Anda di halaman 1dari 4

TEORI BELAJAR

VARIABEL: merdeka belajar, teori belajar humanistik


TUJUAN: membebaskan pemikiran guru dan siswa dan juga memanusiakan mereka yang berkecimpung diruang
lingkup pendidikan
PETA RISET:

ANALISIS : metode survey literatur dengan hasil penelitian lebih dapat dipercaya bila didukung oleh foto, karya
ilmiah yang ada. mengumpulkan data berbagai referensi, antara lain buku, artikel nasional dan
internasional peraturan pemerintah, prosedur nasional dan internasional, dan website isu penelitian,
dengan menggunakan teknik analisis teks
HASIL PENELITIAN: Konsep belajar mandiri mengacu pada komitmen, kebebasan dan kemampuan untuk
mencapainya, semuanya terhubung dan tidak bisa terpisah. Komitmen untuk belajar bagian
pertama dari gagasan itu tujuan yang ditetapkan dalam kebijakan pendidikan nasional.
Kemerdekaan Dalam kebebasan, pembelajaran juga terjadi basis Guru adalah bagiannya
esensi pendidikan kebebasan untuk menerjemahkan program secara mandiri sebelumnya
ajari dia. Program gabungan tujuan pembelajaran, metode, bahan, dan observasi. Jika guru
bisa memahami seluruh proses, mereka akan mengetahui pentingnya hal ini apa yang mereka
ajarkan. Belajar tidak monoton dan mudah diingat, memuaskan tujuan pendidikan nasional
negara tersebut Indonesia. Dan satu hal lagi, kebebasan dan pengembangan pengetahuan
dan keterampilan dimulai dari guru kemudian dilanjutkan dengan siswa (Izza, Farah,
Sushirawati, 2020.) Konsep belajar mandiri tidak untuk menegakkan tujuan yang ingin
dicapai, dan tidak ada standar kesempurnaan minimum untuk setiap mata pelajaran siswa
akan berhasil. Tapi idenya Pembelajaran mandiri ditekankan dan proses pembelajaran
berguna, jadi belajarlah Butuh waktu untuk hal-hal baru. Kemampuan siswa dinilai tidak
hanya dari pembelajaran di kelas, tetapi juga bisa dari lingkungan yang harus dilakukan
Namun, hak ini tidak berlaku untuk semua orang tumbuh bersama dalam lingkungan belajar
mengelilinginya
DAFTAR PUSTAKA: Aisyah, Herawati , Wiryanto, Hitta Alfi Muhimmah, 2023. Konsep merdeka belajar dalam
prespektif teori belajar humanistik. Surabaya.
TEORI KOGNITIF

VARIABEL: perkembangan kognitif pada anak usia sekolah dasar


TUJUAN: untuk mengkaji lebih jauh tentang teori perkembangan kognitif Jean Piaget dan implikasinya terhada
pembelajaran Bahasa Indonesia sesuai tingkat berfikir anak usia sekolah dasar
PETA RISET:

ANALISIS: Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian kualitatif deskriptif.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Berdasarkan onjek kajian, penelitian
ini termasuk penelitian yang bersifat litere atau kepustakaan (library research). Studi pustaka atau
kepustakaan merupakan kegiatan pengumpulan data dari berbagai sumber bacaan
HASIL PENELITIAN: Aspek perkembangan kognitif merupakan perkembangan yang berhubungan dengan
kemampuan kognitif yang dimiliki oleh anak, yakni kemampuan untuk berpikir dan memecahkan
masalah. Kognitif merupakan salah satu aspek yang dinilai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Piaget memaparkan kemampuan bahasa dalam tahapan perkembangan kognitif anak disesuaikan
dengan tahap kematangan perkembangan otaknya berdasarkan usia. perkembangan kognitf anak
usia sekolah dasar (7-12 tahun) dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ini, berbeda-beda sesuai
tahapan usianya. Selain itu, metode, media pembelajaran, strategi serta penanganan yang digunakan
juga sangat variatif disesuaikan dengan tahapan usianya. Manfaat mengetahui teori perkembangan
kognitif Piaget bagi guru dalam pembalajaran Bahasa Indonesia adalah untuk membimbing guru
dalam memahami kemampuan kognitif anak yang disesuaikan dengan tahap kematangan otak dan
interaksinya dengan lingkungan. Guru dapat mendiagnosa kesulitan belajar yang mungkin dialami
oleh peserta didik, sehingga kesulitan belajar tersebut mendapat perhatian dan penanganan yang
tepat sesuai dengan pemahaman tentang perkembangan kognitif anak
DAFTAR PUSTAKA: Ilhami, Akmilah, 2022. Implikasi teori perkembangan kognitif piaget pada anak usia
sekoloah dasar dalam pembelajaran bahasa indonesia. Jakarta.
TEORI PERAN

VARIABEL: peran kecerdasan emosi, Quarter life crisis, kecerdasan emosi, mahasiswa tingkat akhir
TUJUAN: menguji peran kecerdasan emosi terhadap quarter life crisis pada mahasiswa tingkat akhir.
PETA RISET:

ANALISIS: Partisipan pada penelitian ini adalah mahasiswa akhir tingkat sarjana. Sebanyak 125 mahasiswa
berpartisipasi, terdiri dari 40 laki laki dan 85 perempuan. Populasi dari penelitian ini adalah
mahasiswa akhir tingkat sarjana di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta dan Universitas Islam
Indonesia, yang berusia 21 25 tahun Telah mengambil tugas akhir atau skripsi.Sampel diperoleh
dengan teknik purposive dan simple random. Sugiyono (2017) menerangkan purposive sampling
merupakan teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan karakteristik Data dikumpulkan melalui
googleform berisi data diri beserta alat ukur quarter life crisis dan kecerdasan emosi. Variabel
quarter life crisisdiukur dengan skala quarter life crisis berdasarkan teori Pinggolio (201 5) yaitu
personal, social, career, relationship. Uji validitas skala ini menggunakan validitas isi, berdasarkan
evaluasi dari 9 orang professional judgment dan dipeoleh validitas alat ukur yang relatif meyakinkan,
dengan rata-rata koefisien validitas sebesar 0,77. Kemudian,uji reliabilitas pada kuesioner dilakukan
dan diperoleh skor koefisien reliabilitas(Cronbach’s Alpha) sebesar 0,806,yang berarti reliabel.
Kuesioner terdiri dari 15 item yang dijawab menggunakan skala 1-4 (mulai darisangat setuju hingga
sangat tidak setuju)yang menggambarkan persetujuan terhadap pernyataan seputar quarter life
crisis yang dialami individu. Semakin tinggi skor total yang diperoleh menandakan semakin tinggi
tingkat quarter life crisis individu
HASIL: Hasil ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosi berperan secara signifikan terhadap quarter life crisis
pada mahasiswa tingkat akhir. Selanjutnya, pada bagian tabel R 2 dapat dili hat skornya adalah
sebesar 0,556 . Nilai tersebut menunjukkan bahwa kontribusi kecerdasan emosi terhadap quarter
life crisis adalah sebesar 55,6% dan 44,4 % kontribusi terhadap variabe lquarter life crisis diperoleh
dari faktor atau variabel- variabel lain yang tidak diteliti. Selanjutnya, data kategorisasi dari kedua
variabel dapat dipaparkan seperti pada Tabel.
Berdasarkan analisis data penelitian, ditemukan bahwa skor rata - rata empirik pada variabel kecerdasan emosi
(M=46,52) lebih tinggi dari skor hipotetik nya (M=45). Hasil kategorisasi menunjukkan sebagian
besar mahasiswa memiliki kecerdasan emosi dengan kategorisasi sedang (87,2%). Selain itu,
ditemukan sk or empirik quarter life crisis (M=39,49) juga lebih tinggi dari skor hipotetiknya
(M=37,5). Dari hasil kategorisasi dapat terlihat bahwa sebagian besar mahasiswa berada pada
kategorisasi sedang ( 74,4%). Disamping itu, peneliti juga menemukan bahwa aspek pembentuk utama
variabel quarter life crisis adalah aspek relationship dengan presentase sebesar 76% dan aspek
terendahnya adalah social dengan presentase sebesar 60,7%. Hal tersebut menunjukkan bahwa
relationship menjadi pemicu terbesar terjadinya quarter life crisis pada mahasiswa tingkat akhir.
Selanjutnya, peneliti juga melakukananalisis regresi aspek-aspek kecerdasan emosi terhadap quarter
life crisis. diketahui bahwa aspek motivasi diri, empati dan keterampilan sosial secara signifian
berperan terhadap variabel quarter - life crisis. Berbeda dengan ketiga aspek tersebut, aspek
kesadaran diri dan pengaturan diri tidak berperan secara signifikan terhadap variabel quarter life
crisis . Hasil analisis juga menunjukkan bahwa aspek kemampuan sosial memiliki koefisien beta
terbesar, dengan nilai sebesar 0,442. Artinya, kemampuan sosial dapat menjelaskan quarter life
crisis sebesar 42,2%, atau dapat dikatakan setiap perubahan satu satuan aspek kemampuan sosial
dapat mengakibatkan perubahan pada variabel quarter life crisis sebesar 42,2%. Kemudian koefisien
beta terendah ada pada aspek memotivasi diri dengan nilai sebesar 0,178. Berarti setiap perubahan
satu satuan pada aspek memotivasi diri dapat mengakibatkan perubahan sebesar 17,8% pada aspek
quarter life crisis.
DAFTAR PUSTAKA: Fatchurrahmi,Rifka, Siti Urbayatun.2022.Peran Kecerdasan Emosi terhadap Quarter Life
Crisis pada Mahasiswa Tingkat Akhir

Anda mungkin juga menyukai