Anda di halaman 1dari 10

Indonesian Journal of

Vol. 3 No. 2. 2022: 57-66


Applied Science and Technology

Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun B3 (Studi Kasus


Pengolahan, Penampungan, Penjernihan dan Distribusi Air Bersih CV X)

Eginta Marovid Tarigan1, Aussie Amalia2


1,2
Program Studi Teknik Lingkungan, UPN “Veteran” Jawa Timur
1
e-mail: egintamrvd3n@gmail.com
2
e-mail :aussieamalia@upnjatim.ac.id

ABSTRAK
Pencemaran dan kerusakan lingkungan dapat berdampak buruk terhadap kualitas lingkungan dan
mematikan jika lingkungan tidak dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Oleh karena itu,
Dokumen Lingkungan Hidup yang terdiri dari Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana
Pemantauan Lingkungan diperlukan untuk melindungi lingkungan dari pencemaran dan kerusakan
lingkungan yang dihasilkan oleh usaha industri (RKL-RPL). Dokumen lingkungan hidup sangat
penting bagi pelaku usaha yang hendak menjadikan usaha/kegiatan menjadi usaha dengan
mempertimbangkan dampak lingkungan perusahaan terhadap lingkungan sekitar. Penelitian dilakukan
dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan penulisan laporan. Temuan penelitian adalah:
Dokumen RKL-RPL dimaksudkan sebagai rencana untuk meminimalkan kerusakan lingkungan yang
disebabkan oleh dampak penting. Penyusunan RKL-RPL didasarkan pada Peraturan Menteri
Perindustrian Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Penyusunan Rencana Pengelolaan
Lingkungan dan Rincian Rencana Pemantauan Lingkungan bagi Perusahaan Industri yang sedang atau
akan Berlokasi di Kawasan Industri. Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2021 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, RKL-RPL penyimpanan dan tata cara penempatan limbah B3
wajib diisi.

Kata Kunci: Limbah B3, Pengolahan, Distribusi air

PENDAHULUAN
Dengan terus berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai alat pemuas
kebutuhan manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi turut andil dalam terbentuknya beberapa
perusahaan industri di negeri ini. Keberadaan berbagai jenis perusahaan industri di negeri ini
dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif. Efek positifnya adalah meningkatkan
ekonomi yang harus ditingkatkan, sedangkan efek negatifnya adalah dapat mencemari dan
merusak lingkungan.
Pencemaran dan kerusakan lingkungan dapat berdampak buruk terhadap kualitas
lingkungan dan mematikan jika lingkungan tidak dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
Oleh karena itu, Dokumen Lingkungan Hidup yang terdiri dari Rencana Pengelolaan
Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan diperlukan untuk melindungi lingkungan
dari pencemaran dan kerusakan lingkungan yang dihasilkan oleh usaha industri (RKL-RPL).
Dokumen lingkungan hidup sangat penting bagi pelaku usaha yang hendak menjadikan
usaha/kegiatan menjadi usaha dengan mempertimbangkan dampak lingkungan perusahaan
terhadap lingkungan sekitar.
Strategi Pengelolaan Lingkungan (RKL) adalah rencana tindak lanjut untuk mengelola
konsekuensi signifikan yang dihasilkan dari operasi proyek, sedangkan Rencana Kajian
Lingkungan (RPL) adalah alat untuk memantau hasil pengelolaan lingkungan. Dengan
demikian, penyusunan RKL dan RPL dimaksudkan untuk:
Menyusun rencana pengelolaan dampak penting agar dampak yang ditimbulkan oleh
proyek dapat memenuhi baku mutu lingkungan dan/atau meminimalkan kerusakan lingkungan

57
Indonesian Journal of
Vol. 3 No. 2. 2022: 57-66
Applied Science and Technology

agar tidak menjadi masalah lingkungan atau sosial yang merugikan sejumlah pihak yang
berkepentingan.
Menyusun rencana pemantauan dampak penting untuk mengetahui keefektifan hasil
pengelolaan lingkungan sehingga dapat menjadi dasar evaluasi dan penyusunan rencana tindak
lanjut untuk senantiasa meningkatkan pengelolaan lingkungan.
CV X menggalakkan dan melaksanakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang
merupakan salah satu program pemerintah dalam rangka mencegah pencemaran lingkungan
dan menunjukkan kepedulian terhadap pengelolaan lingkungan. Kegiatan operasional CV X
meliputi administrasi, penyimpanan, penjernihan, dan pendistribusian air minum. Oleh karena
itu, CV X menyusun dokumen RKL-RPL Rinci sesuai dengan persyaratan Peraturan Menteri
Perindustrian No.1 Tahun 2020. Penyusunan dokumen merupakan upaya penanganan dampak
dan pemantauan terhadap komponen lingkungan yang terkena dampak rencana usaha dan/atau
kegiatan. Dengan menghasilkan makalah RKL-RPL yang tepat berdasarkan hasil analisis dan
evaluasi dokumen, dampak tindakan dapat diamati dengan jelas. Dan berupaya meminimalkan
kerusakan lingkungan sehingga terhindar dari risiko dampak penting yang dapat menimbulkan
masalah lingkungan atau sosial yang merugikan berbagai pihak yang berkepentingan.

METODE
Penelitian dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan penulisan
laporan. Ini membutuhkan data primer dan sekunder untuk persiapan. Pengumpulan data
melalui kajian pustaka, observasi lapangan, wawancara, dan dokumentasi merupakan teknik
yang digunakan untuk menemukan data primer. Sementara itu, proses pengumpulan data
sekunder meliputi pengumpulan data-data yang ada dari Perseroan dalam bentuk dokumen.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Setiap kegiatan yang dilakukan di CV. X tentu memiliki berbagai dampak pada
lingkungan sehingga perlu memiliki izin lingkungan berupa dokumen RKL-RPL rinci karena
kegiatan telah berlangsung. Dokumen RKL-RPL rinci disusun ketika suatu kegiatan sudah
berjalan tetapi belum memiliki dokumen analisis mengenai dampak lingkungan hidup.
Kegiatan CV. X sebagai kegiatan pengolahan, penampungan, penjernihan, distribusi air bersih
adalah dengan diagram alir proses sebagai berikut :
1. Air baku diambil dari bosem dengan menggunakan pompa dan dikumpulkan di bak
prasedimentasi.
2. Air dari bak prasedimentasi dialirkan ke sistem lamella dan sedimentasi.
3. Dalam sistem lamella dan sedimentasi terjadi pencampuran air dengan koagulan PAC dan
polimer dengan bantuan pompa dosing pump.
4. Setelah terjadi pencampuran maka akan terbentuk partikulat dalam ukuran besar yang akan
memudahkan terjadinya proses pengendapan didalam lamella & sedimentasi.
5. Air dari hasil proses pada lamella dan sedimentasi akan dialirkan menuju bak penampung.
6. Setelah melewati proses ozonasi dari bak penampung maka air akan dialirkan menuju filtrasi.
Filter yang digunakan pada filtrasi ini ada 3 media, yaitu: silika, zeolite dan karbon.
Diharapkan output dari filtrasi dapat mengurangi kandungan tersuspensi pada air yang
diolah.
7. Setelah di filtrasi, air akan dialirkan ke tangka demineralisasi untuk mengurangi kadar
mineral dan garam dalam air. Air yang keluar dari demineralisasi akan ditampung di 3
tandon yang sudah disediakan dan akan dialirkan ke pelanggan dengan bantuan pompa.

58
Indonesian Journal of
Vol. 3 No. 2. 2022: 57-66
Applied Science and Technology

Kegiatan Pengolahan, penampungan, penjernihan, distribusi air bersih CV X dalam


kegiatannya akan menimbulkan dampak linkungan dari :
• Kegiatan pengolahan, penampungan, penjernihan, dan distribusi air bersih
Pada kegiatan pengolahan, penampungan, penjernihan, dan distribusi air bersih. Dari
mulai penerimaan bahan penolong dari supplier, lalu dilanjutkan dengan proses produksi air
bersih dimana air baku yang digunakan berasal dari bozem. Setelah air bersih di produksi, air
bersih tersebut akan di distribusikan ke tenant melalu saluran pipa. Sehinga menghasilkan
beberapa dampak lingkungan sebagai berikut :
- Air Limbah hasil backwash
- Potensi Kebakaran dan keselamatan kesehatan kerja karyawan
- Sludge hasil dari pengolahan air
- Kemasan bekas bahan penolong (koagulan, polimer, dan clorin)
• Kegiatan Aktivitas Karyawan ( kegiatan pengoperasian kantor )
Kegiatan aktivitas karyawan baik dari , aktivitas administrasi kantor, kegiatan makan
siang di kantor, kegiatan mandi, cuci dan kakus karyawan, maupun aktivitas ibadah akan
menghasilkan dampak lingkungan sebagai berikut :
- Air limbah domestic kegiatan mandi, cuci, dan kakus karyawan
- Sampah domestic dari kegiatan kantor berupa kertas bekas, buku – buku, map
bekas, Koran dan kardus serta kegiatan makan siang berupa sampah makanan
maupun bekas makanan.
• Kegiatan Pemeliharaan Fasilitas
Kegiatan pemeliharaan peralatan dan fasilitas yang dilakukan untuk kegiatan operasional
gudang dan kantor, pemeliharaan taman dan tanaman, pemeliharaan saluran drainase,
pemeliharaan air bersih, pemeliharaan saluran air limbah dana tangki septik. Adapun dampak
lingkungan yang ditimbulkan adalah :
- Air limbah domestik dari kegiatan cuci lantai loss kerja dan kantor
- Air limbah domestik dari hasil pembersihan kamar mandi, saluran drainase,
saluran perpipaan air limbah, tangki septik dan tandon air bersih.
- Sampah domestic dari taman
- Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) dari lampu TL bekas dan baterai
bekas.
• Timbulan Air Limbah
Kegiatan pengolahan, penampungan, penjernihan, dan distribusi air bersih yang
dilakukan CV. Xmenghasilkan timbulan air limbah. Timbulan air limbah yang dihasilkan dari
MCK karyawan dan tamu adalah sebesar 0,1683 m3/hari dimana air limbah itu terbagi menjadi
grey water 0,1216 m3/Hari dan black water 0,0304 m3/Hari. Untuk limbah grey water akan
disalurkan ke IPAL komunal sedangkan untuk black water dimasukkan ke dalam septic tank
dan nantinya air limpasan dari septic tank akan disalurkan ke IPAL komunal. Sebelum kedua
jenis limbah itu masuk ke IPAL komunal akan ditampung dulu pada bak kontrol dan disalurkan
melalui saluran pembuangan. Untuk lumpur dari septic tank akan disalurkan ke pihak ketiga
untuk diolah.
Selain dari sanitasi karyawan dan tamu air limbah juga dihasilkan dari pemeliharaan
fasilitas 0,3 m3/hari dan ada air backwash dari filtrasi sebesar 0,8 m 3/hari yang nantinya akan
disalurkan ke IPAL komunal Kawasan
Pengelolaan timbulan air limbah yang dihasilkan dari kegiatan di CV X disajikan sebagai
berikut.
1) Air limpasan hasil dari septic tank diolah lanjutan bersama dengan air limbah
domestik kegiatan mandi dan cuci pada IPAL Komunal Kawasan.
2) Bangunan tangki septik dan IPAL dibuat dari tangki fiber dan kedap air

59
Indonesian Journal of
Vol. 3 No. 2. 2022: 57-66
Applied Science and Technology

3) Jarak sumur resapan septic tank dan IPALdengan sumur bor air tanah minimal 10
meter. Tangki septik ini direncanakan dapat membuang kotoran dengan jumlah air
limbah sekitar 15 liter/orang/hari.
4) Pengolahan tinja pada tangki septik dengan sistem anaerobic baffled reaktor
dengan media bio filter dengan waktu tingal air limbah di dalam tangki pengurai
limbah minimal 24 jam
5) Besarnya ruang lumpur untuk menampung limbah padat dari KM/WC yang
dihasilkan di septic tank dengan patokan banyaknya tinja sebesar
30liter/orang/tahun, sedangkan waktu pengambilan sisa tinja diperhitungkan
minimal 4 tahun
6) Lantai dasar septic tank dibuat miring ke arah ruang penampungan tinja
7) Pipa air masuk ke dalam septic tank lebih tinggi ± 2,5 cm dari pipa air keluarnya
8) Septic tank dilengkapi dengan lubang pemeriksaan (manhole) dan lubang
penghawaan (pipa pembuangan Bio Gas) untuk membuang gas hasil penguraian
limbah padat dari KM/WC secara mikrobiologi
• Timbulan Limbah Padat Non B3
Pengelolaan sampah yang dilakukan oleh CV. X adalah dengan cara mengumpulkan
sampah yang dihasilkan dalam kantong plastic/ tempat sesuai dengan jenis sampah yang
dihasilkan dan ditaruh di tempat sampah yang telah disediakan oleh Pihak Kawaasan dan
dipisah antara sampah organik dan sampah anorganik. Kemudian sampah diangkut setiap hari
menuju Tempat Pembuangan Sementara Terpadu (TPST) kawasan lalu disalurkan menuju
TPA yang berkerjasama dengan pihak pengelola lingkungan dari kawasan. Untuk sampah
berupa bekas kemasan, kertas, bekas, kardus, dan lain – lain dikumpulkan untuk dijual kembali
kepada pihak ketiga.
Pengelolaan timbulan air limbah yang dihasilkan dari kegiatan di CV X disajikan
sebagai berikut.
1) Menyediakan bak sampah di beberapa titik di area industri CV. X
2) Memisahkan limbah organik dan anorganik
3) Sampah yang susah diolah, namun masih bernilai ekonomis dijual kepada pihak
ketiga.
• Sistem Tanggap Darurat dan Gangguan Kecelakaan Kerja
Sistem tanggap darurat dan gangguan kecelakaan kerja yang direncanakan oleh CV. X
merupakan sistem untuk mengatasi kondisi darurat dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja
akibat operasional dengan melengkapi sistem tanggap darurat dengan APAR, Safety Box,
Papan Peringatan yang semuanya tertera pada SOP yang telah dibuat.
1) Sistem Penanggulangan Ceceran/Tumpahan Limbah B3:
- Siapkan absorben (serbuk gergaji) apabila pada saat loading, unloading,
maupun saat penyimpanan menemukan ceceran limbah B3 cair;
- Pastikan ceceran tersebut telah terserap sempurna oleh absorben (serbuk
gergaji); dan
- Kumpulkan absorben (serbuk gergaji) yang telah digunakan ke tempat khusus.

2) Pencegahan dan Penanggulangan Potensi Bahaya Kebakaran:


- Menyediakan sistem proteksi kebakaran aktif sesuai aturan yang berlaku;
- Menyediakan sarana proteksi kebakaran berupa Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) pada area operasional;
- Menyediakan APAR berjenis CO2 dan/atau Foam pada area operasional;
- Melakukan pemeriksaan masa pakai APAR secara berkala;
- Melakukan sosialisasi kepada tenaga kerja terkait kegiatan siaga kebakaran;
dan
60
Indonesian Journal of
Vol. 3 No. 2. 2022: 57-66
Applied Science and Technology

- Bekerjasama dan koordinasi dengan Pengelola Kawasan Industri dan


Pergudangan.

3) Gangguan K3 dan Keselematan Kerja Dapat Ditimbulkan dari Kegiatan


Operasional Industri:
- Karyawan/tenaga kerja harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) pada
saat melakukan kegiatan operasional di lokasi kegiatan;
- Menerapkan Standart Operational Procedure (SOP) keselamatan kerja
sebelum pekerjaan dimulai;
- Memberikan pengarahan kepada karyawan/tenaga kerja mengenai pentingnya
Keselamatan Kerja;
- Penyediaan kotak safety box/P3K untuk pertolongan pertama;
- Menyediakan alat pemadam kebakaran/APAR di lokasi kegiatan;
- Menyediakan titik kumpul untuk situasi darurat;
- Memantau jenis dan jumlah kecelakaan kerja yang terjadi;
- Memantau karyawan/tenaga kerja dalam penggunaan APD pada saat kegiatan
operasional berlangusng;
- Memantau ketersediaan isi safety box/P3K dan APAR; dan
- Bekerjasama dan koordinasi dengan Pengelola Kawasan Industri dan Rumah
Sakit/Klinik terdekat

4) Prosedur Evakuasi Pada Kondisi Darurat:


- Segera tinggalkan area operasional sesuai dengan petunjuk tim evakuasi
tanggap darurat atau ikuti arah jalur evakuasi/arah tanda keluar;
- Jangan kembali untuk alasan apapun, ikuti arah tanda keluar jangan panik,
saling membantu untuk memastikan evakuasi selamat;
- Wanita tidak boleh menggunakan sepatu hak tinggi atau stocking pada saat
evakuasi;
- Beri bantuan terhadap orang yang cacat atau wanita sedang hamil; dan
- Berkumpul di daerah aman (muster point) yang berada di halaman luar, tetap
berkumpul sambil menunggu instruksi selanjutnya.
Sedangkan, beberapa hal pokok yang harus dipahami pada saat terjadi kecelakaan
kerja antara lain, yaitu:
- Kebakaran: Pengamanan daerah sekitarnya dan penyelamatan inventaris
perusahaan dan berusaha menguasai api secepat mungkin bersama Pemadam
Kebakaran; dan
- Kecelakaan Kerja: Mengendalikan peralatan yang mengakibatkan kecelakaan
kerja oleh operator yang membidanginya dan pengobatan darurat secepatnya kepada
yang bersangkutan dilanjutkan penanganan di Rumah Sakit terdekat.

• Timbulan Limbah B3
Kegiatan yang dilakukan oleh CV. X baik dari proses produksi maupun kantor akan
menghasilkan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3) dari kegiatannya. Kegiatan
pengelolaan Limbah B3 sebagai berikut.
1) Menyediakan TPS Limbah B3 dengan ukuran 9 m 2 di dalam lokasi industri
sesuai posisi di denah utilitas dengan koordinat sesuai yang tercantum dalam
izin.
2) Limbah B3 yang disimpan ke dalam TPS Limbah B3 adalah kain majun bekas,
baterai bekas, dan Limbah elektronik bekas.

61
Indonesian Journal of
Vol. 3 No. 2. 2022: 57-66
Applied Science and Technology

3) Untuk sludge dari clarifier ditampung sementara lalu akan didistribusikan ke


pihak ke -3 untuk dikelola.
4) Bekerja sama dengan pengolah limbah B3 untuk pengelolaan lanjutan LB3 yang
berizin dengan disertai kontrak kerjasama
5) Melalukan pencatatan volume limbah B3 uang dihasilkan dan yang dikeluarkan
ke pihak ketia pengelolaan lanjutan LB3 dalam logbook
6) Pencatatan neraca limbah B3 disesuaikan dengan manifest limbah b3 dan log
book
7) Pemantauan harian saat timbulnya LB3 dari sumber pencemar, pengelolaan ,
penyimpanan pada TPS LB3 dan pencatata pada logbook
8) Pemantauan saat loading kepada pihak ketiga pengelolaan lanjutan LB3 setelah
memenuhi masa simpan maksimum LB3
Rincian teknis pengelolaan limbah B3 dan jenis limbah B3 yang dihasilkan dari CV.
X secara rinci dapat dilihat dalam sub bab rincian teknis penyimpanan limbah B3.

• Rincian Teknis Penyimpanan Limbah B3


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2021
Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal
285 Setiap usaha atau jenis kegiatan yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan
penyimpanan B3. Berikut merupakan limbah B3 yang dihasilkan oleh CV. X dapat
dilihat di bawah ini.

Pembahasan
Fasilitas penyimpanan limbah B3 dengan karakteristik mudah menyala yaitu:
1. Memiliki tembok pemisah dengan bangunan lain yang berdampingan
2. Jika bangunan penyimpanan limbah B3 dibangun terpisah dari bangunan lain,
diberi jarak dengan bangunan lain paling sedikit 6 meter
3. Struktur pendukung atap terdiri dari bahan yang tidak mudah menyala, konstruksi
atap dibuat ringan dan mudah hancur bila terjadi kebakaran dan
4. Diberikan penerangan yang tidak menyebabkan ledakan/percikan listrik.

Fasilitas penyimpanan untuk limbah B3 yang mudah meledak adalah:


1. Konstruksi bangunan, lantai, dinding dan atap dibuat tahan ledakan
2. Lantai dan dinding dibuat lebih kuat dari konstruksi atap, dan
3. Setiap saat memenuhi ketentuan suhu ruangan.

Fasilitas penyimpanan limbah B3 berupa tangki dan/atau kontainer untuk limbah B3 fase cair
adalah:
1. Dibangun di atas permukaan tanah dengan lantai kedap air dan tidak bergelombang
2. Tangki dan/atau kontainer dan sistem penunjangnya terbuat dari bahan yang cocok
dengan karakteristik limbah B3 yang disimpan
3. Tidak mudah pecah atau bocor
4. Memiliki tanggul dan saluran pembuangan di sekeliling tangki dan/atau kontainer
menuju bak penampung tumpahan
5. Terlindung dari penyinaran matahari dan masuknya air hujan secara langsung, jika
limbah B3 yang disimpan memiliki sifat mudah mengembang. Menghasilkan gas
dan/atau bereaksi akibat temperatur dan tekanan
6. Dilengkapi dengan simbol limbah B3 sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

62
Indonesian Journal of
Vol. 3 No. 2. 2022: 57-66
Applied Science and Technology

Penyimpanan limbah B3 yang berada dalam gedung/bangunan harus menggunakan


kemasan. Pengemasan limbah B3 harus memberikan suatu kondisi yang sesuai dan berfungsi
sebagai pelindung dari kemungkinan perubahan keadaan yang dapat mempengaruhi kualitas
limbah B3 dalam kemasan. Kemasan untuk mengemas Limbah B3 terbuat dari bahan logam
atau plastik, seperti drum, jumbo bag, tangki intermediated bulk container dan atau kontainer.
Persyaratan kemasan secara rinci meliputi:
1. Menggunakan kemasan yang terbuat dari bahan logam atau plastik yang dapat
mengemas limbah B3 sesuai dengan karakkteristik limbah B3
2. Mampu mengungkung limbah B3 untuk tetap berada dalam kemasan
3. Memiliki penutup yang kuat mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan
penyimpanan, pemindahan dan/atau pengangkutan dan
4. Berada dalam kondisi tidak bocor, tidak berkarat dan tidak rusak.
Prinsip pengemasan limbah B3 adalah:
1. Limbah B3 yang tidak saling cocok, atau limbah B3 dan B3 yang tidak saling cocok
tidak boleh disimpan secara bersama sama dalam satu kemasan.
2. Untuk mencegah resiko timbulnya bahaya selama dilakukan penyimpanan limbah
B3, maka jumlah pengisian limbah B3 dalam kemasan harus mempertimbangkan
kemungkinan terjadinya pengembangan volume limbah B3, pembentukan gas atau
terjadinya kenaikan tekanan.
3. Jika kemasan yang berisi limbah B3 sudah dalam kondisi yang tidak layak
(pengkaratan atau kerusakan permanen) atau jika mulai bocor, maka limbah B3
tersebut harus dipindahkan ke dalam kemasan lain yang memenuhi syarat sebagai
kemasan bagi limbah B3.
4. Terhadap kemasan yang telah berisi limbah B3 harus diberi penandaan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dan disimpan dengan memenuhi ketentuan tentang
tata cara dan persyaratan bagi penyimpanan limbah B3
5. Terhadap kemasan wajib dilakukan pemeriksaan oleh penanggung jawab
pengelolaan limbah B3, untuk memastikan tidak terjadinya kerusakan atau
kebocoran pada kemasan akibat korosi atau faktor lainnya, dan
6. Kegiatan pengemasan limbah B3 dan penyimpanan limbah B3 harus dilaporkan
sebagai bagian dari kegiatan pengelolaan limbah B3
Pengemasan limbah B3 tidak diberlakukan bagi:
1. Limbah B3 dari sumber spesifik khusus, contoh: fly ash, bottom ash, mill scale,
copper slag dan steel slag, dll
2. Peralatan elektronik utuh seperti kulkas, komputer, televisi, AC dll
3. Tidak berbentuk fase cair, debu, dross, gram logam dan cacahan
Cara penyimpanan limbah B3 sebagai berikut:
1. Cara penyimpanan Limbah B3 menggunakan kemasan drum.
2. Drum yang digunakan untuk mengemas limbah B3 dapat dari drum logam atau
drum plastik, dengan kapasitas 200 liter. Drum biasanya untuk menyimpan limbah
fase cair.
Penyimpanan limbah B3 dengan menggunakan drum wajib memenuhi persyaratan antara lain:
1. Di tumpuk berdasarkan jenis kemasan
2. Jarak antara tumpukan kemasan dengan atap paling rendah 1 (satu) meter
3. Disimpan dengan sistem blok dengan ketentuan
4. Setiap blok terdiri atas 2 (dua) x 3 (tiga) dan
5. Memiliki lebar gang antar blok paling sedikit 60 cm (enam puluh sentimeter) atau
disesuaikan dengan kebutuhan operasional untuk lalu lintas manusia dan kendaraan
pengangkut (forklift).

63
Indonesian Journal of
Vol. 3 No. 2. 2022: 57-66
Applied Science and Technology

Tumpukan berdasarkan jenis kemasan dilakukan dengan ketentuan:


1. Untuk kemasan berupa drum logam dengan kapasitas 200 (dua ratus) liter,
tumpukan paling banyak 3 (tiga) lapis dengan setiap lapis diberi alat palet untuk 4
(empat) drum
2. Untuk kemasan berupa drum plastik dengan kapasitas 200 (dua ratus) liter:
3. Tumpukan paling banyak 3 (tiga) lapis dengan setiap lapis diberi alas palet untuk
4 (empat) drum
4. Tumpukan lebih dari 3 (tiga) lapis, wajib menggunakan rak penyimpanan
Kemasan yang telah diisi dengan limbah B3 harus memenuhi ketentuan:
1. Ditandai dengan simbol dan label yang sesuai dengan ketentuan mengenai
penandaan pada kemasan Limbah B3
2. Selalu dalam keadaan tertutup rapat dan hanya dibuka jika akan dilakukan
penambahan atau pengambilan Limbah B3 dari dalamnya
3. Disimpan ditempat yang memenuhi persyaratan Penyimpanan Limbah B3 serta
mematuhi tata cara penyimpanannya;
4. Kemasan yang telah dikosongkan apabila akan digunakan kembaliuntuk mengemas
Limbah B3 lain dengan karakteristik yang sama, harus disimpan di fasilitas
Penyimpanan Limbah B3 dengan memasang label “KOSONG”

Setelah penerimaan limbah B3 dari mitra klien, limbah B3 yang masuk perlu dilakukan
pengarsipan atau pencatatan limbah B3 yang masuk dan limbah B3 yang keluar dari tempat
penyimpanan. Pencatatan/ pengarsipan limbah B3 berisi:
1. Jenis limbah B3, karakteristik limbah B3 dan waktu diterimanya limbah B3 dari
setiap orang yang menghasilkan limbah B3
2. Jenis limbah B3, karakteristik limbah B3, jumlah limbah B3 dan waktu penyerahan
limbah B3 kepada Pemanfaat limbah B3 dan/atauPengolah limbah B3
3. Identitas setiap orang yang menghasilkan limbah B3, pengangkutan limbah B3,
pemanfaat limbah B3 dan/atau pengolah limbah B3, dan Neraca limbah B3

Neraca limbah B3 yang dimaksud memuat:


1. Uraian sumber, jenis dan karakteristik limbah B3 yang disimpan
2. Jumlah atau volume limbah B3 yang dikumpulkan setiap bulan, dan
3. Jumlah atau volume limbah B3 yang diserahkan kepada pengumpul limbah B3,
pemanfaat limbah B3, pengolah limbah B3 dan/atau penimbun limbah B3 setiap
bulan.
Pelaksana program Kedaruratan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3
1) Organisasi, yaitu keberadaan dan kesesuaian struktur organisasi dan uraian
tugasnya. Termasuk juga didalamnya evaluasi terhadap petugas tim tanggap
darurat yang meliputi:
a. Kesesuaian kompetensi dengan tugasnya dan
b. Kesesuaian jumlah
2) Koordinasi Aspek yang dievaluasi adalah mekanisme koordinasi yang telah
dijalankan dan pihak yang dilibatkan dalam koordinasi
3) Fasilitas dan Peralatan Termasuk Peringatan dini dan Alarm
a. Ketersediaan fasilitas dan peralatan sesuai dengan kebutuhan
b. Berfungsinya fasilitas dan peralatan
c. Penggunaan fasilitas dan peralatan
d. Pelaksanaan pemeliharaan dan perbaikan berkala
4) Prosedur Penanggulangan
a. Ketersediaan prosedur penanggulangan sesuai potensi kedaruratannya

64
Indonesian Journal of
Vol. 3 No. 2. 2022: 57-66
Applied Science and Technology

b. Tersosialisasinya prosedur penanggulangan kepada seluruh tim dan pekerja


c. Dapat atau tidaknya prosedur penanggunalangan dioperasikan
5) Pelatihan dan geladi kedaruratan:
a. Terselenggaranya pelatihan dan geladi kedarurata pengelolaan B3 dan/atau
Limbah B3
b. Ketersediaan ruang untuk pelaksanaan pelatihan dan geladi kedaruratan
c. Jadwal dan agenda pelatihan dan geladi ke
d. Modul pelatihan pelatihan dan geladi kedaruratan
e. Instruktur yang berkompeten
f. Peralatan pelatihan dan geladi kedaruratan
6) Pelaksanaan Fungsi Penanggulangan yang meliputi:
a. Ketersediaan system dan mekanisme kerja penanggulangan yang dapat berupa
skema/ alur kerja, instruksi kerja, dsb sesuai dengan potensi
kedaruratan/kedaruratan
b. Ketersediaan personil yang kompeten untuk melaksanakan fungsi
penanggulangan
c. Ketersediaan fasilitas dan peralatan untuk melaksanakan penanggulangan
7) Pembiayaan, yaitu ketersediaan anggaran untuk melaksanakan program kerja

SOP Tanggap Darurat Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


Penanganan Tumpahan/Ceceran/Kebocoran:
1. Kenali B3 dan Limbah B3 yang tumpah/bocor/tercecer (jenis dan skalanya) dan segera
hubungi petugas pengelola limbah B3
2. Jika tumpahan/kebocoran/ceceran terjadi dari mesin yang sedang beroperasi, matikan
terlebih dahulu mesin tersebut.
3. Tutup sumber tumpahan/kebocoran/ceceran agar tidak semakin banyak
4. Segera lokalisir area tumpahan/kebocoran/ceceran dengan menggunakan kain majun, pasir
atau media hisap lainnya, biarkan beberapa saat agar menyerap
5. Tutup akses aliran tumpahan/kebocoran/ceceran yang menuju ke tanah terbuka atau badan
air di sekitar lokasi
6. Setelah terserap, buang pasir atau majun ke dalam tong atau wadah lain dan di beri label
“ BARANG TERKONTAMINASI LIMBAH B3 PADAT DAN CAIR”
7. Catat Kejadian sebagai laporan evaluasi.

SIMPULAN
Berdasarkan uraian hasil kegiatan didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Penyusunan RKL-RPL didasarkan pada Peraturan Menteri Perindustrian Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan
Hidup dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Rinci bagi Perusahaan Industri yang
Berada atau akan Berlokasi Di Kawasan Industri.
2. Tata cara penyimpanan dan peletakan Limbah B3 pada RKL-RPL di isi berdasarkan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2021 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.

65
Indonesian Journal of
Vol. 3 No. 2. 2022: 57-66
Applied Science and Technology

DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. SNI 19-3983-1995 tentang Spesifikasi Timbulan Sampah untuk
Kota Kecil dan Kota Sedang di Indonesia.
Kepala Bapedal. 1995. Keputusan No. 1: Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan
Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Republik Indonesia
Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Kehutanan.2015. Peraturan No 56 : Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2013. Peraturan No. 14: Simbol dan Label Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun. Republik Indonesia Presiden Republik Indonesia. 2014.
Peraturan No. 101: Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Republik
Indonesia
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 14 Tahun 2013 tentang Simbol
dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68 Tahun 2014 tentang Baku
Mutu Limbah Domestik. Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 1 Tahun 2020 tentang Penyusunan Rencana
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Rinci Bagi
Perusahaan Industri yang Berada atau Akan Berlokasi di Kawasan Industri. Republik
Indonesia.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan, Perlindungan, dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Republik Indonesia

66

Anda mungkin juga menyukai