ekor seperti jarum suntik molekul, melampirkan ke host bakteri dan kemudian suntikan
genom virus ke dalam sel.
Klasifikasi Virus
Menurut Lwoff, dkk (1966) dalam Syahrurachman, dkk (1994) dalam klasifikasi virus
digunakan kriteria sebagai berikut:
a. Jenis asam nukleat, RNA atau DNA
b. Simetri kapsid
c. Ada – tidaknya selubung
d. Banyaknya kapsomer untuk virus ikosahedral atau diameter nukleokapsid untuk virus
helikoidal.
Sedangkan menurut Jawetz, dkk (1992) dalam Darkuni (2001) sifat dasar yang digunakan
dalam klasifikasi virus adalah :
a. Jenis asam nukleat, DNA atau RNA; beruntai tunggal atau ganda
b. Ukuran dan morfologi, termasuk tipe simetris, jumlah kapsomer dan dan adanya selaput
(envelope)
c. Adanya enzim-enzim spesifik terutama polimerase RNA dan DNA yang penting dalam
proses replikasi gen, dan neurominidase yang penting untuk pelepasan partikel virus tertentu
(misal influenza) dari sel-sel yang membentuknya
d. Kepekaan terhadap zat kimia dan keadaan fisik, terutama eter
e. Sifat-sifat imunologik
f. Cara-cara penyebaran alamiah
g. Patologi
h. Gejala-gejala yang ditimbulkannya
2.Virus bentuk Heliks. Menyerupai batang panjang, nukleokapsid merupakan suatu struktur
yang tidak kaku dalam selaput pembungkus lipoprotein yang berumbai dan berbentuk heliks,
memiliki satu sumbu rotasi. Pada bagian atas terlihat RNA virus dengan kapsomer, misalnya
virus influenza, TMV.
3.Virus bentuk Kompleks. Struktur yang amat kompleks dan pada umumnya lebih lengkap
dibanding dengan virus lainnya. Contoh virus pox (virus cacar) yang mempunyai selubung
yang menyelubungi asam nukelat.
Bakteriofage adalah virus yang menggandakan dirinya sendiri dengan menyerbu bakteri.
Dibandingkan dengan kebanyakan virus, ia sangat kompleks dan mempunyai beberapa
bagian berbeda yang diatur secara cermat. Semua virus memiliki asam nukleat, pembawa gen
yang diperlukan untuk menghimpun salinan-salinan virus di dalam sel hidup.
Virus bakteriofage mula-mula ditemukan oleh ilmuwan Prancis, D'Herelle.
Bentuk luar terdiri atas kepala yang berbentuk heksagonal, leher, dan ekor. Bagian dalam
kepala mengandung dua pilinan DNA. Bagian leher berfungsi menghubungkan bagian kepala
dan ekor. Bagian ekor berfungsi untuk memasukkan DNA virus ke dalam sel inangnya.
b. Virus tumbuhan
Virus yang parasit pada sel tumbuhan. Contoh virus yang parasit pada tumbuhan: Tobacco
Mozaic Virus (TMV) dan Beet Yellow Virus (BYV).
c. Virus hewan
Virus yang parasit pada sel hewan. Contoh virus hewan: virus Poliomylitis, virus Vaccina,
dan virus Influenza.
2. Replikasi Virus
Perkembangbiakkan virus sering juga disebut dengan istilah replikasi. Untuk
berkembangbiak, virus memerlukan lingkungan sel yang hidup. Oleh karena itu, virus
menginfeksi sel bakteri, sel hewan, sel tumbuhan dan sel manusia. Ada dua macam cara virus
menginfeksi bakteri, yaitu secara litik dan secara lisogenik. Pada infeksi secara lisogenik,
virus tidak menghancurkan sel, tetapi berintegrasi dengan DNA sel induk. Dengan demikian,
virus akan bertambah banyak pada saat sel inang membelah.
Pada prinsipnya cara perkembangbiakan virus pada hewan maupun tumbuhan mirip dengan
yang berlansung pada bakteriofag seperti yang diuraikan berikut ini.
a.1.Fase Absorpsi
Pada fase Absorpsi, fage melekat di bagian tertentu dari dinding
sel bakteri dengan serabut ekornya. Daerah perlekatan itu
disebut daerah reseptor, daerah ini khas bagi fage sehingga fage jenis lain tidak dapat
melekat di tempat tersebut.
a.2.Fase Penetrasi
Meskipun tidak memilki enzim untuk metabolisme,
bakteriofage memiliki enzim lisosom yang berfungsi merusak
dinding sel bakteri. Setelah dinding sel bakteri terhidrolisi,
maka DNA fage masuk ke dalam sel bakteri
a.4.Fase Perakitan
Komponen-komponen fage akan disusun membentuk fage baru
yang lengkap dengan molekul DNA dan kapsidnya
b.4.Fase Replikasi
Saat profage akan bereplikasi, itu artinya DNA fage juga turut bereplikasi. Kemudian ketika
bakteri membelah diri, bakteri menghasilkan dua sel anakan yang masing-masing
mengandung profage. DNA fage (dalam profage) akan terus bertambah banyak jika sel
bakteri terus menerus membelah. Bakteri lisogenik dapat diinduksi untuk mengaktifkan
profagenya. Pengaktifan ini mengakibatkan terjadinya siklus litik.
3. Patologi sel
a. Hipertrophy
adalah
meningkatnya ukuran dari sel sehingga merubah ukuran dari organ. contohnya
hipertrophy ventrikel kiri.
b. Atrofi adalah Suatu penurunan dalam jumlah atau ukuran atau kedua-duanya dari sel
pada jaringan tertentu yang telah mencapai pertumbuhan dan ukurannya yang normal.
c. Hiperplasia adalah Peningkatan ukuran dari jaringan atau organ akibat meningkatnya
jumlah dari sel penyusun jaringan atau organ tersebut. Contoh: hepar (sel-sel masih
aktif mengadakan mitosis). Dapat bersifat difus ataupun lokal
Contoh hiperplasia difus: goiter difus
Contoh hiperplasia lokal: hiperplasia nodular pada hepar, lien, dan pancreas anjing
d. Displasia adalah Perubahan mikroskopik yang ditandai oleh hilangnya susunan normal
atau keseragaman bentuk atau kedua-duanya dari sel-sel tertentu.
e. Transformasi dari suatu jaringan dewasa yang telah berdiferensiasi secara maksimal
menjadi jaringan lain yang masih ada hubungannya
Contoh:
Squamous metaplasia: transformasi dari epitel kolumner menjadi epitel
squamous
Etiologi: iritasi kronis (epitel bronki); endokrin (mixed mammary tumor); nutrisi
(defisiensi vitamin A)
f. Nekrosis koagulativ yaitu nekrosis yang ditandai dengan pembengkakan,mengeras dan
pucat. Terjadi denaturasi protein plasma,dan pemecahan oraganel sel.
g. Nekrosis liquefactif adalah nekrosis yang mengalami penghancuran jaringan menjadi
basah. Biasanya terjadi karena terinfeksi bakterial sehingga menyebabkan
terakumulasinya sel darah putih.
h. Apoptosis adalah terjadi akibat program “bunuh diri” sel yang dikontrol secara internal,
setelah sel mati yang disingkirkan dengan gangguan minimal dari jaringan sekitar.
i. Degenerasi adalah Kerusakan sel, jaringan, atau organ yang bersifat reversibel, meliputi
aspek morfologik dan fungsional.
DAFTAR PUSTAKA
Asmara, W. 2013. Biologi Virus. Fakultas Kedokteran Hewan UGM. Yogyakarta
Brooks, G.F., Janes S. Butel, & Stephen A. Morse, 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba
Medika : Jakarta
Campbell, N.A, Mitchell L.G, Reece J.B. 2000. Biologi, Edisi 5, Jilid I. Erlangga : Jakarta
Carter, J.B and Saunders, V.A. 2007. Virology Principles and Application. School of
Biomolecular Sciences, Liverpool John Moores University, UK: London
Fenner, F.J. 1993. Virologi Veteriner, Edisi Kedua. Academic Press Inc. California
Sylvia, P.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta
Wasito. 2013. Patologi sel. Fakultas Kedokteran Hewan UGM. Yogyakarta
TUGAS INDIVIDU
BLOK 7
UNIT PEMBELAJARAN 4
12/334044/KH/07469
KELOMPOK 13
YOGYAKARTA
2013