MAKALAH PENYAJI
INTRODUCTION TO FINANCIAL SECURITIES
Mahasiswa:
Billy Fathurrachman
NRP. 6032211185
1. Pendahuluan......................................................................................................3
2. Pengertian Financial Securities.........................................................................3
3. Jenis-jenis Financial Securities.........................................................................3
3.1. Konvensional..........................................................................................3
3.1.1. Obligasi...................................................................................................3
3.1.2. Saham......................................................................................................4
3.1.3. Reksadana...............................................................................................6
3.1.4. Peer to Peer Landing...............................................................................7
3.1.5. Modal Venturer.......................................................................................8
3.2. Syariah....................................................................................................9
3.2.1. Obligasi Syariah/Sukuk...........................................................................9
3.2.2. Saham Syariah.......................................................................................10
3.2.3. Reksa Dana Syariah..............................................................................11
3.2.4. Peer to Peer Lending Syariah...............................................................11
3.2.5. Modal Venturer Syariah........................................................................12
4. Studi Kasus......................................................................................................12
5. Perbandingan Instrumen Sekuritas..................................................................13
6. Kesimpulan......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................15
1. Pendahuluan
Pandemi COVID-19 membuat perkembangan perekonomian di Indonesia mengalami situasi
yang tidak stabil. menurut Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan bahwa krisis ekonomi
yang terjadi akibat dari Covid-19 akan lebih parah jika dibandingkan ketika krisis ekonomi di tahun
2008 .Banyak perusahaan sedang mendapatkan permasalahan perekonomian sehingga melakukan
berbagai cara untuk memenuhi kembali modal dan menjalankan bisnisnya. Salah satu diantara
alternatifnya adalah dengan cara melakukan peminjaman uang atau menambah saham kepemilikan
baru [ CITATION Ifa20 \l 1033 ].
3
2. Dilihat dari segi nilai nominal:
- Conventional Bonds: obligasi yang lazim diperjualbelikan dalam satu nominal,
Rp1.000.000.000,00 per satu lembar.
- Retail Bonds: obligasi yang diperjualbelikan dalam satuan nilai nominal yang kecil, yang
saat ini beredar di Indonesia adalah obiligasi pemerintah seperti Obligasi Ritel Indonesia
dan Sukuk Retil.
Komponen Obligasi:
1. Nilai Nominal (Face Value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan diterima oleh
pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo.
2. Kupon (the Interest Rate) adalah nilai bunga yang diterima pemegang obligasi secara
berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6 bulanan) kupon
obligasi dinyatakan dalam persentase tahunan
3. Jatuh tempo (maturity) adalah tanggal saat pemegang obligasi akan mendapatkan
pembayaran kembali nilai nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi
bervariasi mulai dari 1 sampai dengan 30 tahun.
4. Penerbit/ Emiten (issuer) adalah pihak yang melakukan pemimjaman (borrower) dan
melakukan pembayaran bunga kupon dan pokok kepada pemegang obligasi.
Harga Obligasi biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase sebagai berikut:
1. At Par, harga pasar = harga nominal (100%)
2. At Discount, harga pasar < harga nominal (98%)
3. At Premium, harga pasar > harga nominal (102%)
3.1.2. Saham
Secara sederhana saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau juga dapat diartikan sebagai bukti seseorang
memiliki bagian modal dari suatu perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan
kertas tersebut. Saham yang diperdagangkan dalam Pasar Modal dikenal dengan karakteristik
high risk - high return.
Penerbitan saham merupakan salah satu cara perusahaan untuk mendapatkan dana segar
atau modal untuk pengembangan bisnis secara jangka panjang. Saham dapat dibedakan menjadi
2 jenis, yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock).
Saham sendiri dapat diperjualbelikan melalui Bursa Efek dengan harga yang berubah-
ubah sesuai kondisi perusahaan dan juga kondisi ekonomi. Proses penerbitan saham oleh suatu
perusahaan pada bursa efek biasa disebut dengan Initial Public Offering (IPO).
4
Menurut UU No. 8 Tahun 1995, penawaran umum (emisi/go public/initial public
offering) adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek
kepada masyarakat berdasarkan tatacara yang diatur dalam undang-undang Pasar Modal dan
peraturan pelaksanaannya. Proses penawaran umum dan transaksi saham dibagi menjadi
transaksi pada pasar primer (perdana) dan pasar sekunder. Pasar primer (perdana) artinya
investor membeli pada saat dilakukan IPO pertama kali. Dana investasi dari investor
selanjutnya langsung masuk ke perusahaan dan digunakan untuk kepentingan ekspansi
perusahaan. Selanjutnya, pasar sekunder adalah dimana transaksi antara investor yang satu
dengan investor yang lain. Proses penawaran atau penerbitan saham terbagi pada beberapa
tahap yaitu:
1. Tahap Persiapan adalah tahapan dimana diadakannya Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) untuk meminta persetujuan penawaran saham umum dan penunjukan Lembaga dan
Profesi Penunjang Pasar Modal seperti: Penjamin Emisi (Underwriter), Akuntan Publik
(Independent Auditor), Penilai Independen, Konsultan Hukum, Notaris dan Biro
Administrasi Efek.
2. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran adalah tahap dimana calon perusahaan
melengkapi dan menyampaikan dokumen pendukung pendaftaran kepada OJK.
3. Tahap Penawaran Saham adalah tahap paling utama karena pada tahap ini perusahaan
menawarkan sahamnya kepada investor. Masa penawaran umum ini dilaksanakan paling
kurang 3 hari kerja dan maksimal 5 hari kerja.
4. Tahap Pencatatan Saham di BEI adalah tahap dimana telah selesainya penjualan saham di
pasar perdana dan selanjutnya saham tersebut dicatat dan diperdagangkan di BEI. Saham
yang dicatat di BEI terbagi 2, yaitu Papan Utama (Main Board Indeks – MBX) dan Papan
Pengembangan (Development Board Indeks – DBX).
Menurut Martono dan Harjito (2007) harga saham merupakan refleksi dari keputusan-
keputusan investasi, pendanaan (termasuk kebijakan dividen) dan pengelolaan asset. Nilai
harga saham mengikuti hukum permintaan – penawaran. Harga saham di pasar perdana
ditentukan oleh analisis fundamental yang berdasarkan kinerja keuangan perusahaan dan
analisis teknikal pola pergerakan saham. Harga saham dapat dibagi menjadi 2, yaitu harga
nominal atau harga yang ditetapkan emiten pada saat awal mengeluarkan saham dan harga
perdana atau harga saham yang tercatat di bursa efek yang ditetapkan oleh penjamin emisi
(underwriter).
Pemilik saham atau investor dapat memiliki keuntungan maupun resiko dari membeli
saham yang ditawarkan atau diperdagangkan di bursa efek. Dividen adalah bagi hasil
keuntungan dari kinerja perusahaan yang dibagikan pada suatu kurun waktu tertentu yang
5
nilainya diputuskan dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Capital Gain adalah selisih
jual dari apabila saham yang kita jual memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan harga beli.
Kemudian untuk resiko yang dapat diterima investor yang membeli saham berupa
Capital Loss dan Risiko Likuiditas. Capital Loss adalah keadaan dimana harga jual saham lebih
rendah daripada harga beli. Sedangkan Risiko Likuidasi adalah resiko apabila perusahaan
dinyatakan bangkrut, maka pemegang saham adalah prioritas terakhir setelah perusahaan
melunasi kewajibannya yang lain.
3.1.3. Reksadana
Reksa dana (mutual fund) adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya
menitipkan uang kepada pengelola reksa dana (manajer investasi) untuk digunakan sebagai
modal berinvestasi. Reksa dana merupakan bentuk investasi yang dilakukan oleh investor
kepada emiten secara tidak langsung, yang mana hal ini diwujudkan dengan adanya Manajer
Investasi sebagai pengelola dana investasi. Sangat berbeda dengan reksa dana yang pengelolaan
dananya menggunakan jasa Manajer Investasi. Menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal, reksa dana dapat didirikan dalam bentuk hukum perseroan (corporate
type) atau Kontrak Investasi Kolektif (contractual type).
Reksa dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang
memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki
waktu dan pengetahuan yang terbatas. Reksa dana diharapkan dapat meningkatkan peran
pemodal lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia. Transaksi pasar modal yang terjadi
pada reksadana terjadi pada pasar sekunder dimana transaksi sudah terjadi antara satu investor
dengan investor yang lain. Reksa dana merupakan bentuk derivatif atau turunan dari efek utama
baik yang bersifat penyertaan maupun hutang.
Reksa dana dapat dibagi menjadi beberapa jenis apabila ditinjau dari portofolio
investasinya, yaitu:
1. Reksadana Pasar Uang, yaitu reksa dana yang kebijakan investasinya 100% ditempatkan
pada instrumen pasar uang (surat berharga yang jatuh temponya kurang dari 1 tahun). Jenis
reksa dana ini cocok untuk investor dengan tujuan investasi yang jangka waktunya kurang
dari 1 tahun.
2. Reksadana Saham, yaitu reksa dana yang kebijakan investasinya minimal 80% ditempatkan
pada instrumen saham. Jenis reksa dana ini cocok untuk investor dengan tujuan investasi
yang jangka waktunya di atas 5 tahun
6
3. Reksadana Pendapatan Tetap, reksa dana yang kebijakan investasinya minimal 80%
ditempatkan pada instrumen obligasi. Jenis reksa dana ini cocok untuk investor dengan
tujuan investasi yang jangka waktunya antara 1 – 3 tahun.
4. Reksadana Campuran, reksa dana yang kebijakan investasinya maksimal 79% ditempatkan
pada instrumen saham, obligasi dan pasar uang. Jenis reksa dana ini cocok untuk investor
dengan tujuan investasi yang jangka waktunya antara 3 – 5 tahun.
Proses Pembentukan Reksa Dana adalah sebagai berikut:
- Manajer Investasi dan Bank Kustodian membuat perjanjian bersama yang disebut Kontrak
Investasi Kolektif (KIK). Kontrak tersebut mengatur tugas dan kewajiban masing-masing
pihak.
- Selanjutnya reksa dana yang berbentuk Kontrak Investasi Kolektif ditawarkan kepada
investor. Investor berinvestasi di reksa dana dengan cara melakukan pemindahan uang ke
rekening reksa dana yang terdaftar di bank kustodian. Selanjutnya investor tersebut akan
mendapat unit penyertaan sebagai satuan kepemilikan reksa dana.
- Dana investor selanjutnya dikelola oleh Manajer Investasi ke instrumen saham, utang dan
pasar uang.
Secara umum transaksi reksa dana dapat dibagi menjadi 3 yaitu transaksi pembelian
(Subscription), transaksi penjualan (Redemption) dan transaksi pengalihan (Switching).
1. Transaksi Pembelian. Transaksi pembelian reksa dana, dapat dibagi menjadi transaksi
pembelian pertama atau new subscription, transaksi penambahan atau top up, transaksi
berkala, dan transaksi pembelian produk baru.
2. Transaksi Penjualan. Transaksi penjualan atau pencairan dalam reksa dana dikenal dengan
istilah redemption. Pada transaksi penjualan terdapat istilah redemption fee atau biaya atas
transaksi penjualan reksa dana yang bertujuan agar investor tidak terlalu sering atau cepat
melakukan transaksi penjualan. Sebab suatu reksa dana membutuhkan waktu agar strategi
investasinya dapat berjalan.
3. Transaksi Pengalihan. Transaksi pengalihan atau switching adalah memindahkan investasi
dari satu reksa dana ke reksa dana lain.
7
Fintech P2P lending membuat platform online yang menyediakan fasilitas bagi pemilik
dana untuk memberikan pinjaman secara langsung kepada debitur dengan return lebih tinggi,
sedangkan peminjam dana bisa mengajukan kredit secara langsung kepada pemilik dana
dengan syarat yang lebih mudah dan proses yang lebih cepat dibandingkan ke lembaga
keuangan konvensional.
OJK membatasi penyelenggara Fintech P2P Lending adalah badan hukum Indonesia
yang berbentuk perseroan terbatas atau koperasi dengan syarat pada saat pendaftaran
penyelenggara yang berbentuk perseroan terbatas wajib memiliki modal disetor paling sedikit
Rp1 miliar dan untuk koperasi wajib memiliki modal sendiri paling sedikit Rp1 miliar.
Penyelenggara yang telah terdaftar di OJK, wajib mengajukan permohonan ijin sebagai
Penyelenggara dalam jangka waktu paling lama 1 tahun sejak tanggal terdaftar di OJK dan
wajib memiliki modal disetor / modal sendiri paling sedikit Rp2,5 miliar. OJK juga mengatur
batas maksimum total pemberian pinjaman dana maksimal sebesar Rp2 miliar.
Para pelaku usaha Fintech P2P Lending di Indonesia bergabung dalam satu wadah
organisasi Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI). Melalui surat No. S-
5/D.05/2019 AFPI ditunjuk OJK sebagai asosiasi resmi penyelenggara layanan pinjam
meminjam uang berbasis teknologi informasi di Indonesia. Dalam Code of Conduct AFPI
ditetapkan bahwa bunga maksimal 0,8% per hari. Besaran tersebut terdiri dari bunga, biaya
transfer antar bank, biaya verifikasi, denda dan lainnya. Adapun akumulasi seluruh biaya
termasuk denda adalah 100% dari nilai pokok Pinjaman.
8
3. Pengambilalihan perusahaan
4. Kemitraan
5. Alih teknologi
6. Membantu likuiditas
7. Pendirian perusahaan
Jenis Penyertaan Modal Ventura:
1. Equity financing
2. Semi equity financing
3. Mendirikan perusahaan baru
4. Bagi Hasil
3.2. Syariah
3.2.1. Obligasi Syariah/Sukuk
Obligasi Syariah/Sukuk adalah Efek berupa sertifikat atau merupakan suatu bukti
kepemilikan yang diterbitkan dengan dasar prinsip syariah, yang bernilai sama dan mewakili
bagian yang tidak terpisahkan atas aset yang mendasarinya (underlying asset). Sukuk ini
merupakan cerminan kepemilikan aset berwujud yang disewakan atau akan disewakan dan
bukan berupa surat utang seperti obligasi konvensional. Penerbitan, penggunaan dan
perdagangan sukuk tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah. Tujuan penerbitan sukuk
adalah untuk pembiayaan dan pengembangan perusahaan. Adapun berapa jenis sukuk
berdasarkan tujuan dari transaksinya, antara lain:
1. Ijarah
Sukuk ijarah adalah sertifikat beratas namakan pemilik sendiri atau investor dan
melambangkan kepemilikan terhadap suatu aset yang bertujuan untuk disewakan.
2. Musyarakah
Sukuk musyarakah dikeluarkan berdasarkan perjanjian atau kontrak antara dua atau
lebih banyak pihak yang bekerja sama untuk menggabungkan modal dalam
membangun suatu proyek baru atau membiayai bisnis dimana kedua belah pihak
menanggung bersama atas keuntungan dan kerugian yang terjadi tergantung besaran
modal.
3. Istishna
Sukuk Istishna diterbitkan sesuai perjanjian atau kontrak di mana para pihak yang terlibat
telah menyetujui untuk membeli atau menjual dalam konteks pembiayaan barang.
4. Mudharabah
Sukuk dengan akad mudharabah adalah bentuk kerja sama di mana satu pihak
menyediakan modal dan pihak lain akan menyediakan tenaga. Keuntungan dibagi
berdasarkan perbandingan yang telah dibuat dan disetujui sebelumnya. Seluruh bentuk
kerugian juga akan ditanggung sepenuhnya oleh para penyedia modal.
5. Wakalah
Sukuk wakalah adalah obligasi yang mewakili berbagai kegiatan bisnis atau proyek yang
dikelola melalui penunjukan perwakilan agar dapat mengelola bisnis tersebut atas nama
para pemegang sukuk.
9
6. Muzara’ah
Jenis sukuk ini diterbitkan dengan tujuan mendapatkan dana pembiayaan kegiatan
pertanian berdasarkan kontrak. Dalam sukuk muzara’ah, orang yang berlaku sebagai
pemilik sukuk berhak atas sebagian dari hasil panen sesuai dengan perjanjian yang telah
dibuat.
7. Korporasi
Obligasi syariah ini diterbitkan oleh lembaga usah/ pperbankan yang memegang prinsip
syariah sebagai sistem kerja dasarnya. Tidak semua perusahaan bisa menggunakan sukuk
ini, terutama yang bersifat konvensional.
8. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
Sukuk ini diterbitkan berdasarkan nilai syariat dengan negara sebagai pihak penerbitnya.
SBSN bisa juga digunakan sebagai bukti pembagian aset dalam mata uang rupiah maupun
mata uang asing. SBSN adalah instrumen investasi berbentuk utang-piutang tanpa adanya
riba sama sekali.
10
- Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau menyediakan barang
atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi), barang atau jasa haram bukan karena zatnya
(haram li-ghairihi) yang ditetapkan oleh dsn-mui; dan/atau, barang atau jasa yang
merusak moral dan bersifat mudarat;
- Melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah);
- Rasio total hutang berbasis bunga dibandingkan total ekuitas tidak lebih dari 82%, dan
- Rasio total pendapatan bunga dan total pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan total
pendapatan usaha dan total pendapatan lainnya tidak lebih dari 10%.
11
Akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu. Masing-masing
pihak memberi modal. Keuntungan dan kerugian dibagi sesuai nisbah (persentase) yang
disepakati atau secara proporsional.
3. Akad Mudharabah
Akad kerja sama suatu usaha antara pemilik modal dan pengelola. Seluruh modal
diikeluarkan pemilik modal. Kalau untung, dibagi sesuai nisbah yang disepakati. Sedangkan
jika rugi, ditanggung pemilik modal.
4. Akad Qardh
Akad pinjaman dari pemberi kepada penerima pinjaman. Syaratnya penerima pinjaman
wajib mengembalikan uang yang diterimanya sesuai dengan waktu dan cara yang disepakati.
5. Akad Wakalah
Akad pelimpahan kuasa dari pemberi kuasa kepada penerima kuasa untuk melakukan
perbuatan hukum tertentu yang boleh diwakilkan.
12
Pada skema ini penyertaan modal dilakukan melalui pembiayaan dengan menerapkan
prinsip syariah dan bagi hasil sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Akad yang biasa
digunakan meliputi akad mudharabah, musyarakah, atau mudharabah musyarakah.
4. Studi Kasus
Studi kasus dilakukan terhadap pilihan alternatif dari kasus Ibu Artha sebagai sebagai seorang
direktur keuangan sebuah PT W.Tbk yang sedang melakukan kalkulasi kebutuhan perusahaan untuk
recovery pasca pandemi. Perusahaan yang dipegang oleh bu Artha adalah perusahaan manufaktur.
Adapun keperluan dana akan digunakan untuk meningkatkan produksi dan pemenuhan peralatan
produksi dengan kebutuhan dana sekitar 10 M.
Setelah melakukan analisis dan membuat 5 rekomendasi instrumen pendanaan modal untuk
direkomendasikan kepada Ibu Artha, Berikut adalah perbandingan yang telah didapatkan :
Jatuh Underlyying Akomodasi
Sekuritas Entitas Terlibat Besaran Imbalan
Tempo Asset Dana
Tidak ada
batasan dana, Perusahaan emisi, OJK,
Aset Berwujud, Imbalan berupa dividen pada
tergantung Lembaga dan Profesi
Saham lembar saham jangka waktu tertentu. Komisi
Tidak ada kesepakatan Penunjang Pasar Modal,
yang Pialang maksimal 1% dari
bersama dan KSEI, BEI , Investor,
diperdagangkan nilai transaksi.
kebutuhan Pialang Saham
perusahaan
Penerbit (peminjam),
1 Tahun –
Obligasi Tidak perlu 1 miliar ke atas perantara (broker), investor Kupon tetap 10%
30 Tahun
(pemodal/kreditor)
Peminjam (borrower),
P2P 2 minggu – platform (P2P
Tidak perlu 1 juta – 2 miliar Bunga 14%
Lending 24 bulan marketplace), pemberi
pinjaman (lender)
Perusahaan pasangan usaha
(investee company),
Modal 3 – 10 profesional (management
Saham, obligasi Miliar Divestasi
Ventura tahun venture capital fund
company), pemilik modal
(venture capital funds)
Tidak ada
Aset Berwujud, batasan dana,
Imbalan hasil berupa Capital
unit penyertaan tergantung Perusahaan emisi, OJK,
Reksadan Gain dari kenaikan NAB.
Tidak ada bukti kesepakatan Bank Kustodian, Manajer
a Biaya Pembelian atau
kepemilikan bersama dan Investasi, Investor
Penjualan 1% - 3%
reksa dana kebutuhan
perusahaan
Sukuk Tidak ada aset berwujud, Atas Dewan Pengurus Syariah, Imbal hasil investasi (return)
nilai manfaat kesepakatan Komisaris, Direksi, PSP sesuai dengan kesepakatan
atas aset bersama (Pemegang saham
berwujud tergantung aset pengendali)
tertentu baik atau nilai dari
yang sudah ada perusahaan
maupun yang
akan ada, jasa
13
Jatuh Underlyying Akomodasi
Sekuritas Entitas Terlibat Besaran Imbalan
Tempo Asset Dana
dll
Atas
Perlu kesepakatan
Saham ( Saham yang bersama
Tidak ada Dewan Pengurus Syariah Dividen, bisa setahun sekali
Syariah sesuai dengan tergantung aset
kriteria syariah) atau nilai dari
perusahaan
Atas
Kenaikan Nilai Aktiva Bersih
Efek Syariah kesepakatan
Reksa Dewan Pengurus Syariah, serta Imbal hasil investasi
seperti ; Surat bersama
Dana Tidak ada Manajer Investasi, Unit (return) sesuai dengan jangka
hutang Syariah, tergantung aset
Syariah Khusus waktu dan jenis reksadana
Sukuk, dsb atau nilai dari
syariah yang diinginkan
perusahaan
Underlying
asset sesuai
kesepakatan Atas
pemberi kesepakatan Dewan Pengurus Syariah,
P2P
pinjaman bersama Komisaris, Direksi, PSP Imbal hasil investasi (return)
Landing Tidak ada
dengan tergantung aset (Pemegang saham sesuai dengan kesepakatan
Syariah
peminjam bisa atau nilai dari pengendali)
berupa asset perusahaan
berwujud atau
akan berwujud
Sesuai Atas
kesepakata kesepakatan Dewan Pengurus Syariah,
Modal Aset berwujud,
n atau bisa bersama Komisaris, Direksi, PSP Imbal hasil investasi (return)
Ventura obligasi atau
dibilang tergantung aset (Pemegang saham sesuai dengan kesepakatan
Syariah sahamnya
tidak atau nilai dari pengendali)
ditentukan perusahaan
6. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami tarik dari pembahasan kali ini adalah, jika kami berada di posisi
Bu Artha, maka dalam fase recovery perusahaan pasca pandemi, pertama kami akan lebih memilih
sekuritas konvensional daripada Syariah, karena pemilihan sekuritas Syariah diduga akan
menghambat kecepatan pendanaan perusahaan Bu Artha dimana terdapat portofolio perusahaan
yang harus dipenuhi agar sejalan dengan prinsip Syariah. Kemudian yang kedua, dari beberapa
pilihan sekuritas konvensional, kami akan lebih memilih melakukan penjualan Saham di Bursa
Efek. Karena seperti yang diketahui perusahan Bu Artha merupakan perusahaan terbuka yang telah
melantai di bursa efek. Selain itu, dengan memilih untuk melakukan penjualan Saham pada investor
juga berpotensi mendapatkan pendanaan yang besar dari investor dengan cepat tanpa harus
memikirkan pengembalian pinjaman pada waktu jatuh tempo dengan tambahan nilai bunga.
Di masa pandemic saat ini, perkembangan perusahaan sangat menjadi perhatian sehingga
investor perlu berhati – hati dalam menanamkan modalnya. Dengan melihat kondisi perusahaan Bu
Artha PT. W, Tbk saat ini yang sedang berusaha untuk mendapatkan modal usaha untuk recovery
dari pandemi, investor akan lebih tertarik untuk berinvestasi apabila perusahaan Bu Artha
14
menerbitkan obligasi. Investor akan merasa lebih aman karena obligasi bersifat low risk dan fixed
income security atau pendapatan bunga tetap bagi investor.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, M. S. (2021). Bank Syariah bagi Bankir Praktisi Keuangan. IIIT, 120.
Keuangan, O. J. (2019). Mengenal Fintech P2P Lending Sebagai Alternatif Investasi Sekaligus
Pendanaan. Diambil kembali dari Sikapi Uangmu: sikapiuangmu.ojk.go.id
Nurmasari, I. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap Perubahan Harga Saham dan Volume Transaksi.
Jurnal SEKURITAS, 3.
Otoritas Jasa Keuangan. (2017). Konsep Dasar Modal Syariah. Diambil kembali dari Otoritas Jasa
Keuangan: https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/Pages/Pasar-Modal-Syariah.aspx
Otoritas Jasa Keuangan. (2021). Berkenalan dengan Perusahaan Sekuritas dan Manajer Investasi.
Diambil kembali dari Otoritas Jasa Keuangan:
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/10453
https://duitologi.com/articles/2021/06/10/securities-crowdfunding-alternatif-pendanaan-modal-
usaha-umkm/ diakses tanggal 9 September 2021
Nadiyah, Rahmalia. 5 Perbedaan reksa dana dan Saham yang Wajib Dipahami. Glints.com.
https://bit.ly/3lvfnBR diakses tanggal 10 September 2021
https://money.kompas.com/read/2021/03/24/171818226/mengenal-apa-itu-reksa-dana-definisi-
jenis-keuntungan-dan-risiko?page=all diakses tanggal 10 September 2021
http://www.investopedia.com/terms/s/security.asp#ixzz444d1vKia
15