Anda di halaman 1dari 3

PORTOFOLIO SEJARAH

LAWANG SEWU

Fathin Najiya Saniy

Hayumanda Sekar

Kayladinda Shafa

Reza Fany

Vania Anastasia

Siti Dzawil Chusna

SMAN 9 SEMARANG
TAHUN AJARAN
2023/2024
Lawang Sewu (bahasa Belanda: Het administratiegebouw van de Nederlandsch-
Indische Spoorweg-Maatschappij, N.V. te Samarang) (Bahasa Jawa: ꧋ꦭꦮꦁ ꦱꦺꦮꦸ
artinya Seribu Pintu) adalah bangunan perkantoran yang terletak di seberang Tugu
Muda, Kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia, yang dibangun sebagai kantor pusat
Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Bangunan ini berstatus sebagai
aset Kereta Api Indonesia (KAI) karena merupakan buah dari perebutan NIS oleh
Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) pada masa Perang Kemerdekaan.

Bangunannya dirancang oleh Prof. Jakob F. Klinkhamer dan B.J. Ouendag, arsitek dari
Amsterdam dengan ciri dominan berupa elemen lengkung dan sederhana. Bangunan di
desain menyerupai huruf L serta memiliki jumlah jendela dan pintu yang banyak
sebagai sistem sirkulasi udara. Karena jumlah pintunya yang banyak maka masyarakat
menamainya dengan Lawang Sewu yang berarti seribu pintu.

Selain desain bangunanya yang unik, Lawang Sewu memiliki ornamen kaca patri
pabrikan Johannes Lourens Schouten. Kaca patri tersebut bercerita tentang
kemakmuran dan keindahan Jawa, kekuasaan Belanda atas Semarang dan Batavia,
kota maritim serta kejayaan kereta api. Ragam hias lainnya pada Lawang Sewu antara
lain ornamen tembikar pada bidang lengkung di atas balkon, kubah kecil di puncak
menara air yang dilapisi tembaga, dan puncak menara dengan hiasan perunggu.

Saat ini Gedung Lawang Sewu dimanfaatkan sebagai museum yang menyajikan
beragam koleksi dari masa ke masa perkeretaapian di Indonesia. Koleksi yang
dipamerkan antara lain: koleksi Alkmaar, mesin Edmonson, Mesin Hitung, Mesin Tik,
Replika Lokomotif Uap, Surat Berharga dan lain-lain. Lawang Sewu menyajikan
proses pemugaran gedung Lawang Sewu yang terdiri dari foto, video, dan material
restorasi. Mendekati pintu keluar, terdapat perpustakaan berisikan buku-buku tentang
kereta api.
Upaya pelestarian Gedung Lawang Sewu dapat dilakukan dengan cara menumbuhkan
kesadaran sejak dini akan pentingnya keberadaan benda cagar budaya sebagai warisan
sejarah dan kekayaan bangsa, serta menggunakan konsep pelestarian yang tidak hanya
berorientasi pada kepentingan budaya dan sejarah saja.

Anda mungkin juga menyukai