ABSTRAK
Pencemaran dan kerusakan lingkungan dapat berdampak buruk terhadap kualitas lingkungan dan
mematikan jika lingkungan tidak dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Oleh karena itu,
Dokumen Lingkungan Hidup yang terdiri dari Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana
Pemantauan Lingkungan diperlukan untuk melindungi lingkungan dari pencemaran dan kerusakan
lingkungan yang dihasilkan oleh usaha industri (RKL-RPL). Dokumen lingkungan hidup sangat
penting bagi pelaku usaha yang hendak menjadikan usaha/kegiatan menjadi usaha dengan
mempertimbangkan dampak lingkungan perusahaan terhadap lingkungan sekitar. Penelitian dilakukan
dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan penulisan laporan. Temuan penelitian adalah:
Dokumen RKL-RPL dimaksudkan sebagai rencana untuk meminimalkan kerusakan lingkungan yang
disebabkan oleh dampak penting. Penyusunan RKL-RPL didasarkan pada Peraturan Menteri
Perindustrian Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Penyusunan Rencana Pengelolaan
Lingkungan dan Rincian Rencana Pemantauan Lingkungan bagi Perusahaan Industri yang sedang atau
akan Berlokasi di Kawasan Industri. Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2021 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, RKL-RPL penyimpanan dan tata cara penempatan limbah B3
wajib diisi.
PENDAHULUAN
Dengan terus berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai alat pemuas
kebutuhan manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi turut andil dalam terbentuknya beberapa
perusahaan industri di negeri ini. Keberadaan berbagai jenis perusahaan industri di negeri ini
dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif. Efek positifnya adalah meningkatkan
ekonomi yang harus ditingkatkan, sedangkan efek negatifnya adalah dapat mencemari dan
merusak lingkungan.
Pencemaran dan kerusakan lingkungan dapat berdampak buruk terhadap kualitas
lingkungan dan mematikan jika lingkungan tidak dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
Oleh karena itu, Dokumen Lingkungan Hidup yang terdiri dari Rencana Pengelolaan
Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan diperlukan untuk melindungi lingkungan
dari pencemaran dan kerusakan lingkungan yang dihasilkan oleh usaha industri (RKL-RPL).
Dokumen lingkungan hidup sangat penting bagi pelaku usaha yang hendak menjadikan
usaha/kegiatan menjadi usaha dengan mempertimbangkan dampak lingkungan perusahaan
terhadap lingkungan sekitar.
Strategi Pengelolaan Lingkungan (RKL) adalah rencana tindak lanjut untuk mengelola
konsekuensi signifikan yang dihasilkan dari operasi proyek, sedangkan Rencana Kajian
Lingkungan (RPL) adalah alat untuk memantau hasil pengelolaan lingkungan. Dengan
demikian, penyusunan RKL dan RPL dimaksudkan untuk:
Menyusun rencana pengelolaan dampak penting agar dampak yang ditimbulkan oleh
proyek dapat memenuhi baku mutu lingkungan dan/atau meminimalkan kerusakan lingkungan
57
Indonesian Journal of
Vol. 3 No. 2. 2022: 57-66
Applied Science and Technology
agar tidak menjadi masalah lingkungan atau sosial yang merugikan sejumlah pihak yang
berkepentingan.
Menyusun rencana pemantauan dampak penting untuk mengetahui keefektifan hasil
pengelolaan lingkungan sehingga dapat menjadi dasar evaluasi dan penyusunan rencana tindak
lanjut untuk senantiasa meningkatkan pengelolaan lingkungan.
CV X menggalakkan dan melaksanakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang
merupakan salah satu program pemerintah dalam rangka mencegah pencemaran lingkungan
dan menunjukkan kepedulian terhadap pengelolaan lingkungan. Kegiatan operasional CV X
meliputi administrasi, penyimpanan, penjernihan, dan pendistribusian air minum. Oleh karena
itu, CV X menyusun dokumen RKL-RPL Rinci sesuai dengan persyaratan Peraturan Menteri
Perindustrian No.1 Tahun 2020. Penyusunan dokumen merupakan upaya penanganan dampak
dan pemantauan terhadap komponen lingkungan yang terkena dampak rencana usaha dan/atau
kegiatan. Dengan menghasilkan makalah RKL-RPL yang tepat berdasarkan hasil analisis dan
evaluasi dokumen, dampak tindakan dapat diamati dengan jelas. Dan berupaya meminimalkan
kerusakan lingkungan sehingga terhindar dari risiko dampak penting yang dapat menimbulkan
masalah lingkungan atau sosial yang merugikan berbagai pihak yang berkepentingan.
METODE
Penelitian dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan penulisan
laporan. Ini membutuhkan data primer dan sekunder untuk persiapan. Pengumpulan data
melalui kajian pustaka, observasi lapangan, wawancara, dan dokumentasi merupakan teknik
yang digunakan untuk menemukan data primer. Sementara itu, proses pengumpulan data
sekunder meliputi pengumpulan data-data yang ada dari Perseroan dalam bentuk dokumen.
58
Indonesian Journal of
Vol. 3 No. 2. 2022: 57-66
Applied Science and Technology
59
Indonesian Journal of
Vol. 3 No. 2. 2022: 57-66
Applied Science and Technology
3) Jarak sumur resapan septic tank dan IPALdengan sumur bor air tanah minimal 10
meter. Tangki septik ini direncanakan dapat membuang kotoran dengan jumlah air
limbah sekitar 15 liter/orang/hari.
4) Pengolahan tinja pada tangki septik dengan sistem anaerobic baffled reaktor
dengan media bio filter dengan waktu tingal air limbah di dalam tangki pengurai
limbah minimal 24 jam
5) Besarnya ruang lumpur untuk menampung limbah padat dari KM/WC yang
dihasilkan di septic tank dengan patokan banyaknya tinja sebesar
30liter/orang/tahun, sedangkan waktu pengambilan sisa tinja diperhitungkan
minimal 4 tahun
6) Lantai dasar septic tank dibuat miring ke arah ruang penampungan tinja
7) Pipa air masuk ke dalam septic tank lebih tinggi ± 2,5 cm dari pipa air keluarnya
8) Septic tank dilengkapi dengan lubang pemeriksaan (manhole) dan lubang
penghawaan (pipa pembuangan Bio Gas) untuk membuang gas hasil penguraian
limbah padat dari KM/WC secara mikrobiologi
• Timbulan Limbah Padat Non B3
Pengelolaan sampah yang dilakukan oleh CV. X adalah dengan cara mengumpulkan
sampah yang dihasilkan dalam kantong plastic/ tempat sesuai dengan jenis sampah yang
dihasilkan dan ditaruh di tempat sampah yang telah disediakan oleh Pihak Kawaasan dan
dipisah antara sampah organik dan sampah anorganik. Kemudian sampah diangkut setiap hari
menuju Tempat Pembuangan Sementara Terpadu (TPST) kawasan lalu disalurkan menuju
TPA yang berkerjasama dengan pihak pengelola lingkungan dari kawasan. Untuk sampah
berupa bekas kemasan, kertas, bekas, kardus, dan lain – lain dikumpulkan untuk dijual kembali
kepada pihak ketiga.
Pengelolaan timbulan air limbah yang dihasilkan dari kegiatan di CV X disajikan
sebagai berikut.
1) Menyediakan bak sampah di beberapa titik di area industri CV. X
2) Memisahkan limbah organik dan anorganik
3) Sampah yang susah diolah, namun masih bernilai ekonomis dijual kepada pihak
ketiga.
• Sistem Tanggap Darurat dan Gangguan Kecelakaan Kerja
Sistem tanggap darurat dan gangguan kecelakaan kerja yang direncanakan oleh CV. X
merupakan sistem untuk mengatasi kondisi darurat dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja
akibat operasional dengan melengkapi sistem tanggap darurat dengan APAR, Safety Box,
Papan Peringatan yang semuanya tertera pada SOP yang telah dibuat.
1) Sistem Penanggulangan Ceceran/Tumpahan Limbah B3:
- Siapkan absorben (serbuk gergaji) apabila pada saat loading, unloading,
maupun saat penyimpanan menemukan ceceran limbah B3 cair;
- Pastikan ceceran tersebut telah terserap sempurna oleh absorben (serbuk
gergaji); dan
- Kumpulkan absorben (serbuk gergaji) yang telah digunakan ke tempat khusus.
• Timbulan Limbah B3
Kegiatan yang dilakukan oleh CV. X baik dari proses produksi maupun kantor akan
menghasilkan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3) dari kegiatannya. Kegiatan
pengelolaan Limbah B3 sebagai berikut.
1) Menyediakan TPS Limbah B3 dengan ukuran 9 m 2 di dalam lokasi industri
sesuai posisi di denah utilitas dengan koordinat sesuai yang tercantum dalam
izin.
2) Limbah B3 yang disimpan ke dalam TPS Limbah B3 adalah kain majun bekas,
baterai bekas, dan Limbah elektronik bekas.
61
Indonesian Journal of
Vol. 3 No. 2. 2022: 57-66
Applied Science and Technology
Pembahasan
Fasilitas penyimpanan limbah B3 dengan karakteristik mudah menyala yaitu:
1. Memiliki tembok pemisah dengan bangunan lain yang berdampingan
2. Jika bangunan penyimpanan limbah B3 dibangun terpisah dari bangunan lain,
diberi jarak dengan bangunan lain paling sedikit 6 meter
3. Struktur pendukung atap terdiri dari bahan yang tidak mudah menyala, konstruksi
atap dibuat ringan dan mudah hancur bila terjadi kebakaran dan
4. Diberikan penerangan yang tidak menyebabkan ledakan/percikan listrik.
Fasilitas penyimpanan limbah B3 berupa tangki dan/atau kontainer untuk limbah B3 fase cair
adalah:
1. Dibangun di atas permukaan tanah dengan lantai kedap air dan tidak bergelombang
2. Tangki dan/atau kontainer dan sistem penunjangnya terbuat dari bahan yang cocok
dengan karakteristik limbah B3 yang disimpan
3. Tidak mudah pecah atau bocor
4. Memiliki tanggul dan saluran pembuangan di sekeliling tangki dan/atau kontainer
menuju bak penampung tumpahan
5. Terlindung dari penyinaran matahari dan masuknya air hujan secara langsung, jika
limbah B3 yang disimpan memiliki sifat mudah mengembang. Menghasilkan gas
dan/atau bereaksi akibat temperatur dan tekanan
6. Dilengkapi dengan simbol limbah B3 sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
62
Indonesian Journal of
Vol. 3 No. 2. 2022: 57-66
Applied Science and Technology
63
Indonesian Journal of
Vol. 3 No. 2. 2022: 57-66
Applied Science and Technology
Setelah penerimaan limbah B3 dari mitra klien, limbah B3 yang masuk perlu dilakukan
pengarsipan atau pencatatan limbah B3 yang masuk dan limbah B3 yang keluar dari tempat
penyimpanan. Pencatatan/ pengarsipan limbah B3 berisi:
1. Jenis limbah B3, karakteristik limbah B3 dan waktu diterimanya limbah B3 dari
setiap orang yang menghasilkan limbah B3
2. Jenis limbah B3, karakteristik limbah B3, jumlah limbah B3 dan waktu penyerahan
limbah B3 kepada Pemanfaat limbah B3 dan/atauPengolah limbah B3
3. Identitas setiap orang yang menghasilkan limbah B3, pengangkutan limbah B3,
pemanfaat limbah B3 dan/atau pengolah limbah B3, dan Neraca limbah B3
64
Indonesian Journal of
Vol. 3 No. 2. 2022: 57-66
Applied Science and Technology
SIMPULAN
Berdasarkan uraian hasil kegiatan didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Penyusunan RKL-RPL didasarkan pada Peraturan Menteri Perindustrian Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan
Hidup dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Rinci bagi Perusahaan Industri yang
Berada atau akan Berlokasi Di Kawasan Industri.
2. Tata cara penyimpanan dan peletakan Limbah B3 pada RKL-RPL di isi berdasarkan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2021 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.
65
Indonesian Journal of
Vol. 3 No. 2. 2022: 57-66
Applied Science and Technology
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. SNI 19-3983-1995 tentang Spesifikasi Timbulan Sampah untuk
Kota Kecil dan Kota Sedang di Indonesia.
Kepala Bapedal. 1995. Keputusan No. 1: Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan
Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Republik Indonesia
Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Kehutanan.2015. Peraturan No 56 : Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2013. Peraturan No. 14: Simbol dan Label Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun. Republik Indonesia Presiden Republik Indonesia. 2014.
Peraturan No. 101: Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Republik
Indonesia
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 14 Tahun 2013 tentang Simbol
dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68 Tahun 2014 tentang Baku
Mutu Limbah Domestik. Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 1 Tahun 2020 tentang Penyusunan Rencana
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Rinci Bagi
Perusahaan Industri yang Berada atau Akan Berlokasi di Kawasan Industri. Republik
Indonesia.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan, Perlindungan, dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Republik Indonesia
66