JUDUL PROGRAM:
BIDANG KEGIATAN
PKM – KC (Bidang Karsa Cipta)
Diusulkan oleh :
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Halaman Utama .............................................................................. 19
Gambar 2. Log In ............................................................................................. 19
Gambar 3. Menu Utama ................................................................................... 19
Gambar 4. Homecare ........................................................................................ 19
Gambar 5. Consultation .................................................................................... 19
Gambar 6. Telepon & SMS .............................................................................. 19
Gambar 7. Pocket Money ................................................................................. 20
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Ringkasan Anggaran Biaya PKM-KC ................................................. 8
Tabel 4.2. Jadwal Kegiatan PKM-KC .................................................................. 8
ii
RINGKASAN
Pada saat ini Indonesia masih memiliki masalah dengan sistem rujukan
kesehatan, sebagai contoh mayoritas masyarakat langsung datang untuk
mengkonsultasikan masalah obat ke apotek, padahal dengan berkembangnya
teknologi yang baru dapat digunakan untuk menghubungkan apoteker dan
masyarakat agar dapat melakukan konsultasi terlebih dahulu melalui online tanpa
harus datang langsung ke apotek, hal ini lebih menguntungkan, dengan prosesnya
yang cepat, mudah, dan efektif.
Melihat perkembangan pengetahuan dan teknologi, terdapat beberapa aplikasi
konsultasi online yang memudahkan menghubungi klinik yang dituju, namun
mayoritas aplikasi hanya tertuju pada bidang kedokteran saja, sehingga masih
sedikit aplikasi dalam bidang kefarmasian khususnya konsultasi dengan apoteker.
Untuk pembelian resep atau obatnya tetap harus datang langsung ke klinik/apotek
untuk menemui apoteker, karena apoteker tidak bisa sembarangan
memberi/menerima resep obat, sehingga diperlukan data yang lengkap terlebih
dahulu oleh pihak klinik/apotekernya.
AKANESIA (Aplikasi Konsultasi Apoteker Indonesia) adalah suatu aplikasi
yang berbasis dengan sistem android dan IOS yang dapat diakses dan
mempermudah masyarakat atau pasien. AKANESIA dibentuk dan dibuat dengan
prototype aplikasi online. Hal ini membuktikan bahwa tidak selalu masyarakat atau
pasien langsung mendatangi klinik atau bertemu langsung dengan apotekernya, dan
terlebih lagi di aplikasi AKANESIA, apotekernya dapat melakukan homecare yaitu
pelayanan yang bersifat datang ke rumah pasien atau masyarakat dengan manfaat
untuk mengefisienkan waktu yang dimiliki seorang apoteker agar tidak hanya
menunggu pasien datang ke klinik.
AKANESIA dilengkapi dengan beberapa fitur yang dapat membantu
pasiennya, yaitu: Log in, Daftar Apoteker, Homecare, Telepon dan SMS, Pocket
Money, dan lain-lain.
iii
1
BAB 1. PENDAHULUAN
2.1. Apoteker
Apoteker adalah bagian dari tenaga kesehatan yang menerima kewenangan
dan kewajiban dalam melakukan pekerjaan kefarmasian sebagaimana yang
tertera pada PP No.51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian pasal 1
bahwa Pekerjaan Kefarmasian yaitu pembuatan, pengendalian mutu Sediaan
Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau
penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional (Calyptra, 2013).
Apoteker dapat berperan untuk perawatan pasien dengan cara
mengoptimalisasikan penggunaan obat dan meminimalisasi efek obat yang
tidak diharapkan dengan cara mengidentifikasi MRPs, memberikan solusi
terhadap MRPs, dan mencegah terjadinya MRPs melalui pelayanan farmasi
klinik (Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, 2014).
Keberadaan apoteker di apotek atau di rumah sakit tidak hanya tentang
permasalahan obat, namun apoteker dituntut untuk meningkatka pengetahuan,
keterampilan dan perilaku agar dalam menjalankan profesi bisa berjalan secara
profesional dan dapat berinteraksi langsung dengan pasien,termasuk juga dalam
pemberian informasi obat dan melakukan konseling atau konsultasi kepada
pasien yang membutuhkan. Apoteker harus memahami dan menyadari
kemungkinan yang akan terjadi apabila ada kesalahan dalam pengobatan,
mengidenfitikasi, mencegah, mengatasi dalam hal farmakoekonomi dan
farmasi sosial. Pernyataan ini dikaitkan dengan standar pelayanan kefarmasian
yang dapat menjadikan peranan apoteker sangatlah penting di bidang kesehatan
(Permenkes RI, 2014)
2.2.Kondisi Pelayanan Kefarmasian di Indonesia
Menurut Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang tenaga kesehatan,
pemerintah bertanggung jawab terhadap ketersediaan sumber daya kesehatan
dan ketersediaan akses serta fasilitas pelayanan kesehatan untuk memelihara
derajat kesehatan setinggi-tingginya (Kemkes, 2010). Pelayanan di fasilitas
kesehatan diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten serta perencanaan,
pendayagunaan, pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan diatur oleh
pemerintah (Kemkes, 2010).
Peningkatan kebutuhan obat, industri jasa, inovasi obat baru dan beberapa
penyakit yang baru memicu perkembangan perubahan pada konsep meracik
obat. Saat ini peran apoteker diambil alih oleh industri, lalu pada tahap evaluasi
penggunaan obat muncul banyak permasalahan. Maka hal tersebut mengubah
arah orientasi apoteker yang semula pada obat (drug-oriented) menjadi kepada
pasien (patient-oriented). Tugas apoteker bukan hanya menjual dan menerima
resep obat, tetapi lebih mengarah untuk menjamin ketersediaan obat yang
4
berkualitas, aman, tepat dan harga yang cukup terjangkau serta informasi yang
mudah diakses dan evaluasi penggunaan (Kesmas, 2013).
Suatu peneliatian apoteker yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer
merancang bahwa konsultasi oleh apoteker yang menerima penerimaan pasien
dapat meningkatkan efisiensi peresepan obat dan umpan balik atas informasi
yang penting untuk apoteker dan tenaga kefarmasian yang lainnya yang pada
urutannya dapat memfasilitasi pasien dengan manjemen pasien (Chen. J,
Britten. N, 2000).
2.3.Perkembangan Layanan Konsultasi antara Apoteker dengan Masyarakat
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di dalam bidang
kefarmasian dan semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat dalam
meningkatkan kesehatan, maka para tenaga kefarmasian tentunya juga harus
semakin bijak dan cepat dalam mengatasi permasalahan yang mungkin timbul
pada saat pelayanan kefarmasian (Calyptra, 2013).
Penelitian mengenai perkembangan teknologi yang ada dalam bidang
kesehatan (Manganello. J., et al., 2017) menjelaskan jika pelayanan kesehatan
masyarakat bergantungan pada teknologi digital, perkembangan tekonologi
digital sangat efektif untuk melayani masyarakat dalam bidang apapun. Pada
penelitian (Moller, et al., 2017) menyebutkan bahwa teknologi digital dinilai
sangat menguntungkan, mempermudah akses untuk memberikan pelayanan,
dan menjangkau pelayanan terhadap masyarakat.
Melihat hasil survey Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII) tahun 2018, masyarakat pengguna internet sebesar 171.176.716.8 juta
jiwa dari jumlah total penduduk Indonesia, yaitu 264.161.600 juta jiwa. tercatat
juga pengembangan pengguna internet 2017-2018 yaitu 27.916.716 juta, pulau
jawa memiliki kontribusi pengguna internet tertinggi sebesar 55,79% (APJII,
2018).
Sistem pelayanan kesehatan dalam perkembangan yang cukup baik, namun
beberapa kekurangan yang masih banyak kita temui, yaitu jadwal pemeriksaan
dari apoteker terbatas, disebabnya banyaknya antrian, dan pemeriksaan hanya
di lakukan pada waktu tertentu. Sedangkan apabila ingin memanggil apoteker
ke rumah belum tentu dapat terlaksana secara baik dan cepat, dikarenakan biaya
yang mahal dan padatnya jadwal apoteker yang bersangkutan (Jurnal
Informatika, 2011).
2.4. AKANESIA
AKANESIA (Aplikasi Konsultasi Apoteker Indonesia) merupakan aplikasi
yang berbasis android dan IOS yang membentuk satu jenis e-commerce, yaitu
personal online booking. AKANESIA bertujuan untuk memudahkan pertemuan
keseimbangan antara jasa yang ditawarkan oleh seorang apoteker primer
dengan kebutuhan masyarakat atau pasien mengenai layanan kesehatan yang
didesain untuk memilih fitur-fitur sebagai berikut:
5
a. Log In
Bagi calon pasien maupun apoteker layanan kesehatan wajib melakukan
registrasi akun pada aplikasi AKANESIA agar bisa mengakses dan
memanfaatkan aplikasi tersebut.
b. Menu Halaman
Menu Halaman ini memuat beberapa fitus yang sudah kami desain dan kami
sesuaikan dengan kebutuhan pasien .
c. Layanan Homecare
Layanan ini sangat efektif apabila pasien membutuhkan pelayanan seorang
apoteker dalam keadaan darurat ataupun tidak, karena layanan ini tidak
memerlukan untuk datang menemui apoteker di sebuah klinik, tapi
melainkan apoteker yang akan datang ke alamat pasien yang membutuhkan
bantuan tersebut.
d. Telepon dan SMS
Apabila pasien ingin konsultasi bisa mamastikan jadwal apoteker dan jam
kerja apoteker dengan menggunakan fitur ini, agar tidak terjadi kesalahan
pada saat proses pengajuan konsultasi kepada apoteker dan untuk estimasi
perjalana apoteker bila sudah tiba di lokasi.
e. Pocket Money
AKANESIA mendesain aplikasi ini untuk memudahkan dalam proses
pembayaran, apabila tidak menggunakan uang cash, selain itu fitur ini
bertujuan untuk menekan inflasi rupiah. Pembayaran dilakukan dengan
menggunakan aplikasi DANA yang telah bekerja sama dengan beberapa e-
commerce pembayaran online di Indonesia. Besarnya biaya yang harus
dikeluarkan tergantung pada jarak antara pasien dengan apoteker dan
peresepan yang diberikan apoteker terhadap pasien.
f. Google Maps
Fitur ini bertujuan untuk mengatahui letak klinik yang berada di bawah
naungan apoteker layanan, apabila pasien ingin berkunjung ke klinik atau
bertemu dengan apotekernya bisa langsung melihat fitur ini agar tiba di
lokasi yang benar dan tepat.
6
3.7. Maintenance
Tahap ini bertujuan untuk melakukan pemeliharaan terhadap AKANESIA
agar beberapa kerusakan atau error yang terjadi pada aplikasi dapat segera
diperbaiki serta pengelolaan database. Selain itu aplikasi ini juga dapat
diperbarui untuk penambahan fungsi dan fitur-fitur baru lainnya. Maintenance
dilakukan secara rutin setiap dua minggu sekali.
8
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Gambar 7. Pocket
Money