. Yang secara detail dapat dilihat pada table berikut
:

JAKARTA STOCK INDUSTRIAL CLASSIFICATION (JASICA)

-4-
Sumber : IDX Fact Book 2010

Kode JASICA ditulis dengan bilangan yang umum (1-9) dan nomor tersebut digunakan untuk
mengidentifikasikan:

1. Sektor: 1 digit (1-9).


Pengelompokan ini meliputi 9 sektor yang ditandai dengan bilangan 1 digit.
2. Sub sektor: 2 digit (11-99).
Sub sektor memberikan informasi yang lebih spesifik dari sebuah sector. Setiap sektor
meliputi subs sektor yang memiliki bisnis inti yang mirip. Sub sektor ini memberi informasi
spesifik tentang masing-masing grup dalam kategori. Sub sektor berakhir dengan bilangan
9 (misalnya 19,29, 39 dst.)

-5-
Sistematika JASICA diklasifikasikan sebagai Primary, Secondary dan Tertiary tergantung kepada
aktifitas ekonomi utama dari tiap-tiap perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia
(BEI).

JASICA mengatur Primary sektor adalah Agriculture dan Mining, sebagai Secondarynya adalah
Basic Industry and Chemical, Miscellaneous Industry and Consumer Goods dan Tertiary Sektor
adalah Property, Infrastructure, Finance dan Trade.

Seiring dengan perubahan global dan dengan bermunculannya jenis- jenis usaha baru yang mulai
berkembang serta menyesuaikan dengan common practice di Bursa Efek lain di dunia, Jakarta
Stock Industrial Classification (JASICA) dirasa masih banyak kekurangan yaitu sebagai berikut:

1. Tidak terdapat ruang bagi klasifikasi bagi usaha baru


2. Sektor -sektor terlalu luas dan homogen, tidak terdefinisi secara spesifik
3. Tidak common practice di Bursa Efek lain di dunia

Klasifikasi usaha yang tidak terdapat pada Sektor dan Sub-sektor Jakarta Stock Industrial
Classification (JASICA) ini biasanya akan dimasukan kedalam kategori “Others” dimana hal ini
sangat menyulitkan bagi para pelaku pasar, terutama investor.

Hal tersebut yang mendorong Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk memperbaharui sistem klasifikasi
usaha tersebut. Dalam pengelompokan perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI),
BEI menggunakan sumber informasi berupa laporan keuangan auditan, laporan tahunan,
prospectus IPO, dan questioner kepada para emiten.

Pada tanggal 25 Januari 2021, Bursa Efek Jakarta (BEI) resmi menggunakan metode
pengklasifikasian industri terbaru yang disebut dengan IDX Industrial Classification (IDX-IC). IDX
Industrial Classification (IDX-IC) ini menggantikan Jakarta Stock Industrial Classification atau
yang lebih dikenal dengan JASICA. Berikut ini adalah klasifikasi IDX-IC yang diambil dari
www.idx.id

-6-
IDX INDUSTRIAL CLASSIFICATION (IDX-IC)

Terdapat 4 tingkat klasifikasi yaitu Sektor (A-Z), Sub-sektor (1-9), Industri (1-9), Sub-industri (1-
9). Jumlah Sektor menjadi 12 yaitu Energi (A), Basic Material (B), Industrial (‘C), Consumer Non-
Cyclicals (‘D), Consumer Cyclicals (E), Healthcare (F), Financial (G), Property & Real Estate (H),
Technology (I), Infrastructure (J), Transportation & Logistic (K), and Listed Investment Product
(Z).

-7-
Untuk mempermudah pemahaman mengenai tujuan dari perubahan system klasifikasi tersebut,
berikut table perbandingan antara system JASICA & IDX-IC :

JASICA IDX-IC

Prinsip Aktivitas Ekonomi (Proses) Eksposur Pasar/produk final


Klasifikasi

Struktur 2 Tingkat 4 Tingkat


Klasifikasi
9 Sektor, 56 Sub Sektor 12 Sektor, 35 Sub Sektor

69 Industri, 130 Sub Industri

Pengkodean 10 Indeks 11 Indeks

1. Pertambangan 1. Energi (A)


2. Barang Konsumsi 2. Bahan Baku (B)
3. Perkebunan 3. Perindustrian (‘C)
4. Industri Dasar 4. Barang Konsumen Primer
5. Aneka Industri (D)
6. Properti Real Estate & konstruksi 5. Barang Konsumen Non-
7. Infrastructure, utilitas & Primer (‘E)
transportasi 6. Kesehatan (F)
8. Keuangan 7. Keuangan (G)
9. Perdagangan, jasa & investasi 8. Property & Real Estate (H)
9. Teknologi (I)
10. Infrastructure (J)
11. Transportasi & Logistik (L)
12. Produk Investasi Tercatat
(Z)

Perubahan Dibuktikan dalam 2 tahun berturut-turut Konfirmasi emiten, laporan keuangan


Klasifikasi 2 tahun berturut turut

Sumber: online kontan.co.id, Senin 25 Januari 2021/Ini Beda Indeks Sektoral Baru IDX Industrial Classification (IDX-
IC) dengan JASICA

-8-
Manfaat Perubahan Sistem Klasifikasi

Untuk mengetahui lebih jelas bagaimana dampak dari perubahan system klasifikasi tersebut,
berikut contoh perbadingan penggunaan metoda klasifikasi JASICA dan IDX-IC dengan
menggunakan contoh emiten Adaro Energy, Tbk (ADRO)

Kode JASICA : 21

Kode Sektor : 2 - Mining

Kode Sub Sektor : 1 - Coal Mining

Emiten ADARO ENERGY, TBK (ADRO) dengan menggunakan JASICA dikelompokkan pada
Sektor Mining, Sub sektor Coal Mining.

Kode IDX-IC : A121

Kode Sektor : A - Energy

Kode Sub Sektor : A1

Kode Industri : A12 - Coal

Kode Sub Industri : A121 - Coal Production

Dengan menggunakan IDX-IC, Emiten ADARO ENERGY, TBK (ADRO) dikelompokkan kedalam
Sektor Energy, Industri Coal, Sub Industri Coal Production. Didalam Klasifikasi Industri
Perusahaan Tercatat PT. Bursa Efek Indonesia per Tanggal 19 Januari 2022, Sub Industri Coal
terdapat 3 Jenis, yaitu :

1. A121 - Coal Production


2. A122 - Coal Distribution
3. A132 - Oil, Gas & Coal Equipment & Services

Jika dilihat lebih lebih dalam lagi, untuk membandingkan performa perusahaan sejenis ADARO
ENERGY, TBK menggunakan JASICA dan IDX-IC adalah sbb:

-9-
Sumber : IDX Fact Book 2010

Sumber : IDX Company Fact Sheet LQ-45 February - July 2022

Dapat dilihat perbedaan antara JASICA dan IDX Industrial Classification (IDX-IC) yang
ditampilkan pada table dan gambar diatas. IDX Industrial Classification (IDX-IC) merupakan solusi
atas JASICA dengan memberikan pengklasifikasian yang lebih tajam dan pengkodean yang lebih
spesifik.

Para Analis Pasar dan Investor yang sifatnya Institusi memang melihat perkembangan ekonomi
harusnya dikategorikan mengikuti perkembangan End Product atau hasil akhir dari sebuah sektor
industri. JASICA memang mempunyai banyak kelemahan untuk mendukung beberapa sub sektor
yang sudah banyak menghasilkan end-product baru sejak dekade terakhir dan menyesuaikan
juga kebutuhan dari Pasar Global.

Kesesuaian IDX-IC Dengan Standar Internasional

Tujuan perubahan JASICA ke IDX-IC adalah untuk mensejajarkan klasifikasi di bursa efek
indonesia menjadi sama dengan yang di lakukan bursa lain di global. Dan tentunya bagi investor
dengan klasifikasi bidang usaha yang lebih setara ini maka akan sangat bermanfaat bagi investor
pada saat menetapkan sektor dan sub sektor investasinya di lakukan, dan lebih jauh investor bisa
secara obyektif mengukur kinerja investasinya di bursa efek indonesia dan membandingkan
dengan bursa efek lainya di dunia.

-10-
Selain itu, IDX-IC diharapkan dapat menyempurnakan penilaian risiko bagi portofolio investasi. di
sisi lain memastikan stakeholders mampu membuat perbandingan perusahaan yang konsisten
secara global berdasarkan sektor dan industri. Hal ini bukan mustahil, sebab IDX-IC sudah
menyelaraskan klasifikasi yang umum digunakan di bursa efek lain di dunia. IDX-IC sudah
berkiblat pada klasifikasi industri komersial dari perusahaan data yang biasa menjadi acuan,
seperti Klasifikasi Global Industry Classification Standard (GICS) milik MSCI dan S&P, Industry
Classification Benchmark (ICB) milik FTSE dan Dow Jones. Ada juga Thomson Reuters Business
Classification (TRBC) yang dimiliki oleh Refinitiv (Thomson Reuters).

Klasifikasi Global Industry Classification Standard (GICS) adalah metode untuk menugaskan
setiap perusahaan publik ke sektor ekonomi dan kelompok industri yang paling mendefinisikan
bisnisnya. Ini adalah salah satu dari dua sistem persaingan yang digunakan oleh investor, analis,
dan ekonom untuk membandingkan dan membedakan perusahaan pesaing. GICS
mengidentifikasi setiap perusahaan berdasarkan sektor, kelompok industri, industri, dan sub-
industri. GICS dikembangkan bersama oleh Morgan Stanley Capital International (MSCI) dan
Standard & Poors. Metodologi GICS digunakan oleh indeks MSCI, yang mencakup saham AS
dan internasional, serta oleh sebagian besar komunitas manajemen investasi professional.

Sedangkan Industry Classification Benchmark (ICB) adalah sistem untuk menetapkan semua
perusahaan publik ke sub sektor yang sesuai dari industri tertentu. Sistem ini dikembangkan oleh
Dow Jones dan Financial Times Stock Exchange (FTSE) dan diakui secara global. ICB
mengklasifikasikan setiap perusahaan publik menurut industri, supersektor, sektor, dan
subsector. Sistem ini membantu investor meneliti saham dan mengidentifikasi pesaing.

Perbandingan antara IDX-IC, GICS & ICB

IDX-IC GICS - Global Industry ICB - Industry


Classification Standard Classification
Benchmark
Prinsip Eksposur Pasar/Produk Pendekatan berorientasi Produk Final
Klasifikasi Final produksi dan pasar.
Struktur 4 Tingkat, 4 Tingkat, 4 Tingkat,
Klasifikasi 12 Sektor, 35 sub-sektor, 69 11 Sektor, 24 kelompok 11 industri, 20
industri dan 130 sub-industri industri, 69 industri dan supersektor, 45 sektor,
158 sub-industri 173 sub-sektor

-11-
Indeks 1) Energi, 1) Kebijaksanaan 1) Teknologi
2) Barang baku, Konsumen 2) Telekomunikasi
3) Perindustrian, 2) Bahan Pokok 3) Kesehatan
4) Barang konsumen primer, Konsumen 4) Keuangan
5) Barang konsumen non- 3) Energi 5) Perumahan
primer 4) Bahan 6) Kebijaksanaan
6) Kesehatan, 5) Industrials Konsumen
7) Keuangan, 6) Kesehatan 7) Bahan Pokok
8) Properti & real estate 7) Keuangan Konsumen
9) Teknologi 8) Teknologi Informasi 8) Industrials
10) Infrastruktur, 9) Perumahan 9) Bahan Dasar
11) Transportasi & logistik, 10) Layanan Komunikasi 10) Energi
12) Produk investasi tercatat 11) Utilitas 11) Utilitas

Kesimpulan

Dari berbagai data yang disajikan diatas, keputusan penerapan IDX-IC di pasar modal Indonesia
adalah sebuah Langkah yang tepat. Berbagai benefit dari penerapan sistem tersebut antara lain
:

1. Perusahan tercatat secara objective, tidak ada yang diklasifikasikan kedalam kategori
“Others”.
2. Menyediakan referensi standard kepada pelaku pasar dalam melakukan analisis sektoral
sehingga lebih objektif, relevan serta membantu pengambilan keputusan investasi yang
lebih tajam
3. Dapat dijadikan indeks saham yang selanjutnya dapat menjadi acuan produk investasi
4. Dengan menggunakan pendekatan eksposur pasar dan struktur klasifikasi menjadikan
IDX Industrial Classification (IDX-IC) lebih mudah dalam menganalisa portofolio investasi
5. Semakin mudah dibandingkan dengan pasar global karena IDX-IC ini menyesuaikan
dengan Bursa Efek lain di luar.
Penyempurnaan dalam penilaian risiko bagi portfolio investasi di Indonesia dan usaha untuk
memperluas basis investor baru di pasar modal dengan pembaharuan dari JASICA kepada IDX-
IC diharapkan akan menghasilkan penetrasi yang positif.

-12-
Referensi

 Hawkins, Ken. “GICS vs. ICB Stock Classification: What's the Difference?”, Investopedia,
www.investopedia.com/articles/stocks/08/global-industry-classification-industrial-
classification-benchmark. Diakses pada 03 September 2022
 Indonesia Stock Exchange. “IDX Company Fact Sheet LQ45 February - July 2022”, Data
Service Division-IDX. July 2022
 Indonesia Stock Exchange. “IDX Fact Book 2010”, Research Division-IDX.
www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/Publication/FactBook/FileDownload/Fact%20Book%2
02010.pdf .Diakses pada 04 September 2022
 Indonesia Stock Exchange. “IDX INDUSTRIAL CLASSIFICATION PERUSAHAAN
TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA”. idx.co.id,
gopublic.idx.co.id/media/1401/daftar-sektor_web-go-public_id.pdf. Diakses pada 03
September 2022
 Sutan Kayo, Edison. “Saham per sektor IDX-IC (IDX Industrial Classification)”,
sahamu.com. www.sahamu.com/daftar-saham-per-sektor-idx-industrial-classification/.
Diakses pada 04 September 2022
 Sahamu.com . “Sektor BEI klasifikasi JASICA (saham dan perusahaan)”, sahamu.com.
www.sahamu.com/emiten/sektor-bei/ . Diakses pada 04 September 2022
 Seth, Shobhit. “An Introduction to Industry Classification Codes”, Investopedia.
www.investopedia.com/articles/investing/111214/sic-vs-naic-introduction-industry-
classification-codes. Diakses pada 03 September 2022
 Wahyu Hidayat, Wastam. Dr., SE., MM. “Dasar Dasar Analisa Laporan Keuangan” Uwais
Inspirasi Indonesia. November 2018
 Safitri, Kiki. “BEI Mulai Implementasikan Klasifikasi Baru untuk Sektor Saham”,
Kompas.com.money.kompas.com/read/2021/01/25/160000626/bei-mulai-
implementasikan-klasifikasi-baru-untuk-sektor-saham-. Diakses pada 03 September 2022
 Intan, Kenia. “Klasifikasi IDX Industrial Classification (IDX-IC) dimulai, ini dampaknya”,
kontan.co.id https://investasi.kontan.co.id/news/klasifikasi-idx-industrial-classification-idx-
ic-dimulai-ini-dampaknya. Diakses pada 03 September 2022
 United Nations, “International Standard Industrial Classification of All Economic Activities
Rev.4” Department of Economic and Social Affairs. 2008

-13-
Lampiran

Kami melakukan ujicoba Analisa laporan keuangan dengan membandingkan emiten dari
beberapa sector untuk membuktikan bahwa penerapan IDX-IC memberikan efek positif bagi
aktivitas bisnis di pasar modal Indonesia.

Beberapa point yang jadi sorotan kami dari table perbadingan diatas :

 Di JASICA untuk emiten berlabel TLKM dan PGAS berada dalam sector yang sama
padahal keduanya mempunyai core bisnis berbeda, sedangkan di IDX-IC TLKM masuk ke
sector infrastructure (IDXINFRA) subsector Integrated and communication service sedang
PGAS masuk ke dalam sector energy (IDX Energy) subsector OIL and gas storage and
distribution.
Dalam kasus tersebut, apabila tetap menggunakan system JASICA, maka proses
benchmarking investor maupun pelaku bisnis menjadi lebih bias, dikarenakan sempitnya
klasifikasi dan berakibat penentuan arah investasi maupun kebijakan perusahaan menjadi
kurang optimal.

-14-
 Manfaat perluasan klasifikasi juga terlihat pada emiten EMTK (Elang Mahkota teknologi,
Tbk) & ASII (Astra International, Tbk) dimana dengan penggunaan IDX-IC kedua emiten
tersebut berada dalam sector yang sama dikarenakan diversifikasi bisnis yang dinaungi
dalam perusahaan induk tersebut.
Dari table tersebut kita bisa melihat bahwa terlihat bahwa performa EMTK terlihat lebih
baik, hal itu bisa di lihat dari gross profit margin, operating profit margin dan net profit
margin yang secara percentage lebih besar dari ASII. Selain itu dari sisi fundamental
keuangan juga terlihat sama, kita bisa lihat dari current ratio dimana disini
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban kewajiban jangka
pendek.
Dari table tersebut juga terlihat performa bisnis EMTK lebih moncer dibanding ASII sendiri
yang meskipun secara total assets jauh diatas EMTK, namun dalam 3 tahun performa
bisnis cenderung stagnan bahkan sempat terkontraksi pada 2020 dikarenakan pandemic
covid-19.
Dari sudut pandang investor kondisi tersebut bisa dapat disimpulkan bahwa EMTK
memiliki prospek bisnis yang lebih menjanjikan dibandingkan ASII yang terlihat dalam
posisi “mature”. Apalagi dengan unit bisnis EMTK yang lebih banyak bergerak dibidang
Media, Telekomunikasi & IT solution yang menjadi backbone baru dalam kehidupan
manusia.
 Perluasan klasifikasi juga memberikan kejelasan pada emiten BUKA (Bukalapak, Tbk),
dimana operasi bisnis emiten yang baru berumur dua tahun ini ter-capture dalam kategori
yang lebih sesuai. Sehingga penentuan arah kebijakan bagi manajemen BUKA akan lebih
terukur dan optimal.

-15-

Anda mungkin juga menyukai