E-ISSN : 2655-3201
ABSTRAK
Penelitian ini tentang isi Peranan Badan Pengawas Pemilu dalam menangani sengketa Pemilu yang terjadi
pada Tahun 2019. Pada penelitian hukum ini menggunakan metode penelitian hukum empiris dan
melakukan studi ke Kantor Bawaslu Kabupaten Batubara. Pada penelitian hukum ini menggunakan bahan
hukum primer, yaitu : Peraturan Perundang-Undangan. Bahan hukum sekunder, yaitu : buku-buku
hukum. Bahan hukum tersier, yaitu : buku-buku non hukum. Pada penelitian ini, bahwasannya Bawaslu
memiliki kewenangan besar, tidak hanya sebagai pengawas, bahkan sekaligus juga sebagai eksekutor
hakim pemutus perkara. Bawaslu juga merupakan Lembaga dalam mengawal pemilu yang berintegritas
bagi kemajuan bangsa, yang dalam hal ini kewenangan Bawaslu dalam proses quasi yudisial adalah
kewenangan menerima, memeriksa, mengkaji, dan memutuskan pelanggaran administrasi Pemilu.
diklasifikasikan sesuai adanya suatu isu-isu dengan asas dan prinsip pemilu demokratis.
hukum yang akan dibahas. Kemudian Dalam konteks Indonesia yang sedang
bahan-bahan hukum tersebut lalu diuraikan membangun peradaban politik yang sehat,
untuk mendapatkan terhadap berbagai pelaksanaan pemilu tanpa hadirnya
macam suatu penjelasan yang dijelaskan pengawasan secara struktural dan
secara sistematis. fungsional yang kokoh berpotensi besar
Setelah bahan hukum itu diolah dan akan menimbulkan hilangnya hak pilih
juga diuraikan, maka kemudian peneliti warga negara, maraknya politik uang,
melakukan adanya suatu analisis kampanye hitam, dan pemilu yang tidak
(melakukan penalaran ilmiah) yang dalam sesuai aturan. Dampak lanjutan pemilu
hal ini bertujuan untuk menjawab terhadap yang tidak berintegritas adalah timbulnya
berbagai macam permasalahan dan juga sengketa dan gugatan hasil pemilu.
berbagai macam suatu isu-isu hukum yang Namun dalam hal ini pada Pemilu
telah dirumuskan di dalam suatu rumusan di Tahun 2019 adalah pemilu serentak
masalah pada penelitian hukum empiris ini. pertama. Calon Presiden dan Wakil
5. Analisis Data (Kuantitatif) Presiden serta calon anggota DPR, DPD
Dalam penelitian hukum empiris dan DPRD akan dipilih secara bersamaan.
ini, peneliti dalam hal ini yaitu dengan cara Selain (diharapkan) menghasilkan efisiensi
menggunakan suatu analisis data kuantitatif biaya pemilu, keserentakan ini juga
di dalam pada penulisan pada penelitian mengandung potensi kerawanan dalam
hukum empiris ini, yang dalam hal ini proses kontestasi antarkandidat.Kristalisasi
dengan cara menggabungkan berbagai kekuatan politik dalam Pemilihan Presiden
macam data primer dan juga data sekunder dan Wakil Presiden tidak sebanding dengan
yang didapat oleh peneliti dalam penelitian fragmentasi kekuatan dalam kompetisi
hukum empiris ini, lalu kemudian dari pemilu legislatif, sehingga kondisi
ketiga data itu diatrik kesimpulan oleh demikian dapat memunculkan pola konflik
peneliti. yang asimetris. Di sisi lain, merebaknya
politik identitas (kompetisi politik yang
3. HASIL DAN PEMBAHASAN mengandalkan sentimen identitas
A. Peran Bawaslu Kabupaten/Kota kelompok, agama, dan suku) bersamaan
Dalam Pengawasan Pelaksanaan dengan semakin meningkatnya trend
Pemilu penggunaan media sosial membuka celah
Badan Pengawas Pemilihan Umum bagi munculnya gangguan dalam kohesi
(Bawaslu), yang tertuang dalam suatu sosial yang dapat menggerogoti persatuan
ketentuan pada Undang-Undang Nomor 7 nasional.
Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum, Pola ini merujuk pengalaman di
saat ini Bawaslu memiliki kewenangan berbagai negara lain dapat memicu konflik
besar, tidak hanya sebagai pengawas, kekerasan berkepanjangan dan merusak
bahkan sekaligus juga sebagai eksekutor masa depan bangsa. Sementara itu, pola-
hakim pemutus perkara. Pada saat ini dan pola pelanggaran pemilu konvensional
juga kedepannya, terbentang tantangan seperti politik uang, korupsi politik untuk
historis bagi Bawaslu untuk membuktikan menyokong pembiayaan kampanye,
peran dan eksistensi strategisnya mengawal ketidaknetralan aparatur pemerintah,
pemilu yang berintegritas bagi kemajuan manipulasi dana kampanye, serta
bangsa. Reformasi politik pascareformasi manipulasi dalam penghitungan suara
melalui gerakan rakyat Mei 1998 berhasil masih tetap menghantui. Praktik-praktik
menumbangkan Orde Baru. Lahir dari pelanggaran semacam ini berpotensi
kenyataan, bahwa selama rezim Orde Baru, mencederai legitimasi hasil pemilu. Lebih
rakyat Indonesia merasakan kekecewaan lagi, pemenang pemilu terjebak dalam
akibat praktik demokrasi prosedural. praktik penyelenggaraan pemerintahan
Dalam hal ini dapat dilihat seperti yang koruptif.
penyelenggaraan Pemilu 1971, 1977, 1982, Pemilu 2019 adalah pemilu
1987, 1992, dan 1997 yang tidak sesuai serentak pertama. Calon Presiden dan
ke depan, Bawaslu harus mendorong Dalam hal ini adapun peran dari
partisipasi masyarakat secara optimal. Badan Pengawas Pemilihan Umum
Bawaslu harus mampu bekerja sinergis (BAWASLU) yang terdapat di wilayah
bersama seluruh elemen bangsa untuk Kabupaten/Kota menurut ketentuan dari
mengawasi dan menegakkan hukum pemilu suatu isi pada Undang-Undang Nomor 7
secara tegas dan adil. Keadilan pemilu Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum,
dapat diwujudkan jika Bawaslu bekerja diperlukan kebutuhan sesuai dengan tindak
secara terbuka, profesional,imparsial, lanjut penanganan pelanggaran Pemilu,
akuntabel, dan berintegritas. Dalam Bawaslu, Kabupaten/Kota dapat melakukan
melakukan upaya pencegahan, Bawaslu investigasi. Dalam hal ini pula Bawaslu
harus memiliki strategi pengawasan yang Kabupaten/Kota dapat wajib memutus
tepat berdasarkan pemahaman akan potensi terhadap penyelesaian pelanggaran
pelanggaran yang dipotret dengan benar. administratif Pemilu paling lama 14 (empat
Bawaslu juga harus peka belas) hari kerja setelah temuan dan laporan
memahami potensi timbulnya penggunaan diterima dan diregistrasi.
isu suku, agama, ras, dan antargolongan Adapun Putusan Bawaslu
(SARA) dalam proses pelaksanaan Pilkada Kabupaten/Kota dalam penyelesaian
2018, Pemilu 2019, dan Pilpres 2019. Dari pelanggaran administratif Pemilu berupa :
rangkaian pemilu dan pilkada yang pernah a. Perbaikan administrasi terhadap tata
digelar selama ini, belum seluruh cara, prosedur, atau mekanisme sesuai
problematika pemilu dapat dipecahkan dengan ketentuan peraturan perundang-
secara memuaskan oleh penyelenggara undangan;
pemilu termasuk Bawaslu. Masih terdapat b. Teguran tertulis;
beragam persoalan, misalnya pemutakhiran c. Tidak diikutkan pada tahapan tertentu
daftar pemilih, sistem pemilu, politik uang, dalam Penyelenggaraan Pemilu; dan
akuntabilitas penyelenggaraan, netralitas d. Sanksi administratif lainnya sesuai
aparatur sipil negara, serta integritas proses dengan ketentuan dalam Undang-
dan hasil pilkada, pemilu dan pilpres. Undang ini.
Keberhasilan atau kegagalan pemilu,
pilkada, dan pilpres sesungguhnya B. Kewenangan Bawaslu
ditentukan oleh banyak faktor dan aktor. Kabupaten/Kota Dalam Penyelesaian
Proses penyelenggaraannya, Sengketa Pemilu
khususnya dalam pengawasan, harus Dalam hal ini beberapa keadaan
melibatkan seluruh elemen, baik unsur Bawaslu dinilai sering terjebak dalam
masyarakat maupun pemangku kewenangan kompetensi absolut terkait
kepentingan. Proses itu dilaksanakan secara kewenangan yang diatribusikan atas dasar
transparan, akuntabel, kredibel, dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
partisipatif, agar semua tahapan dapat Tentang Pemilihan Umum kepadanya.
berjalan baik sesuai koridor aturan yang Sebagai contohnya adalah ketika Bawaslu
berlaku. Terbentang ke depan tantangan akhirnya meloloskan mantan napi koruptor
akan eksistensi dan peran strategis bagi sebagai bakal calon anggota DPR dan
Bawaslu berdasarkan Undang-Undang DPRD yang dinilai melanggar Peraturan
Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor
Umum sehingga memiliki kewenangan 20 Tahun 2018. Tindakan Bawaslu ini
besar, tidak hanya sebagai pengawas, dianggap mengambil alih kewenangan uji
sekaligus sebagai eksekutor dan pemutus materi Mahkamah Agung atas PKPU,
perkara untuk membuktikan peran dan dimana disebutkan dalam Pasal 76 Undang-
eksistensinya mengawal pemilu yang Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang
berintegritas bagi kemajuan bangsa. Tentu, Pemilihan Umum bahwa dalam hal
peran konstruktif dan aktif dari kita semua Peraturan KPU diduga bertentangan
diperlukan demi terwujudnya pemilu undang-undang ini, pengujiannya dilakukan
berintegritas. oleh Mahkamah Agung.