Anda di halaman 1dari 11

P-ISSN : 2549-3043

E-ISSN : 2655-3201

PERANAN BADAN PENGAWASAN PEMILU TERHADAP SENGKETA


PEMILU TAHUN 2019 (STUDI DI KANTOR BAWASLU KABUPATEN
BATUBARA)

Rudy Harmoko1, Zaid Afif2


1 2
Mahasiswa, Dosen Fakultas Hukum Universitas Asahan, Jl. Ahmad Yani, Kisaran-Asahan,
Sumatera Utara
Email : rudiharmoko3112@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini tentang isi Peranan Badan Pengawas Pemilu dalam menangani sengketa Pemilu yang terjadi
pada Tahun 2019. Pada penelitian hukum ini menggunakan metode penelitian hukum empiris dan
melakukan studi ke Kantor Bawaslu Kabupaten Batubara. Pada penelitian hukum ini menggunakan bahan
hukum primer, yaitu : Peraturan Perundang-Undangan. Bahan hukum sekunder, yaitu : buku-buku
hukum. Bahan hukum tersier, yaitu : buku-buku non hukum. Pada penelitian ini, bahwasannya Bawaslu
memiliki kewenangan besar, tidak hanya sebagai pengawas, bahkan sekaligus juga sebagai eksekutor
hakim pemutus perkara. Bawaslu juga merupakan Lembaga dalam mengawal pemilu yang berintegritas
bagi kemajuan bangsa, yang dalam hal ini kewenangan Bawaslu dalam proses quasi yudisial adalah
kewenangan menerima, memeriksa, mengkaji, dan memutuskan pelanggaran administrasi Pemilu.

Kata Kunci : Sengketa Pemilu, Kewenangan Bawaslu, Eksekutor Pemutus

1. PENDAHULUAN “Pemilihan Umum dilaksanakan secara


Negara Kesatuan Republik langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan
Indonesia adalah merupakan Negara adil setiap lima tahun sekali.”
konstitusi yang dalam hal ini bahwasannya
setiap kedaulatan yang adda di Indonesia Pasal 21 E ayat (2)
berada di tangan rakyat, sebagaimana yang “Pemilihan Umum diselenggarakan untuk
dimaksud di dalam Pasal 1 ayat (2) memilih anggota Dewan Perwakilan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
Indonesia Tahun 1945, yang bunyinya : Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan
“Kedaulatan berada di tangan rakyat dan Perwakilan Rakyat daerah”.
dilaksanakan menurut Undang-Undang Menurut pendapat Ali Murtopo
Dasar”. mengenai Pemilihan Umum adalah sarana
Dalam setiap kegiatan yang berada yang tersedia bagi rakyat untuk
di dalam Indonesia seperti dalam memilih menjalankan kedaulatannya dan merupakan
Pemimpin di Pemerintahan Negara lembaga demokrasi. (Bintan. R. Saragih,
Indonesia di Lembaga Eksekutif maupun 1987 : 167).
Legislatif, maka rakyat Indonesia Pemilu itu pada pokoknya dapat
diharuskan memilih pemimpin yang dirumuskan menjadi 4 (empat), yaitu
memimpin di Pemerintahan Indonsia sebagai berikut:
melalui dengan cara Pemilihan umum yang a. Untuk memungkinkan terhadap
secara langsung, hal ini sebagaimana terjadinya Peralihan kepemimpinan
dimaksud di dalam Pasal 21 E ayat (1) jo. pemerintahan secara tertib dan
Pasal 21 E ayat (2) Undang-Undang Dasar damai.
Tahun 1945, yang bunyinya adalah sebagai b. Untuk memungkinkan terjadinya
berikut : pergantian pejabat yang akan
Pasal 21 E ayat (1)

Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 7 No.1 Januari 2021 54


P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

mewakili kepentingan rakyat di Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan


lembaga perwakilan. Pemilu.
c. Untuk melaksanakan prinsip Penyelenggaraan Pemilu di
kedaulatan rakyat. Indonesia lembaga yang menyelenggarakan
d. Hak untuk melaksanakan prinsip Pemilu terdiri atas Komisi Pemilihan
hak-hak asasi warganegara. Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilu
Dalam hal ini juga bahwasannya (Bawaslu), dan Dewan Kehormatan
dalam pemilihan calon pemimpin di Penyelenggaraan Pemilu (DKPP) untuk
Lembaga Legislatif harus berasal dari suatu memilih Anggota Dewan Perwakilan
Partai Politik, hal ini juga sebagaimana Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan
dimaksud dalam Pasal 22 E ayat (3) Daerah, Presiden Dan Wakil Presiden, dan
Undang-Undang Dasar Tahun 1945, yang untuk Memilih Anggota Dewan Perwakilan
bunyinya : Rakyat Daerah secara langsung oleh rakyat.
“Peserta pemilihan umum untuk memilih Dalam penyelenggaraan pemilu
anggota Dewan Perwakilan Raakyat dan pada Orde Baru sampai dengan Era
Dewan Perwakilan Daerah adalah Partai Reformasi menunjukkan adanya perbedaan
Politik”. dan peningkatan peran dari penyelenggara
Oleh karena itu dalam Pemilu termasuk pengawas pemilu. Maka
penyelenggaraan Pemilu yang Pemerintah berusaha semaksimal mungkin
diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan untuk memperbaiki segala sesuatu dalam
Umum harus bersifat nasional, tetap, dan penyelenggaraan pemilu dengan membuat
juga mandiri. Hal ini sebagaiamana peraturan perundang-undangan yang
dimaksud di dalam Pasal 22 E ayat (5) mendukung kinerja dari penyelenggara.
Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Berdasarkan hasil evaluasi
Maksud dari bersifat nasional, tetap, dan penyelenggaraan pemilu dari tahun-tahun
juga mandiri. sebelumnya, pada tahun 2011 Pemerintah
Bersifat nasional maksudnya mengeluarkan peraturan perundang-
adalah bahwa penyelenggaraan pemilu undangan baru yaitu Undang-Undang
mencakup seluruh Wilayah Negara Nomor 15 Tahun 2011 Tentang
Kesatuan Republik Indonesia, yang bersifat Penyelenggaraan Pemilu, sebagai pengganti
tetap maksudnya Lembaga Penyelenggara Undang-undang Nomor 22 Tahun 2007.
Pemilu menjalankan tugasnya secara Diantara perubahan mendasar pada
berkesinambungan meskipun Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011
keanggotaannya dibatasi oleh masa jabatan yaitu peningkatan status kelembagaan
tertentu, sedangkan bersifat mandiri Pengawas Pemilu di tingkat Provinsi yang
maksudnya bahwa dalam melaksanakan semula berbentuk kepanitian (ad hoc)
pemilu, penyelenggara pemilu bersikap menjadi bentuk Badan (bersifat tetap).
mandiri dan bebas dari pengaruh pihak Pada akhirnya Pemerintah
manapun, dan memiliki memperbaharui kembali peraturan
pertanggungjawaban yang jelas sesuai Perundang-Undang mengenai
dengan Peraturan Perundang-Undangan. Penyelenggaraan pemilu, dengan
Maka oleh karena itu dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 7
berpedoman pada Pasal 22 E ayat (5) Tahun 2017 Tentang Pemilu. Diantara
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 maka perubahan mendasar pada Undang-Undang
Pemerintah Indonesia membentuk lembaga Nomor 7 Tahun 2017 yaitu peningkatan
penyelenggara pemilihan umum yang status kelembagaan Pengawas Pemilu di
independen. Dari amanat Pasal 22 E ayat tingkat Kabupaten/Kota yang semula
(5) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 berbentuk kepanitian (ad hoc) menjadi
tersebut, Pemerintah kemudian dengan bentuk Badan (bersifat tetap), dan
menetapkan Undang-Undang yang secara penguatan kewenangan, pertama sebagai
khusus mengatur Tentang Penyelengara pengawas pemilu, kedua juga mengadili.
Pemilu yaitu Undang-Undang Nomor 15 Pasal 1 ayat (7) Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan

Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 7 No.1 Januari 2021 55


P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

Umum menyebutkan bahwa Penyelenggara kewenangan Bawaslu Kabupaten/Kota


pemilu adalah lembaga yang adalah sebagai salah satu lembaga
menyelenggarakan pemilu yang terdiri atas penyelenggara Pemilu yang bertugas
Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas melakukan pengawasan terhadap
Pemilu, dan Dewan Kehormatan penyelenggaraan Pemilu yang dalam hal ini
Penyelenggara Pemilu sebagai satu memiliki wewenang antara lain mengawasi
kesatuan fungsi Penyelenggaraan Pemilu pelaksanaan tahapan-tahapan pemilu,
untuk memilih anggota Dewan Perwakilan menerima laporan-laporan dugaan pemilu,
Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, dugaan pelanggaran pemilu, dan
Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk menindaklanjuti temuan ataupun mengenai
memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat adanya laporan kepada instansi yang
Daerah secara langsung oleh rakyat. berwenang. Dengan seiring berjalannya
Maka oleh karena itu Komisi waktu, maka adanya suatu pengaturan yang
Pemilihan Umum (KPU) yang berada di diatur di dalam peraturan perundang-
wilayah Kabupaten Batubara dalam undangan tentang penyelenggaraan pemilu
pelaksanaannya menyelenggarakan Pemilu yang baru yaitu Undang-undang Nomor 7
sebanyak 12 kali pelaksanaan Pemilihan Tahun 2017, ada penguatan kewenangan
Umum, diantaranya 3 kali dalam Bawaslu dalam menjalankan tugas dan
pelaksanaan penyelenggaraan pemilihan fungsinya sebagai lembaga pengawas
Bupati Batubara, 3 kali dalam pelaksanaan pemilu.
penyelenggaraan pemilihan Presiden dan Salah satu penguatannya yaitu
Wakil Presiden Republik Indonesia, 3 kali temuan Bawaslu tidak lagi berupa
dalam pelaksanaan penyelenggaraan rekomendasi, tetapi sudah menjadi putusan,
pemilihan Anggota DPR-RI, DPRD Bawaslu sekarang memiliki kewenangan
Provinsi, dan DPRD Kabupaten Batubara, memutus pelanggaran administrasi
dan 3 kali dalam pelaksanaan sehingga temuan pengawas pemilu tidak
penyelenggaraan pemilihan Gubernur hanya bersifat rekomendasi tetapi bersifat
Sumatera Utara. putusan/keputusan yang harus dilaksanakan
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) oleh para pihak, Bawaslu juga diberikan
nyang terdapat di Kabupaten Batubara mandat dasar berupa pencegahan dan
sebagai salah satu lembaga penyelenggara penindakan terhadap pelanggaran pemilu
pemilu yang bertugas melakukan dan sengketa pemilu. Selain itu masih
pengawasan terhadap penyelenggaraan banyak sekali penguatan kewenangan-
pemilu memiliki wewenang antara lain kewenangan Bawaslu dalam menjalankan
mengawasi pelaksanaan tahapan-tahapan tugas dan fungsinya.
pemilu, menerima laporan-laporan dugaan Di dalam Pasal 103 Undang-Undang
pemilu, dugaan pelanggaran pemilu, dan Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan
menindaklanjuti temuan atau laporan Umum, terdapat adanya suatu Kewenangan
kepada instansi yang berwenang. Seiring yang diwajibkan kepada Bawaslu
berjalannya waktu, dengan adanya suatu Kabupaten/Kota adalah bersikap adil dalam
implementasi yang tertuang di dalam menjalankan tugas dan wewenangnya,
peraturan perundang-undangan tentang memberikan dan melakukan pembinaan
penyelenggaraan pemilu yang baru yaitu maupun pengawasan terhadap pelaksanaan
berdasarkan pada Undang-undang Nomor 7 tugas pengawas Pemilu pada tingkatan di
Tahun 2017. bawahnya, menyampaikan adanya suatu
Adapun Kewenangan Bawaslu laporan hasil pengawasan kepada Bawaslu
Kabupaten/Kota dalam menjalankan tugas Provinsi sesuai dengan tatrapan Pemilu
dan fungsinya serta kewenangan dan secara periodik atau berdasarkan
kewajibannya yaitu, dalam hal ini sebagai kebutuhan, menyampaikan suatu adanya
berikut : temuan dan laporan kepada Bawaslu
Menurut Pasal 101 dan Pasal 102 Provinsi berkaitan dengan dugaan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 pelanggaran yang dilakukan oleh KPU
Tentang Pemilihan Umum, tugas dan Kabupaten/Kota yang mengakibatkan

Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 7 No.1 Januari 2021 56


P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

terganggunya penyelenggaraan tahapan cara melakukan pengambilan data-data


Pemilu di tingkat kabupaten/kota, dalam penelitiannya yang bersumber dari
memberikan pemeliharaan data pemilih Kantor Badan Pengawasan Pemilu
secara berkelanjutan yang dilakukan oleh (Bawaslu) Kabupaten Batubara.
KPU Kabupaten/Kota dengan 3. Sumber Data
memperhatikan data kependudukan sesuai Pengumpulan datanya yaitu:
dengan ketentuan peraturan perundang- a. Studi Kepustakaan
undangan, dan mengembangkan b. Daftar Pertanyaan (kuesioner).
pengawasan Pemilu partisipatif serta Oleh karena itu alat pengumpulan
melaksanakan suatu kewajiban lain sesuai data yang dipergunakan oleh peneliti dalam
dengan ketentuan peraturan perundang- penelitian hukum empiris ini, setelah itu
undangan. lalu disusun secara ilmiah dengan tujuan
Dalam berbagai penjelasan yang untuk memperoleh berbagai macam suatu
ada diatas, berdasarkan dari latar belakang data-data yang sangat diperlukan dalam
yang telah diuraikan dan dijelaskan melakukan suatu penyusunan yang sesuai
tersebut, maka penulis tertarik untuk dengan apa-apa saja yang telah
melakukan dan mengadakan suatu direncanakan semula dengan tujuan yaitu
penelitian hukum dengan judul : Peranan untuk menjawab permasalahan yang telah
Badan Pengawasan Pemilu Terhadap diuraikan sebelumnya. Sumber data yang
Sengketa Pemilu Tahun 2019 (Studi Di digunakan peneliti sebagai bahan referensi
Kantor Bawaslu Kabupaten Batubara). di dalam melakukan penelitian hukum
empiris ini terbagi atas tiga yaitu :
2. METODE PENELITIAN a. Data Primer
1. Jenis Penelitian Data primer yang diperoleh dalam
Dalam jenis penelitian hukum yang melakukan penelitian hukum empiris ini
digunakan oleh peneliti yaitu dengan berasal dari Undang-Undang Dasar Negara
menggunakan jenis penelitian hukum Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-
empiris yang dilakukan oleh peneliti yaitu Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang
dengan cara menggunakan adanya suatu Penyelenggaran Pemilu, Undang-Undang
pendekatan dalam penelitian hukum, yang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilu.
dipergunakan oleh setiap peneliti dalam b. Data Sekunder
melakukan suatu penelitiannya yang Data Sekunder yang diperoleh
menggunakan metode dalam penelitian dalam penelitian hukum empiris ini berasal
hukum empiris. Penelitian hukum empiris, dari buku-buku hukum yang
yaitu : dikemukakakan oleh para ahli hukum,
1. Pengumpulan data/contoh-contoh Jurnal-Jurnal Hukum, Skripsi-Skripsi
(samples) laporan penelitian hukum. Hukum.
2. Tanya-jawab melalui kuesioner yang c. Data Tersier
dikirimkan kepada peneliti hukum Yaitu semua dokumen yang
yang dianggap ahli dan berisikan tentang konsep-konsep dan juga
berpengalaman. adanya keterangan-keterangan otentik yang
3. Pengumpulan data dan pendapat bersifat sangat mendukung dari data-data
(opinion) dari para ahli melalui yang didapatkan seperti data primer dan
wawancara mengenai metode data sekunder, seperti kamus hukum dan
(metode) yang digunakan dalam lain-lain.
penelitian hukum. 4. Teknik Pengumpulan Data
4. Diskusi panel dalam bentuk Teknik dalam pengumpulan data
pertemuan ilmiah yang sangat yang digunakan oleh peneliti dalam
terbatas. (Sunaryati Hartono, 1994 : penelitian hukum empiris ini adalah dengan
11). cara melakukan studi dari berbagai macam
2. Lokasi Penelitian bahan-bahan hukum yang sudah terkumpul
Dalam penelitian hukum empiris baik wawancara langsung dan studi
yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan dokumentasi, yang dalam hal ini

Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 7 No.1 Januari 2021 57


P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

diklasifikasikan sesuai adanya suatu isu-isu dengan asas dan prinsip pemilu demokratis.
hukum yang akan dibahas. Kemudian Dalam konteks Indonesia yang sedang
bahan-bahan hukum tersebut lalu diuraikan membangun peradaban politik yang sehat,
untuk mendapatkan terhadap berbagai pelaksanaan pemilu tanpa hadirnya
macam suatu penjelasan yang dijelaskan pengawasan secara struktural dan
secara sistematis. fungsional yang kokoh berpotensi besar
Setelah bahan hukum itu diolah dan akan menimbulkan hilangnya hak pilih
juga diuraikan, maka kemudian peneliti warga negara, maraknya politik uang,
melakukan adanya suatu analisis kampanye hitam, dan pemilu yang tidak
(melakukan penalaran ilmiah) yang dalam sesuai aturan. Dampak lanjutan pemilu
hal ini bertujuan untuk menjawab terhadap yang tidak berintegritas adalah timbulnya
berbagai macam permasalahan dan juga sengketa dan gugatan hasil pemilu.
berbagai macam suatu isu-isu hukum yang Namun dalam hal ini pada Pemilu
telah dirumuskan di dalam suatu rumusan di Tahun 2019 adalah pemilu serentak
masalah pada penelitian hukum empiris ini. pertama. Calon Presiden dan Wakil
5. Analisis Data (Kuantitatif) Presiden serta calon anggota DPR, DPD
Dalam penelitian hukum empiris dan DPRD akan dipilih secara bersamaan.
ini, peneliti dalam hal ini yaitu dengan cara Selain (diharapkan) menghasilkan efisiensi
menggunakan suatu analisis data kuantitatif biaya pemilu, keserentakan ini juga
di dalam pada penulisan pada penelitian mengandung potensi kerawanan dalam
hukum empiris ini, yang dalam hal ini proses kontestasi antarkandidat.Kristalisasi
dengan cara menggabungkan berbagai kekuatan politik dalam Pemilihan Presiden
macam data primer dan juga data sekunder dan Wakil Presiden tidak sebanding dengan
yang didapat oleh peneliti dalam penelitian fragmentasi kekuatan dalam kompetisi
hukum empiris ini, lalu kemudian dari pemilu legislatif, sehingga kondisi
ketiga data itu diatrik kesimpulan oleh demikian dapat memunculkan pola konflik
peneliti. yang asimetris. Di sisi lain, merebaknya
politik identitas (kompetisi politik yang
3. HASIL DAN PEMBAHASAN mengandalkan sentimen identitas
A. Peran Bawaslu Kabupaten/Kota kelompok, agama, dan suku) bersamaan
Dalam Pengawasan Pelaksanaan dengan semakin meningkatnya trend
Pemilu penggunaan media sosial membuka celah
Badan Pengawas Pemilihan Umum bagi munculnya gangguan dalam kohesi
(Bawaslu), yang tertuang dalam suatu sosial yang dapat menggerogoti persatuan
ketentuan pada Undang-Undang Nomor 7 nasional.
Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum, Pola ini merujuk pengalaman di
saat ini Bawaslu memiliki kewenangan berbagai negara lain dapat memicu konflik
besar, tidak hanya sebagai pengawas, kekerasan berkepanjangan dan merusak
bahkan sekaligus juga sebagai eksekutor masa depan bangsa. Sementara itu, pola-
hakim pemutus perkara. Pada saat ini dan pola pelanggaran pemilu konvensional
juga kedepannya, terbentang tantangan seperti politik uang, korupsi politik untuk
historis bagi Bawaslu untuk membuktikan menyokong pembiayaan kampanye,
peran dan eksistensi strategisnya mengawal ketidaknetralan aparatur pemerintah,
pemilu yang berintegritas bagi kemajuan manipulasi dana kampanye, serta
bangsa. Reformasi politik pascareformasi manipulasi dalam penghitungan suara
melalui gerakan rakyat Mei 1998 berhasil masih tetap menghantui. Praktik-praktik
menumbangkan Orde Baru. Lahir dari pelanggaran semacam ini berpotensi
kenyataan, bahwa selama rezim Orde Baru, mencederai legitimasi hasil pemilu. Lebih
rakyat Indonesia merasakan kekecewaan lagi, pemenang pemilu terjebak dalam
akibat praktik demokrasi prosedural. praktik penyelenggaraan pemerintahan
Dalam hal ini dapat dilihat seperti yang koruptif.
penyelenggaraan Pemilu 1971, 1977, 1982, Pemilu 2019 adalah pemilu
1987, 1992, dan 1997 yang tidak sesuai serentak pertama. Calon Presiden dan

Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 7 No.1 Januari 2021 58


P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

Wakil Presiden serta calon anggota DPR, dan/atau mengawasi proses


DPD dan DPRD akan dipilih secara penyelenggaraan pemilihan umum. Untuk
bersamaan Apa yang Harus dilakukan hal ini, maka ada unsur lain yang bisa
Dalam situasi demikian, sekadar dimasukkan dalam subjek pemantau
mengandalkan peran dan kinerja lembaga- pemilu. Bagi orang-perorang yang berniat
lembaga negara (KPU dan Bawaslu) mengawasi dan memantau proses
sembari berpangku tangan mengamati pelaksanaan pemilu bisa bergabung di
jalannya pemilu 2019 bukanlah pilihan organisasi pemantauan yang terakditasi oleh
yang tepat dan bijak. Rakyat dengan segala Bawaslu. Orang perorang tersebut bisa saja
segmennya (baik individu warga negara, menjadi relawan, tenaga kontrak, atau
organisasi pemantau pemilu maupun paralegal dan sebutan lainnya.
kelompok-kelompok sosial dan bahkan Selain itu, pesta demokrasi yang
kelompok bisnis) perlu bersinergi, bahu- berbiaya tinggi, tetapi hanya akan
membahu untuk turut mengawasi dan menghasilkan pemimpin yang legalitas dan
mengawal proses penyelenggaraan pemilu legitimasinya diragukan. Potensi bahaya
2019, tidak hanya sekedar berpartisipasi selanjutnya adalah tumbuhnya konflik
hadir memberikan suara di TPS. politik yang tidak berkesudahan. Pemilu
Pengawasan partisipatif merupakan sebagai suatu mekanisme demokrasi
bagian dari manifestasi kedaulatan rakyat sesungguhnya didesain untuk
dan penguatan partisipasi politik mentransformasikan sifat konflik di
masyarakat. Pada setiap tahapan Pemilu masyarakat menjadi ajang politik yang
yang sedang berjalan, ada ruang bagi kompetitif dan penuh integritas melalui
masyarakat untuk terlibat dalam pemilihan umum yang berjalan lancar,
menagwasi, agar proses Pemilu berjalan tertib, dan berkualitas. Menurut C.S.T.
secara jujur, adil, dan sekaligus Kansil, dan Christine S.T. Kansil, (2003 :
menciptakan kepemimpinan yang memiliki 117), Pemilu merupakan sarana perwujudan
legitimasi kuat. Pemantau pemilu kedaulatan rakyat guna menghasilkan
sebagaimana disebutkan Undang-Undang pemerintahan Negara yang demokratis
Nomor 7 Tahun 2017 Tentang pemilu berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
adalah organisasi masyarakat berbadan Dasar 1945, sesuai Pasal 1 ayat (2) yang
hukum yayasan atau perkumpulan yang berbunyi :
terdaftar pada Pemerintah dan pemerintah “Kedaulatan berada ditangan rakyat dan
daerah. Khusus pelaksanaan pemungutan dilaksanakan menurut Undang-Undang
dan penghitungan suara, ada tambahan Dasar”.
“subjek” pemantau yang terdiri dari Menurut C.S.T. Kansil, dan
lembaga pemantau pemilihan luar negeri, Christine S.T. Kansil, (2003 129), pada
lembaga pemilihan luar negeri dan Pasal 22E ayat (1) Undang-Undang Dasar
perwakilan negara sahabat di Indonesia. Tahun 1945 menyatakan bahwasannya ada
Dalam Buku Saku Pemantauan enam kriteria Pemilu yang demokratis di
Pemilihan Umum (2019 : 7-8), pemantau Indonesia, yaitu bunyinya :
adalah orang yang bekerja di yayasan “Pemilihan Umum dilaksanakan secara
dan/atau perkumpulan yang berbadan langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
hukum dengan program kerja (aktifitas) dan adil setiap lima tahun sekali.”
pemantauan pemilu. untuk itu, Pemantau Selanjutnya, dalam Pasal 3
dan Lembaga Pemantau menjadi subjek Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
“pemantauan” pada UU 7/2017 tentang Tentang Pemilihan Umum secara lebih jelas
pemilu. Akan tetapi, semangat hadirnya yang menjelaskan terhadap prinsip-prinsip
Bawaslu dan Lembaga Pemantau antara yang harus dijunjung tinggi dalam
lain untuk meningkatkan partisipasi aktif penyelenggaraan Pemilihan Umum yakni :
masyarakat dalam pemilu. dengan a. mandiri;
demikian, UU Pemilu tidak bisa menolak b. jujur;
warga negara Indonesia yang memiliki hak c. adil;
untuk dipilih dan memilih memantau d. berkepastian hukum;

Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 7 No.1 Januari 2021 59


P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

e. tertib; yang adil. Secara historis, kelahiran


f. terbuka; Bawaslu diharapkan dapat mendorong dan
g. proporsional; memperkuat pengawasan masyarakat
h. profesional; dengan memberikan penguatan berupa
i. akuntabel; regulasi, kewenangan, sumber daya
j. efektif; manusia, anggaran, serta sarana dan
k. efisien. prasarana.
Pemilihan umum telah menjadi Agar berperan efektif, setiap
fenomena global dan telah dipraktikkan, laporan pengawasan dapat lebih tajam dan
baik di negara yang telah maju menjadi fakta hukum yang dapat
demokrasinya maupun negara yang masih ditindaklanjuti sesuai mekanisme regulasi
dalam proses transisi menuju demokrasi. yang ada serta mampu memberikan efek
Namun demikian, fenomena pemilu di jera bagi upaya mengurangi potensi
berbagai negara, termasuk negara maju, pelanggaran sehingga tujuan keadilan
masih menunjukkan bahwa pemilu tidak pemilu dapat tercapai. Bawaslu harus hadir
bisa lepas dari berbagai pelanggaran dan menjadi solusi terhadap berbagai tuntutan
kecurangan (electoral malpractices). Dalam untuk melakukan pengawasan dan
konteks inilah, konsep integritas pemilu penindakan atas berbagai pelanggaran
menjadi penting karena napas yang pemilu yang dilakukan oleh siapa pun,
menjiwai pemilu adalah politik, yang termasuk kepada penyelenggara pemilu
memiliki sifat dasar "menghalalkan cara karena mereka tidak luput dari potensi
untuk mencapai tujuan dan kekuasaan". melakukan pelanggaran. Terlebih jika
Adalah tanggung jawab kita semua untuk integritasnya tidak cukup baik, tentu
berperan aktif, tidak hanya penyelenggara mereka tidak akan mampu menghadapi
pemilu, seperti KPU, Bawaslu, dan Dewan godaan dari berbagai pihak.
Kehormatan Penyelenggara Pemilu, untuk Pada sisi lain, harapan masyarakat
mengonstruksi pemilu berkualitas dan terus meningkat atas peran dan kiprah
berintegritas bagi kemajuan bangsa. Bawaslu ke depan. KPU RI menaati hal itu
Sejatinya, pemilu harus berjalan baik secara dan ahirnya menindaklanjuti putusan
prosedural dan substansial. Bawaslu RI serta tidak melakukan upaya
Pemilu baik secara prosedural jika banding atas putusan Bawaslu RI tersebut.
prasyaratnya sudah terpenuhi dan pemilu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
berhasil secara substansial jika tujuannya Tentang Pemilihan Umum juga
tercapai. Prasyarat pemilu menggariskan memperkuat wewenang Bawaslu. Lembaga
adanya kebebasan dalam memilih, ini tak lagi sekadar pemberi rekomendasi,
terwujudnya partisipasi masyarakat, dan tetapi sebagai eksekutor atau pemutus
arena berkompetisi politik yang fair. perkara. Hal itu sesuai ketentuan Pasal 461
Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun
pelaksanaan pemilu adalah terpilihnya 2017 Tentang Pemilihan Umum, di mana
pemimpin yang menjadi kehendak rakyat. Bawaslu, Bawaslu provinsi/kabupaten/kota
Pemimpin amanah yang mampu memiliki wewenang menerima, memeriksa,
mewujudkan kesejahteraan dan keadilan. mengkaji, dan memutuskan pelanggaran
Salah satu fungsi Badan Pengawas administrasi Pemilu. Namun, seiring
Pemilihan Umum (Bawaslu) adalah dinamika tinggi dalam masyarakat, pada
melakukan pengawasan tahapan dan sisi lain regulasi yang ada belum mampu
pencegahan pelanggaran pemilu. mengakomodasi dinamika tinggi tersebut.
Terdapat fungsi Bawaslu yang Termasuk makin "canggihnya"
strategis dan signifikan, yakni bagaimana modus dan bentuk pelanggaran serta
menghindari potensi pelanggaran pemilu kompetisi pemilu yang mulai tidak sehat,
muncul dengan menjalankan strategi terutama penggunaan kampanye hitam,
pencegahan yang optimal. Bawaslu juga kampanye negatif dan "penyiasatan aturan"
diharapkan mampu melakukan penindakan pelanggaran pemilu yang berpotensi
tegas, efektif, dan menjadi hakim pemilu menimbulkan beragam pelanggaran pemilu

Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 7 No.1 Januari 2021 60


P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

ke depan, Bawaslu harus mendorong Dalam hal ini adapun peran dari
partisipasi masyarakat secara optimal. Badan Pengawas Pemilihan Umum
Bawaslu harus mampu bekerja sinergis (BAWASLU) yang terdapat di wilayah
bersama seluruh elemen bangsa untuk Kabupaten/Kota menurut ketentuan dari
mengawasi dan menegakkan hukum pemilu suatu isi pada Undang-Undang Nomor 7
secara tegas dan adil. Keadilan pemilu Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum,
dapat diwujudkan jika Bawaslu bekerja diperlukan kebutuhan sesuai dengan tindak
secara terbuka, profesional,imparsial, lanjut penanganan pelanggaran Pemilu,
akuntabel, dan berintegritas. Dalam Bawaslu, Kabupaten/Kota dapat melakukan
melakukan upaya pencegahan, Bawaslu investigasi. Dalam hal ini pula Bawaslu
harus memiliki strategi pengawasan yang Kabupaten/Kota dapat wajib memutus
tepat berdasarkan pemahaman akan potensi terhadap penyelesaian pelanggaran
pelanggaran yang dipotret dengan benar. administratif Pemilu paling lama 14 (empat
Bawaslu juga harus peka belas) hari kerja setelah temuan dan laporan
memahami potensi timbulnya penggunaan diterima dan diregistrasi.
isu suku, agama, ras, dan antargolongan Adapun Putusan Bawaslu
(SARA) dalam proses pelaksanaan Pilkada Kabupaten/Kota dalam penyelesaian
2018, Pemilu 2019, dan Pilpres 2019. Dari pelanggaran administratif Pemilu berupa :
rangkaian pemilu dan pilkada yang pernah a. Perbaikan administrasi terhadap tata
digelar selama ini, belum seluruh cara, prosedur, atau mekanisme sesuai
problematika pemilu dapat dipecahkan dengan ketentuan peraturan perundang-
secara memuaskan oleh penyelenggara undangan;
pemilu termasuk Bawaslu. Masih terdapat b. Teguran tertulis;
beragam persoalan, misalnya pemutakhiran c. Tidak diikutkan pada tahapan tertentu
daftar pemilih, sistem pemilu, politik uang, dalam Penyelenggaraan Pemilu; dan
akuntabilitas penyelenggaraan, netralitas d. Sanksi administratif lainnya sesuai
aparatur sipil negara, serta integritas proses dengan ketentuan dalam Undang-
dan hasil pilkada, pemilu dan pilpres. Undang ini.
Keberhasilan atau kegagalan pemilu,
pilkada, dan pilpres sesungguhnya B. Kewenangan Bawaslu
ditentukan oleh banyak faktor dan aktor. Kabupaten/Kota Dalam Penyelesaian
Proses penyelenggaraannya, Sengketa Pemilu
khususnya dalam pengawasan, harus Dalam hal ini beberapa keadaan
melibatkan seluruh elemen, baik unsur Bawaslu dinilai sering terjebak dalam
masyarakat maupun pemangku kewenangan kompetensi absolut terkait
kepentingan. Proses itu dilaksanakan secara kewenangan yang diatribusikan atas dasar
transparan, akuntabel, kredibel, dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
partisipatif, agar semua tahapan dapat Tentang Pemilihan Umum kepadanya.
berjalan baik sesuai koridor aturan yang Sebagai contohnya adalah ketika Bawaslu
berlaku. Terbentang ke depan tantangan akhirnya meloloskan mantan napi koruptor
akan eksistensi dan peran strategis bagi sebagai bakal calon anggota DPR dan
Bawaslu berdasarkan Undang-Undang DPRD yang dinilai melanggar Peraturan
Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor
Umum sehingga memiliki kewenangan 20 Tahun 2018. Tindakan Bawaslu ini
besar, tidak hanya sebagai pengawas, dianggap mengambil alih kewenangan uji
sekaligus sebagai eksekutor dan pemutus materi Mahkamah Agung atas PKPU,
perkara untuk membuktikan peran dan dimana disebutkan dalam Pasal 76 Undang-
eksistensinya mengawal pemilu yang Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang
berintegritas bagi kemajuan bangsa. Tentu, Pemilihan Umum bahwa dalam hal
peran konstruktif dan aktif dari kita semua Peraturan KPU diduga bertentangan
diperlukan demi terwujudnya pemilu undang-undang ini, pengujiannya dilakukan
berintegritas. oleh Mahkamah Agung.

Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 7 No.1 Januari 2021 61


P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

Kewenangan Bawaslu itu menjadi sebagai Peserta Pemilu di KPU, calon


multi tafsir tersebut sebagai pengadil yang anggota DPD, dan bakal Pasangan Calon
wajib memperhatikan pula ciri khusus yang mana ketiganya dapat mengajukan
negara melalui prinsip-prinsip rule of law, Permohonan penyelesaian sengketa proses
yaitu pengakuan dan perlindungan terhadap Pemilu sampai dengan tahapan penetapan
hak-hak asasi yang mengandung pengertian Partai Politik Peserta Pemilu, penetapan
perlakuan yang sama di bidang politik, DCT anggota DPR dan DPRD, penetapan
hukum, sosial, ekonomi, budaya, dan daftar calon anggota DPD, dan penetapan
pendidikan. (O.S Adji, 1987 : 46). Pasangan Calon.
Secara definisi objek dari sengketa Selain aturan khusus yang
yang ditangani oleh Bawaslu adalah termaktub di dalam Perbawaslu, Bawaslu
sengketa terkait dengan sengketa proses sendiri secara prinsip, dalam menangani
Pemilu. Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) sebuah perkara, Bawaslu bertindak pasif
Peraturan Badan Pengawas Pemilu (stelsel pasif). Penanganan perkara yang
(Perbawaslu) Nomor 18 Tahun 2018 dilakukan oleh Bawaslu adalah perkara
Tentang Perubahan Atas Peraturan Badan yang dihadirkan kepadanya. Sebagai
Pengawas Pemilihan Umum Nomor 18 lembaga yang memiliki double power, atau
Tahun 2017 Tentang Tata Cara kewenangan ganda yakni pengawasan dan
Penyelesaian Sengketa Proses Pemilihan quasi peradilan, Bawaslu pun melakukan
Umum, yang dimaksud objek sengketa penilaian, sebelum memutuskan, dengan
proses Pemilu yang ditangani oleh Bawaslu terlebih dahulu mempertimbangkan posita
ini meliputi keputusan KPU, keputusan atau fundamentum petendi dan melihat
KPU Provinsi, atau keputusan KPU permohonan putusan penggugat (petitum).
Kabupaten/Kota. Keputusan yang dimaksud Selama perkara tersebut tidak
tersebut adalah berbentuk Surat Keputusan menyalahi aturan kewenangan, baik
dan atau Berita Acara. Perbawaslu ini absolute bevoegdheid maupun relative
menjadi batasan yang memperjelas bevoegdheid, maka Bawaslu harus
kewenangan kompetensi absolut Bawaslu menindaklanjuti perkara tersebut.
dalam proses quasi yudisial. Selain Kenyataan ini menggugurkan anggapan
mengatur mengenai objek sengketa, bahwa Bawaslu telah bertindak melampaui
Peraturan Badan Pengawas Pemilu kewenangannya.
(Perbawaslu) Nomor 18 Tahun 2018
Tentang Perubahan Atas Peraturan Badan 4. KESIMPULAN DAN SARAN
Pengawas Pemilihan Umum Nomor 18 A. Kesimpulan
Tahun 2017 Tentang Tata Cara 1. Peran Bawaslu Kabupaten/Kota Dalam
Penyelesaian. Pengawasan Pelaksanaan Pemilu
Sengketa Proses Pemilihan Umum, Bawaslu dalam hal ini
mengatur pula pihak-pihak yang memiliki pengaturannya tertuang dalam suatu
legal standing untuk melakukan ketentuan pada Undang-Undang Nomor 7
permohonan/laporan di Bawaslu. Pihak- Tahun 2017 Tentang Pemilu, maka disaat
pihak tersebut, sesuai rincian pada Pasal 7 ini Bawaslu dalam hal ini mempunyai suatu
ayat (1), terdiri dari partai politik calon kewenangan yang relatif besar, dan tiada
Peserta Pemilu yang telah mendaftarkan menjadi suatu pengawasan, dan juga dapat
diri sebagai Peserta Pemilu di KPU, Partai sebagai eksekutor hakim pemutus perkara.
Politik Peserta Pemilu, calon anggota DPR Maka oleh karena itu pada saat ini dan juga
dan DPRD yang tercantum dalam Daftar waktu yang akan dating, secara historis bagi
Calon Tetap (disingkat DCT), bakal calon Bawaslu diharuskan agar dapat
Anggota DPD yang telah mendaftarkan diri membuktikan peran dan juga eksistens
kepada KPU, calon anggota DPD, bakal dalam menyusuni strategisnya untuk
Pasangan Calon, dan Pasangan Calon. Pasal mengawal Pemilihan Umum agar memiliki
7 ayat (2) menyebutkan bahwa terdapat integritas yang tinggi untuk kemajuan
kekhususan bagi partai politik calon Peserta bangsa dan negara.
Pemilu yang telah mendaftarkan diri

Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 7 No.1 Januari 2021 62


P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

Dalam memberi suatu pengawasan Tahun 2017 Tentang Tata Cara


yang partisipatif hal ini adalah salah satu Penyelesaian Sengketa Proses Pemilihan
bagian dari adanya manifestasi atas Umum, tidak diperkenankan untuk
kedaulatan Rakyat Indonesia yang setiap melakukan ssuatu ketentuan diluar tersebut.
kekuatan dalam partisipasi politik di Dalam hal ini ketika ditemukan,
masyarakat. Maka oleh karena itu dalam baik dari permohonan pihak maupun dari
setiap tahapan Pemilihan Umumsaat ini fakta di persidangan, bahwa Surat
sedang bergulir, maka ada ruang bagi para Keputusan atau Berita Acara bertentangan
masyarakat untuk terlibat dalam melakukan dengan UndangUndang di atasnya, Bawaslu
pengawasan demi terwujudnya proses diberikan hak atas kewenangan atribusi
Pemilihan Umum yang akan berjalan secara untuk melakukan tafsir.
jujur, adil, dan jug dapat memberikan Kewenangan melakukan
kepemimpinan yang memiliki ligitimasi menerjemahan tersebut tidak lain dan juga
yang sangat kuat. tidak bukan untuk suatu kepentingan
Maka untuk itu juga dalam dengan tujuan untuk menciptakan suatu
melakukan pemantauan Pemilihan Umum keseimbangan atau juga suatu keselarasan
yang sebagaimana dijelaskan di dalam antara kedua asas atau aturan yang memiliki
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 saling bertentangan tersebut. Tafsir yang itu
Tentang Pemilu, dengan ini menyebutkan tersebut juga hanya dapat dilakukan apabila
bahwasannya dalam Organisasi masyarakat Bawaslu dapat membuktikan bahwa Surat
harus memiliki badan hukum yang terdaftar Keputusan atau Penetapan Berita Acara itu
sebagai perkumpulan yang secara sah mengandung unsur adanya pertentangan
diakui oleh Pemerintah dan Pemerintah antar undang-undang.
Daerah.
Pelaksanaan dalam melakukan B. Saran
pemungutan suara dan juga perhitungan 1. Peran Bawaslu Kabupaten/Kota Dalam
suara, terdapat tambahan danya subjek yang Pengawasan Pelaksanaan Pemilu
bertugas sebagai pemantau yang dalam hal Agar Bawaslu dapat berperan lebih
ini terbagi atas Lembaga Pemantau Luar efektif, seharusnya setiap laporan
Negeri, Lembaga Luar Negeri serta pengawasan dapat lebih tajam untuk
Perwakilan Negara-Negara Sahabat yang ditelusuri secara mekanisme yang setiap
berada di Indonesia. regulsinya mampu memberikan efek jera
2. Kewenangan Bawaslu Kabupaten Dalam bagi para pelanggar penyelenggaraan
Penyelesaian Sengketa Pemilu Pemilu sehingga dapat mengurangi potensi
Didasari dengan adanya pelanggaran pemilu kedepannya. Dalam hal
kewenangan dari Badan Pengawas ini juga Badan Pengawas Pemilihan Umum
Pemilihan Umum dalam proses quasi harus turut serta menjadi penengah dalam
yudisial adalah suatu wewenang untuk bebrbagai permsalahan yang ada untuk
menerima, memeriksa, mengkaji, dan tujuan kedepannya agar Pemilihan Umum
memutuskan pelanggaran terhadap dapat berjalan dengan baik dan tidak
administrasi Pemilu. Maka untuk itu objek terdapat pelanggaran kedepannya.
dari kewenangan Bawaslu ialah terdiri atas 2. Kewenangan Bawaslu Kabupaten/Kota
adanya keptusan yang dikeluarkan oleh Dalam Penyelesaian Sengketa Pemilu
Komisi Pemilihan Umum yang dimana Bawaslu merupakan sebagai Badan
setiap keputusannya berbentuk Surat Pengawas Pemilu dalam setiap pelaksanaan
Keputusan dan juga Berita Acara. Pemilihan Umum sebaiknya harus
Badan Pengawas Pemilihan Umum menjalankan kewenangannya sebaik
dalam hal ini memiliki aturan sendiri yang mungkin karena Bawaslu adalah lembaga
dibuat oleh Bawaslu, dengan aturan yang yang memiliki kepentingan untuk
dibuatnya sendiri yakni Pasal 4 ayat (1) mewujudkan penyelenggaraan Pemilihan
Peraturan Bawaslu Nomor 18 Tahun 2018 Umum yang memiliki integritas dan secara
Tentang Perubahan Atas Peraturan Badan demokratis, yang dimana keberadaannya
Pengawas Pemilihan Umum Nomor 18 harus dikuatkan dalam melakukan suatu

Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 7 No.1 Januari 2021 63


P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

pengawasan terhadap suatu DAFTAR PUSTAKA


penyelenggaraan Pemilihan Umum di
Negara Indonesia. Kansil, C.S.T. dan Kansil, Christine,
Bawaslu memiliki keharusan C.S.T., Pancasila dan Undang-
proaktif untuk mencegah atas terjadinya Undang Dasar 1945 (Pendidikan
suatu tindakan praktik yang tergolong Pancasila di Perguruan Tinggi),
kedalam tindak pidana money politics, yang (Jakarta : PT. Pradnya Paramita,
mana dalam hal ini memiliki perlu adanya 2003, Cetakan 21)
suatu pencegahan-pencegahan dini yang Saragih Bintan. R., Lembaga Perwakilan
dilakukan dengan berupa suatu cara yang Dan Pemilihan Umum Di
mensosialisasikan kepada para masyarakat Indonesia, (Gaya Media Pratama,
yang ada di wilayah Negara Kesatuan Jakarta, 1987)
Republik Indonesia maupun juga kepada Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Di
para calon-calon yang mencalonkan diri Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20,
sebagai Pemimpin yang duduk di (Bandung: Alumni, 1994, Cet.1)
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Buku Saku Pemantauan Pemilihan Umum
Indonesia untuk menyatakan adanya bahaya 2019
money politics, serta mensosialisasikan O.S Adji, Peradilan Bebas Negara Hukum,
bahwa money politics terdapat sanksi-sanksi (Jakarta : Erlangga, 1987)
pidana bagi para pelakunya, sebab hal ini Ali Zainuddin, Metode Penelitian Hukum,
tersebut merupakan suatu pelanggaran (Jakarta : Sinar Grafika, 2009,
kejahatan yang tergolong ke dalam suatu Cetakan 1)
tindak pidana. Soesilo R., KUHP (Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana), (Bogor : Politeia,
1991)
Amrani Hanafi dan Ali Mahrus, Sistem
Pertanggunjawaban Pidana
(Perkembangan dan Penerapan),
(Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2015, Cet. 1)

Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 7 No.1 Januari 2021 64

Anda mungkin juga menyukai