Adapun sifat sifat khusus virus menurut Lwoff, Horne dan Tournier(1966) adalah:
1. Bahan genetik virus terdiri dari ARN atau ADN, tetapi tidak terdiri dari kedua jenis asam nukleat sekaliagus
2. Struktur dari virus relatif sangat sederhana, yakni terdiri dari pembungkus yang mengelilingi asam nukleat
3. Virus mengadakan reproduksi hanya dalam sel hidup, yakni dalam sitoplasma, dalam nukleus, atau didalam
keduaduanya dan tidak mengadakan kegiatan metabolisme jika diluar sel hidup
4. Virus tidak membelah diri dengan cara pembelahan binner. Partikel virus baru dibentuk dengan suatu proses
biosintesis mejemuk yang dimulai dari pemecahan suatu partikel virus infektif menjadi lapisan protein pelindung
dan komponen asam nukleat infektif
5. Asam nukleat partikel virus yang menginfeksi sel mengambil alih kekuasaan dan pengawasan sistem enzim
sel hospesnya, sehingga selaras dengan proses sintesis asam nukleat dan protein virus
6. Virus menginfeksi sel menggunakan ribosom sel hospes untuk keperluan metabolisme
7. Komponen komponen utama virus dibentuk secara terpisah dan baru digabung didalam sel hospes tidak lama
sebelum dibebaskan
8. Selama dalam proses pembebasan, beberapa partikel virus mendapatkan selubung luar yang mengandung lidip
protein dan bahan bahan lain yang sebagian besar berasal dari sel hospes
9. Partikel virus lengkap dinamakan virion, dan terdiri dari inti asam nukleat yang dikelilingi lapisan protein
yang bersifat antigenik yang disebut kapsid
2. Virus berukuran amat kecil , jauh lebih kecil dari bakteri, yakni berkisar antara 20 mµ - 300mµ
(1 mikron = 1000 milimikron). untuk mengamatinya diperlukan mikroskop elektron yang
pembesarannya dapat mencapai 50.000 X.
3. Virus hanya memiliki salah satu macam asam nukleat (RNA atau DNA)
4. Virus umumnya berupa semacam hablur (kristal) dan bentuknya sangat bervariasi. Ada yang
berbentuk oval , memanjang, silindris, kotak dan kebanyakan berbentuk seperti kecebong dengan
"kepala" oval dan "ekor" silindris.
5. Tubuh virus terdiri atas: kepala , kulit (selubung atau kapsid), isi tubuh, dan serabut ekor.
7. Virus hanya dapat berkembang biak di sel hidup lainnya. Seperti sel hidup pada bakteri, hewan,
tumbuhan, dan sel hidup pada manusia.
9. Virus tidak dapat diendapkan dengan sentrifugasi biasa, tetapi dapat dikristalkan.
2. Memiliki ukuran yang sangat kecil, sehingga dapat dilihat hanya dengan mikroskop elektron.
3. Tersusun atas salah satu asam nukleat saja yaitu DNA ataupun RNA.
Karena virus dapat menyerang manusia, hewan, maupun tumbuhan, secara otomatis akan terdapat
berbagai macam penyakit yang dapat ditimbulkan oleh adanya virus.
1. Karbohidrat yang terdapat dalam virus merupakan jenis senyawa ribosa sebagai penyusun
utama RNA (Ribonucleic Acid) atau senyawa karbohidrat jenis deoksiribosa sebagai penyusun
utama DNA (Deoxyribonucleic Acid).
2. Asam nukleat, berupa DNA atau RNA (virus hanya memiliki salah satunya) yang merupakan
bagian paling vital dari virus. DNA atau RNA yang terdapat dalam virus, dibungkus sebuah
selubung yang dikenal dengan capsid. Virus yang asam nukleatnya berupa DNA,
seperti Tobacco mozaic virus (penyebab bercak-bercak pada daun tembakau) dan Papovavirus
(penyebab kutil pada manusia) misalnya, disebut dengan Deoksiribovirus. Sedangkan virus
yang mengandung asam nukleat berupa RNA, seperti Orthomyxovirus (penyebab influenza)
dan Picornavirus (penyebab polio) misalnya, disebut Ribovirus.
3. Protein merupakan senyawa utama penyusun capsid (ind: kapsid) yang membungkus asam
nukleat pada tubuh virus. Kapsid yang tersusun dari protein ini bila terisi asam nukleat (DNA
atau RNA) disebut dengan nukleokapsid (nucleocapsid)
4. Lipid yang ada pada virus merupakan jenis fosfolipid, gikolipid, kolestrol dan beberapa lemak
alami yang lain. Lemak merupakan komponen utama penyusun envelope (selubung).
5. Senyawa-senyawa lain yang belum diketahui.
Jenis-jenis virus | Photo by U.S. federal government is not licensed (Public Domain)
1. Kepala
Kepala merupakan bagian virus yang terbentuk oleh Kapsid. Kapsid merupakan suatu bagian
yang dibentuk oleh subunit berupa monomer berantai polipeptida yang identik satu dengan
yang lain, yang dikenal dengan kapsomer. Kapsomer berbentuk simetris dan dapat mengkristal.
Kapsid bertugas untuk melindungi asam nukleat yang ada di dalam virus, selain itu Kapsid
memberikan bentuk pada virus. Pada beberapa jenis virus, kapsid dibungkus oleh selubung
(Viral envelope). Selubung ini terbentuk dari fosfolipid dan protein sel inang serta protein dan
glikoprotein yang berasal dari virus itu sendiri.
2. Bagian inti
Bagian inti dari virus merupakan materi genetik berupa asam nukleat (DNA atau RNA).
Kegunaan asam nukleat yang ada di dalam virus adalah untuk memberikan instruksi pada
bagian-bagian virus yang lain, selain itu juga untuk bereproduksi.
Ada beberapa jenis asam nukleat yang dikandung oleh virus, diantaranya:
3. Ekor
Bagian ekor merupakan bagian yang terdiri dari tabung bersumbat yang dilengkapi serabut
halus. Kegunaan dari ekor ini untuk menancapkan tubuh virus pada sel yang akan ditempatinya.
1. Ikosahedral
Sesuai dengan namanya, virus ini berbentuk ikosahedron (bentuk tiga dimensi yang memiliki
20 sisi). Bentuk ini sangat mudah dikenali karena bentuknya yang simetris. Contoh virus
dengan bentuk kapsid ini adalah virus demam dengue (DENV) dan virus penyakit kuku dan
mulut (FMDV).
Virus ikosahedral
| Photo by Nossedotti (Anderson Brito) is licensed under CC-BY-SA-3.0
2. Prolat
Bentuknya mirip dengan ikosahedral, tetapi memanjang pada sumbunya. Bentuk prolat ini
umumnya ditemukan pada kepala bakteriofage.
Apabila Anda menyukai artikel Tentorku, bantu Tentorku untuk tumbuh di www.facebook.com/tentorku/
3. Helikal
Pada virus ini, genom asam nukleat melilit di dalam kapsid protein berbentuk silindris. Kapsid
ini memiliki struktur seperti untaian benang. Contoh virus dengan bentuk kapsid ini
adalah Tobacco mosaic virus (TMV).
Virus helikal
4. Kompleks
Virus ini tersusun dari berbagai protein berbeda yang bekerja sama untuk melindungi genom,
menempel pada sel, dan menyuntikkan asam nukleat kedalamnya. Contoh virus dengan
struktur ini adalah Bacteriofage T4, ingat bahwa bakteriofage memiliki kepala berbentuk prolat,
dan struktur lain (leher dan kaki). Hal ini membuat bakteriofage memiliki struktur kompleks.
Virus kompleks
5. Berselubung
Beberapa virus memiliki selubung, artinya kapsid dilapisi oleh membran lipid yang dikenal
dengan nama selubung virus. Selubung ini berguna untuk menghindari sistem kekebalan tubuh,
sehingga virus dapat menginfeksi inangnya. Contoh dari virus dengan struktur berselubung
adalah Influenza virus dan HIV.
Sebelum ke bahasan terkait perkembangan virus, ingat kembali struktur virus. Pada tubuh bakteriofage
tersusun atas kepala, ekor, dan serabut ekor. Kepala virus berbentuk polyhedral (segi banyak) yang di
dalamnya mengandung DNA atau RNA saja. Dari kepala muncul tubus atau selubung memanjang yang
dinamakan sebagai ekor virus. Ekor ini bertugas sebagai alat penginfeksi. Bagian antara kepala dan ekor
memiliki selubung yang disebut kapsid. Kapsid tersusun atas molekul-molekul protein, oleh sebab itu
disebut sebagai selubung protein atau pembungkus protein, fungsinya sebagai pelindung asam nukleat
(DNA dan RNA), dapat membantu menginfeksi virus ke sel inangnya dan menentukan macam sel yang
akan dilekati.
Bagian penting dalam perkembangan virus adalah DNA dan RNA. Setelah proses infeksi melalui ekor
virus, DNA dan RNA akan bertanggung jawab pada perkembangbiakan virus. Simak lebih lanjut materi
perkembangan virus yang meliputi daur litik dan daur lisogenik pada masing – masing bahasan di bawah.
Replikasi Virus – Daur Litik
Perkembangbiakan virus atau replikasi virus untuk siklus litik merupakan siklus reproduksi pada virus
yang puncaknya ditandai dengan matinya sel inang. Pada saast dinding sel inang yang telah terinfeksi
pecah/litik, virus – virus baru yang terbentuk di dalam sel inang akan keluar. Kemudian virus – virus baru
tersebut siap untuk menginfeksi sel inang yang baru.
Daur litik atau siklus litik pada virus bakteriofage dimulai ketika ekor bakteriofage menancap pada bagian
luar permukaan sel inang. Selanjutnya, pembungkus ekor akan masuk lebih dalam menembus membran
sel. Melalui ekor tersebut, virus menyuntikkan DNA virus ke dalam sel inang. Sekali DNA virus masuk,
sel inang mulai mengartikan gen – gen virus. Salah satu gen pertama yang diartikan oleh sel inang adalah
gen untuk menghasilkan enzim penghancur DNA sel inang sendiri.
Setelah DNA sel inang hancur, kemudian DNA virus mengambil alih metabolisme sel inang DNA virus.
Selanjutnya, DNA virus memerintahkan berlangsungnya metabolisme sel inang untuk membentuk
komponen virus. Sehingga dapat terbentuklah virus – virus baru di dalam sel inang.
Akhirnya, gen dalam DNA virus memerintahkan metabolisme sel inang untuk memproduksi
enzim lisozim yang dapat merusak dinding sel bakteri sehingga pecah/litik. Kemudian, virus – virus baru
tersebut akan keluar dari dalam sel inang.
Berikut ini adalah tahapan perkembangan virus untuk daur litik:
Adsorbsi (penempelan): ditandai dengan adanya ujung ekor virus yang menempel/melekat pada dinding
sel inang. Setelah berhasil menempel pada sel inang, kemudian virus mengeluarkan enzim lisozim/enzim
penghancur untuk membentuk lubang pada dinding bakteri atau inang.
Injeksi/penetrasi: virus tersebut kemudian menginjeksikan DNA ke dalam sel bakteri. Hanya DNA virus
yang masuk ke dalam sel inang. Bagian virus lain tetap tertinggal di luar sel dan selanjutnya akan terlepas
dan tidak berfungsi lagi.
Sintesis/Eklifase: DNA virus yang telah diinjeksikan ke sel inang akan menghancurkan DNA sel inang
dan kemudian DNA virus mengambil alih peran DNA sel inang. DNA virus akan mereplikasi diri
berulang-ulang dengan cara menggandakan diri dalam jumlah yang banyak. Pada tahap ini terbentuk
komponen virus seperti kepala, ekor, dan serabut ekor virus.
Perakitan/Pembentukan: bagian – bagian kapsid kepala, ekor, dan rambut ekor virus yang mula-mula
terpisah selanjutnya dirakit menjadi kapsid virus kemudian DNA virus masuk ke dalamnya. Terbentuklah
tubuh virus yang utuh.
Litik: sel inang mati dan dinding sel inang pecah, kemudian virus – virus baru pun keluar dan siap
menginfeksi sel inang yang lain.
Gambar siklus litik pada perkembangbiakan virus dapat dilihat seperti berikut.
Replikasi Virus – Daur Lisogenik
Perkembangbiakan virus atau replika virus yang kedua adalah daur lisogenik atau siklus lisogenik. Pada
siklus lisogenik atau tenang, sel inang tidak segera mengalami litik/pecah. Asam nukleat virus yang
menginfeksi sel inang mereplikasi diri dalam sel – sel bakteri, dari satu generasi ke generasi yang lain.
Meskipun demikian, virus baru yang terbentuk pada siklus secara mendadak menjadi virulen pada suatu
generasi berikutnya dan menyebabkan lisis pada sel inangnya.
Sama seperti pada siklus litik, tahap awal dari siklus lisogenik diawali melalui virus bakteriofage
menempel pada dinding sel inang. Kemudian, DNA virus masuk pada sel inang melalui ekor virus.
Selanjutnya, DNA virus menyisip ke dalam DNA bakteri.
Pada siklus lisogenik, DNA virus bersifat laten (tidak aktif membelah), DNA baru tersebut dinamakan
profage. Profage kemudian mengadakan replikasi. Apabila keadaan lingkungan menguntungkan, profage
akan memasuki tahap selanjutnya, yakni siklus litik.
Secara singkat, tahapan perkembangan virus untuk daur lisogenik diberikan seperti tahapan berikut.
Pada daur lisogenik juga mengalami fase yang sama dengan daur litik, yaitu melalui fase adsorbsi dan fase
injeksi. Selanjutnya, akan mengalami fase-fase berikut.
Penggabungan: DNA sel inang yang terinfeksi DNA virus mengakibatkan benang ganda berpilin DNA
sel inang menjadi putus. Selanjutnya, DNA virus menyisip di antara putusan dan menggabung dengan
benang bakteri.
DNA virus yang menjadi satu dengan DNA sel inang menjadi tidak aktif (disebut profage). Akibatnya, sel
inang yang terinfeksi akan memiliki DNA virus.
Pembelahan: saat DNA bakteri melakukan replikasi, maka DNA virus yang tidak aktif (profage) juga ikut
melakukan replikasi. Jumlah profage DNA virus akan mengikuti jumlah sel inangnya.
Sintesis: dalam keadaan tertentu, jika DNA virus yang tidak aktif (profage) terkena zat kimia tertentu atau
terkena radiasi tinggi, maka DNA virus akan menjadi aktif kemudian dapat menghancurkan DNA sel inang
dan akan memisahkan diri. Selanjutnya, DNA virus tersebut mensintesis protein sel bakteri (inangnya)
untuk digunakan sebagai kapsid bagi virus – virus baru dan sekaligus melakukan replikasi diri menjadi
banyak.
Perakitan: kapsid – kapsid dirakit menjadi kapsid virus yang utuh, yang berfungsi sebagai selubung virus.
Kapsid baru virus terbentuk dan DNA hasil replikasi masuk ke dalamnya guna membentuk virus – virus
baru.
Litik: setelah terbentuk bakteri virus baru terjadilah litik/pecah sel. Virus – virus baru yang terbentuk
berhamburan keluar sel inang dan siap untuk menyerang sel inang baru.
Gambar siklus lisogenik dapat dilihat seperti berikut.
Demikian tadi ulasan terkait materi perkembangbiakan virus yang meliputi daur litik/siklus litik dan daur
lisogenik/siklus lisogenik. Terimakasih sudah mengunjungi idschool(dot)net, semoga bermanfaat.
Baca Juga: Peran Virus dalam Kehidupan
Setelah tumbuhan terinfeksi, gejala yang disebabkan oleh RTBV adalah pengerdilan
tanaman, warna merah sampai oranye-kuning, dan pengurangan jumlah gabah hasil
panen. Infeksi yang terjadi di awal akan menyebabkan kematian pada tumbuhan.
Walaupun efek dari RTBV sendiri sudah signifikan, potensi kerusakan meningkat ketika
dikombinasikan dengan Rice tungro spherical virus (RTSV). Ada beberapa resistensi
genetik terlihat pada tanaman terhadap RTSV, namun sampai saat ini, hanya ada sedikit
(jika ada) resistensi genetik pada RTBV. [3][4]
TSWV menginfeksi lebih dari 1000 spesies tumbuhan dan menyebabkan kerusakan
ekonomi yang signifikan bagi banyak tanaman agronomi dan hortikultura. Di beberapa
daerah, virus ini ditemukan di mana-mana karena dapat menginfeksi banyak gulma,
taman, dan tanaman alam. Gejala TSW berbeda antar spesies inang dan dapat bervariasi
di dalam satu spesies inang. Gagal tumbuh (kerdil) adalah gejala umum dari infeksi
TSWV, dan umumnya lebih parah saat tanaman muda terinfeksi. Sesuai dengan
namanya infeksi menyebabkan bercak-bercak dan tumbuhan menjadi layu, dan
akhirnya dapat menyebabkan kematian. Belum ada obat antivirus yang dikembangkan
untuk tumbuhan yang terinfeksi dengan Tospovirus, dan tanaman yang terinfeksi harus
dibuang dari lapangan dan dihancurkan untuk mencegah penyebaran penyakit. [6]
Gejala yang terlihat pada penyakit ini adalah mosaik atau bintik daun, menguning,
bercak cincin, pengerdilan, juga distorsi daun, bunga, dan buah. CMV menunjukkan
gejala pada daun yang dikenal sebagai efek “shoestring” efek untuk hampir semua
spesies inang. Efek ini menyebabkan daun muda terlihat kurus dan seluruh tanaman
akan mengerdil. Secara khusus CMV dapat menyebabkan ketimun untuk menjadi pucat
dan bergelombang. Daun-daun tumbuhan yang terinfeksi berubah mosaik, berkerut,
dan berubah bentuk. Pertumbuhan biasanya terhambat dan hanya menghasilkan sedikit
bunga. Seringkali bentuk buah mentimun menjadi aneh dan tampak abu-abu,
penampilan ini sering menyebabkan mentimun disebut sebagai “acar putih”, juga
seringkali ketimun yang terinfeksi rasanya pahit. [9]
Tanda-tanda klinis H5N1 pada burung bervariasi dari mulai gejala ringan, seperti:
penurunan produksi telur, pilek, batuk dan bersin. Juga gejala parah, seperti: hilangnya
koordinasi, energi, dan nafsu makan; cangkang telur lunak atau cacat; perubahan warna
ungu dari pial, kepala, kelopak mata, sisir, dan lutut kaki; dan diare. Kadang-kadang
tanda yang pertama terlihat adalah kematian mendadak. Selain itu, virus ini juga
memiliki tingkat mutasi yang tinggi. [1]
FMDV
Penyakit kuku dan mulut (FMD) memiliki implikasi yang parah untuk peternakan,
karena sangat menular dan dapat disebarkan oleh hewan yang terinfeksi melalui
aerosol, melalui kontak dengan peralatan pertanian yang terkontaminasi, kendaraan,
pakaian, atau pakan, dan oleh predator domestik ataupun liar. Penanggulangan
penyakit ini membutuhkan usaha yang besar dalam vaksinasi, pengawasan ketat,
pembatasan perdagangan, karantina, dan kadang-kadang membunuh hewan yang
terinfeksi. Hewan yang rentan penyakit ini adalah sapi, kerbau, domba, kambing, babi,
kijang, rusa, dan bison. [2]
Penyebaran NDV terutama terjadi melalui kontak langsung antara unggas sehat dan
kotoran unggas yang terinfeksi, dan sekresi dari hidung, mulut, dan mata. NDV
menyebar dengan cepat di antara unggas yang dipelihara di dalam kurungan, seperti
ayam yang diternakkan untuk tujuan komersial. NDV hanya menimbulkan sedikit
konjungtivitis dan flu, serta tidak berbahaya bagi manusia, malah dapat digunakan
untuk pengobatan kanker. [3]
4. Rinderpest virus
Rinderpest virus adalah virus penyebab penyakit rinderpest yang juga disebut pes sapi.
Penyakit ganas ini menyerang sapi, kerbau domestik, dan beberapa spesies lain dari
hewan berkuku genap (ungulata), termasuk kerbau liar, antelop besar, rusa, jerapah,
rusa kutub, dan babi hutan. Rinderpest dipercaya berasal dari Asia, yang tersebar
melalui perdagangan ternak. Penyakit ini juga dipercaya sebagai salah satu dari sepuluh
tulah di Mesir (Plagues of Egypt) yang diceritakan dalam kitab suci Yahudi. Sekitar
3.000 BCE, wabah penyakit ini telah mencapai Mesir, dan rinderpest kemudian
menyebar ke seluruh sisa benua Afrika oleh penjajahan bangsa Eropa. Virus rinderpest
termasuk dalam kelompok (-)ssRNA, family Paramyxoviridae, genus Morbillivirus.
Rinderpest virus
Wabah rinderpest pada tahun 1980an tercatat menimbulkan pandemik besar Afrika
yang membunuh 80%-90% populasi sapi mulai dari Ethiopia sampai ke ujung Afrika
Selatan. Hal ini menyebabkan kelaparan yang diperkirakan mengakibatkan kematian
sepertiga populasi manusia di Ethiopia dan dua pertiga dari orang-orang Maasai di
Tanzania. Penyakit ini ditandai dengan demam, erosi mulut, diare, tenesmus, nekrosis
limfoid, dan tingkat kematian yang tinggi (mendekati 100%). Rinderpest terutama
ditularkan melalui kontak langsung dan dengan meminum air yang terkontaminasi,
walaupun bisa juga ditularkan melalui udara. Setelah kampanye pemberantasan global,
kasus terakhir rinderpest yang dikonfirmasi didiagnosis pada tahun 2001. [4]
5. Penyakit Newcastle
Penyakit Newcastle (bahasa Inggris: Newcastle Disease, sering disingkat ND)
adalah penyakit pada unggas yang fatal (mematikan). Di Indonesia penyakit ini juga populer
sebagai tetelo, diambil dari nama dalam bahasa Jawa, thèthèlo.
Penyebabnya adalah serangan virus NDV, suatu virus RNA berkas tunggal
dengan sekuens antisens negatif. Pertama kali virus ini diisolasi dari Newcastle upon
Tyne, Inggris, tahun 1926 oleh Doyle. Pada tahun yang sama, Kraneveld berhasil mengisolasi
virus pada unggas dari Bogor[1].
Serangan pada ayam adalah yang paling dikenal, dengan gejala klinis seperti
terkena pilek (hidung berair dan tersumbat), mengorok, sayap turun lemas
(terkulai), kaki terseret, sampai kepala terkulai atau melipat. Pada unggas muda, serangan ini
dapat segera berakhir dengan kematian, sedangkan pada unggas dewasa, kematian biasanya
terjadi dua sampai tiga hari setelah gejala pertama kali terlihat.
Tetelo juga menyerang itik manila. Manusia dapat tertular NDV tetapi tidak memberikan gejala
yang signifikan, biasa berupa konjungtivitis (radang selaput mata) atau pilek ringan.
Karena disebabkan oleh virus, tidak ada pengobatan yang dapat diberikan kecuali memperkuat
kondisi unggas. Vaksinasi diberikan per oral (lewat mulut) kepada unggas yang sehat, biasanya
dicampurkan pada air minum.
6.Panleukopenia kucing
Panleukopenia kucing (bahasa Inggris: Feline panleukopenia virus, disingkat FPV) adalah
infeksi virus yang menyerang kucing, baik kucing liar maupun peliharaan. Penyakit ini
disebabkan oleh parvovirus kucing yang merupakan kerabat dekat parvovirus anjing tipe 2 dan
enteritis cerpelai. Penyakit ini sangat menular dan dapat membunuh kucing yang
terinfeksi.[1] Nama "panleukopenia" mengacu pada rendahnya jumlah sel darah putih (leukosit)
pada kucing yang terserang penyakit ini.[2]
Seekor kucing dapat tertular panleukopenia jika berhubungan dengan cairan tubuh atau tinja
kucing yang tertular, objek-objek lain yang dapat membawa virus panleukopenia, dan
kutu.[2] Panleukopenia bahkan dapat disebarkan oleh selimut, piring, atau pakaian dan sepatu
orang yang pernah bersentuhan dengan kucing yang terinfeksi. Seperti parvovirus-parvovirus
lainnya, virus panleukopenia kucing dapat bertahan selama lebih dari satu tahun di lingkungan
yang tepat.[1] Namun, penyakit ini tidak dapat menulari manusia.[2]
Virus panleukopenia kucing menyerang saluran pencernaan kucing dan memicu ulkus peptikum.
Akibatnya, terjadi diare yang berdarah, dehidrasi, malnutrisi, anemia, dan bahkan kematian.
Jumlah sel darah putih juga berkurang, sehingga sistem kekebalan tubuh melemah. Selain itu,
jumlah hematokrit dan platelet turut berkurang. Gejala-gejala lain meliputi depresi, rasa lesu,
hilangnya nafsu makan, demam, muntah, kulit tidak lagi elastis akibat dehidrasi, dan perilaku
menggigit ekor, punggung belakang, dan kaki belakang sendiri. Sebagian besar kucing yang
terinfeksi mati karena dehidrasi yang disebabkan oleh diare atau infeksi sekunder yang dipicu
oleh kelemahan sistem kekebalan tubuh.[3]
Setiap kucing yang sehat sebaiknya diberi vaksin panleukopenia, termasuk kucing rumahan
karena virus ini dapat bertahan lama dan disebarkan lewat benda-benda.[4] Bila seekor kucing
terserang penyakit ini saat sedang hamil, virus panleukopenia kucing dapat
menyebabkan hipoplasia otak kecil pada anak-anaknya. Maka dari itu, vaksin panleukopenia
kucing tidak boleh diberikan kepada kucing yang sedang hamil.
1. Influenza virus
Siapa belum pernah terkena flu? Pasti hampir semua orang sudah pernah
mengalaminya. Tapi tahukah kamu bahwa tidak semua flu diciptakan setara: beberapa
jenis flu dapat membuat kita sangat sakit, tetapi beberapa jenis lain hanya akan
menimbulkan gejala yang ringan. Influenza virus termasuk dalam virus (-
)ssRNA family Orthomyxoviridae yang memiliki tiga genus virus penyebab penyakit
pada manusia, yaitu: Influenza virus A, Influenza virus B, dan Influenza virus C. Tiga
genus virus tersebut diidentifikasi dengan perbedaan antigen di dalam nukleoprotein
dan matriks protein, menginfeksi vertebrata sebagai berikut: [1]
Influenza virus A menginfeksi manusia, mammalia lain, dan burung.
Influenza virus B menginfeksi manusia dan anjing laut.
Influenza virus C menginfeksi manusia, babi, dan anjing.
Dalam 10 hari infeksi DENV, dapat dibagi menjadi tiga fase sakit, yaitu: [6]
1. Fase febrile (hari 1-3): Ini adalah fase demam tinggi (diatas 40°C), yang disertai dengan
sakit kepala, sakit dibelakang mata, nyeri, mual, dan kadang disertai bintik (ruam)
merah di permukaan kulit.
2. Fase kritis (hari 4-5): Ini adalah fase di mana terjadi kebocoran plasma darah yang
menyebabkan kadar trombosit mengalami penurunan, yang ditandai dengan
pendarahan hidung, mulut, kulit pucat dan dingin serta penurunan kesadaran. Pada fase
kritis inilah “Dengue Shock Syndrome” dapat terjadi, ini adalah kondisi yang dapat
mengancam jiwa karena darah tidak tersalurkan dengan cukup ke organ-organ.
3. Fase penyembuhan (hari 6-10): Fase ini ditandai dengan resorbsi cairan yang bocor ke
dalam aliran darah. Pada fase ini keadaan penderita pada umumnya sudah mulai
membaik dan peredaran darah mulai stabil, tetapi kelebihan cairan mungkin dapat
terjadi.
3. Rabies virus
Virus rabies adalah virus neurotropik, yaitu virus yang mampu menyerang sel saraf.
Virus rabies merupakan virus penyebab penyakit rabies pada hewan dan manusia.
Penyakit rabies menimbulkan peradangan akut pada otak dan juga menyerang saraf
tulang belakang. Virus rabies termasuk dalam kelompok (-
)ssRNA, family Rhabdoviridae, dan genus Lyssavirus. Rabies menular ketika hewan
yang terinfeksi mencakar atau menggigit hewan lain atau manusia. Air liur dari hewan
yang terinfeksi juga bisa menularkan rabies apabila air liur tersebut bersentuhan
dengan mulut, hidung, atau mata. Biasanya, anjing adalah hewan yang paling banyak
menularkan rabies. Lebih dari 99% kasus rabies (di negara-negara di mana anjing
biasanya memiliki penyakit ini) disebabkan oleh gigitan anjing. Tetapi, di Amerika,
gigitan kelelawar adalah penyebab umum penyakit ini, dan kurang dari 5% disebabkan
oleh anjing. [7][8]
Rabies virus
Tanda-tanda rabies pada hewan adalah air liur yang menetes, busa di mulut, atau
kelumpuhan. Hewan peliharaan yang memiliki rabies juga bertingkah laku berbeda dari
biasanya, seperti malu ketika biasanya ramah, atau menjadi ganas. Rabies pada manusia
dimulai dengan gejala demam, batuk, dan nyeri tenggorokan. Kemudian, gejala menjadi
lebih serius, seperti kegelisahan, halusinasi, dan kejang-kejang. Tahap terakhir adalah
koma dan kematian. [9] Meskipun virus ini mematikan, kita tidak perlu cemas, karena
pada tahun 1885 Louis Pasteur dan Émile Roux menemukan vaksin rabies.
4. Poliovirus
Poliovirus adalah virus penyebab penyakit poliomyelitis (sering disebut polio) pada
manusia. Virus polio termasuk dalam kelompok (+)ssRNA, family Picornaviridae, dan
genus Enterovirus. Secara lebih detail, poliovirus termasuk sub-tipe dalam
spesies Enterovirus C. [10] Penyakit polio sering disebut dengan kelumpuhan kanak-
kanak atau infantile paralysis, karena menyerang sistem saraf dan dapat melumpuhkan
manusia dalam hitungan jam, dan terutama menginfeksi anak-anak di bawah usia 3
tahun. [11]
Poliovirus
Sekitar 90% sampai 95% infeksi tidak menimbulkan gejala, tetapi 5% sampai 10%
menimbulkan gejala-gejala seperti: demam, pusing, muntah, diare, kaku di bagian leher,
dan sakit di bagian tangan dan kaki. Orang yang terinfeksi biasanya akan normal dalam
satu sampai dua minggu. Tetapi, tidak semuanya dapat pulih dengan sempurna, sekitar
2% sampai 5% anak-anak, dan 15%-30% orang dewasa meninggal. Bertahun-tahun
setelah penyembuhan, sindrom post-polio dapat terjadi, yang menyebabkan pelemahan
otot sedikit demi sedikit seperti ketika infeksi awal. [12] Poliovirus menular dari manusia
ke manusia melalui kotoran yang terinfeksi yang masuk ke mulut, ini dapat terjadi pada
sanitasi buruk, ketika air yang terinfeksi kemudian digunakan untuk aktivitas lain
seperti mencuci dan minum. WHO sudah menyatakan bahwa Indonesia bebas
polio, [13] kita harus mengucapkan banyak terima kasih pada Jonas Salk yang
menemukan vaksin polio yang efektif pada tahun 1952
5. Virus varicella-zoster
Virus varicella-zoster adalah virus penyebab cacar air dan cacar ular (herpes
zoster).[1] Inang dari virus ini hanya terbatas pada manusia dan primata (simian).
Stuktur partikel virus (virion) varicella-zoster berukuran 120-300 nm.[2] Genom virus
ini berukuran 125 kb (kilo-basa) dan mengandung sedikitnya 69 daerah yang
mengkodekan gen-gen tertentu.[1] Virion terdiri
dari glikoprotein, kapsid, amplop (selubung) virus, dan nukleokapsid yang
melindungi bagian inti berisi DNA genom utas ganda.[1] Bagian nukleokapsid
berbentuk ikosahedral, berdiameter 100-110 nm, dan terdiri dari 162 protein yang
disebut kapsomer.[2] Virus ini akan mengalami inaktivasi pada suhu 56-60 °C dan
menjadi tidak berbahaya apabila bagian amplop (selubung) dari virus ini
rusak.[1] Penyebaran virus ini dapat terjadi melalui pernapasan.[1]
6. Paramyxoviridae
Paramyxoviridae adalah keluarga virus yang memiliki genom RNA utas negatif dan tidak
bersegmen.[1] Karakteristik virus ini adalah memiliki amplop yang tersusun dari lipoprotein yang
menyelubungi nukleokapsid yang berbentuk heliks.[1] Paramyxoviridae ditemukan hanya pada
hewan berdarah panas.[1] Aktivitas neuraminidasenya dapat menggumpalkan sel darah
merah mamalia dan burung.[1]
Famili Paramyxoviridae terdiri dari 4 subfamili, 14 genus, dan
72 spesies.[2] Anggota Paramyxoviridae dapat menyebabkan penyakit gondong[3], infeksi virus
Nipah dan virus Hendra yang bersifat zoonotik, penyakit Newcastle (tetelo) pada unggas, canine
distemper pada anjing, dan berbagai penyakit lainnya.